4.2 Pembahasan
4.2.1 Konsep Character Building dan Creativity Learning
Konsep character building dan creativity learning pada sebuah
pembelajaran, terdapat gambaran secara garis besar mengenai tahap-tahap yang harus dilakukan secara terstruktur dan terencana. Sebelum konsep character building dan creativity learning pada pembelajaran tematik dilakukan, harus dipersiapkan langkah-langkah yang akan di tempuh agar dapat mewujudkan tujuan dari program permbelajaran tersebut. Dalam konsep character building dan creativity learning terdapat proses pembelajaran yang diawali dengan peroses perencanaan. Perencanaan dari character building dan creativity learning pada pembelajaran tematik di SD Bukit Aksara Semarang meliputi perumusan tujuan, merencang rencana pelaksanaan pembelajaran yang akan diajarkan, serta sarana dan prasarana sekolah yang mendukung character building dan creativity learning pada pembelajaran tematik.
4.2.1.1 Relevansi Tujuan Character Building dan Creativity Learning
Merumuskan tujuan merupakan langkah awal dari sebuah perencanaan pembelajaran, namun hal yang perlu diketehui terlebih dahulu sebelum tujuan itu dirumuskan adalah mengetahui terlebih dahulu konsep dari sebuah tujuan tersebut. Karena di SD Bukit Aksara Semarang memfokuskan seluruh kegiatan pembelajaran terhadap character building dan creativity learning, maka dari itu kosenp karakter dan kreatif sangat penting untuk diketahui. Konsep yang digunakan harus sesuai dengan tujuan yang akan dibuat. Suyanto (2010: 44) membangun karakter (character building) adalah proses mengukir atau memahat jiwa sedemikian rupa,
orang lain. Selain itu pendapat lain di perkuat oleh Lickona, Thomas dalam Suyanto (2010, 56) pendidikan yang mengembangkan karakter adalah upaya yang dilakukan pendidikan untuk membantu anak didik supaya mengerti, memedulikan, dan bertindak berdasarkan nilai-nilai etika. Anak didik bisa melihat mana yang yang benar, sangat memedulikan tentang yang benar, dan melakukan apa yang mereka yakini sebagai yang benar walaupun ada tekanan dari luar dan godaan dari dalam.
Pendidikan character building dan creativity leraning sebagai sebuah program dalam pembelajaran di sekolah harus memiliki tujuan yang jelas. Jika tujuan yang akan dicapai telah memiliki maksud yang jelas, maka ketika merumuskan perencanaan akan lebih terarah. Perumusan tujuan character building dan creativity learning di SD Bukit Aksara Semarang melibatkan banyak pihak, diantaranya adalah semua warga sekolah, orang tua siswa, dan lingkungan sekolah termasuk kedalamnya. Tujuan character building dan creativity learning di SD Bukit Aksara Semarang adalah memberikan layanan pendidikan dasar yang mengedepankan karakter dan kreativitas, serta mencerdaskan siswa secara akademis maupun non akademis.
Dari tujuan diatas mengenai character building dan creativity learning sekolah memberikan layanan pada pendidikan dasar. Alasan yang menjadikan karakter memang harus diterapkan pada pendidikan dasar, tanpa melupakan segi akademis dan non akademis. Namun tetap karakter yang menjadi fokus utama dalam kegiatan pembelajaran
Samani dan Hariyanto (2013: 110) mengatakan bahwa,
“para ahli pendidikan di Indonesia umumnya bersepakat bahwa pendidikan karakter sebaiknya dimulai sejak usia anak-anak (golden age), karena usis ini terbukti sangat menentukan kemampuan anak dalam mengembangkan potensinya. Hasil penelitian menunjukan bahwa sekitar 50% variabilitas kecerdasan orang dewasa sudah terjadi ketika anak berusia 4 tahun. Peningkatan 30% berikutnya terjadi pada usia 8 tahun, dan 20% sisnaya pada pertengahan atau akhir dasawarsa kedua. Oleh karena itu sudah sepatutnya pendidikan karakter dimulai dalam lingkungan keluarga yang merupakan lingkungan awal bagi pertumbuhan anak”.
Pada hasil penelitiann telah disajikan mengenai relevansi tujuan character building dan creativity learning, yang mana pada komponen relevansi tujuan, indikator keberhasilan dari character building dan creativity learning telah terpenuhi. Tujuan character building dan creativity learning di SD Bukit Aksara Semarang telah sesuai dengan latar belakang berdirinya sekolah ini dan harapan orang tua. Suyanto (2010: 57) mengatakan bahwa,
“character eduacation quality standards merekomendasikan bahwa pendidikan akan secara efektif mengembangkan karakter anak didik ketika nilai-nilai dasar etika dijadikan sebagai basis pendidikan, menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif dalam membangun dan mengembangkan karakter anak didik serta menciptakan komunitas yang peduli, baik di keluarga, sekolah maupun masyarakat sebagai komunitas
moral yang berbagi tanggung jawab untuk pendidikan yang
mengembangkan karakter dan setia serta konsisten kepada nilai dasar yang diusung bersama-sama”.
Sesuai pernyataan pendapat diatas, sebelum merumuskan tujuan character buildng dan creativity learning, pihak sekolah telah konsisten sejak awal ketika toodler, play group, dan taman kanak-kanak (tk) didirikan terlebih dahulu telah menerapakan karakter dan kreavitas dalam kegiatan pembelajaran. Sehingga setelah mantap menjalankan character building dan creativity learning pada tahap tersebut, yayasan sebagai basis pendidikan mendirikan SD Bukit Aksara. Pada saat karakter
dan kreativitas telah diterapkan terlebih dahulu pada tingkat pendidikan usia dini, telah membaca citra postif bagi yayasan sekolah. Hal tersebut menjadikan, orang tua mempertimbangkan keberadaan SD Bukit Aksara Semarang. Yang menjadikan daya tarik atau pertimbangan orang tua adalah ketika sekolah ini menerapkan dan memfokuskan kegiatan pembelajaran pada pendididkan karakter dan kreativitas. Sehingga tujuan character building dan creativity learning sesuai dengan latar belakang sekolah dan harapan orang tua.
Character building dan creativity learning di SD Bukit Aksara Semarang merupakan program khusus dan unggulan yang telah menjadi ciri khas dari sekolah yang berbasis sekolah nasional. Tujuan character building dan creativity learning sejalan dengan tujuan sekolah nasional. Yang membadakan SD Bukit Aksara dengan sekolah nasional lainnya adalah dari segi proses pembelajarannya saja. Karena sesuai dengan tujuan diawal bahwa SD Bukit Aksara lebih memfokuskan pada nilai-nilai karakter dan kreativitas dalam pembelajaran. Nilai-nilai karakter pada character building memiliki 12 fokus karakter yang diterapkan oleh siswa sebagai bentuk dari tujuan character building dan creativity learning. 12 fokus karakter termasuk dari nilai-nilai tertib dan sabar yang dikembangkan melalui pembelajaran tematik.
Fokus karakter yang dikembangkan melalui pembelaran tematik, memerlukan sebuah kreativitas dalam proses pembalajaran tersebut. Dibutuhkan konsep kreativitas dalam perencanaan character building dalam pembelejaran. Hal itu sesuai dengan, “salah satu konsep yang amat penting dalam bidang kreativitas
Kreativitas tidak dapat muncul jika tidak di aktualisasikan pada diri, kreativitas butuh dilatih agar potensi-potensi dalam diri seseorang dapat tercipta sehingga menghasilkan hasil yang maksimal.
Creativity learning hadir sebagai salah satu tujuan berdirinya SD Bukit Aksara Semarang, bukan karena tanpa tujuan. Sesuai dengan tujuan dari characcter building dan creativity learning, dimana pada salah satu point tujuannya adalah ingin mencerdaskan siswa secara akademik dan non akademik. Cara yang digunakan untuk mewujudkan hal tersebut melalui creativity learning yang dalam penerapannya berkaitan dengan fokus karakter yang terdapat pada character building. Oleh karena itu tujuan dari character building dan creativity learning pada hakikatnya merupkan keseluruhan dari proses pembelajaran di SD Bukit Aksara Semarang.
4.2.1.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Tujuan dan materi telah ditentukan diatas, maka langkah selanjutnya dalam perencanaan character building dan creativity learning di SD Bukit Aksara Semarang adalah merencanakan pelaksanaan pembelajaran yang akan diajarkan pada perserta didik di kelas 1. Dalam perencanaan ini yang terlibat adalah guru sebagai perancang dari kegiatan pembelajaran. Perencanaan pelaksanaan pembelajaran merupakan penentu pada saat proses pelaksanaan pembelajaran dengan siswa yang akan mengikuti kegiatan pembelajaran tematik dengan adanya character building dan creativity learning. Impementasi character building dan creativity learning pada pembelajaran tematik di SD Bukit Aksara Semarang
dilaksanakan oleh semua guru dan siswa sebagai pemeran utama dalam pelaksanaannya. Oleh karena itu, guru harus dapat merancang rencana pelaksanaan pembelajaran dengan baik agar siswa dapat menerapkannya pada pembelajaran.
Kemampuan guru dalam menyiapkan perangkat pembelajaran yang disesuaikan dengan tujuan character building dan creativity learning menggunakan sebuah rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran. Menurut Kimble dan Garmezy, sebagaimana dikutip oleh Thabrani dan Arif (2011: 18) dalam Fadillah (2014: 172) menyebutkan pembelajaran adalah suatu perubahan perilaku yang relatif tetap dan merupakan hasil praktik yang diulang-ulang. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan di SD Bukit Aksara Semarang menggunakan kurikulum nasionl yaitu Kurikulum 2013. Segala bentuk pelaksanaannya sama dengan yang dilakukan oleh sekolah nasional pada umumnya. Kegiatan pembelajaran di SD Bukit Aksara Semarang menggunakan pendekatan model pembelajaran tematik Sundayana (2014: 14) mengatakan bahwa,
“model tematik sangat dominan diterapkan dalam pembelajaran di lingkup pendidikan anak usia dini ( Taman Kanak-Kanak) dan Sekolah Dasar (SD). Salah satu asumsi yang menempatkan model ini cocok bagi pembelajar pada jenjang tersebut adalah tema atau topik dapat menjadi penghubung berbagai kegiatan dengan apa yang dipelajari peserta didik di kelas. Dengan demikian, tema dapat berperan sebagai pengintegrasi keterampilan dan kegiatan berbahasa dalam pembelajaran di kelas”.
Penggunaan model pembelajaran tematik yang menggunakan tema sebagai pembahasan dalam pembelajaran, dapat mempermudah guru dalam melaksanakan pembelajaran. Sebelum guru membuat rencana pelaksanaan pembelajaran, terlebih dahulu guru harus memahami konsep pembelajaran tematik. Dalam hal ini guru
tidak hanya sekedar membuat saja, namun rencana pelaksanaan pembelajaran untuk pembelajaran tematik harus dapat di hubungkan dengan tujuan character building dan creativity learning. Dirman dan Juarsih (2014: 107) menyatakan bahwa:
“pembelajaran tematik terpadu dilaksanakan dengan menggunkan prinsip pembelajaran terpadu yang menggunakan tema sebagai pemersatu kegiatan pembelajaran dengan memadukan beberapa mata pelajaran sekaligus dalam satu kali tatap muka, untuk memberikan pengalaman yang bermakna bagi peserta didik. Karena peserta didik dalam memahami berbagai konsep yang mereka pelajari selalu melalui penglaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dikuasainya”.
Dibutuhkan suatu metode dalam pembelajaran tematik, sesuai hasil penelitian bahwa di SD Bukit Aksara menggunakan demonstrasi sebagat metode pembelajaran. Metode digunakan untuk mempermudah ketika pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Sehingga dengan adanya metode demonstrasi fungsi dan tujuan dari pembelajaran tematik dapat tercapai. Menurut Dirman dan Juarsih (2014: 108) fungsi dan tujuan pembelajaran tematik berfungsi untuk memberikan kemudahan bagi peserta didik dalam memahami dan mendalami konsep materi yang tergabung dalam tema serta dapat menambah semangat belajar, karena materi yang dipelajari merupakan materi yang nyata (kontekstual) dan bermakna bagi peserta didik.
Materi yang akan diajarkan dituangkan dalam bentuk rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Menurut Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah disebutkan bahwa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan dalam dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD). Agar gambaran mengenai pembelajaran yang akan dilakukan lebih jelas dan
terarah, guru harus menjabarkan perencanaan dari kompetensi inti dan kompetensi dasar.
Fadillah (2014: 144) menyimpulkan,
“dimana dalam perencanaan tersebut adalah penjabaran dari kompetensi inti dan kompetensi dasar yang selanjutnya dibuat materi pembelajaran lengkap dengan metode, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang digunakan dalam pembelajaran. Kesemuanya disusun dengan jelas, sistematis, dan akuntabel sehingga mudah dipahami dan diaplikasikan dalam kegiatan pembelajaran”.
Pada saat guru melakukan perencanaan pembelajaran, guru telah menyeseuaikan metode, media, fasilitas yang menunjang pembelajaran, dan komponen-komponen lainnya yang terdapat dalam RPP dengan karakteristik peserta didik. Dalam hal ini siswa kelas 1 menjadi fokus dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dari character building dan creativity learning pada pembelajaran tematik. Bukan hanya menyesuaikannya dengan karakterstik peserta didik, guru harus mampu menyesuaikan pembelajaran sesuai dengan tema pembelajaran dalam pembelajaran tematik.
Di SD Bukit Aksara Semarang guru menggunakan banyak media pembelajaran, diantaranya adalah media gambar, internet, dan musik. Hal itu sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan di kelas 1. Dengan menggunakan media, kreativitas siswa akan muncul. Hal itu yang harus guru munculkan ketika
pelaksanaan pembelajaran. “Mengajar dengan kreatif dapat mengembangkan
kualitas pendidikan, membuat pembelajaran menjadi lebih bermakna dan membuka cara-cara yang lebih menyenangkan dalam mendekati kurikulum” (Beetlestone 2011: 2).
Di dalam RPP kelas 1 SD Bukit Aksara Semarang harus memuat fokus karakter dari character building dan creativity learning yang akan dikembangkan melalui proses pembelajaran. Character building dan creativity learning diintegrasikan ke dalam tema-tema pembelajaran, maka di dala RPP harus dituliskan langkah-langkah penanam nilai character building dan creativity learning. RPP di SD Bukit Aksara Semarang, sudah cukup lengkap.
RPP yang memuat rancangan langkah-langkah penanaman character
building dan creativity learning dapat menjadi pegangan guru dalam mengintegrasikan materi character building dan creativity learning ke dalam pembelajaran. Jika sudah ada rancangan yang jelas, maka character building dan creativity learning yang diintegrasikan ke dalam pembelajaran akan lebih terarah dan tujuan character building dan creativity learning dapat terwujud. Dalam langkah-langkah pembelajaran ada tiga kegiatan yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Di setiap kegiatan, guru harus menuliskan langkah-langkah apa saja yang akan dilakukan dalam rangka menanamkan character building dan creativity learning. Apa yang telah tertulis dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) itu merupakan gambaran dari apa yang akan dilakukan guru dalam mendidik, gambaran dari kondisi peserta didik, dan gamabaran secara keseluruhan kegiatan pembelajaran.
4.2.1.3 Sarana dan Prasarana Sekolah
Kegiatan perencanan selanjutnya adalah menyediakan sarana dan prasarana yang memadai sebagai penunjang character building dan creativity learning.
Sarana menurut Mulyasa (2003: 49) adalah peralatan dan perlengkapan yang digunakan secara langsung untuk menunjang proses pendidikan. Sedangkan prasarana adalah perlengkapan yang secara tidak langsung dapat menunjang proses pendidikan. Sarana dan prasarana yang baik dapat menunjang proses character building dan creativity learning di SD Bukit Aksara Semarang. Sarana yang menunjang dalam character building dan creativity learning meliputi ruang kelas, ruang laboratorium, ruang dapur, meja dan kursi, loker pribadi, loker tempat makan, balok, lego, puzzle, timbangan, alat tulis, perpustakaan didalam kelas dan perpustakaan umum di sekolah, segala bentuk media belajar yang tersedia di dalam kelas, kertas pengganti papan tulis, papan absen, papan learning center, papan penilaian reward stars, tempat sampah, alat kebersihan kelas, wc sekolah, tulisan fokus karakter dan kesepakatan bersama kelas, poster karakter, dll. Sedangkan prasarana dalam character building dan creativity learning meliputi lapangan sekolah, kebun sekolah, dan gazebo sekolah.
Ketersediaan sarana dan prasarana di SD Bukit Aksara dapat dikatakan sudah memadai. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh informasi bahwa guru, siswa, dan orang tua telah merasa terpenuhi dari segi fasilitas yang memadai dari sarana dan prasarana sekolah. Hanya kurang dari segi ruang ibadah saja, karena sekolah ini sekolah nasional. Segala bentuk kegiatan pada saat holly morning dilakukan di ruang kelas secara acak, mengikuti guru pendamping pada saat holly morning. Walaupun ruang shalat belum ada, digantikan di ruang uks. Namun, ruang ibadah yang belum ada tidak mengganggu pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan kegiatan holly morning tetap berjalan pada pagi hari.
Ruang kelas di SD Bukit Aksara Semarang berjumlah 12, dilengkapi dengan meja, kursi, jam dinding, papan kertas pengganti papan tulis, alat kebersihan, papan piket, papan tata tertib, papan fokus karakter dan kesepakatan kelas, perpustakaan kelas, loker pribadi dan loker makan, lemari barang-barang kelas seperti alat tulis bersama, berbagai permainan, media belajar, prtint, tape, karpet, bantal, tempat menyimpan kertas learning center, alat kebersihan, dll. Berdasarkan hasil observasi, kondiri ruang kelas sangat baik dan dapat menunjang character building dan creativity learning. Dilihat dari hasil observasi, belum terdapat poster-poster yang dapat digunakan sebagai sarana penanaman character building dan creativity learning dalam rangka mewujudkan tujuan dari character building dan creativity learing.
Selaian sarana yang memadai, prasarana pun dapat menunjuang character building dan creativity learning di SD Bukit Aksara Semarang. Ketersediaan prasarana sudah memadai. Prasarana meliputi lapangan sekolah, kebun sekolah, dan gazebo dapat dimanfaatkan dalam mengembangkan karakter dan kreativitas dalam pembelajaran tematik.
Berdasarkan uraian di atas dan studi literatur mengenai perencanaan pada program character building dan creativity learning di SD Bukit Aksara Semarang yang meliputi perumusan tujuan, RPP, serta sarana dan prasarana, dapat diperoleh kesimpulan bahwa perencanaan program character building dan creativity learning sudah direncanakan dengan baik dan harus dipertahankan atau ditingkatkan kembali dalam hal perencanaannya.
4.2.2 Impelementasi Character Building dan Creativity Learning
Perancanaan yang telah terbentuk kemudian diterapkan dalam pelaksanaan pembelajaran agar dapat mencapai tujuan yang telah direncanakan. Pelaksanaan character building dan creativity learning di SD Bukit Aksara Semarang diintegrasikan ke dalam semua kegiatan pembelajaran tematik baik di dalam kelas ataupun di luar kelas. Pada pelaksanaan character building dan creativity learning difokuskan pada proses pembelajaran dan dukungan/kerja sama dari warga sekolah, lingkungan dan orang tua siswa.
Pada komponen proses pembelajaran terdapat dua indikator yang akan dilakukan , yaitu guru memiliki kemampuan dalam melaksanaan pembelajaran, siswa mampu menerapkan sikap karakter dan mengembangkan kreativitas dalam belajar. Dalam melaksanakan kedua indikator tersebut, terdapat kegiatan pembelajaran yang akan dilalui selama proses itu berlangsung. Permendikbud No 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP, meliputi kegiatan pendahuluan, inti dan penutup.
Kemampuan yang harus dilakukan oleh guru pertama kali adalah pada saat kegiatan pendahuluan. Karena pada tahap ini guru harus memiliki kemampuan menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran, memberi motivasi belajar siswa secara kontekstual sesuai manfaat dan aplikasi materi ajar dalam kehidupan sehari-hari, mengajukan pertanyaan- pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan
dipelajari, menjelaskan tujuan pembelajaran atau komptensi dasar yang akan dicapai, serta menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.
Berdasarkan kegiatan pendahuluan yang mana guru harus memiliki kemampuan untuk melakukan langkah-langkan tersebut, agar perkembangan siswa dapat berkembang sesuai dengan potensi yang dimiliki siswa. Menurut Hawadi (2001) dalam Desmita (2007: 4), perkembangan secara luas menunjuk pada keseluruhan proses perubahan dari potensi yang dimiliki individu dan tampil dalam kualitas kemampuan, sifat dan ciri-ciri yang baru.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dengan observasi, guru selalu melakukan kegiatan pendahuluan sebelum memasuki kegiatan pembelajaran. Kegiatan menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran itu diawali dengan membersihkan kelas, yang dilakukan oleh semua warga kelas 1. Dilanjutkan membersihkan diri, dengan mencuci tangan setelah selesai memberishkan kelas. Kegiatan selanjutnya adalah senam pagi yang dilakukan didalam kelas, yang dilakukan secara bersama oleh guru dan siswa.
Dengan melakukan kegiatan-kegiatan tersebut, guru telah membantu
mengembangkan psikomotorik dan jasmani siswa sebagai anak didiknya.
Langkah-langkah selanjutnya yang dilakukan guru dalam kegiatan pendahuluan yaitu pada saat circle time. Circle time adalah kegiatan rutin yang dilakukan sebelum dan sesuah kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Pada kegiatan pendahuluan, circle time dilakukan sebelum kegiatan pembelajaran dimulai. Circle
time benar-benar menjadi kunci keberhasilan pelaksanaan pembelajaran dalam satu hari kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan oleh guru terhadap siswa.
Pada saat circle time guru dituntut untuk memiliki kemampuan memberi motivasi belajar siswa secara kontekstual sesuai manfaat dan aplikasi materi ajar dalam kehidupan sehari-hari, mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari, menjelaskan tujuan pembelajaran atau komptensi dasar yang akan dicapai, serta menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus. Selain itu, ketika circle time berlangsung tidak ada jarak anatar guru dan murid, karena guru mengkondisikan keadaan tersebut menjadi lebih santai agar siswa dapat memanfaatkan circle time sebagai waktu untuk mempersiapkan diri mereka sebelum belajar, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bercerita. Jangan sampai siswa membawa beban saat belajar, apa pun masalahnya akan di selesaikan pada saat circle time.
Nilai-nilai karakter yang menjadi fokus karakter akan guru ingatkan kembali, guru memunculkan kembali kepada siswa bahwa betapa pentingnya karakter dalam kehidupan mereka dan dalam kegiatan pembelajaran. Hal itu dlakukan ketika guru menanykan kehadiran siswa, dalam hal tersebut akan muncul kepedulian siswa terhadap teman jika ada yang tidak masuk. Mengingatkan kembali three magic word, yaitu kata maaf, tolong, dan terima kasih. Character building dan creativity learning selalu dihadirkan dalam kegiatan pembelajaran dengan cara yang berbeda. begitu pun dengan kesepakatan kelas.
Pada kegiatan selanjutnya yaitu kegiatan inti yang merupakan kegiatan pokok dalam pembelajaran. Dalam kegiatan inti dilakukan pembahasan terhadap tema dan subtema melalui berbagai kegiatan belajar dengan menggunakan multimetode dan media sehingga siswa mendapatkan pengalaman belajar yang bermakna (Majid 2014: 149). Guru hanya berperan menjadi fasilitator pada saat