• Tidak ada hasil yang ditemukan

Deskripsi Tugas Pelaksana Aksi Perubahan

Tugas dan fungsi utama pada Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan (BRPBAP3) adalah tugas riset perikanan budidaya air payau dan penyuluhan perikanan. Tugas riset dituangkan dalam program dan kegiatan riset perikanan budidaya air payau. Terdapat 5 (lima) kelompok peneliti yang spesifik di BRPBAP3 yaitu penelitian (1) sumber daya dan lingkungan; (2) kesehatan ikan dan lingkungan; (3) nutrisi dan teknologi pakan;

(4) pembenihan, genetika dan bioteknologi; dan (5) teknologi perikanan budidaya. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2008 tentang Litbang Perikanan bahwa hasil penelitian dapat berupa data, informasi, produk biologi dan teknologi perikanan. Selanjutnya hasil penelitian tersebut harus dipublikasikan dan didiseminasikan kepada masyarakat guna menunjang pengembangan usaha perikanan.

Berdasarkan Peraturan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia nomor 2 Tahun 2014 dijelaskan bentuk publikasi dapat berupa Karya Tulis Ilmiah yaitu tulisan hasil litbang dan/atau tinjauan, ulasan (review), kajian, dan pemikiran sistematis yang dituangkan oleh perseorangan atau kelompok yang memenuhi kaidah ilmiah. Dari output tersebut, disusun petunjuk teknis, rekomendasi teknologi untuk memberi kemudahan dalam penyebaran dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi masyarakat.

Bentuk dokumentasi hasil riset selama ini masih berupa naskah hardcopy yang telah banyak digunakan oleh masyarakat pengguna, seperti akademisi,

peneliti, penyuluh dan pembudidaya. Namun pemanfaatannya masih terbatas untuk pengguna seperti penyuluh dan pembudidaya, karena format naskah hasil riset umumnya masih dalam bahasa ilmiah dan distribusi naskah karya tulis ilmiah ke pengguna masih terbatas dan konvensional. Hal ini terjadi karena sentuhan teknologi informasi masih sangat terbatas untuk dokumentasi dan distribusi hasil riset. Selain itu, bentuk diseminasi masih berupa kegiatan sosialisasi tatap muka konvensional.

Oleh karena itu, tema sentral aksi perubahan ini yaitu bagaimana hilirisasi hasil riset lebih operasional melalui penyuluhan KP. Terobosan yang diusung dalam aksi perubahan ini yaitu “Membangun Start Up Pakan Murah Mandiri (PAK RAHMAN) Sebagai Media Penyuluhan Untuk Penguatan Kelompok Pembudidaya”. Hasil riset yang telah melewati proses kaidah ilmiah yang dihasilkan peneliti BRPBAP3 difokuskan pada hasil riset mengenai formulasi dan pembuatan pakan berbahan baku lokal. Hasil riset ini sangat dibutuhkan oleh pembudidaya untuk melaksanakan bisnis proses budidaya di tambaknya.

Kebutuhan operasional pakan menjadi kebutuhan dasar input akuakultur sebesar 60-70% dalam proses budidaya.

Oleh karena itu, hasil riset formulasi pakan yang telah ada akan dirancang menjadi suatu kegiatan operasional berupa media penyuluhan oleh penyuluh satminkal BRPBAP3, kemudian dijadikan materi penyuluhan kepada pembudidaya dengan pendampingan dari peneliti dan penyuluh KP.

Pembudidaya akan didorong menjadi start up produksi dan bisnis pakan murah mandiri (PAK RAHMAN). Dengan demikian akan terbentuk sinergi antara peneliti, penyuluh, pembudidaya.

Selanjutnya terobosan lainnya yaitu media distribusi informasi kegiatan ini akan didokumentasikan dalam bentuk videografi dan didistribusikan menggunakan sarana media sosial yang sudah berkembang dan tidak berbayar.

Melalui akun resmi BRPBAP3 pada media YouTube, videografi kegiatan akan

diupload dan dapat diakses oleh pengguna secara tidak terbatas berdasarkan ruang dan waktu.

Dengan demikian dampak kegiatan percontohan start up PAK RAHMAN dapat menjadi model yang terbuka dipelajari, diadopsi oleh penyuluh, pembudidaya lainnya.

Operasional hilirasi hasil riset ini dan dokumentasi videografi serta distribusi melalui media sosial akan membawa manfaat bagi institusi dan bagi peserta.

Manfaat bagi institusi yaitu adanya bentuk sinergi antara peneliti, penyuluh dan pembudidaya serta potensi melibatkan unsur pelatihan dan pendidikan. Selain itu, akan meningkatkan fungsi institusi untuk kemanfaatan hasil riset dan penyuluhan. Manfaat bagi peserta yaitu menjadi pelopor perubahan, membuat terobosan untuk meningkatkan fungsi institusi.

C. Project Sponsor

Sponsor aksi perubahan ini adalah BRPBAP3 Maros.

D. Project Leader

Project Leader aksi Perubahan adalah Kepala Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan (BRPBAP3) yang tercatat sebagai peserta Pelatihan Kepemimpinan Administrator Angkatan XIV.

E. Sumber Daya Tim 1. Dasar Hukum

a. Undang - Undang No 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan.

b. Peraturan Pemerintah No 30 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Penelitian Dan Pengembangan Perikanan;

c. Instruksi Presiden Republik Indonesia (Inpres) Nomor 3 Tahun 2001 Tentang Penerapan Dan Pengembangan Teknologi Tepat Guna;

d. Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 29/PERMEN-KP/2017 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau Dan Penyuluhan Perikanan; dan

e. Keputusan Kepala Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan tentang Tim Efektif Aksi Perubahan 2020.

2. Sumber Daya Manusia a. Kepala BRPBAP3 Maros;

b. Pejabat struktural eselon IV dan V lingkup BRPBAP3 Maros;

c. Peneliti;

d. Penyuluh KP Satminkal BRPBAP3;

e. Teknisi;

f. Staf yang mengelola dokumentasi, publikasi dan teknologi informasi 3. Sarana dan Prasarana

a. Dokumen hasil riset (KTI, Jurnal, Petunjuk Teknis) terkait formulasi dan pembuatan pakan;

b. Mesin pembuat pakan;

c. Bahan baku pembuatan pakan;

d. Ruang produksi pakan pada kelompok pembudidaya e. Perlengkapan dokumentasi videografi;

f. Perangkat komputer dengan piranti lunak editing video;

g. Website resmi BRPBAP3 Maros;

h. Akun resmi BRPBAP3 Maros di YouTube;

i. Jaringan internet.

4. Sumber dana

Sumber dana aksi perubahan ini berasal dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) BRPBAP3 Maros Tahun 2020 sebesar ± Rp. 27.000.000,-

II. LATAR BELAKANG

Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan, yang selanjutnya disingkat BRPBAP3, merupakan Unit Pelaksana Teknis Kementerian Kelautan dan Perikanan di bidang riset perikanan budidaya air payau dan penyuluhan perikanan, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala badan yang menangani riset kelautan dan perikanan serta pengembangan sumber daya manusia kelautan dan perikanan. Definisi tersebut merujuk pada Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 29/PERMEN-KP/2017 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau Dan Penyuluhan Perikanan.

Terdapat dua kata kunci yang menjadi tugas utama BRPBAP3 yaitu tugas riset perikanan budidaya air payau dan tugas penyuluhan perikanan. Terkait tugas tersebut, fungsi yang diemban oleh BRPBAP3 yaitu :

1. penyusunan rencana program dan anggaran, pemantauan, evaluasi, dan laporan;

2. pelaksanaan riset perikanan budidaya air payau di bidang biologi, reproduksi, genetika, bioteknologi, patologi, toksikologi, ekologi, nutrisi dan teknologi pakan, pemetaan dan lingkungan, plasma nutfah, serta analisis komoditi;

3. pengembangan teknologi penelitian perikanan budidaya air payau;

4. penyusunan materi, metodologi, pelaksanaan penyuluhan perikanan, serta pengembangan dan fasilitasi kelembagaan dan forum masyarakat bagi pelaku utama dan pelaku usaha;

5. penyusunan kebutuhan peningkatan kapasitas penyuluh Pegawai Negeri Sipil (PNS), swadaya, dan swasta;

6. pengelolaan prasarana sarana riset perikanan budidaya air payau dan penyuluhan perikanan; dan

7. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.

Gambar 1. Struktur Organisasi BRPBAP3 Maros

Susunan organisasi BRPBAP3 terdiri atas (gambar 1):

a. Subbagian Tata Usaha;

b. Seksi Tata Operasional;

c. Seksi Pelayanan Teknis dan Sarana;

d. Seksi Penyuluhan; dan

e. Kelompok Jabatan Fungsional.

Secara kelembagaan yang dipaparkan diatas, terlihat fungsi penyampaian hasil riset kepada masyarakat pengguna menjadi tugas fungsi pada Seksi

Pelayanan Teknis dan Sarana. Terdapat 5 (lima) kelompok peneliti yang spesifik di BRPBAP3 yaitu penelitian (1) sumber daya dan lingkungan; (2) kesehatan ikan dan lingkungan; (3) nutrisi dan teknologi pakan; (4) pembenihan, genetika dan bioteknologi; dan (5) teknologi perikanan budidaya. Proses riset pada setiap kelompok peneliti tersebut, umumnya menghasilkan output berupa Karya Tulis Ilmiah. Salah satu kelompok peneliti (KELTI) yaitu kelompok peneliti nutrisi dan teknologi pakan. Output hasil riset pada KELTI ini yaitu formulasi dan pembuatan pakan untuk berbagai komoditas budidaya.

Berdasarkan Peraturan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia nomor 2 Tahun 2014 dijelaskan Karya Tulis Ilmiah yaitu tulisan hasil litbang dan/atau tinjauan, ulasan (review), kajian, dan pemikiran sistematis yang dituangkan oleh perseorangan atau kelompok yang memenuhi kaidah ilmiah.

Dari output tersebut, disusun petunjuk teknis, rekomendasi teknologi untuk memberi kemudahan dalam penyebaran dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi masyarakat.

Berdasarkan Undang - Undang No 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan, pada pasal 4 butir b disebutkan bahwa Salah satu fungsi penyuluhan yaitu: mengupayakan kemudahan akses pelaku utama dan pelaku usaha ke sumber informasi, teknologi, dan sumber daya lainnya agar mereka dapat mengembangkan usahanya. Selain itu pada Undang - Undang UU No. 7 Tahun 2016 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan, Pembudidaya Ikan dan Petambak Garam, pada pasal 12 disebutkan bahwa strategi pemberdayaan dilakukan melalui kemudahan akses ilmu pengetahuan, teknologi, dan informasi.

Teknologi hasil riset khususnya tentang formulasi dan pembuatan pakan ikan komoditas budidaya air payau telah didapatkan oleh tim peneliti BRPBAP3.

Teknologi ini dapat dipandang sebagai suatu teknologi tepat guna, dimana berdasarkan Instruksi Presiden Republik Indonesia (Inpres) Nomor 3 Tahun 2001

Tentang Penerapan Dan Pengembangan Teknologi Tepat Guna, bahwa teknologi tepat guna yaitu teknologi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dapat menjawab permasalahan masyarakat, tidak merusak lingkungan, dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat secara mudah serta menghasilkan nilai tambah dari aspek ekonomi dan aspek lingkungan hidup.

Teknologi formulasi dan pembuatan pakan berbahan baku lokal yang dihasilkan BRPBAP3 dapat dimanfaatkan oleh masyarakat pembudidaya untuk membuat sendiri pakan dengan memanfaatkan bahan baku lokal di sekitar mereka. Hal ini sangat relevan dengan peningkatan nilai ekonomi budidaya dan mengurangi beban lingkungan karena bahan baku yang digunakan adalah bahan yang sudah tidak digunakan.

Uraian dasar hukum tersebut memberikan akses transparansi bahwa hasil riset harus disampaikan ke pelaku utama pembudidaya melalui fungsi penyuluhan KP. BRPBAP3 sebagai satuan administrasi pangkalan (SATMINKAL) bertugas melaksanakan tugas penyuluhan KP pada tiga provinsi yaitu Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Barat.

Nilai-nilai gagasan aksi perubahan yang diusung yaitu semangat sinergi membangun penguatan kelompok pembudidaya menjadi mandiri dan berdaya guna. Operasionalisasi nilai-nilai tersebut diterjemahkan sebagai kegiatan bagaimana hasil riset berupa formulasi dan pembuatan pakan berbahan baku lokal dapat menjadi media penyuluhan perikanan kepada kelompok pembudidaya.

Hilirisasi teknologi Pakan Murah Mandiri (PAKRAHMAN) yang dikawal peneliti dan penyuluh diharapkan dapat mendorong kelompok pembudidaya menjadi mandiri dalam penyediaan kebutuhan pakan untuk perikanan budidaya dan berdaya guna menghasilkan profit dari aspek start up bisnis penjualan pakan yang dibuat oleh mereka sendiri.

Selain itu, Agar aksi perubahan dapat dijangkau oleh masyarakat luas, maka digitalisasi dokumentasi kegiatan akan disusun dalam bentuk videografi.

Videografi tersebut akan diupload dalam media sosial (twitter, YouTube, Instagram) dan diviralkan melalui penyebaran WhatsApp. Dengan demikian penyuluh dan pembudidaya di lokasi lain dapat melihat langsung kegiatan percontohan sinergi hilirasi hasil riset PAKRAHMAN melalui media sosial yang dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja selama peralatan dan jaringan internet mendukung. Selain itu, akses informasi videografi tersebut tidak dikenakan biaya, selain hanya biaya koneksi internet saja. Hal ini dapat dipandang sebagai nilai lebih dari aksi perubahan ini.

A. Identifikasi Masalah

Dalam rumusan arah baru kebijakan pembangunan Kelautan dan Perikanan, dasar kebijakan diawali dengan Instruksi Presiden Joko Widodo kepada Menteri Kelautan dan Perikanan periode 2019 – 2024 yaitu : (1) perbaiki komunikasi dengan nelayan, pembudidaya ikan, pengusaha industri pengolahan ikan, traders dan stakeholders lainnya. (2) pengembangan perikanan budidaya (aquaculture). Lebih lanjut dalam rumusan arah baru kebijakan tersebut bahwa perikanan budidaya perlu mengembangkan industri pakan yang berkualitas dengan harga murah dan FCR rendah.

Fakta empiris menunjukkan bahwa pakan merupakan salah satu komponen utama dalam kegiatan budidaya, dimana kontribusi biaya pakan dapat mencapai 70% dari total biaya produksi (khususnya untuk teknologi intensif).

Biaya pakan yang tinggi disebabkan sebagian besar bahan pakan didapatkan dari impor seperti kebutuhan tepung ikan, tepung kedele, dan sebagainya. Input yang mahal tersebut menyebabkan harga pakan juga tinggi sehingga pada beberapa produksi budidaya tidak seimbang dengan harga ikan yang

dibudidayakan. Permasalahan pakan telah menjadi permasalahan yang dirasakan secara nasional untuk peningkatan produktivitas budidaya.

Disisi lain, teknologi formulasi dan pembuatan pakan berbahan baku lokal sudah dikuasai melalui para peneliti di BRPBAP3, namun pola konvensional diseminasi hasil riset masih belum mampu menjangkau spektrum pelaku utama pembudidaya yang lebih luas. Hal ini karena kondisi saat ini masih bersifat parsial dimana kurang optimal dan sinerginya hilirisasi hasil riset melalui penyuluhan untuk pembudidaya.

. Sebagai langkah awal pelaksanaan Rencana Aksi Perubahan dilakukan identifikasi secara menyeluruh permasalahan terkait belum optimal dan sinerginya hilirisasi hasil riset.

Survei cepat dilakukan kepada penyuluh perikanan Satminkal BRPBAP3, khususnya yang berada pada wilayah administratif di Kabupaten Gowa, Makassar, Maros, Pangkep Sulawesi Selatan. Survei tersebut dilakukan pada tanggal 17 Maret 2020, menggunakan metode e-kuesioner pada google form.

Sebanyak 57 responden penyuluh perikanan memberikan tanggapan survei dengan hasil sebagai berikut :

1. Persepsi penyuluh perikanan Satminkal BRPBAP3 terhadap kinerja pemanfaatan hasil riset yang telah dihasilkan BRPBAP3 yaitu sebanyak 68%

menyatakan hasil riset BRPBAP3 telah menjadi materi penyuluhan di wilayah kerja masing-masing. Sementara 32 persen menyatakan masih belum optimal;

2. Namun 74% responden mengakui bahwa hilirisasi hasil riset yang telah digunakan sebagai materi penyuluhan belum sepenuhnya dapat diadopsi pada tingkat pembudidaya, sementara sisanya 25% menyatakan hilirisasi hasil riset telah dikembangkan di tingkat pembudidaya;

3. Belum optimalnya hilirisasi hasil riset tersebut disebabkan karena metode penyampaian hasil riset selama ini masih bersifat terbatas dan parsial, artinya hanya berupa tatap muka tanpa adanya kegiatan percontohan sampai pada tahap produksi. Sebanyak 72% responden memilih model percontohan sebagai metode yang paling tepat untuk hilirisasi hasil riset, selanjutnya model diseminasi, kuliah dan pembelajaran jarak jauh.

4. Dari lima kelompok penelitian utama BRPBAP3, teknologi formulasi pakan menjadi pilihan 35% responden untuk dijadikan model percontohan hilirisasi hasil riset. Selain itu hasil riset yang diharapkan dapat dikembangkan yaitu evaluasi kesesuaian lahan budidaya (22%); aplikasi probiotik (18%) dan teknologi budidaya (25%).

Hasil identifikasi permasalahan aktual yang dilakukan melalui survei cepat diatas kemudian dianalisis lebih lanjut. Analisis fish bone diagram dilakukan untuk mengetahui penyebab masalah mengapa kondisi saat ini terjadi. Tujuan analisis ini untuk mengetahui “cause-effect” / penyebab – akibat dari masalah yang muncul pada saat ini.

Pada gambar 2, disajikan fish bone diagram yang menunjukkan bahwa terdapat penyebab timbulnya masalah saat ini yang dapat dikelompokkan berdasarkan sumber daya manusia, materi, lingkungan, mesin/peralatan dan metode atau prosedur yang ada.

Kondisi saat ini memang dicirikan oleh keterbatasan sumber daya manusia untuk melalukan sinergi. Pola sikap masa lalu yang orientasi pada hasil pekerjaan sendiri masih perlu direformasi menjadi pola sikap sinergi dan berjejaring untuk melakukan hilirisasi hasil riset. Hal ini dapat disebabkan karena berada pada kondisi zona nyaman, yaitu masih menggunakan pola lama, disisi lain perkembangan jaman dan tuntutan kebutuhan informasi yang cepat membutuhkan daya adaptasi dan penyesuaian yang juga harus cepat.

Penyebab lainnya yaitu sarana prasarana hilirisasi hasil riset yang terbatas karena efisiensi anggaran. Hal ini dapat diatasi dengan menyesuaikan perlengkapan yang telah tersedia dengan output yang diinginkan.

Gambar 2. Analisis Fish Bone

Akibat jika kendala ini tidak diidentifikasi dan diatasi, maka diprediksi akan membuat permasalahan yang lebih besar yang dapat menghambat pencapaian tujuan organisasi melalui pelaksanaan tugas dan fungsi. Potensi akibat yang dapat terjadi yaitu (1) tidak ada inovasi dalam bentuk sinergi hasil riset yang lebih informatif dan komunikatif; (2) mengerjakan pekerjaan rutin saja tanpa ada perubahan ke arah pengembangan (business as usual); (3) diseminasi hasil riset bersifat terbatas dan bergantung pada ketersediaan anggaran; (4) kurangnya spektrum jangkauan penggunaan hasil riset oleh masyarakat.

Cause Effect

Hasil identifikasi pada analisis fish bone tersebut menunjukkan terdapat himpunan permasalahan pada kondisi eksisting yang perlu mendapat perhatian yaitu :

1) Man : belum padunya SDM peneliti dan penyuluhan; Kurangnya motivasi untuk move on

2) Money : Anggaran implementasi keg yang terbatas; alokasi anggaran tidak pada penyebaran hasil riset.

3) Materials : Hasil riset telah banyak tersedia; Format diseminasi masih bersifat sosialisasi

4) Machines : sarpras untuk hilirisasi riset yang terbatas.

5) Methods : Pada tataran operasional /Proses, transformasi hasil riset belum optimal kepada penyuluh; belum fix SOP bersama (peneliti & penyuluh).

Analisis radar chat secara umum menunjukkan kecenderungan permasalahan yang menjadi isu strategis utama yang perlu mendapat upaya penyelesaian. Pada gambar 3 ditampilkan radar chart yang menunjukkan permasalahan belum optimalnya transformasi hasil riset sementara disisi lain hasil riset telah banyak tersedia untuk ditransformasi dalam bentuk media penyuluhan untuk pendampingan pembudidaya.

Gambar 3. Radar Chart Analisis Permasalahan

Penentuan skala prioritas didasarkan atas identifikasi permasalahan yang akan dipilih berdasar isu aktual. Analisis skala prioritas untuk menentukan permasalahan yang paling mendesak untuk dicari jalan keluarnya dilakukan dengan menggunakan APKL. Hasil analisa dengan APKL terhadap permasalahan-permasalahan yang ada disajikan pada tabel 1.

Tabel 1. Penentuan Isu Aktual Menggunakan Analisis APKL.

No Isu Strategis/Permasalahan Kriteria

Jumlah Prioritas

A P K L

1 Belum padunya SDM Peneliti dan Penyuluh KP

4 5 5 4 18 3

2 Kurangnya keinginan untuk move on 4 2 2 2 10

3 Hasil Riset telah banyak tersedia dari lembaga riset

5 5 5 4 19 2

4 Format diseminasi masih bersifat sosialisasi

3 4 4 3 14

5 Anggaran implementasi yang terbatas 4 4 5 3 16

6 Alokasi anggaran prioritas belum mengarah kepada penyebaran hasil riset

4 3 3 3 13

7 Peralatan/media hilirisasi riset yang masih terbatas

4 5 4 5 18 3

8 Transformasi hasil riset belum optimal (belum adanya SOP pada level

operasional bersama)

5 5 5 5 20 1

Keterangan APKL :

Berdasar hasil analisa APKL pada Tabel 1, teridentifikasi bahwa masalah paling serius terjadi pada belum optimalnya transformasi hasil riset sebagai bentuk sinergi dengan penyuluhan KP dengan nilai 20.

Dari hasil analisa tersebut, diperlukan analisis lanjutan untuk menentukan prioritas masalah yang akan diformulasikan solusinya melalui analisis USG (Urgent, Serious, Growth) yakni sebagai alat ukur untuk menyusun prioritas masalah yang harus diselesaikan sebagaimana pada Tabel 2 berikut ini.

A : Aktual

Tabel 2. Penetapan urutan prioritas masalah yang harus diselesaikan

No Isu Strategis Kriteria

Jumlah

U S G

1 Belum padunya SDM Peneliti dan Penyuluh KP

5 4 4 13

2 Kurangnya keinginan untuk move on 3 3 2 8

3 Hasil Riset telah banyak tersedia dari lembaga riset

5 4 5 14

4 Format diseminasi masih bersifat sosialisasi

4 3 3 10

5 Anggaran implementasi yang terbatas 4 4 3 11

6 Alokasi anggaran prioritas belum

mengarah kepada penyebaran hasil riset

3 3 3 9

7 Peralatan/media hilirisasi riset yang masih terbatas

4 4 5 13

8 Transformasi hasil riset belum optimal (belum adanya SOP pada level

operasional bersama)

5 5 5 15

Keterangan : U = Urgent, S = Serious, G = Growth

1 = Sangat Kecil, 2 = Kecil, 3 = Sedang, 4 = Besar, 5 = Sangat Besar

Tabel 2 memperlihatkan bahwa masalah prioritas yang perlu diselesaikan adalah terkait belum optimalnya transformasi/hilirisasi hasil riset sebagai media penyuluhan. Prioritas inilah yang menjadi tema aksi perubahan.

B. Area Perubahan

1. Kondisi Saat Ini (Eksisting)

Berdasarkan laporan tahunan 2019 BRPBAP3, diperoleh informasi bahwa penyebaran hasil-hasil penelitian dan pengembangan budidaya air payau diperlukan untuk mempercepat proses alih teknologi dan adopsi dari penghasil teknologi ke stakeholder (pembudidaya, pengambil kebijakan, akademisi, serta instansi yang terkait). Metode penyebaran hasil-hasil penelitian dan pengembangan budidaya air payau adalah dengan mengadakan diseminasi,

sosialisasi dan bimbingan teknis yang bersifat tatap muka. Metode pertemuan tatap muka membutuhkan sumberdaya yang tidak sedikit untuk mobilisasi peserta, narasumber, akomodasi dan sebagainya. Selain itu metode ini juga tidak dapat meliputi jumlah peserta yang lebih luas karena adanya faktor alokasi sumberdaya yang tidak kecil. Pada tahun 2019, BRPBAP3 hanya mempunyai kapasitas menyelenggarakan diseminasi sebanyak 13 kali dengan metode tatap muka. Hal ini belum meliputi penggunaan teknologi informasi untuk penyebaran yang lebih luas.

Kondisi eksisting menunjukkan bahwa hasil riset telah banyak dihasilkan dari berbagai penelitian perikanan budidaya air payau. Output riset berupa naskah hardcopy telah mulai digitalkan sejak tahun 2015 sampai sekarang dan diupload ke website untuk menjangkau pengguna yang lebih luas sejak tahun 2016 sampai sekarang. Namun bentuk dokumentasi masih berupa naskah karya tulis ilmiah yang menggunakan bahasa dan istilah ilmiah dan belum populer di masyarakat umum. Selain itu, bentuk penyebaran atau distribusi hasil riset masih bersifat konvensional tatap muka sebagaimana telah dijelaskan diatas. Hal ini sesuai dengan permasalahan yang telah dianalisis sebelumnya yaitu belum optimalnya transformasi/hilirisasi hasil riset sebagai media penyuluhan. Hal ini didukung hasil survei cepat kepada penyuluh satminkal Maros: (1) masih perlu pendampingan/sinergi peneliti dan penyuluh; (2) bentuk sinergi berupa pendampingan /percontohan teknologi secara kontinyu dan berdampak ekonomi bagi pembudidaya.

Hasil riset yang dipilih untuk menjadi subyek dalam model percontohan ini yaitu teknologi formulasi dan pembuatan pakan murah mandiri. Formulasi Pakan menjadi salah satu kebutuhan utama pembudidaya sebagai input dalam usaha budidaya. Istilah pakan murah mandiri disingkat PAKRAHMAN ini menjadi branding aksi perubahan sebagai bagian dari komunikasi efektif kepada pembudidaya.

2. Kondisi Yang Diharapkan

Kondisi yang diharapkan dengan adanya aksi perubahan yang akan dilaksanakan secara umum yaitu adanya upaya/gerak perubahan peningkatan spektrum kemanfaatan hasil riset kepada pelaku utama (pembudidaya) melalui tugas fungsi penyuluhan KP.

Hilirisasi hasil riset dapat menjadi media penyuluhan untuk peningkatan kapasitas kelompok pembudidaya khususnya formulasi dan pembuatan pakan murah mandiri (PAKRAHMAN). Model percontohan dipilih sebagai media hilirisasi hasil riset karena dapat lebih fokus dalam proses alih teknologi dan meliputi kegiatan pembelajaran materi dan praktek lapangan. Kondisi yang diharapkan secara khusus berupa : (1) adanya media penyuluhan pembuatan

Hilirisasi hasil riset dapat menjadi media penyuluhan untuk peningkatan kapasitas kelompok pembudidaya khususnya formulasi dan pembuatan pakan murah mandiri (PAKRAHMAN). Model percontohan dipilih sebagai media hilirisasi hasil riset karena dapat lebih fokus dalam proses alih teknologi dan meliputi kegiatan pembelajaran materi dan praktek lapangan. Kondisi yang diharapkan secara khusus berupa : (1) adanya media penyuluhan pembuatan

Dokumen terkait