• Tidak ada hasil yang ditemukan

Telaahan Renstra Kementerian Terkait

Dalam dokumen BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang (Halaman 50-54)

BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

3.3 Telaahan Renstra Kementerian Terkait

Analisis Renstra K/L ditujukan untuk menilai keserasian, keterpaduan, sinkronisasi, dan sinergitas pencapaian sasaran pelaksanaan Renstra SKPD Provinsi terhadap sasaran Renstra K/L serta untuk mengidentifikasi apakah capaian sasaran pelaksanaan Renstra SKPD Provinsi telah berkontribusi terhadap pencapaian sasaran Renstra Renstra K/L. Kementerian/Lembaga yang terkait dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Barat adalah Kementerian Perindustrian dan Kementerian Perdagangan.

3.3.1 Renstra Kementerian Perindustrian RI Tahun 2015-2019

Dalam rangka mendukung pencapaian visi, misi, sasaran dan target pembangunan nasional sebagaimana diamanatkan dalam RPJMN 2015-2019, serta mendukung pencapaian tujuan berbangsa dan bernegara sesuai dengan amanat UUD 1945, yaitu mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur, Kementerian Perindustrian RI merumuskan visi pembangunan industri tahun 2015-2019 yaitu “Indonesia menjadi negara industri yang

berdaya saing dengan struktur industri yang kuat berbasiskan sumber daya alam dan berkeadilan”.

Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, diperlukan tindakan nyata dalam bentuk 4 (empat) misi sesuai dengan tugas dan fungsi Kementerian Perindustrian sebagai berikut :

1. Memperkuat dan memperdalam struktur Industri nasional untuk mewujudkan industri

nasional yang mandiri, berdaya saing, maju, dan berwawasan lingkungan;

2. Meningkatkan nilai tambah di dalam negeri melalui pengelolaan sumber daya industri

yang berkelanjutan dengan meningkatkan penguasaan teknologi dan inovasi;

3. Membuka kesempatan berusaha dan perluasan kesempatan kerja;

4. Pemerataan pembangunan Industri ke seluruh wilayah Indonesia guna memperkuat

dan memperkukuh ketahanan nasional.

Mengacu kepada arah kebijakan RPJMN 2015-2019 maka arah kebijakan umum dan strategi pembangunan industri nasional yang dituangkan dalam Rencana Strategis Kementerian Perindustrian Tahun 2015-2019 adalah sebagai berikut :

1. Pengembangan Perwilayahan Industri diluar Pulau Jawa, dengan strategi meliputi :

a. Fasilitasi pembangunan 14 kawasan industri (KI);

b. Membangun 22 sentra Industri Kecil dan Menengah (SIKIM);

c. Berkoordinasi dengan para pemangku kepentingan dalam membangun

infrastruktur utama (jalan, listrik, air bersih, telekomunikasi, pengolah limbah dan logistik), infrastruktur pendukung tumbuhnya industri, dan sarana pendukung kualitas kehidupan bagi pekerja.

2. Penumbuhan populasi industri, dengan menambah 9 ribu usaha industri berskala besar

dan sedang dimana 50 % tumbuh diluar Jawa, serta tumbuhnya industri kecil 20 ribu unit usaha, dengan strategi meliputi :

a. Mendorong investasi untuk industri pengolah sumber daya alam, baik hasil pertanian maupun hasil pertambangan (hilirisasi);

b. Mendorong investasi untuk industri penghasil barang konsumsi kebutuhan dalam negeri yang utamanya industri padat tenaga kerja;

c. Mendorong investasi untuk industri penghasil bahan baku, bahan setengah jadi,

komponen, dan sub-assembly (pendalaman struktur);

d. Memanfaatkan kesempatan dalam jaringan produksi global;

e. Pembinaan industri kecil dan menengah (IKM) agar dapat terintegrasi dengan

rantai nilai industri pemegang merek (Original Equipment Manufacturer, OEM) di

dalam negeri dan dapat menjadi basis penumbuhan populasi industri besar dan sedang.

3. Peningkatan Daya Saing dan Produktivitas (Nilai Ekspor dan Nilai Tambah Per Tenaga

Kerja) dengan strategi meliputi :

a. Peningkatan efisiensi teknis, melalui :

- Pembaharuan/revitalisasi permesinan industri.

- Peningkatan dan pembaharuan ketrampilan tenaga kerja.

- Optimalisasi ekonomi lingkup industri

b. Peningkatan penguasaan IPTEK / inovasi

c. Peningkatan penguasaan dan pelaksanaan pengembangan produk baru (new

product development) oleh industri domestik, Pembangunan faktor input

(peningkatan kualitas SDM industri dan akses ke sumber pembiayaan yang terjangkau).

d. Fasilitasi dan insentif dalam rangka peningkatan daya saing dan produktivitas Sementara itu, sasaran pengembangan Industri Kecil dan Menengah (IKM) dijabarkan dalam Renstra Kementerian Perindustrian Tahun 2015-2019 sebagai berikut :

1. Meningkatnya pertumbuhan industri yang diharapkan dapat mencapai pertumbuhan 2

(dua) digit pada tahun 2035 sehingga kontribusi industri dalam Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai 30% (tiga puluh persen);

2. Meningkatnya penguasaan pasar dalam dan luar negeri dengan mengurangi

ketergantungan terhadap impor bahan baku, bahan penolong, dan barang modal;

3. Meningkatkan ekspor produk industri;

4. Meningkatnya kontribusi industri kecil terhadap pertumbuhan industri nasional;

5. Meningkatnya pengembangan inovasi dan penguasaan teknologi;

6. Meningkatnya penyerapan tenaga kerja yang kompeten di sektor industry;

7. Menguatnya struktur industri dengan tumbuhnya industri hulu dan industri antara yang

berbasis sumber daya alam.

3.3.2 Renstra Kementerian Perdagangan RI Tahun 2015-2019

Dalam rangka menjembatani visi dan misi Presiden dan Wakil Presiden periode 2015-2019 dalam melaksanakan agenda pembangunan nasional, Kementerian Perdagangan Periode 2019 sebagaimana dimuat pada Renstra Kementerian Perdagangan RI 2015-2019 memiliki 3 (tiga) misi dalam pembangunan sektor perdagangan, yaitu :

1. Meningkatkan pertumbuhan kinerja perdagangan luar negeri yang berkelanjutan.

2. Meningkatkan perdagangan dalam negeri yang bertumbuh dan berkualitas.

3. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik di sektor perdagangan.

Untuk mewujudkan visi dan misi pemerintahan periode 2015-2019 yang dijembatani melalui misi Kementerian Perdagangan, maka tujuan yang hendak dicapai dalam membangun sektor perdagangan periode 2015-2019 yaitu:

1. Peningkatan ekspor barang non migas yang bernilai tambah dan jasa;

2. Peningkatan pengamanan perdagangan;

4. Pemantapan promosi ekspor dan nation branding;

5. Peningkatan efektivitas pengelolaan impor barang dan jasa;

6. Pengintegrasian dan perluasan pasar dalam negeri;

7. Peningkatan penggunaan dan perdagangan produk dalam negeri (PDN);

8. Optimalisasi/penguatan pasar berjangka komoditi, SRG dan pasar lelang;

9. Peningkatan kelancaran distribusi dan jaminan pasokan barang kebutuhna pokok dan

barang penting;

10. Peningkatan perlindungan konsumen;

11. Peningkatan iklim usaha dan kepastian berusaha; 12. Peningkatan kualitas kinerja organisasi;

13. Peningkatan dukungan kinerja perdagangan;

14. Peningkatan kebijakan perdagangan yang harmonis dan berbasis kajian.

Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan sektor perdagangan, maka ditetapkan arah kebijakan yang ditempuh selama tahun 2015-2019, baik terkait perdagangan luar negeri mapun perdagangan dalam negeri.

Arah kebijakan perdagangan luar negeri dalam lima tahun kedepan sesuai

dengan yang tertuang didalam RPJMN 2015-2019 adalah “meningkatkan daya saing produk ekspor non-migas dan jasa” melalui:

1. Peningkatan nilai tambah yang lebih tinggi dan peningkatan kualitas agar lebih

kompetetif di pasar internasional;

2. Pengoptimalan upaya pengamanan perdagangan guna mendukung pertumbuhan

ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.

Arah kebijakan Perdagangan Luar Negeri akan dicapai melali 4 (empat) pilar strategi, yaitu:

1. Menjaga dan meningkatkan pangsa pasar produk Indonesia di pasar ekspor utama

(market maintenance);

2. Meningkatkan pangsa pasar ekspor di pasar prospektif (market creation);

3. Mengidentifikasi peluang pasar ekspor produk dan jasa potensial (product creation);

4. Meningkatkan fasilitasi ekspor dan impor untuk mendukung daya saing produk

nasional (export facilitation and import management)

Arah kebijakan perdagangan dalam negeri dalam lima tahun kedepan sesuai

dengan yang tertuang dalam RPJMN 2015-2019 adalah “meningkatkan aktivitas perdagangan dalam negeri yang lebih efisien dan berkeadilan” melalui:

a. Pembenahan sistem distribusi bahan pokok dan sistem logistik rantai suplai agar lebih

efisien dan lebih andal serta pemberian insentif perdagangan domestik sehingga dapat mendorong peningkatan produktivitas ekonomi dan mengurangi kesenjangan antar wilayah;

b. Pembenahan iklim usaha perdagangan yang lebih kondusif;

c. Penguatan perlindungan konsumen dan standarisasi produk lokal di pusat dan di

daerah.

Pencapaian sasaran jangka menengah Kementerian Perindustrian dan Kementerian Perdagangan sebagaimana yang telah diuraikan diatas, tidak luput dari adanya factor-faktor penghambat serta factor-faktor pendorong sebagaimana tergambar pada tabel berikut:

Tabel 3.3.1

Tabel T.IV.C.12 Permasalahan Pelayanan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Barat Berdasarkan Sasaran Renstra Kementerian Beserta

Faktor Penghambat dan Pendorong

Kementerian Perindustrian :

1. Meningkatnya pertumbuhan

industri non migas 1. Daya saing produk Industri Kecil Menengah yang masih rendah (kualitas, desain, harga, kemasan, kontinuitas produksi).

1. Meningkatnya produk yang masuk ke Sumatera Barat dengan kualitas dan harga yang kompetitif dibandingkan produk lokal.

1. Adanya kebijakan pemerintah dibidang industri yang bersifat normatif maupun dukungan finansial dalam pelaksanaan program pembangunan di sektor industri.

2. Meningkatnya peran industri kecil dan menengah terhadap PDB.

2. Pengembangan industri sesuai potensi daerah belum optimal.

2. Pengembangan hilirisasi produk Sumatera Barat masih kurang.

2. Terbukanya peluang pasar produk Sumatera Barat dengan diberlakukannya MEA. 3. meningkatnya penguasaan pasar

dalam dan luar negeri dengan mengurangi ketergantungan terhadap impor bahan baku, bahan penolong, dan barang modal.

3. Jaringan kemitraan usaha antara IKM dengan industri besar belum optimal.

3. Sikap mandiri dan ketangguhan masyarakat dalam berusaha masih lemah.

3. Adanya komitmen yang tinggi dari pemerintah untuk menciptakan iklim investasi, iklim usaha dan kemudahan bagi investor serta kepedulian yang tinggi terhadap keberadaan industri kecil dan menengah. 4. Meningkatnya ekspor produk

industri.

4. Potensi sumber daya alam yang memadai.

5. Meningkatnya pengembangan inovasi dan penguasaan teknologi. 6. Meningkatnya penyerapan tenaga

kerja yang kompeten di sektor industri.

7. Menguatnya struktur industri dengan tumbuhnya industri hulu dan industri antara yang berbasis sumber daya alam.

Kementerian Perdagangan :

8. Pertumbuhan PDB sektor perdagangan.

1. Sistem distribusi barang kebutuhan pokok dan strategis belum efektif dan efisien.

1. Spekulasi harga ditingkat pedagang masih tinggi.

1. Adanya kebijakan pemerintah dibidang perdagangan yang bersifat normatif maupun dukungan finansial dalam pelaksanaan program pembangunan di sektor perdagangan. 9. Meningkatnya peran industri kecil

dan menengah terhadap PDB.

2. Kualitas sarana dan prasarana dagang pasar rakyat masih rendah.

2. Kondisi infrastruktur daerah (jalan, pelabuhan) yang belum memadai untuk kelancaran arus perdagangan.

2. Semakin meningkatnya masyarakat untuk melakukan transaksi perdagangan. 10. Gejolak harga bahan pokok dalam

negeri.

3. Ekspor masih terkosentrasi pada beberapa komoditi tertentu, barang setengah jadi dan negara tujuan ekspor masih terpaut ke negara tujuan tradisional.

3. Krisis ekonomi dan krisis finansial global yang bersifat multi dimensi yang berdampak terhadap kinerja ekspor.

3. Terbukanya peluang pasar produk Sumatera Barat dengan diberlakukannya MEA.

11. Pertumbuhan ekspor non migas. 4. Masih banyak ditemui barang beredar yang tidak memenuhi ketentuan, seperti barang yang tidak mencantumkan kode produksi, tanggal kadaluarsa, tanda SNI, manual dan garansi.

4. Produk-produk impor ilegal masih banyak beredar di pasaran.

4. Peningkatan permintaan negara mitra dagang Sumatera Barat siring mulai membaiknya ekonomi dunia.

12. Diversifikasi produk ekspor dan pasar ekspor.

5. Ekspor masih terkosentrasi pada beberapa komoditi tertentu, barang setengah jadi dan negara tujuan ekspor masih terpaut ke negara tujuan tradisional.

13. Penyederhanaan perizinan perdagangan dalam dan luar negeri.

Permasalahan Pelayanan

Dinas Perindag. Prov. Sumbar Pendorong Sasaran Jangka Menengah

Renstra K/L

No. Sebagai Faktor

Berdasarkan hasil telaahan terhadap Renstra Kementerian sebagaimana telah diuraikan pada sub bab diatas, dapat dilihat keterkaitan kinerja antara Kementerian Perindustrian dan Kementerian Perdagangan dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Keterkaitan tersebut dapat dilihat pada table T.IV.C.4 berikut.

Tabel 3.3.2

Tabel T.IV.C.4 Komparasi Capaian Sasaran Renstra SKPD Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Barat Terhadap Sasaran Renstra

Kementerian Perindustrian dan Kementerian Perdagangan

Kementerian Perindustrian

Kementerian Perdagangan 1 Pertumbuhan industri pengolahan (%) 1.84 4.25 - 2 Persentase kontribusi sub sektor industri

pengolahan terhadap PDRB (%)

10.25 20.84 -

3 Jumlah industri yang dikembangkan dalam klaster (unit usaha )

74 - -

4 Jumlah peningkatan unit usaha industri unggulan (unit usaha)

302 9,000 -

5 Persentase kontribusi sub sektor perdagangan terhadap PDRB (%)

14.68 - 16.20

6 Tingkat Inflasi (%) 1.08 - < 10 7 Persentase pasar rakyat yang berkondisi baik (%) 25.88 - - 8 Jumlah sertifikat mutu produk yang diterbitkan (SM) 1,428 - -

9 Peningkatan jumlah UTTP yang bertanda tera sah (%)

(23.15) - 49.70

10 Persentase barang bertanda SNI, label dan manual kartu garansi (MKG), dan lain-lain yang diawasi (%)

5.66 - 49.60

11 Peningkatan nilai ekspor non migas (%) 2 - 14.30 12 Jumlah jenis produk non migas yang diekspor (jenis

produk)

46 - - Sasaran pada Renstra Kementerian Indikator Kinerja

No.

Capaian Sasaran Renstra Disperindag

Prov. Sumbar

3.4 Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup

Dalam dokumen BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang (Halaman 50-54)