BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI
3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Dinas Perindag Sumbar
Berdasarkan tupoksinya, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Barat harus mendukung pencapaian visi dan misi Kepala Daerah dengan melaksanakan kewenangan desentralisasi dan tugas dekosentrasi di bidang Perindustrian dan Perdagangan. Dalam menyelenggarakan tugas tersebut, Dinas Perindustrian dan Perdagangan mempunyai fungsi sebagai berikut :
- Penyusunan kebijaksanaan teknis dibidang Perindustrian dan Perdagangan.
- Pemberian perizinan dan pelaksanaan pelayanan umum lintas Kabupaten dan Kota
dibidang Perindustrian dan Perdagangan.
- Pembinaan teknis dibidang Perindustrian dan Perdagangan.
- Pembinaan Unit Pelayanan Teknis Dinas (UPTD).
- Pelaksanaan urusan Tata Usaha Dinas.
Permasalahan pokok pembangunan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Barat pada dasarnya meliputi beberapa aspek yang menyangkut dengan kendala dan tantangan yang harus dipecahkan untuk mendorong proses pembangunan industri dan perdagangan di Sumatera Barat. Untuk lebih jelasnya identifikasi permasalahan di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Barat dalam menjalankan tugas dan fungsinya dapat dilihat pada table berikut.
Tabel 3.1.1
Tabel T.IV.C.9 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Barat
2 3
1. Pertumbuhan industri pengolahan 1,84 % (mengalami penurunan dibanding pertumbuhan tahun 2014 yaitu 5,40 %).
Perbandingan dengan realisasi tahun sebelumnya.
1. Program dan kegiatan untuk menjalankan tupoksi belum tepat.
1. Sikap mandiri dan ketangguhan masyarakat dalam berusaha masih lemah.
1. Daya saing produk Industri Kecil Menengah yang masih rendah (kualitas, desain, harga, kemasan, kontinuitas produksi).
2. Persentase kontribusi sub sektor industri terhadap PDRB
10,25 persen (mengalami penurunan dibandingkan kontribusi industri pada tahun 2014 yaitu 10,46 persen).
Perbandingan dengan realisasi tahun sebelumnya.
2. Kualitas SDM aparat yang dapat menangani teknis industri dan perdagangan masih kurang.
2. Hubungan yang intensif antara hasil riset dan balai riset dalam negeri dengan usaha industri dan perdagangan belum optimal.
2. Pengembangan industri sesuai potensi daerah belum optimal.
3. Jumlah peningkatan unit usaha industri unggulan
302 unit usaha industri unggulan (mengalami penurunan dibandingkan unit usaha industri unggulan pada tahun 2014 yaitu 531 unit usaha).
Perbandingan dengan realisasi tahun sebelumnya.
3. Kualitas SDM pelaku usaha industri kecil dan menengah masih terbatas.
3. Keberpihakan dan kesadaran masyarakat dalam menggunakan produk dalam negeri masih kurang.
3. Jaringan kemitraan usaha antara IKM dengan industri besar belum optimal.
4. Pengembangan hilirisasi produk Sumatera Barat masih kurang.
4. Produk hukum dalam penyelesaian kasus perlindungan konsumen masih lemah.
4. Sistem distribusi barang kebutuhan pokok dan strategis belum efektif dan efisien.
1. Persentase kontribusi sub sektor perdagangan terhadap PDRB
14,68 % (mengalami peningkatan dinadingkan kontribusi pada tahun 2014 yaitu sebesar 14,29 %).
Perbandingan dengan realisasi tahun sebelumnya.
5. Produk-produk impor ilegal masih banyak peredar di pasaran.
5. Kualitas sarana dan prasarana dagang pasar rakyat masih rendah. 2. Persentase pasar rakyat yang
berkondisi baik
25,88 % (mengalami peningkatan dibandingkan kondisi tahun 2014 yaitu sebesar 22,97 %).
Perbandingan dengan realisasi tahun sebelumnya.
6. Krisis ekonomi dan krisis finansial global yang bersifat multi dimensi yang berdampak terhadap kinerja ekspor.
6. Ekspor masih terkosentrasi pada beberapa komoditi tertentu, barang setengah jadi dan negara tujuan ekspor masih terpaut ke negara tujuan tradisional.
3. Persentase barang bertanda SNI, label dan manual kartu garansi (MKG), dan lain-lain yang diawasi
7,48 % (produk ber SNI yang diawasi pada tahun 2015 baru sebanyak 7 produk, sementara yang wajib untuk diawasi adalah sebanyak 107 produk).
Jumlah produk yang wajib diawasi setiap tahunnya.
7 Barang beredar yang tidak memenuhi ketentuan, seperti barang yang tidak mencantumkan kode produksi, tanggal kadaluarsa, tanda SNI, manual dan garansi masih banyak ditemui di pasaran.
4. Nilai ekspor non migas US $ 1.748 (mengalami penurunan sebesar 16,68 persen dibandingkan nilai ekspor pada tahun 2014 yaitu US $ 2.105,6). Perbandingan dengan realisasi tahun sebelumnya. Permasalahan Pelayanan SKPD 6 Sektor Perdagangan : Aspek Kajian Sektor Industri : 1
Capaian/Kondisi Saat Ini Standar yang digunakan
Internal (Kewenangan SKPD) 4
Faktor yang Mempengaruhi
Eksternal (Diluar Kewenangan SKPD)
Berdasarkan identifikasi sebagaimana pada tabel diatas, dapat diketahui permasalahan yang dihadap Dinas Perindustrian dan Perdagangan dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya, sehingga target yang ditetapkan belum keseluruhan tercapai, yaitu:
1. Urusan Perindustrian
- Daya saing produk Industri Kecil Menengah yang masih rendah (kualitas, desain, harga, kemasan, kontinuitas produksi).
Dalam kondisi persaingan yang semakin ketat, setiap IKM dituntut dapat meningkatkan daya saing produk-produk yang dihasilkannya. Karena dengan peningkatan daya saing membuat IKM dapat mengungguli usaha lain yang menghasilkan produk sejenis. Daya saing produk dapat ditelaah dari berbagai aspek; mulai dari mutu produk yang lebih baik, harga jual yang lebih rendah, desain yang lebih menarik, sampai pada pelayanan purna jual yang lebih terjamin. Inovasi secara berkesinambungan memungkinkan suatu usaha meningkatkan daya saing produk yang dihasilkannya. Hal ini dimungkinkan, karena melalui inovasi akan terjadi perbaikan-perbaikan dalam proses produksi, baik melalui adopsi teknologi maju diluar perusahaan, maupun melalui riset dan pengembangan dalam perusahaan sendiri. Dengan demikian dapat dihasilkan produk yang memiliki daya saing yang lebih tinggi, apakah berupa peningkatan kualitas produk, peningkatan desain produk, atau peningkatan efisiensi produksi. Peningkatan efisiensi produksi berarti produk tersebut dapat diproduksi dengan biaya yang lebih murah, sehingga produk tersebut memiliki daya saing dari segi harga jualnya. Suatu hal yang perlu diingat adalah bahwa setiap inovasi produk harus selalu diarahkan kepada kebutuhan pelanggan. Inovasi tanpa memperhatikan kebutuhan pelanggan hanya akan mengakibatkan produk tersebut gagal ketika dipasarkan. Akar dari lemahnya daya saing produk industry kecil menangah secara umum disebabkan karena terbatasnya kemampuan dan ketrampilan industry, masih rendahnya penguasaan teknologi serta kurangnya promosi dan jejaring produk.
- Pengembangan industri sesuai potensi daerah belum optimal.
Dalam memanfaatkan keunggulan komparatif suatu daerah, dalam hal ini diimplementasikan dalam pengembangan industri suatu daerah sesuai dengan potensi daerah tersebut, perlu disusun perencanaan pembangunan industri yang disesuaikan dengan keunggulan/kompetensi inti yang ada serta kendala dan prospek dari komoditi yang dikembangkan, sehingga dapat memberikan hasil yang optimal. Perencanaan tersebut dikoordinasikan secara intensif dengan daerah kab/kota sehingga dapat menghasilkan master plan yang rinci. Dengan master plan ini, pengembangan industry akan lebih terarah serta dapat memberikan manfaat yang besar terhadap pengembangan potensi daerah tersebut.
- Jaringan kemitraan usaha antara IKM dengan industri besar belum optimal.
Jejaring kemitraan usaha antara IKM dengan industri besar merupakan salah satu hal penting dalam mengembangkan IKM kedepannya. Sektor IKM (Industri Kecil dan Menengah) diharapkan menjadi mitra bisnis bagi perusahaan besar. Namun kendala IKM untuk menjadi mitra bisnis bagi perusahaan besar adalah kurang optimalnya IKM dalam memenuhi persyaratan teknis maupun administrasi dan pasokan barang yang kurang kontinyu yang menyebabkan keterlambatan produksi. Hal ini perlu mendapatkan perhatian pemerintah, sehingga IKM dapat tumbuh seiirng dengan semakin majunya industri besar.
2. Urusan Perdagangan
- Sistem distribusi barang kebutuhan pokok dan strategis belum efektif dan efisien. Distribusi barang kebutuhan pokok yang efektif dan efisen merupakan Kebijakan umum pembangunan sektor perdagangan yang ditetapkan dalam rangka pencapaian kinerja. Belum Optimalnya sistem distribusi barang kebutuhan pokok
dan strategis yang efektif dan efisien disebabkan karena belum memadainya sarana dan prasarana logistik, seperti sarana transportasi (jalan, akses dan alat angkut), sarana pergudangan dan ketrampilan SDM perdagangan. Permasalahan ini harus segera mendapatkan solusi, karena sistem distribusi bahan pokok yang tidak strategis menyebabkan kelangkaan dan harga barang pokok yang menjadi beragam.
- Jaringan pasar dalam dan luar negeri belum optimal
- Kualitas sarana dan prasarana dagang pasar rakyat masih rendah.
- Ekspor masih terkosentrasi pada beberapa komoditi tertentu, barang setengah jadi dan negara tujuan ekspor masih terpaut ke negara tujuan tradisional.
- Barang beredar yang tidak memenuhi ketentuan, seperti barang yang tidak mencantumkan kode produksi, tanggal kadaluarsa, tanda SNI, manual dan garansi masih banyak ditemui di pasaran.
Permasalahan tersebut diatas dipengaruhi beberapa faktor, antara lain:
1. Faktor Internal (Kewenangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera
Barat.
- Program dan kegiatan untuk menjalankan tupoksi belum tepat.
- Kualitas SDM aparat yang dapat menangani teknis industri dan perdagangan masih kurang.
- Kualitas SDM pelaku usaha industri kecil dan menengah masih terbatas. - Pengembangan hilirisasi produk Sumatera Barat masih kurang.
2. Faktor Eksternal (Diluar Kewenangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi
Sumatera Barat).
- Sikap mandiri dan ketangguhan masyarakat dalam berusaha masih lemah.
- Hubungan yang intensif antara hasil riset dan balai riset dalam negeri dengan usaha industri dan perdagangan belum optimal.
- Keberpihakan dan kesadaran masyarakat dalam menggunakan produk dalam negeri masih kurang.
- Produk hukum dalam penyelesaian kasus perlindungan konsumen masih lemah. - Produk-produk impor ilegal masih banyak peredar di pasaran
- Krisis ekonomi dan krisis finansial global yang bersifat multi dimensi yang berdampak terhadap kinerja ekspor.