• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I. PENDAHULUAN

F. Review Penelitian Terdahulu

Sebagai ilmu yang bersifat multidisipliner, Ilmu Komunikasi tidak luput dari pengaruh ilmu sosial lain, salah satunya sosiologi. Adalah kajian gender yaitu sebuah kajian Ilmu sosiologi yang kini mulai meluas dan berpengaruh dalam Ilmu Komunikasi. Menurut Abdullah, kajian mengenai komunikasi, gender dan seks merupakan salah satu topik yang mencoba menganalisis data interaksi sosial, seperti bahasa laki-laki dan perempuan, pornografi, jilbab, homoseksualitas,

tingkah laku seksual dan hubungan gender141. Ada pun kajian yang secara khusus

menjadi acuan bagi penelitian ini yaitu kajian media dan gender.

Belakangan ini kajian media dan gender menjadi isu yang cukup diminati oleh para Peneliti. Tercatat sejak tahun 1997 hingga tahun 2004 terdapat dua penelitian media gender yang bermanfaat bagi penelitian ini. Ada pun batasan dari penelitian terdahulu yang tergolong bermanfaat yaitu penelitian yang memiliki tema sama dan atau hampir sama dengan penelitian ini, yaitu mengenai perempuan dan media khususnya profesi jurnalis.

140

Ibid, hlm.133

141

Irwan Abdullah, Jurnal Humaniora Vol. XV, No. 3, (2003), hlm.

commit to user

54

Penelitian yang kemudian dibukukan dengan judul Media & Gender: Perspektif Gender atas Industri Suratkabar Indonesia menjadi acuan pertama penelitian ini. Penelitian yang dilaksanakan oleh Lembaga Penelitian Pendidikan Penerbitan Yogyakarta (LP3Y) dan Ford Foundation pada tahun 1997 ini bertujuan untuk mengetahui perspektif gender di media cetak mulai dari organisasi keredaksian, kesadaran gender secara kolektif di kalangan jurnalis dan pengalaman subjektif jurnalis perempuan seputar profesinya.

Disini peneliti adalah tim yang terdiri dari Akhmad Zaini Abar, Amiruddin, Ismay Prihastuti, Rondang Pasaribu, S. Bayu Wahyono dan Sukaelan Z. Wafa. Mereka menggunakan metode studi kasus dengan teknik riset dokumentasi dan wawancara mendalam dalam upaya untuk menggali data para wartawan di Sembilan surat kabar harian besar di Jawa yaitu Kompas, Republika, Suara Pembaharuan, Pos Kota, Pikiran Rakyat, Kedaulatan Rakyat, Suara Merdeka, Jawa Pos dan Surabaya Post.

Penelitian ini memperoleh empat fakta serius yang sering dikritisi. Pertama masalah jumlah jurnalis perempuan yang hingga penelitian tersebut berlangsung hanya berkisat antara 5 s.d 15 persen dari seluruh wartawan penerbitan pers harian terkemuka di Indonesia. Kedua, kebanyakan jurnalis perempuan tersebut masih menduduki level bawah dalam struktur keredaksian media. Rata-rata baru terdapat 2 redaktur perempuan. Ketiga, pembagian kerja masih bersifat seksis dimana antara laki-laki dan perempuan ada perbedaaan. Dan

keempat, terdapat perbedaan tunjangan kesejahteraan antara jurnalis laki-laki dan perempuan.

Ada pun sebuah penelitian yang menjadi titik tolak dari penelitian ini sendiri dilakukan oleh Utari pada tahun 2004 sebagai disertasi untuk memperoleh gelar doktor di The University of Newcastle Australia. Penelitian yang berjudul The Gap Between Indonesian Media Training and the Profession: Factors ini mengangkat persoalan tentang adanya kesenjangan antara banyaknya perempuan yang menempuh pendidikan di jurusan Ilmu Komunikasi dengan sedikitnya perempuan yang bekerja di industri komunikasi.

Penelitian tersebut mengambil lokasi di Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP UNS. Dengan menggunakan metode studi kasus, penelitian tersebut mengumpulkan banyak data dari berbagai pihak yaitu: mahasiswi Ilmu Komunikasi, Alumni Jurusan Ilmu Komunikasi yang telah bekerja di industri komunikasi, orangtua mahasiswi, dosen dan praktisi media. Untuk meneliti mahasiwi Ilmu Komunikasi (260 orang) digunakan teknik survei, untuk alumni,

dosen dan pekerja media menggunakan teknik Indepth Interview sedangkan pada

orangtua menggunakan teknik Focus Group Discussion (FGD).

Dari hasil penelitian dengan mahasiswi Prodi Ilmu Komunikasi FISIP UNS diperoleh data bahwa mereka memiliki kebebasan penuh dari orangtua untuk menentukan pendidikan. Dalam hal pendidikan, perempuan mendapatkan kemerdekaan penuh untuk menjadi seperti apa yang mereka kehendaki.

commit to user

56

Keputusan mahasiswi untuk kuliah di jurusan Ilmu Komunikasi dilatarbelakangi oleh impian yang begitu ideal untuk bekerja di bidang komunikasi diantaranya menjadi presenter, MC dan wartawan. Namun pada perjalanannya ada mahasiswi yang merasa ragu untuk meneruskan cita-cita mereka. Selain karena pekerjaannya yang dinilai berat, ada pula harapan-harapan dari orangtua yang cenderung menghambat, salah satunya melalui anjuran agar mereka memilih tempat kerja yang tidak terlalu jauh dari orangtua.

Di level alumni jurusan Ilmu Komunikasi FISIP UNS, diperoleh data bahwa masih sedikit dari mereka yang bekerja di media. Dalam proses mencari pekerjaan sendiri terdapat kecenderungan adanya sikap mengandalkan informasi dari jaringan alumni. Fenomena ini menarik karena ternyata masih adanya rasa kurang percaya diri pada diri alumni Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP UNS untuk tampil secara pribadi mendapatkan pekerjaan yang diharapkan.

Di kalangan orangtua, meskipun mereka kurang mengetahui seperti apa pendidikan Ilmu Komunikasi itu tetapi mereka memberi dukungan penuh pada keputusan putri mereka untuk kuliah di jurusan tersebut. Bagi para orangtua yang latar belakang pendidikannya tidak sampai ke perguruan tinggi, dapat menyekolahkan putri mereka hingga perguruan tinggi merupakan kebanggaan terseniri. Saat membicarakan tentang pekerjaan, para orangtua berharap agar putri mereka mencari pekerjaan yang letak geografisnya dekat dengan orang tua, menghindari pekerjaan yang terlalu menyita waktu dan mempertimbangkan pula

peran sebagai istri saat kelak menikah. Secara umum orangtua kurang mendukung jika putrinya menjadi jurnalis.

Di kalangan para pengajar diperoleh data bahwa berdasarkan pengamatan mereka selama menghadapi mahasiswa, mereka menemukan kecenderungan yang khas pada mahasiswa (laki-laki) dan mahasiswi (perempuan). Perempuan lebih dominan dalam hal teori sedangkan laki-laki lebih dominan dalam hal-hal bersifat teknis.

Terakhir di level pengelola media diperoleh data bahwa kehadiran perempuan di media masih terbatas baik dalam hal kuantitas maupun peran. Secara umum lingkungan media dirasa menjadi dunia laki-laki dimana kehadiran perempuan di situ harus mengikuti standart-standart yang lazim menurut pria.

Dokumen terkait