• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1.1.1 Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah dilakukan dengan teknik observasi dan wawancara. Permasalahan yang diidentifikasi adalah permasalahan terkait kesulitan belajar yang dialami oleh siswa. Hasil dari observasi dan wawancara tersebut kemudian dikaji dengan menggunakan trianggulasi data.

a. Observasi

Kegiatan observasi dilakukan untuk mengamati proses pembelajaran IPA kelas V dan ketersediaan media pembelajaran serta penggunaan sumber belajar di tiga SD Negeri wilayah kecamatan Jogonalan. Pedoman observasi yang digunakan sebelumnya telah divalidasi untuk mengetahui kualitas pedoman observasi yang akan digunakan. Secara umum pedoman observasi yang akan digunakan sudah baik dan layak untuk digunakan. Hal tersebut terlihat dari perolehan rerata total skor yang didapatkan adalah 15 dari rerata total skor keseluruhan 16. Hasil rerata total skor tersebut kemudian dibagi 2 sesuai dengan jumlah validator yang menilai kualitas pedoman observasi. Hasil rerata skor dari 2 validator adalah 3,75.

53 Setelah pedoman observasi divalidasi, kemudian pedoman observasi digunakan untuk observasi di tiga SD N wilayah kecamatan Jogonalan. Observasi pertama dilakukan di SD N Sumyang pada hari Kamis tanggal 13 September 2018. Secara umum, hasil observasi di SD N Sumyang menunjukkan bahwa ketika proses pembelajaran guru belum menyampaikan materi secara mendalam. Penyampaian materi oleh guru hanya sebatas membaca materi yang ada di buku. Sebagian besar siswa masih merasa kebingungan ketika diminta guru untuk menjawab petanyaan. Selama proses pembelajaran berlangsung guru juga tidak menyediakan buku referensi lain kepada siswa. selain itu guru juga tidak menggunakan buku referensi untuk mengembangkan materi secara lebih mendalam. Akibatnya sebagian besar siswa mengerjakan soal latihan dengan waktuyang singkat, namun masih banyak jawaban siswa yang tidak tepat. Selain itu, beberapa siswa memilih tidak mengerjakan soal karena sulit mencari jawaban dibuku siswa.

Observasi yang kedua dilakukan di SD N 01 Ngering pada hari Jumat tanggal 14 September 2018. Secara umum hasil observasi di SD N 01 Ngering menunjukkan bahwa guru belum menyampaikan materi pembelajaran IPA secara mendalam. Guru menyampaikan materi sesuai dengan LKS tanpa memberikan penjelasan lebih lanjut. Siswa masih banyak yang mengalami kebingungan, terlihat dari siswa yang ditunjuk oleh guru memilih diam ketika diberi pertanyaan. Dalam proses pembelajaran, guru menggunakan buku referensi lain selain buku siswa. Buku referensi yang digunakan oleh guru adalah LKS. Namun, buku referensi LKS tersebut kurang menarik bagi siswa sehingga siswa tidak antusias untuk membaca buku tersebut. Hal tersebut mengakibatkan siswa mengalami kesulitan ketika mengerjakan soal IPA. Banyak siswa yang secara diam-diam meminta jawaban kepada siswa lain ketika mengerjakan soal.

Observasi yang ketiga dilakukan di SD N Bakung pada hari Sabtu tanggal 15 September 2018. Secara umum hasil observasi di SD N Bakung menunjukkan bahwa guru masih kurang jelas ketka menyampaikan materi pembelajaran IPA. Selain itu, guru juga sering keluar kelas ketika sedang menjelaskan materi. Selama proses pembelajaran, guru tidak menggunakan buku referensi selain buku

54 siswa. Sehingga siswa mengerjakan soal dengan waktu yang cukup singkat, namun ketika dikoreksi jawaban siswa masih banyak yang salah.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di tiga SD N wilayah kecamatan Jogonalan tersebut, dapat disimpulkan bahwa ketersediaan buku referensi tentang IPA masih terbatas. Terkadang guru tidak menggunakan buku referensi sebagai tambahan pengetahuan materi IPA yang akan disampaikan kepada siswa. Selama mengajar, guru hanya berpaku pada buku siswa atau LKS tanpa menjelaskan lebih rinci kembali materi yang sedang diajarkan. Akibatnya, masih banyak siswa yang mengalami kebingungan dan kesulitan mengerjakan soal karena tidak dapat menemukan jawaban dibuku siswa dan kurang memahami penjelasan dari guru. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penggunaan buku referensi di ketiga SD Negeri tersebut masih sangat terbatas.

b. Wawancara

Kegiatan wawancara dilakukan di tiga SD N wilayah kecamatan Jogonalan. Sebelum melakukan wawancara, pedoman wawancara telah divalidasi terlebih dahulu oleh ahli. Secara umum, hasil validasi pedoman wawancara sangat baik dan layak untuk digunakan. Hal tersebut dapat dilihat dari rerata total skor yang diperoleh dari 2 validator adalah 17,50 dari rerata total skor keseluruhan 20. Hasil rerata total skor tersebut kemudian dibagi 2 sesuai dengan jumlah validator yang menilai. Hasil rerata validasi pedoman wawancara mendapatkan nilai sebesar 3,50.

Setelah pedoman wawancara divalidasi, wawancara dilakukan pada hari Kamis hingga hari Sabtu tanggal 13 - 15 September 2018. Berdasarkan hasil wawancara yang pertama dengan kepala sekolah di tiga SD N wilayah kecamatan Jogonalan dapat disimpulkan bahwa penerapan Kurikulum 2013 diterapkan secara bertahap. Hal tersebut dikarenakan sekolah dan guru masih kurang siap untuk mengolah sistem penilaian dan mengembangkan materi yang masih sempit. Selain itu, sekolah juga memiliki media pembelajaran yang terbatas.

Wawancara yang kedua dilakukan dengan masing-masing guru kelas V di tiga SD yang sama. Hasil wawancara dengan guru kelas V di tiga SD Negeri wilayah kecamatan Jogonalan dapat disimpulkan bahwa pembahasan materi pada

55 buku Kurikulum 2013 masih kurang mendalam. Oleh karena itu, guru membutuhkan buku referensi untuk menambah wawasan. Selama mengajar, guru juga hanya menggunakan media pembelajaran berupa gambar.

Wawancara yang ketiga dilakukan dengan dua siswa kelas V yang ditunjuk secara acak pada tiga SD Negeri yang sama. Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa kelas V, dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar siswa dikarenakan penjelasan materi yang kurang mendalam pada buku siswa. Selain itu kesulitan yang banyak dialami oleh siswa adalah sistem gerak tubuh manusia dan sistem pencernaan. Penggunaan media pembelajaran juga sebatas menggunakan gambar-gambar yang terdapat di kelas.

Hasil wawancara dari narasumber-narasumber tersebut, disimpulkan bahwa ketersediaan media pembelajaran IPA dan buku referensi masih terbatas. Hasil tersebut terlihat pada jawaban narasumber yang ditampilkan pada bagan 4.1

Bagan 4.1 Trianggulasi Sumber Wawancara Kepala Sekolah

Penerapan Kurikulum 2013 dilakukan secara bertahap, hal tersebut dikarenakan beberapa kendala, yaitu

ketersediaan media pembelajaran, pengembangan

materi, dan buku yang belum memadahi. Akibatnya proses pembelajaran IPA menjadi kurang maksimal. Guru Kelas V Perubahan Kurikulum 2013 mengakibatkan beberapa kesulitan yang dialami oleh guru ketika mengajar, salah satu kendala adalah ketersediaan media pembelajaran dan pembahasan materi yang terlalu sempit. Selama ini penggunaan media pembelajaran hanya menggunakan gambar-gambar.

Siswa

Pada materi sistem gerak tubuh manusia, siswa belum pernah

menggunakan media pembelajaran. Selain itu siswa juga

kesulitan mencari sumber informasi yang sesuai dengan materi pembelaaran di perpustakaan.

Sekolah sudah memiliki media pembelajaran berupa gambar, tetapi ketersediaan dan penggunaannya masih terbatas dan belum maksimal.

56 Berdasarkan bagan 4.1 mengenai trianggulasi wawancara yng dilakukan, diketahui bahwa siswa mengalami kesulitan pada materi sistem gerak tubuh manusia karena kurangnya pembahasan materi dibuku siswa. Guru pun mengalami kesulitan untuk mengembangkan materi pembelajaran IPA. Hal tersebut menjadi permasalahan karena ketersediaan media pembelajaran dan buku referensi untuk materi sistem gerak tubuh manusia masih terbatas.

Berdasarkan hasil identifikasi masalah melalui observasi dan wawancara yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa siswa mengalami kesulitan dalam mata pelajaran IPA materi sistem gerak tubuh manusia. Pada saat wawancara, siswa mengatakan bahwa materi tersebut sulit karena pembahasan materi dibuku siswa kurang lengkap.

Permasalahan lain yang ditemukan adalah kurangnya media pembelajaran dan buku referensi yang digunakan dalam proses pembelajaran IPA. Berdasarkan hasil observasi, diketahui bahwa media pembelajaran IPA hanya tersedia sedikit, di dalam kelas hanya terdapat gambar-gambar media pembelajaran IPA yang ditempel di dinding. Dalam pembelajaran, guru pun tidak menggunakan media pembelajaran. Guru menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Meskipun demikian, ketika wawancara guru mengatakan bahwa beliau menggunakan gambar-gambar yang terdapat dalam buku cetak atau pada gambar yang telah ditempel di dinding.

Dokumen terkait