• Tidak ada hasil yang ditemukan

Isu-Isu Strategis

Dalam dokumen BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang (Halaman 61-65)

BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

3.5 Isu-Isu Strategis

Dari berbagai permasalahan sebagaimana yang telah dianalisa pada bab dan sub sebelumnya, dapat melahirkan isu-isu strategis yang perlu mendapat perhatian dalam penyusunan Rencana Strategis Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016-2021. Isu-isu strategis merupakan bagian penting dan sangat menentukan dalam proses penyusunan rencana pembangunan. Identifikasi isu yang tepat dan bersifat strategis dapat meningkatkan akseptabilitas prioritas pembangunan, dapat dioperasionalkan dan secara moral serta etika birokratis dapat dipertanggungjawabkan.

Isu strategis yang tertuang dalam Renstra Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016-2021 terbagi menjadi isu internasional, isu nasional dan isu regional, dengan perincian sebagaimana tergambar pada table T.IV.C.10 berikut dengan berikut dengan penjelasannya.

Tabel 3.5.1

Tabel T.IV.C.10 Identifikasi Isu-isu Strategis

Dinamika

Internasional Dinamika Nasional Dinamika Regional

Dinamika Provinsi Sumatera Barat Dinamika Sektor Industri dan Perdagangan Sumatera Barat Kondisi perekonomian global Amanat Undang-Undang Terkait Pembangunan Industri Diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) Pertumbuhan Ekonomi Daerah

Daya saing industri dalam menghadapi MEA

Perubahan Iklim dan

Pemanasan Global Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri

Daya Saing Daerah Penguatan Perdagangan Dalam dan Luar Negeri Pengangguran Pertumbuhan unit

usaha industri menengah besar Isu Strategis

3.5.1 Isu Internasional

Isu internasional yang akan mempengaruhi perkembangan pembangunan secara menyeluruh terutama sector industr1 dan perdagangan meliputi 2 (dua) hal yaitu :

1. Kondisi Perekonomian Global

Kondisi perekonomian global hingga akhir tahun 2015 masih diwarnai dengan gejolak krisis financial yang berdampak pada seluruh dunia. Situasi yang berlarut memicu penilaian ulang resiko investor dan menimbulkan reaksi yang berlebihan, hingga akhirnya menimbulkan gejolak di pasar keuangan global termasuk Indonesia. Hal ini berdampak kepada ketidakpastian perkembangan harga komoditas. Sejalan dengan ekonomi global yang lambat dan pasar keuangan global yang bergejolak, harga komoditas masih melanjutkan tren penurunannya.

Dalam kondisi perekonomian global yang tidak menentu tersebut, Pemerintah masih akan mengandalkan konsumsi dalam negeri dan investasi untuk menggenjot pertumbuhan ekonominya, hal ini karena kontribusi ekspor belum bisa diharapkan akibat permintaan global yang sedang menurun.

2. Perubahan Iklim dan Perubahan Iklim dan Pemanasan Global.

Isu internasional perubahan iklim dan pemanasan global merupakan dampak akibat dari peningkatan emisi gas rumah kaca yang berdampak pula pada keanekaragaman hayati,

desertifikasi (degradasi lahan, lahan kering semakin gersang, kehilangan badan air, vegetasi dan kehidupan liar), kenaikan temperatur, serta terjadi pergeseran musim.

Hal ini menjadi catatan penting bersama karena akan mempengaruhi banyak aspek terutama keberlanjutan lingkungan hidup dan isinya.

3.5.2 Isu Regional

Isu regional yang terkait dengan pembangunan industri dan perdagangan di Sumatera Barat adalah adanya Asean Economic Community (AEC). AEC merupakan tantangan daya saing ekonomi nasional maupun Sumatera Barat. Semakin terbukanya hubungan antar negara sebagai akibat kemajuan di bidang telekomunikasi dan transportasi menunjukkan adanya saling ketergantungan dan regionalisasi ekonomi berbagai negara. Posisi geografis Indonesia yang strategis menuntut adanya regionalisasi ekonomi dengan berbagai negara di sekitar Asia Pasifik, seperti AFTA, APEC dan EPA.

Melalui regionalisasi ekonomi yang ada, diharapkan kinerja ekonomi Indonesia, terutama ekspor maupun impor, semakin membaik. Meningkatnya ekspor diharapkan juga mampu mendorong kinerja industri melalui meningkatnya penyerapan tenaga kerja serta daya saing industri. Selain itu, adanya integrasi ekonomi ini menuntut adanya mobilitas faktor produksi seperti tenaga kerja (buruh) serta modal yang semakin tinggi. Dengan demikian tenaga kerja suatu negara bisa bekerja di negara lain secara lebih mudah, termasuk di dalamnya kegiatan investasi antar negara.

Di era perekonomian global yang makin kompetitif, dibutuhkan kerjasama antara negara dalam bentuk regionalisasi seperti AEC tersebut. Sejumlah ciri yang menandai dan perlu diantisipasi adalah adanya liberalisasi, ekspansi pasar dan kecenderungan (preference) perilaku konsumtif di berbagai bidang kehidupan. Globalisasi yang menumbuhkan regionalisasi seperti AEC bukan hanya melahirkan perubahan-perubahan baru dalam perilaku dan gaya hidup masyarakat, tetapi juga melahirkan perubahan struktur sosial masyarakat dan mempengaruhi dinamika kondisi perekonomian di berbagai level dari tingkat internasional hingga lokal.

Di Provinsi Sumatera Barat pada khususnya, Regionalisasi semacam AEC adalah realitas yang tak terhindarkan yang menyebabkan terjadinya liberalisasi perdagangan dan mendorong meningkatnya persaingan perdagangan dalam memasuki pasar global. Di sisi lain, liberalisasi perdagangan juga menyebabkan persaingan dipasar domestik, terutama dengan kemungkinan masuknya barang – barang impor. Selain itu, perdagangan bebas juga memunculkan non–tarif barriers seperti standarisasi produk melalui ISO, Eco Labelling, HACCP dan lain–lain, yang dapat menganggu kinerja perdagangan luar negeri kita

3.5.3 Isu Nasional

Isu nasional yang terkait dengan urusan perindustrian dan perdagangan yang akan mempengaruhi kinerja sektor indutri dan perdagangan adalah:

1. Amanat Undang-Undang Terkait Pembangunan Industri

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian mengatur hal-hal lain antara lain:

- Memberikan amanat kepada setiap gubernur/bupati/walikota untuk menyusun Rencana Pembangunan Industri Provinsi/Kabupaten/kota yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah (Perda);

- Pembangunan sumber daya industry yang meliputi sumber daya manusia, sumber daya alam, teknologi industry, kreatifitas dan inovasi, dan pembiayaan;

- Pembangunan sarana dan prasarana industry yang meliputi standarisasi industry, infrastruktur industry, dan system informasi industry nasional;

- Pemberdayaan industry melalui pemberdayaan Industri Kecil dan Menengah (IKM), pengembangan industry hijau (ramah lingkungan), peningkatan penggunaan produk dalam negeri, dan pengembangan kerjasama internasional;

- Tindakan pengamanan dan penyelamatan industry akibat regulasi/kebijakan/iklim usaha dan persaingan global yang dapat menimbulkan ancaman dan kerugian bagi industry dalam negeri.

2. Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri

Berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk mendorong penggunaan produk dalam negeri, salah satunya melalui penerbitan Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor 70 Tahun 2013 tentang Pedoman Pembinaan dan Penataan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko. Salah satu hal pokok yang diatur Peraturan Menteri ini dalam adalah Kewajiban Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern untuk menyediakan barang dagangan produksi dalam negeri paling sedikit 80% dari jumlah dan jenis barang yang diperdagangkan. Pemberlakuan peraturan ini merupakan tantangan sekaligus peluang bagi produk dalam negeri.

3.5.4 Isu Sumatera Barat

Isu strategis di Sumatera Barat yang ikut mempengaruhi kinerja sector industry dan perdagangan meliputi:

1. Pertumbuhan Ekonomi Daerah

Pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat telah mengalami perubahan selama periode 2010-2015. Namun peningkatan peranan sektor industri pengolahan dan konstruksi yang mempunyai produktivitas tinggi dan mempunyai dampak terhadap sektor lain belum seperti yang diharapkan. Untuk menunjang peningkatan pertumbuhan ekonomi yang dapat menciptakan lapangan kerja yang lebih luas dan mengurangi kemiskinan, maka peranan sektor industri pengelolahan dan konstruksi perlu ditingkatkan, sehingga struktur ekonomi Sumatera Barat semakin mengarah ke sruktur ekonomi yang lebih ideal.

2. Daya Saing Daerah

Globalisasi dan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) menuntut peningkatan daya saing daerah. Sumatera Barat sampai saat ini masih menghadapi berbagai masalah dalam penyediaan infrastruktur, peningkatan daya saing produk dan sumberdaya manusia. Oleh sebab itu permalasahan yang masih harus mendapat perhatian untuk diatasi untuk meningkatkan daya saing daserah adalah meningkatkan keamanan dan kenyamanan berusaha, kemudahan berinvestasi, kompetensi tenaga kerja, infrastruktur dan lain-lain.

Sampai saat ini Provinsi Sumatera Barat belum dapat diwujudkan sebagai pintu gerbang pembangunan Kawasan Barat Sumatera yang bekerjasama dengan negara-negara di Kawasan Samudera India. Kemudian kualitas dan cakupan pelayanan sarana dan prasarana serta listrik masih belum sepenuhnya mendukung untuk peningkatan daya saing daserah. Dengan demikian untuk meningkatkan daya saing daerah diperlukan peningkatan kerjasama dan pembenahan infrastruktur yang masih belum mendukung daya saing daerah

3. Pengangguran

Pengangguran memiliki korelasi dengan perubahan struktur perekonomian. Pergeseran aktivitas sektor industri yang lebih dominan juga memainkan peran terhadap perubahan tenaga kerja. Pengembangan industri pada dasarnya memiliki tujuan meningkatkan kualitas hidup bangsa agar menjadi bangsa yang modern dan maju serta meningkatkan kemandirian. Untuk itu, kebijakan pengembangan industry akan dititikberatkan pada:

- Industri yang bertumpu pada sumberdaya alam dalam negeri agar mampu memberikan nilai tambah yang lebih karena dampak gandanya juga akan terlihat dari pembangunan ekonomi nasional;

- Industri yang padat karya, karena kita tahu sendiri bahwa bangsa kita memiliki jumlah penduduk yang banyak dengan pertumbuhan penduduk yang juga tinggi dan dapat dimobilisasi dengan berbagai program untuk meningkatkan kualitas;

- Industri yang padat teknologi sebagai landasan bangsa untuk memasuki era perkembangan teknologi maju serta andalan masa depan dalam penguasaan

BAB IV

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN,

Dalam dokumen BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang (Halaman 61-65)