• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.1 Hasil Penelitian

4.1.3 Impelementasi Character Building dan Creativity Learning

Konsep character building dan creativity learning, selanjutnya akan diimplementasikan ke dalam proses pembelajaran di kelas. Pelaksanaan bukan sekedar proses dimana guru hanya mengajar dan siswa hanya menerima pelajaran, pada hakikatnya pelaksanaan pembelajaran adalah suatu rangkaian kegiatan

pembelajaran yang terjadi proses timbal balik antara guru dan murid, guru dengan pihak sekolah, dan guru dengan orang tua siswa.

Pelaksanaan pembelajaran bukan hanya antara guru dengan murid, namun pelaksanaan pembelajaran berhubungan dengan pihak lain terkait dengan kegiatan pembelajaran. Komponen pelaksanaan character building dan creativity learning pada pembelajaran tematik berdasarkan indikator keberhasilan meliputi, strategi pelaksanaan pembelajaran, kemampuan anak terhadap pembelajaran, serta dukungan dan kerja sama. Pelaksanaan character building dan creativity learning pada pembelajaran tematik kelas 1 SD Bukit Aksara Semarang akan difokuskan pada komponen-komponen tersebut.

Komponen dari implementasi character building dan creativity learning pada proses pembelajaran tematik kelas memiliki indikator kegiatan pembelajaran. Indikator tersebut mencakup kegiatan pendahuluan yang merupakan tahap dari perencanaan, kegiatan inti adalah pelaksanaan, dan kegiatan penutup adalah evalusai.

Indikator pertama dalam proses pembelajaran adalah kegiatan pendahuluan, kegiatan ini merupakan kegiatan yang pertama kali dilakukan dalam pelaksaan pembelajaran. Dalam kegiatan pendahuluan yang terjadi adalah guru harus memiliki kemampuan untuk melaksanakan perencanaan pembelajaran. Langkah awal yang harus dipersiapkan guru adalah menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran, yang mana di dalam pembelajaran

terdapat nilai character building dan creativity learning yang harus dikembangkan selama proses pembelajaran tematik.

Berdasarkan hasil observasi, pada kegiatan pelaksanaan pembelajaran pertama selalu diawali dengan kegiatan kerohanian atau di SD Bukit Aksara Semarang lebih mengenalnya dengan istilah holly morning. Kegiatan tersebut rutin dilaksanakan setiap hari senin sampai kamis, diikuti tidak hanya oleh siswa kelas 1 saja melaikan seluruh kelas dari kelas 1 samapi 6. Dengan melakukan kegiatan holly morning siswa kelas telah melakukan pembiasaan karakter.

Setelah melakukan kegiatan holly morning kegiatan pembelajaran

selanjutnya adalah di dalam kelas masing-masing. Untuk kegiatan pembelajaran dikelas dilakukan dengan circle time, namun sebelum circle time semua siswa kelas 1 wajib membersihkan kelas terlebih dahulu. Kemudian setelah lingkungan kelas dibersihkan, kesiapan secara fiisk untuk belajar telah dilakukan oleh guru untuk memulai kegiatan awal pembelajaran. Namun kegiatan inti pada awal pembelajaran didalam kelas adalah pada saat circle time. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan wawancara bersama Guru Kelas 1 yang menyatakan bahwa:

“Biasanya kami bahas pada saat circle time itu pada saat anak-anak membentuk lingkaran. Dari situ kita akan bahas akan belajar apa, kemudian karakter kita yang kita pelajari apa, mengabsen teman-teman kita ada yang masuk atau tidak, kemudian juga memberikan memberi tahu kepada mereka bahwa jika ada temeanya yang sakit itu harus kita apa, kemudian tentang tiga kata ajaib three magic word itu juga kami bahas saat circle time. Pada saat circle time kita kasih kesempatan anak untuk cerita itu penting, supaya mereka pada saat mereka sudah mulai belajar tidak ada beban dalam pikiran lagi. Jadi, di circle time itu bener-bener apa pun dibahas sampe tuntas dan diselesaikan juga disitu.”. (W.GK.1)

Berdasarkan pernyataan diatas, bahwa kegiatan circle time sangat penting dalam perencanaan. Karena dapat mempersiapkan peserta didik dalam hal fisik dan psikis mereka sebelum kegiatan pembelajaran. Pernyataan diatas ditambahkan melalui wawancara yang dilakukan dengan Kepala Sekolah.

“Implementasinya setiap pagi, sudah liat waktu circle engga ia? Setiap pagi saat circle time guru-guru kembali mengingatkan kepada siswanya fokus karakter besar dan fokus karakter perbulan. Terus kalau yang kreatifnya guru memberikan pembelajaran di kelas selaku memberikan unsur krestivitas setiap hari(W.KS.1).

Dari kedua pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa peran penting dalam mempersiapkan pembelajaran pada sat pelaksanaan terjadi pada saat kegiatan circle time di dalam kelas yang dilakukan oleh guru terhadap anak didiknya. Dengan dilakukan circle time guru bukan hanya menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran, melainkan memberi motivasi belajar siswa secara kontekstual sesuai manfaat dan aplikasi materi ajar dalam kehidupan sehari-hari, mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari, menjelaskan tujuan pembelajaran atau komptensi dasar yang akan dicapai, dan menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.

Perlu diketahui bahwa yang menjadi point penting dalam circle time, guru mengajak siswa untuk berkomunikasi secara interaktif. Dengan demikian, siswa pada saat circle time diberi kesempatan lebih untuk mempersiapkan diri mereka sebelum belajar. Sehingga tidak ada beban yang dirasaka siswa sebelum dan pada saat pembelajaran dilakukan. Guru Kelas 1 menyatakan, Sejauh ini mereka sangat enjoy, seneng, dan hmm mereka lebih walaupun dengan jam pulangnya siang

sekali, mereka tidak merasa itu beban.”(W.GK.8). Jika seperti itu, maka baik guru maupun siswa sama-sama telah siap untuk melakukan kegiatan pembelajaran.

Selama pelaksanaan pembelajaran berlangsung, apa yang telah

direncanakan dalam perencanaan pembelajar akan diterapkan pada kegiatan inti. Karena dalam keiatan ini terdapat model pembelajaran apa yang digunakan oleh guru, metode pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar yang disesuaikan dengan karakteristik peserat didik dan mata pelajaran. Pemilihan pendekatan tematik dan atau tematik terpada dan atau saintifik dan atau inkuiri dan penyingkapan (discovery) dan atau pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning) disesuaikan dengan karakteristik dan jenjang pendidikan.

Tahapan kegiatan diatas sebelumnya telah dijelaskan pada saat pembahasan perencanaan pembelajaran. Oleh karena itu kegiatan inti yang dilakukan oleh guru, seharusnya sudah sesuai dengan apa yang direncanakan dalam perencanaan pembelajaran. Hal itu sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan kepada Guru Kelas 1, yang menyatakan bahwa.

“Itu pasti sudah, apa yang kami lakukan itu pasti kami sesuaikan dengan yang sudah kami buat. Seperti RPP kami tidak pernah menyimpang, karena apa yang kami buat sudah disesuaikan dengan KD yang ada, sudah kami sesuaikan dengan materi dan tema. Kami selalu menggali menggali yang baru, bagaimana caranya membuat anak belajar itu lebih nyaman, lebih seneng, lebih enjoy, dan kreativitas mereka tetep muncul. Dan kreativitas apa pun yang dihasilkan anak, kami selalu berikan penghargaan. Kami tidak pernah mematikan kreatif itu dengan mengatakan maaf ia kenapa seperti ini? tapi kami selalu dengan kata-kata “maaf, boleh ga ditambahin dengan

yang lain?”. Jadi kami memang tidak pernah menyalahkan anak, apa pun

Berdasarkan hasil wawancara diatas, dapat disimpulkan bahwa antara tujuan pembelajaran yang terdapat pada RPP telah sesuai pada saat pelaksanaan pembelajaran. Karena RPP setiap tahunnya, tidak pernah sama hal itu yang menguatakan bahwa pada saat merencanakan pembelajaran dibuat dengan matang dan telah disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan materi yang akan dijarkan. Dan tidak lupa pada saat pelaksanaan pembelajaran, character building dan creativity learning harus muncul sebagai bukti bahwa bukan materi semata yang menjadi fokus pembelajaran. Namun karakter dan kreativitas yang menjadi tujuan dari pembelajaran tersebut.

Berdasarkan hasil observasi juga, guru telah mengajarkan character building dan creativity learning pada pembelajaran tematik di kelas 1 sesuai dengan rencana pembelajaran. Hal itu terlihat, guru selalu mendampingi kegiatan pembelajaran, guru tidak monoton berbicara, tidak terlalu banyak teori yang disampaikan, setiap bahan yang dibutuhkan sebagai media penunjang pembelajaran selalu tersedia ditempatnya, dan pengawasan guru terhadap perilaku siswa sangat ketat. Apa pun bentuk kegiatan siswa selalu ada catatannya, baik itu perbuatan baik atau pun kurang baik. Guru memiliki jurnal khusus untuk mencatat karakter siswa, yang dimana catatan tersebut di tulis secara deskripsi.

Ukuran keberhasilan guru pada saat melaksanakan character building dan creativity learning pada kegiatan pembelajaran tematik di kelas, dapat terlihat dari sikap siswa, pengetahuan, dan keterampilan mereka terhadap fokus karakter dan kreativitas belajarnya.

1) Sikap Tertib

Berdasarkan hasil observasi, fokus karakter sikap tertib selalu dilakukan setiap hari di sekolah dari kegiatan awal sampai kegiatan penutup pembelajaran. Fokus karakter tertib yang menjadi fokus karakter pada semester 1 di kelas 1, tetap diterapkan walaupun sudah terlewati. Penanaman sikap tertib dilakukan melalui kegiatan pengembangan rutin seperti, Merapikan barang- barang, menjaga kebersihan dan kerapian tempat belajar dan bermain,

mengembalikan barang-barang ke tempat semula, memakai barang-barang

sesuai kegunaannya, dan mengembalikan barang-barang kepada pemiliknya

Pengembangan karakter tertib itu telah dilakukan oleh siswa kelas 1 dengan

adanya pengawasan dari guru kelas. Jika ada siswa yang tidak melaksanakan

dengan baik fokus karakter terseut, maka akan ada teguran yang diberikan oleh

guru atau bahkan siswa sendiri yang akan mengingatkannya sebelum ditegur

oleh guru. Hal itu sesuai dengan pernyatan wawancara dengan Siswa Kelas 1,

“Dikasih tahu kalau tidak lapor Bu Yani” (W.SEM.4). Siswa memberikan peringan kepada temannya jika melanggar karakter yang ada. Selain itu siswa

lain memberikan nasehat ketika melanggar karakter, “Jangan mengulanginya lagi, sudah ada di karakter” (W.SPN.4). Siswa telah memiliki kesadaran mengenai pentingnya karakter. Pernyataan lain diberikan oleh siswa, “Harus belajar menjaga sikap, jangan nakal”(W.SGA.4). Siswa telah memahami pentingnya kepedulian terhadap karakter.

Berdasarkan dari ketiga pernyataan siswa diatas, maka dapat disimpulkan

bahwa siswa kelas 1 telah memahami fokus karakter tertib beserta dengan

pengembangan karakternya. Mereka sudah memahami jika ada yang kurang baik

dari sikap teman sebayanya yang berkaitan dengan fokus karakter tertib, mereka

sudah memahami untuk mengambil sikap seperti apa jika hal itu terjadi.

2) Sikap Sabar

Fokus karakter kedua di kelas 1 adalah sabar, fokus karakter ini diterapkan baru sampai pada tahap pengembangan kedua. Karena setiap bulannya diterapkan 1 pengembangan karakter dari fokus karakter yang ada. Berdasarkan hasil observasi, sikap sabar siswa ditunjukan dengan mengubah hal-hal yang bisa saya ubah dan menerima hal-hal yang tidak bisa saya ubah, terus berusaha

sampai saya berhasil.

Kegiatan pengembangan karakter tersebut diterapkan pada saat siswa

mengerjakan learning center. Hal itu sesuai dengan pernyataan yang diberikan oleh siswa melalui wawancara, “Dibantuin, tunjukin kaya gimana mana yang belum bisa” (W.SEM.4).“Mengajarkan dan memberi tau” (W.SGA.5). “Diajari sampai berhasil atau berusaha sendiri agar berhasil, sudah ada karakter”(W.SPN.5). Berdasarkan pernyataan dari ketiga siswa, dapat disimpulkan bahwa pengembangan karakter telah sampai pada tahap siswa memiliki kepekaan terhadap teman, adanya keperdulian terhadap teman yang belum bisa mengerjakan learning center, dan memahami peran dari fokus karakter dalam kegiatan pembelajaran.

Kegiatan lain dalam kegiatan inti adalalah mengenai pengetahuan siswa terhadap karakter yang akan dikembangkan dalam pembelajaran tematik. Pada hasil wawancara tentang pengetahuan fokus karakter di kelas 1, siswa kelas 1 menyatakan bahwa, “Ada yang Februari, terus berusaha sampai saya berhasil” (W.SEM.4). Siswa telah mengetahui dan menahami mengenai karakter yang dikembangkan pada bulan Februari. Pernyataan lain dikemukan oleh siswa melalui pernyataan, “Apa? Aturan? Karakter kesepakatan kelas 1 terus berusaha sampai saya berhasil” (W.SPN.4). Pada pengembangan fokus karakter siswa dapat mengungkapkan karakter yang sedang menjadi fokus penembangan dibulan tersebut.

Berdasarkan dari pernyataan siswa diatas, dapat disimpulkan bahwa mereka telah mengetahui fokus karakter yang sedang diterapkan di kelas 1. Dari pengetahuan mereka mengenai fokus karakter, mereka mulai memahami arti dari fokus karakter yang sedang diajarkan. Selain fokus karakter, siswa pun mulai memahami pentignya sebuah kreativitas dalam kegiatan pembelajaran yang mereka lakukan.

Sejauh ini pandangan siswa terhadap kreativitas dalam pembelajaran, terbagi menjadi dua pandangan berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan siswa kelas 1 yaitu, “Kreatif, soalnya nanti dapat nilai. Harus berbuat baik sama teman” (W.SGA.5). Siswa dapat memberikan penryataan bahwa kreativitas itu penting. Dengan demikian siswa dapat lebih berkreasi dalam belajar, “Kreatif karena dapat bebas belajar” (W.SKD.5). Siswa merasa tidak dibatasi dengan adanya kreativitas. Jawaban lain diberikan oleh dua siswa yaitu, “Pakai penggaris,

kalau menggambar itu pake penggaris. Harus belajar terus agar pintar” (W.SEM.4). Siswa menggambarkan bahwa kreativitas adalah sebuah karya seni.

Berdasarkan pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa mereka sebagai siswa telah mengatahui bahwa mengerjakan segala bentuk pembelajaran harus dikerjakan dengan kreatif. Namun, mereka belum dapat untuk mengungkapan alasannya. Pandangan kreatif menuurt siswa sesuatu yang berhubungan dengan sebuah seni.

Pelaksanaan character building dan creativity learning pada pembelajaran tematik, memerlukan strategi sebagai suatu cara yang digunakan agar tujuan dari karakter dan kreativitas dapat terlaksana. Pernyataan terkait strategi yang digunakan agar nilai-nilai karakter dan kreativitas dapat masuk dalam pembelajaran tematik di kelas 1, yaitu:

“Kita melihat dari diri kita sendiri dulu dan menjadi role model. Saya memposisikan diri kepada siswa dengan memberi contoh yang dekat dengan mereka, bisa itu guru, bisa itu teman, bisa jadi ibu, bisa orang tua (orang tua itu bisa ibu bisa ayah), atau bisa menjadi orang yang paling dekat bagi mereka. Dan strategi saya simple, tidak macam-macam.”. (W.GK.8)

Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan, bahwa guru

memposisikan dirinya sebagai orang terdekat bagi siswa serta menjadi contoh yang baik dalam segi karakter dan kreativitas sebagai strategi yang guru lakukan. Karena dengan menjadi orang terdekat bagi siswa, guru akan lebih bisa masuk ke dalam dunia siswa. Dan ketika guru telah menjadi contoh yang baik, maka dengan sendirinya siswa akan mengikuti hal baik tersebut. Karena anak mencontoh orang terdekatnya yang dianggap mereka baik untuk ditiru.

Berdasarkan hasil observasi, penerapan fokus karakter dan kreativitas pada pembelajaran sangat menjadi hal pembiasaan bukan hanya bagi siswa, namun pembiasaan itu juga berlaku pada guru, dan semua warga sekolah. Hal itu dilakukan agar karakter dapat menjadi suatu hal yang membudaya, dimana ketika sesuatu telah membudaya akan terus dilakukan tanpa harus disuruh. Penerapan nilai karakter di kelas 1, terfokus pada karakter tertib dan sabar. Kegiatan pembelajaran tidak dapat berjalan jika tidak respon yang diberikan oleh siswa. Respon yang diberikan oleh siswa dapat berupa semangat atau antusias mereka selama proses pembelajaran. Hal itu disampaikan oleh Guru Kelas 1 melalui wawancara.

“Untuk kelas 1 antusiasnya luar biasa dan mereka sudah bisa menunjukannya dengan sikap mereka yang bahagia, ceria, tanpa beban. Jadi setiap pembelajaran, mereka tidak merasa terbebani karakternya apa. Karena karekter itu dimasukkan saat mereka beraktivitas, jadi mereka tidak merasakan. Hanya itu sudah mereka lakukan jadi begitu dalam kreativitas mereka semakin bersemangat. Karena, disini belajar dianggap bermain dan

tanpa beban” (W.GK.8).

Berdasarkan pernyataan diatas bahwa dengan adanya karakter menjadikan siswa lebih berkreativitas dalam setiap kegiatan pembelajaran. Pernyataan diatas diperkuat oleh pernyataan dari orang tuas siswa dalam antusias yang diterima dari putra-putri mereka.

“Kalau anak saya sangat antusias karena memang pihak sekolah, kemudian saya pun juga selalu mengingatkan bahwa nilai-nilai karakter itu akan terus dibawa sampai usia dewasa sehingga tetep harus dijaga. Hal itu yang selalu dijaga oleh pihak sekolah, kemudian saya menanamkan ke anak- tentang pentingnya karakter. Jadi mereka akhirnya berusaha untuk bertanggung jawab dengan diri mereka sendiri”. (W.OTE.2)

Pernyataan diatas mengenai antusias dari salah satu siswa yang dirasakan oleh orang tua, yang mengawasi betul kegiatan pembelajaran di sekolah dan

perkembangan diri dari buah hatinya. Pernyataan lain disampaikan oleh orang tua siswa mengenai character building dan creativity learning.

“Bagus anaknya, malah lebih dari yang saya harapkan. Dia terlalu berkreativitas, karena memang dibebaskan jadinya ia menganggap dirinya bebas berekspresi, tidak takut mengeluarkan pendapatnya. Meskipun ada aturan disini, tapi mereka masih tetep bebas berkreatif sesuai dengan aturan dan karakter yang ada”. (W.OTL3)

Dari pernyataan diatas dapat dikatakan bahwa salah satu dampak yang didapat dengan adanya character building dan creativity learning, selain antusias yang diberikan oleh siswa. Mereka menjadi lebih berekspresi, tidak takut salah dalam mengeluarkan pendapat. Hal itu dirasakan oleh orang tua siswa lainnya,

“Senang karena sosialisasinya sama teman-temannya tidak masalah, belajarnya pun dapat mengikuti dengan baik. Dibantu adanya kreativitas dalam belajar.” (W.OTP.7). Siswa tetap dapat mengikuti kegiatan pembelajaran dan tidak ada masalah saat bersosialisasi dengan teman, hal itu karena adnaya character building.

Berdasarkan hasil wawancara dari ketiga orang tua diatas, dapat disimpulkan bahwa putra-putri mereka merasakan hal yang sama saat mendapatkan character building dan creativity learning pada pembelajaran tematik. Ditambah dengan adanya nilai karakter dan kreativitas, yang membuat putra-putri mereka diluar batas ekspetasi yang diharapkan orang tua.

Kegiatan akhir dalam pelaksanaan pembelajaran terdapat pada kegiatan penutup. Dari hasil observasi, guru pada kegiatan ini bersama siswa baik secara individual maupun kelompok melakukan refleksi untuk mengevaluasi; seluruh rangkaian aktivitas pembelajaran dan hasil-hasil yang diperoleh; memberikan

umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran; melakukan kegiatan tidak lanjut dalam bentuk pemberian tugas, baik tugas individual maupun kelompok; dan menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan berikutnya.

Kegiatan evaluasi dilakukan dengan cara circle time, yang diharapkan dari kegiatan evaluasi siswa tidak membawa beban saat di rumah. Evaluasi yang dilakukan oleh guru sesuai dengan hasil wawancara tentang salah bentuk evaluasi kegiatan pembelajaran bersama Guru Kelas 1 yang mengungkapkan, “Biasanya kami hanya memberikan pengertian kepada anak tentang kepedulian, tentang berbagi, bahwa itu penting. Evaluasi tersebut dilakukan dengan cara menasehati siswa tentang sikap mereka mengenai kepedulian mereka terhadap teman di kelas pada sat pembelajaran. Guru tidak semata-mata melakukan evaluasi, tanpa ada sesuatu yang akan diperbaiki. Pernyataan lain disampaikan oleh siswa melalui wawancara mengenai evaluasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru, “Kalau hari Jumat biasanya dikasih reward stars yang tertib, yang berhasil, masing-masing satu” (W.SEM.4). Guru memberikan penghargaan kepada siswa dengan memberikan reward stars.

Selain memberikan penghargaan atas pencapaian yang dilakukan siswa selama seminggu dalam hal character building dan creativity learning pada setiap kegiatan pembelajaran, guru memberikan pelajaran lain dengan memberikan sanksi yang menjadi bahan evaluasi. “Suka, jadi misalnya Rio punya reward stars lima terus tidak tertib kemudian diambil Bu Yani jadi empat” (W.SPN.4). Sanksi yang diberikan berupa pengurangan bintang yang didapat siswa. Hak lain yang diajarkan oleh guru adalah dengan, “Mengajarkan teman-teman lancar nulis”. (W.SGA.5).

Pernytaan tersebut menggambarkan bahwa siswa merasa guru benar-benar mengajarkan calistung kepada mereka.

Evaluasi character building dan creativity learning, merupakan tahap akhir dari implementasi character building dan creativity learning pada pembelajaran tematik di kelas 1 SD Bukit Aksara Semarang. Evaluasi bertujuan untuk mengetahui ketercapaian dalam proses penerapan pembelajaran. Evaluasi ini difokuskan pada kemampuan kepala sekolah dalam mengevaluasi kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru-guru terhadap character building dan creativity learning pada pembelajaran tematik, kemampuan guru untuk mengevaluasi kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan kepada peserta didik mengenai character building dan creativity learning pada pembelajaran tematik, kemampuan orang tua untuk mengevaluasi kegiatan pembelajaran di sekolah mengenai character building dan creativity learning pada pembelajaran tematik, dan penilaian siswa terhadap perkembangan belajarnya dalam hal karakter dan kreativitas.

Evaluasi secara keseluruhan akan dilakukan oleh kepala sekolah, selaku pemimpin tertinggi yang memegang kontrol penuh terhadap sekolah. Evaluasi dilakukan kepada guru dengan skala berkalapada waktu dan tempat yang telah dijadwalkan, “Ia setiap hari jum’at kami mengadakan sharing diadakan sharing pembelajaran selama satu minggu kendala dan bagaimana mengatasinya (W.KS.1). Evaluasi yang diberikan kepala sekolah yang tidak hanya ditujukan kepada guru kelas 1 saja, namun evaluasi berlaku bagi seluruh guru di SD Bukit Aksara Semarang. Masalah dan kendala yang dihadapi oleh guru selama

pelaksanaan pembelajaran akan di evalusasi disini, jika ada kesulitan akan dibicarakan agar dapat diberikan solusi bersama yang nantinya akan diputuskan oleh kepala sekolah dan guru yang bersangkutan.

Belum cukup jika evaluasi hanya kepala sekolah lakukan kepada guru saja. Evaluasi yang selanjutnya dilakukan oleh kepala sekolah kepada orang tua siswa melalui kegiatan group sharing setiap satu bulan sekali, didalam kelas 1 bulan sekali di minggu ke 4, setiap satu bulan sekali sekolah mengadakan group sharing dimana orang tua bisa bekerja sama dengan guru untuk membicarakan perkembangan anak didik. Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa, kegiatan evaluasi dilakukan agar orang tua mengetahui apa tujuan awal yang ingin dicapai telah berjalan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diberi tahukan pada