3.7. Metode Analisis Data
3.7.1. Identifikasi Faktor Pendorong Terbentuknya Lembaga
Untuk mengetahui faktor-faktor apa yang m endorong terbentuknya lembaga kerjasama antar daerah BARLINGMASCAKEB dilakukan dengan beberapa langkah yaitu (1) mendiskripsikan kondisi skala ekonomi masing- masing daerah anggota pada saat lembaga kerjasama antara daerah tersebut terbentuk, (2) menggali motif para pembuat kebijakan dalam membentuk lembaga kerjasama antar daerah, dan (3) menyusun tipologi dan hirarkhi antar wilayah dari kelima kabupaten yang tergabung dalam lembaga kerjasama antar daerah BARLINGMASCAKEB.
3.7.1.1. Deskripsi Kondisi Skala Ekonomi Daerah
Brodjonegoro (2008) mengatakan bahwa lembaga kerjasama antar daerah dibentuk dengan tujuan untuk memperkuat skala perekonomian daerah. Besar kecilnya skala ekonomi daerah sangat ditentukan oleh aktivitas perekonomian daerah. Aktivitas perekonomian ditentukan oleh sejumlah penggunaan faktor produksi. Faktor produksi terdiri dari tanah, barang modal (capital) dan tenaga kerja (labour) (Yustika, 2008). Dengan demikian, penggunaan faktor produksi dalam kegiatan perekonomian di suatu daerah menentukan besar kecilnya skala perekonomian di daerah tersebut.
Dalam konteks wilayah, kecilnya skala perekonomian daerah disebabkan karena tidak optimalnya penggunaan faktor produksi perekonomian di daerah, seperti; (1) rendahnya investasi, (2) rendahnya penyerapan tenaga kerja, dan (3) kurang termanfaatkannya sumberdaya alam yang tersedia. Untuk mengetahui kondisi skala perekonomian daerah pada saat pembentukan lembaga kerjasama
antar daerah dapat dilihat dari pengunaan faktor-faktor produksi perekonomian daerah sebagai berikut:
Tabel 7 Pengukuran Skala Ekonomi Daerah No
.
Variabel Definisi Pengukuran
Skala Ekonomi Periode Tahun Sumber Data 1. Jumlah Investasi Jumlah investasi langsung baik PMA maupun PMDN Perbandingan kondisi kabupaten terhadap rata- rata kabupaten lain di provinsi 2000- 2003 Kabupaten Dalam Angka Provinsi Dalam Angka 2. Penyerapan Tenaga Kerja Proporsi penduduk bekerja terhadap angkatan kerja Perbandingan kondisi kabupaten terhadap provinsi 2000- 2003 Kabupaten Dalam Angka Provinsi Dalam Angka 3. Potensi Sumberdaya Alam Proporsi eksplorasi SDA terhadap cadangan SDA yang bisa dieksplorasi
Proporsi pemanfaatan SDA untuk tujuan pariwisata terhadap SDA yang berpotensi sebagai obyek wisata
Perbandingan kondisi kabupaten terhadap provinsi Perbandingan kondisi kabupaten terhadap provinsi 2000- 2003 Kabupaten Dalam Angka Provinsi Dalam Angka Laporan Kegiatan SKPD
3.7.1.2. Motif Pembentukan Lembaga Kerjasama Antar Daerah
Untuk mengetahui motif pembuat kebijakan dalam pembentukan lembaga kerjasama antar daerah BARLINGMASCAKEB, digali dengan mengkaji berbagai dokumen pembentukan dari lembaga kerjasama tersebut seperti; (1) Kesepakatan Bersama Bupati, (2) Keputusan Bersama Bupati Tentang Pembentukan Lembaga KSAD, (3) Standar Operasional Prosedur (SOP) lembaga KSAD, dan (4) berbagai dokumen yang relevan yang berkaitan dengan pembentukan lembaga kerjasama antar daerah BARLINGMASCAKEB.
3.7.1.3. Tipologi Wilayah dan Hierarkhi Antar Wilayah
Untuk mengetahui tipologi wilayah dilakukan dengan mendeskripsikan struktur ekonomi dari masing-masing kabupaten yang tergabung dalam lembaga KSAD BARLINGMASCAKEB. Untuk menyusun tipologi wilayah ini digunakan teknik statistik deskriptif.
Dalam menentukan hierarkhi wilayah akan dikelompokkan berdasarkan hirarkhi wilayah menurut sektor produksi pertanian, perdagangan dan industri.
Penentuan hirarkhi wilayah dilakukan dengan suatu kriteria berdasarkan kelengkapan sarana dan prasarana dari masing-masing kelompok hirarkhi. Adapun indikator kelengkapan sarana dan prasarana wilayah dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 8 Indikator Hierarkhi Wilayah Pertanian serta Perdagangan dan Industri Kabupaten di wilayah BARLINGMASCAKEB tahun 2002
No. Indikator Hirarkhi Wilayah Pertanian No. Indikator Hirarkhi Wilayah Perdagangan dan Industri
1 Luas lahan tanaman pangan (Ha) 1 Jumlah Departemen Store 2 luas lahan holtikultura (Ha) 2 Jumlah Pasar Swalayan 3 Luas lahan perkebunan (Ha) 3 Jumlah Pusat Perbelanjaan 4 Jumlah RPH Milik pemerintah 4 Jumlah Pasar Tradisional
5 Jumlah RPH Non Pemerintah 5 Jumlah Tempat Pelelangan Ikan (TPI) 6 Jumlah Kelompok peternak 6 Jumlah Bank Umum
7 Jumlah kelompok tani 7 Jumkah Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
8 Jumlah pasar hewan 8 Jumlah KUD
9 Jumlah Pos IB 9 Jumlah Koperasi Non KUD
10 Jumlah kelompok petani ikan 10 Panjang Jalan Kabupaten (Km) 11 Jumlah balai benih ikan 11 Panjang Jalan Provinsi (Km) 12 Luas kolam pendederan 12 Panjang Jalan Nasional (Km) 13 Luas kolam pembenihan (Ha) 13 Panjang jalan aspal (Km)
14 Luas kolam pembesaran (Ha) 14 Panjang jalan dengan kondisi baik (Km) 15 Luas penangkapan ikan di rawa (Ha) 15 Panjang jalan dengan kondisi sedang
(Km) 16 Luas penangkapan ikan di sungai
()Ha
16 Jumlah Stasiun Kereta
17 Luas penangkapan ikan di tambak (Ha)
17 Jumlah Terminal Bis
18 Luas pengkapan ikan di genangan (Ha)
18 Jumlah Pelabuhan Laut
19 Luas penangkapan ikan di cekdam (Ha)
19 Jumlah Lapangan Terbang
20 Jumlah Hotel
Penetapan hirarkhi wilayah dilakukan dengan menjumlahkan sarana dan prasarana yang tersedia di masing-masing kabupaten. Setelah dilakukan standarisasi dengan
menggunakan rumus
StDev X X
ZScore , masing-masing hirarkhi akan dibedakan ke dalam tiga kelompok dengan kriteria penentuan hirarkhi sebagai berikut:
Tabel 9 Kriteria Penentuan Hirarkhi Wilayah Berdasarkan Kelengkapan Sarana dan Prasarana Sosial dan Ekonomi Wilayah
Hirarkhi Kriteria Hirarkhi Wilayah I Jumlah Unit > X + 0,5 St Dev
II X - 0,5 St Dev < Jumlah Unit < X + 0,5 St Dev III Jumlah Unit < X – 0,5 St Dev
Sumber: Sukasmianto, 1999.
Adapun cara penentuan hierarkhi wilayah pertanian dan hierarkhi wilayah industri dan perdagangan untuk masing-masing kabupaten dilakukan dengan langkah sebagai berikut:
1. Kelompokkan sarana dan prasarana dari hierarkhi wilayah yang akan di dibuat untu masing-masing kabupaten (pada penelitian ini pengelompokan dibedakan menurut hierarkhi wilayah pertanian dan hierarkhi wilayah industri dan perdagangan).
2. Hitung jumlah sarana dan prasarana dari kelompok hierarkhi wilayah di tiap kabupaten berdasarkan indikator hierarkhi wilayah yang telah ditentukan. 3. Hitung rata-rata jumlah sarana dan prasarana hierakhi wilayah berdasarkan
indikator yang telah ditetapkan di tiap kabupaten menurut indikator yang telah ditetapkan.
4. Hitung standar deviasi jumlah sarana dan prasarana menurut indikator hierarkhi wilayah di tiap kabupaten.
5. Tentukan nilai Zscore dari masing masing sarana dan prasarana menurut indikator hierarkhi wilayah di tiap kabupaten dengan rumus jumlah sarana dan prasarana untuk masing-masing indikator hierarkhi wilayah di tiap kabupaten dikurangi rata-rata jumlah sarana dan prasarana menurut indikator hierarkhi wilayah di tiap kabupaten dibagi standar deviasi dari masing-masing indikator hierarkhi wilayah di tiap kabupaten.
6. Kemudian Jumlahkan nilai Zscore semua indikator hierarkhi wilayah ditiap kabupaten.
7. Hitung rata-rata nilai Zscore hierarkhi wilayah untuk lima kabupaten. 8. Hitung standar deviasi nilai Zscore hierarkhi wilayah untuk lima kabupaten.
9. Hitung ½ standar deviasi nilai Zscore hierarkhi wilayah untuk lima kabupaten. 10.Hitung nilai rata-rata Zscore hierarkhi wilayah untuk lima kabupaten dikurangi
dengan nilai ½ standar deviasi nilai Zscore hierarkhi wilayah untuk lima kabupaten.
11.Hitung nilai rata-rata Zscore hierarkhi wilayah untuk lima kabupaten ditambah dengan nilai ½ standar deviasi nilai Zscore hierarkhi wilayah untuk lima kabupaten.
12.Setelah semua nilai perhitungan di atas diketahui maka untuk menentukan hierarkhi wilayah pertanian dan hierarkhi wilayah industri dan perdagangan di lima kabupaten didasarkan pada perhitungan berdasarkan tabel 9 di atas.
3.7.2. Evaluasi Kinerja Lembaga Kerjasama Antar Daerah