• Tidak ada hasil yang ditemukan

4 IMPLEMENTASI MANAJEMEN MUTU PADA PERIKANAN TUNA DI SENDANGBIRU MALANG

Pendahuluan

Ikan tuna merupakan salah satu sumber makanan protein hewani yang sehat bagi masyarakat Indonesia dan pendapatan negara dari sektor perikanan. Tuna mempunyai kualitas terbaik bila cara penangkapan dan penanganan di atas kapal maupun di pelabuhan efektif. Kualitas ini dapat dipertahankan apabila penanganan yang diterapkan sesudah ikan di atas kapal sampai dengan penyimpanan maupun distribusi dilakukan dengan tepat, cepat dan ekstra hati- hati.

Penanganan merupakan prasyarat dalam menjaga ikan dari kemunduran mutu karena baik buruknya penanganan akan berpengaruh langsung terhadap

mutu ikan sebagai bahan makanan atau bahan baku untuk pengolahan lebih lanjut. Demikian juga penempatan ikan pada tempat yang tidak sesuai, misalnya pada tempat yang bersuhu panas, terkena sinar matahari langsung, tempat yang kotor dan lain sebagainya akan berperan mempercepat mundurnya mutu ikan (Junianto 2003).

Ikan tuna adalah salah satu jenis pangan yang mudah mengalami penurunan mutu. Olodosu et al. (2011) mengatakan bahwa mutu produk yang dapat dipertahankan secara konsisten akan meningkatkan kepercayaan konsumen. Hasil tangkapan tuna, membutuhkan penanganan khusus untuk menjaga ikan tuna tersebut tetap segar. Penanganan tuna di atas kapal dilakukan mulai dari menaikkan ikan di atas kapal sampai dengan tahap pembongkaran hasil tangkapan. Penanganan hasil tangkapan di kapal merupakan proses yang sangat penting dari seluruh proses perjalanan ikan sampai ke konsumen. Hal ini dikarenakan penanganan ikan di atas kapal merupakan penanganan awal yang sangat menentukan terhadap penanganan dan pengolahan ikan selanjutnya (Huda

et al 2013; Hastrini et al 2013).

Mutu hasil tangkapan ikan tuna merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan, hal ini terkait dengan nilai jual yang didapatkan. Semakin baik mutu yang dihasilkan maka semakin tinggi pula harga jual dari ikan tersebut. Mutu ikan tuna tidak lepas dari peran dari nelayan penangkap ikan tuna dan pekerja yang ada di pelabuhan serta kapal, fasilitas dan alat-alat pendukung yang ada di dalam penanganan ikan tuna tersebut. Keseluruhan dari aktivitas penanganan tersebut telah diatur dalam KEPMEN-KP 52A/2013 Tentang Persyaratan Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan pada Proses Produksi, Pengolahan dan Distribusi. Tingginya hasil tangkapan tuna tidak layak ekspor yang didaratkan di pelabuhan mengindikasikan bahwa penanganan tuna yang dilakukan di PPP Pondokdadap tidak berjalan sesuai standar yang telah ditetapkan. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui sejauh mana kebijakan manajemen mutu tersebut di terapkan di PPP Pondokdadap saat ini.

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tingkat kesesuaian antara penanganan tuna yang dilakukan di Pondokdadap saat ini dengan standar yang telah ditetapkan. Hasil analisis tersebut akan digunakan sebagai dasar menyusun alternatif strategi penerapan standar penanganan tuna di PPP Pondokdadap.

Metode Penelitian

Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam penentuan kesesuaian standar penanganan tuna di PPP Pondokdadap adalah metode deskriptif. Menurut (Nazir, 1999) metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu peristiwa pada masa sekarang. Tujuannya yaitu untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis , faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.

Data yang dikumpulkan merupakan data primer dan sekunder. Data primer merupakan data hasil pengamatan langsung dilapangan yaitu difokuskan di pelabuhan dengan mengamati aktivitas penanganan sejak ikan di bongkar dari

dalam palka hingga didistribusikan. Pengumpulan data penilaian menggunakan

checksheet. Sedangkan data sekunder yaitu data keragaman operasional pelabuhan

meliputi data hasil tangkapan dan fasilitas pelabuhan.

Pengumpulan data persentase hasil tangkapan

Ikan tuna yang didaratkan di pelabuhan perlu diketahui persentase layak ekspor atau tidak, dengan adanya persentase tersebut selanjutnya dapat digunakan sebagai sumber informasi pendukung untuk menentukan kualitas hasil tangkapan akibat penanganan yang dilakukan. Data mengenai tuna layak ekspor didapatkan dengan cara wawancara kepada bakul dan melakukan pengamatan serta pendataan langsung. Pendataan dilakukan dengan bantuan checksheet (Tabel 8). Tujuan penggunaan checksheet ialah untuk memudahkan dan menjamin bahwa data dikumpulkan secara hati-hati dan akurat.

Tabel 8 Check sheet hasil tangkapan tuna

Responden Hari Hasil Tangkapan Perusahaan ekspor Pasar Lokal (Ekor) (kg) (Ekor) (kg) (Ekor) (kg) Bakul n 1 2 3 n Jumlah Porsentase

Responden yang menjadi sumber data penelitian yaitu bakul atau pengusaha tuna setempat yang berjumlah tujuh orang (Tabel 5). Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data daerah tujuan pemasaran dan jumlah reject

tuna dari perusahaan dalam bentuk satuan berat (kg). Sedangkan data hasil tangkapan didapatkan langsung di TPI melalui enumerator KUD Mina Jaya. Data yang dikumpulkan meliputi data hasil tangkapan tuna setiap kapal yang melakukan bongkar muat dan bakul yang membeli ikan tersebut. Pengumpulan data dan wawancara dilakukan setiap hari selama 24 hari pada bulan Juli-Agustus 2016 pada saat pendaratan tuna berlangsung yaitu pukul 7 hingga 12 siang.

Pengumpulan data penilaian kesesuaian penanganan tuna

Penilaian kesesuaian penanganan tuna di PPP Pondokdadap dengan standar yang ada dalam KEPMEN-KP 52A/2013 dilakukan dengan mengacu pada kriteria penanganan produk perikanan sebagaimana tercantum pada KEPMEN- KP 52A/2013. Elemen penilaian yang tercantum pada KEPMEN tersebut diutamanakan untuk; cara penanganan, SDM, peralatan, fasilitas dan unit penangkapan (kapal dan alat tangkap).

Dalam penentuan nilai untuk elemen maka setiap elemen dibuat kriteria penilaian dengan nilai antara 0-4 (Lampiran 4). Nilai diberikan langsung oleh peneliti dan sebelumnya terlebih dahulu dilakukan pengamatan langsung serta wawancara mendalam kepada stakeholder, sehingga nilai yang diberikan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

Kriteria merupakan karakteristik yang ditetapkan dalam KEPMEN-KP 52A/2013. Kriteria tersebut diantaranya menjaga suhu selama penyimpanan dan pengangkutan, semua pekerja dalam keadaan bersih, tersedianya fasilitas yang mencukupi dan memadai, peralatan memadai serta dalam keadaan bersih. Data yang dikumpulkan dan diberikan penilaian selanjutnya dianalisis menggunakan

analisis kesenjangan (gap analysis) yang dijelaskan pada sub bab analisis data berikut.

Analisis Data Analisis Kesenjangan

Analisis kesenjangan (gap analysis) dilakukan dengan menilai langsung penanganan tuna sejak ikan didaratkan sampai akan didistribusi dengan menggunakan skala likert (0 – 4) dengan bantuan checksheet penilaian (Lampiran 4). Berdasarkan hasil penilaian terhadap setiap elemen selanjutnya dihitung secara kumulatif untuk mendapatkan nilai penanganan saat ini dari setiap elemen. Selanjutnya dilakukan analisis kesenjangan (gap) seperti terlihat pada rumus (1) dan selanjutnya analisis tingkat kesesuaian seperti terlihat pada rumus (2) (Palan 2007).

� �� ����� ��� = � − � ℎ …

� �� � � � � �� = �̅� ℎ / �̅� � % …

Dimana:

� : Nilai maksimum yang dapat diperoleh yaitu 4 (empat)

� ℎ : Nilai penanganan saat ini (nilai yang diperoleh dari hasil penilaian terhadap elemen penanganan tuna di PPP Pondokdadap)

Pengambilan keputusan kesenjangan penanganan tuna di PPP Pondokdadap berdasarkan kriteria berikut:

0% - ≤ 34 %  Penanganan sangat tidak sesuai standar 34% - ≤ 50%  Penanganan tidak sesuai standar

50% - ≤ 65%  Penanganan hampir sesuai dengan standar 65% - ≤ 80%  Penanganan kurang sesuai standar

80% - ≤ 100%  Penanganan sesuai dengan standar

Hasil

Penurunan mutu tuna sering disebut dengan cacat/mutu tidak baik yang terjadi akibat dari penanganan yang kurang baik. Ikan tuna yang didaratkan di pelabuhan perlu diketahui kualitasnya melalui pendataan langsung saat ikan didaratkan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui persentase ikan tuna yang layak ekspor atau tidak.

Pendataan hasil tangkapan tuna dilakukan pada ikan tuna yang berukuran besar (di atas 20 kg) atau tidak termasuk ikan baby tuna. Pendataan dilakukan langsung saat ikan didaratkan di TPI berdasarkan tingkatan mutu. Tuna dengan

grade A dan B dikumpulkan di gudang penyimpanan untuk selanjutnya dikirim ke

perusahan pengolahan ikan atau perusahaan pengekspor. Sedangkan tuna dengan

grade C dan D ditujukan untuk pasar lokal dalam bentuk segar dan pindang.

Berikut persentase ikan tuna ekspor dan ikan tuna yang ditujukan untuk pasar lokal selama penelitian (Gambar 9).

75% 25%

Ekspor (414.335 ton)

Gambar 9 Persentase hasil tangkapan tuna bulan Juli-Agustus 2016

Berdasarkan data pada Gambar 9, dapat dilihat bahwa ikan tuna yang tidak layak ekspor sebesar 25 % atau sebanyak 140,797 ton dari total hasil tangkapan sebanyak 555,150 ton (Lampiran 2). Hasil ini mengindikasikan bahwa penanganan ikan tuna saat di kapal hingga didaratkan di pelabuhan tidak dilakukan dengan baik sehingga jumlah ikan tuna yang tidak layak ekspor cukup tinggi. Ikan tuna yang dinyatakan memiliki kualitas ekspor maka akan dikirim ke perusahaan pengekspor dan sesampainya di perusahaan kemudian di sortir berdasarkan mutu dan ukuran. Ikan yang memiliki mutu tidak baik (C dan D) akan di tolak dan dikembalikan ke pengusaha pengirim dan sebagian lainnya akan di jual kembali oleh perusahaan tersebut.

Permasalahan yang terjadi adalah semakin tingginya jumlah ikan tuna tidak layak ekspor maka pasar tradisional dan industri tradisional tidak mampu menyerap keseluruhan ikan tersebut. Konsekuensinya yaitu ikan dijual dengan harga yang sangat murah untuk menghindari kerugian. Oleh karena itu nelayan di PPP Pondokdadap dituntut agar mampu menghasilkan ikan tuna yang memiliki kualitas sesuai permintaan perusahaan pengekspor. Tingginya hasil tangkapan tidak layak ekspor tersebut mengindikasikan bahwa penanganan tuna yang dilakukan saat ini tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Oleh karena itu diperlukan penilaian seberapa besar tingkat kesesuaian penanganan tuna yang dilakukan di PPP Pondokdadap dengan standar yang ada dalam KEPMEN-KP 52A/2013.

Kesesuaian Standar Penanganan Tuna

Penanganan adalah serangkaian atau perlakukan terhadap ikan tanpa mengubah struktur dan bentuk dasar. Salah satu indikator penanganan yang baik adalah ikan tuna yang dihasilkan memiliki mutu yang baik dan aman untuk di konsumsi. Penanganan ikan segar yang baik harus mengacu pada suatu ketentuan penanganan atau standar yang berlaku agar mutu ikan yang dihasilkan baik. Jika penanganannya kurang tepat, protein yang terkandung dalam ikan akan dimanfaatkan oleh mikroorganisme untuk berkembang biak dan menjadikan kualitas ikan menurun. Kualitas ikan yang buruk dapat menyebabkan harga jual ikan tersebut juga mengalami penurunan.

Berdasarkan analisis gap didapatkan bahwa terdapat kesenjangan antara penanganan yang saat ini dilakukan di PPP Pondokdadap dengan standar yang berlaku. Hasil perhitungan nilai yang diperoleh dibandingkan dengan nilai standar

masih didapatkan kesenjangan. Adapun hasil penilaian tersebut disajikan sebagai berikut:

Tabel 9 Nilai kesenjangan dan kesesuaian elemen cara penanganan tuna di PPP Pondokdadap dengan standar

No

Elemen Cara Penanganan CLh CLr Gap

1 Hasil perikanan harus ditangani dan disimpan sehingga terhindar dari kerusakan fisik apabila penanganan hasil perikanan menggunakan ganco untuk menangani ikan besar harus dijaga agar tidak melukai daging ikan

4 3 1

2 Hasil perikanan yang tidak disimpan dalam keadaan hidup harus segera didinginkan setelah naik ke kapal penangkap dan/atau pengangkut ikan

4 3 1

3 Melakukan bongkar muat dan pendaratan dengan cepat dan

menghindari pembongkaran langsung dibawah sinar matahari 4 1 3 4 Menempatkan hasil perikanan pada tempat dengan suhu sesuai yang

dipersyaratkan 4 2 2

5 Jika produk perikanan disimpan dalam es, lelehan air es harus tidak

menggenangi produk 4 3 1

6 Hasil perikanan segar yang didinginkan disimpan pada suhu beku es 4 3 1 7 Dilarang menggunakan bahan tambahan yang tidak diizinkan sesuai

ketentuan peraturan perundangundangan 4 4 0 8 Ketika suatu produk/ikan diketahui tidak baik untuk dikonsumsi,

maka dipindahkan dan disimpan terpisah dari hasil tangkapan dan ruang kerja/penanganan dan atau dibuang sesuai aturan.

4 2 2

9 Semua produk yang dapat dikonsumi, segera ditangani dengan baik,

dengan perhatian penuh untuk tepat waktu, serta suhu yang sesuai. 4 3 1 10 Sebelum didinginkan atau disimpan dalam es, dilakukan sortir

terlebih dahulu untuk memisahkan sesuai dengan jenis dan ukuran ikan

4 2 2

11 Cara penyusunan ikan di dalam palkah sesuai dengan jenis, mutu dan

ukuran ikan 4 2 1

12 Pemantauan dan pengontrolan waktu, suhu, homogenitas pendinginan

dilakukan secara teratur. 4 2 2 Nilai rata-rata (�̅) 4 2.500 1.416 Kesesuaian (�̅CLr/�̅CLh) x 100 % 63% CLh : Nilai Penanganan Standar

CLr : Nilai Penanganan saat ini

Gap : Kesenjangan penanganan tuna di PPP Pondokdadap dengan standar penanganan

Elemen cara penanganan yang saat ini dilakukan di PPP Pondokdadap didapatkan kesenjangan sebesar 1,467 (Tabel 9) dengan tingkat kesesuaian yaitu sebesar 63%, yang berarti elemen tersebut kurang sesuai dengan standar. Hal-hal yang menyebabkan cara penanganan kurang sesuai dengan standar diantaranya pembongkaran dilakukan dibawah sinar matahari, penempatan ikan pada suhu tinggi serta membiarkan ikan terkena lantai/tanah yang kotor akibat pengangkutan secara manual dengan menggunakan sebilah bambu oleh dua orang petugas sehingga menyebabkan menurunnya mutu hasil tangkapan.

Tabel 10 Nilai kesenjangan dan kesesuaian elemen sumberdaya manusia di PPP Pondokdadap dengan standar

No Elemen Sumberdaya Manusia CLh CLr Gap 1 Bekerja dengan hati-hati, hindari perlakuan kasar pada ikan

seperti menyeret, membanting, membengkokkan, dan sebagainya yang dapat merusak ikan

4 2 2

2 Semua pekerja sehat saat bekerja, tidak ada yang sedang sakit, sedang mengalami luka tangan, infeksi, atau terjangkit penyakit menular lain

4 2 2

3 Pekerja yang sedang mengalami luka tangan tidak boleh

menangani produk pada setiap proses penanganan 4 2 2 4 Pekerja yang menangani hasil perikanan mencuci tangan

ketika hendak menangani ikan hasil tangkapan pada tiap proses penanganan

4 3 1

5 Tidak diperbolehkan merokok, meludah, makan dan minum

di tempat penanganan dan tempat penyimpanan ikan 4 2 2 6 Semua pekerja/ABK bertanggungjawab melindungi ikan

dari kontaminasi 4 3 1

7 Pekerja yang menangani ikan memiliki pengetahuan dan

keterampilan menangani ikan dan dilakukan secara higienis 4 2 1 8 Semua orang yang bekerja bertanggungjawab memelihara

kebersihan personal, fasilitas proses, kapal, termasuk peralatan dan perlengkapannya

4 3 1

9 Tersedianya alat dan petugas pembersih yang memadai dan

mencukupi 4 3 1

10 Tidak diperbolehkan merokok, meludah, makan dan minum

di areapenanganan dan penyimpanan produk 4 2 2 11 Terdapat program pengawasan secara terus-menerus selama

proses pembongkaran ikan 4 3 1 Nilai rata-rata (�̅) 4 2.455 1.455 Kesesuaian (�̅CLr/�̅CLh) x 100 % 60%

CLh : Nilai Penanganan Standar CLr : Nilai Penanganan saat ini

Gap : Kesenjangan penanganan tuna di PPP Pondokdadap dengan standar penanganan

Sumberdaya manusia merupakan salah satu elemen yang kurang sesuai dengan standar karena masih ditemukan gap yaitu sebesar 1,455 (Tabel 10) dengan tingkat kesesuaian 60%. Adapun faktor yang menyebabkan ketidaksesuaian tersebut diantaranya kurangnya kesadaran nelayan dan pekerja di pelabuhan dalam menjaga mutu hasil tangkapan. Perilaku nelayan dan pekerja di pelabuhan seperti menyeret dan membanting ikan saat proses penanganan berlangsung juga dapat mengakibatkan penurunan mutu pada produk tuna yang dihasilkan. Selain itu, kebiasaan nelayan dan pekerja merokok dan meludah sembarangan baik di area penanganan di atas kapal maupun di pelabuhan juga mengakibatkan terjadinya kontaminasi pada ikan.

Tabel 11 Nilai kesenjangan dan kesesuaian elemen fasilitas di PPP Pondokdadap dengan standar

No Elemen Fasilitas CLh CLr Gap 1 Tersedia fasilitas pemasaran & distribusi ikan (TPI, kendaraan

berpendingin, peralatan pemasaran) 4 3 1 2 Terlindung dan mempunyai dinding yang mudah untuk

dibersihkan 4 2 2

3 Tersedia pencahayaan yang cukup dan memadai untuk tiap proses

kegiatan 4 2 2

4 Semua permukaan di area penanganan (yang terkena kontak dengan ikan) berbahan tidak mudah karat, tidak beracun, tahan air dan dalam keadaan baik

4 3 1

5 Konstruksi fasilitas, lantai dilengkapi dengan saluran

pembuangan 4 3 1

6 Tersedia fasilitas penyimpanan yang mencukupi dan memadai 4 3 1 7 Tersedia fasilitas penanganan dan pencucian ikan yang memadai 4 3 1 8 Tersedia fasilitas pencucian dan pembersihan peralatan yang

memadai 4 3 1

9 Jumlah sudut runcing luar pada permukaan dinding area

penanganan dibuat seminim mungkin 4 2 2 10 Sistem pendinginan didesain dan diatur untuk menyediakan

pendinginan yang cukup dengan kapasitas penuh sekalipun. 4 3 1 11 Dilengkapi dengan fasilitas sanitasi seperti tempat cuci tangan

dan toilet dalam jumlah yang mencukupi. 4 3 1 12 Kendaraan yang mengeluarkan asap dan binatang yang dapat

mempengaruhi mutu hasil perikanan tidak diperbolehkan berada dalam area penanganan

4 3 1

13 Fasilitas dilengkapi dengan tanda peringatan dilarang merokok, meludah, makan dan minum, dan diletakkan di tempat yang mudah dilihat dengan jelas

4 3 1

14 Mempunyai fasilitas pasokan air bersih dan atau air laut bersih

yang cukup, kedap air dan mudah dibersihkan 4 3 1 Nilai rata-rata (�̅) 2.8 2.7

27 1.273 Kesesuaian (�̅CLr/�̅CLh) x 100 % 70 % CLh : Nilai Penanganan Standar

CLr : Nilai Penanganan saat ini

Gap : Kesenjangan penanganan tuna di PPP Pondokdadap dengan standar penanganan

Kesesuaian elemen fasilitas yaitu hampir sesuai dengan standar. Hal ini terlihat dari hasil perhitungan nilai kesenjangan yaitu sebesar 1,273 (Tabel 11) dengan tingkat kesesuaian mencapai 70 %. Fasilitas penanganan di PPP Pondokdadap telah tersedia. Namun ada beberapa fasilitas penting seperti pabrik es dan cold storage menyebabkan rantai dingin dalam penanganan ikan di PPP Pondokdadap terganggu. Masalah yang terjadi adalah kapasitas listrik yang ada tidak memadai. Selain itu, kebersihan fasilitas juga merupakan masalah yang kurang di perhatikan sehingga ikan terkontaminasi lantai gedung yang kotor.

Tabel 12 Nilai kesenjangan dan kesesuaian elemen peralatan di PPPPondokdadap dengan standar

No Elemen Peralatan CLh CLr Gap 1 Wadah yang digunakan terbuat dari bahan yang dapat

melindungi ikan dari kontaminasi 4 3 1 2 Tersedia kereta dorong untuk memudahkan pengangkutan ikan 4 3 1 3 Keterersediaan es untuk memenuhi kebutuhan melaut dan

penanganan pasca penangkapan 4 3 1 4 Air/es yang digunakan untuk pencucian dan pendinginan ikan

harus memenuhi persyaratan air minum, bersih, atau memenuhi persyaratan negara tujuan;

4 2 2

5 Bahan, peralatan dan semua perlengkapan termasuk sistem

pengairan, harus dipelihara dengan baik 4 2 2 6 Peralatan pemindah produk terbuat dari bahan yang tahan karat,

yang tidak menularkan bahan beracun dan tidak menyebabkan kontaminasi dan kerusakan pada ikan

4 3 1

7 Lantai, dinding dan semua peralatan selalu dibersihkan sebelum

maupun sesudah bekerja 4 3 1

8 Alat dan bahan yang digunakan yang berhubungan langsung

dengan ikan terbuat dari bahan yang tahan karat 4 2 2 9 Peralatan dan perlengkapan ditata dengan baik untuk menjamin

kelancaran proses penangkapan dan penanganan 4 2 2 10 Penanganan menggunakan ganco untuk menangani ikan besar

dijaga agar tidak melukai daging ikan. 4 3 1 11 Peralatan tahan lama, mudah dipindahkan, serta dapat dipisah-

pisahkan untuk memudahkan pembersihan, pemeliharaan, disinfektan, dan pemantauan.

4 2 2

12 Semua peralatan untuk menangani ikan (penangkapan, sortir, grading, pemindahan dan transportasi) bebas kontaminasi dari bahan bakar, air kotor, atau lainnya.

4 2 2

13 Perlengkapan, peralatan serta fasilitas lain harus tetap bersih,

dalam keadaan baik dan siap pakai 4 2 2 14 Lantai, dinding dan semua peralatan selalu dibersihkan sebelum

maupun sesudah bekerja. 4 3 2 15 Peralatan pendaratan terbuat dari bahan yang mudah

dibersihkan 4 2 2

16 Pengangkutan menggunakan peralatan yang tidak menimbulkan

kontaminasi atau kerusakan pada ikan 4 2 1 Nilai rata-rata (�̅) 4 2.438 1.563 Kesesuaian (�̅CLr/�̅CLh) x 100 % 61 %

CLh : Nilai Penanganan Standar CLr : Nilai Penanganan saat ini

Gap : Kesenjangan penanganan tuna di PPP Pondokdadap dengan standar penanganan

Elemen peralatan didapatkan nilai kesenjangan sebesar 1,563 (Tabel 12) dengan tingkat kesesuaian sebesar 61%, yang berarti elemen ini kurang sesuai dengan standar. Adapun faktor penyebab ketidaksesuaian tersebut diantaranya yaitu peralatan yang digunakan untuk menangani ikan seperti pisau, keranjang dan

timbangan dalam keadaan kurang bersih bahkan berkarat. Hal ini menyebabkan ikan yang kontak langsung dengan peralatan tersebut dapat terkontaminasi. Tabel 13 Nilai kesenjangan dan kesesuaian elemen unit penangkapan di

PPPPondokdadap dengan standar

No Elemen Unit Penangkapan CLh CLr Gap 1 Tidak menggunakan teknologi penangkapan ikan yang dapat

merusak fisik ikan 4 4 0

2 Tidak menggunakan alat penangkap ikan yang dapat mempercepat penurunan mutu ikan dan mengakibatkan ikan tersebut terkontaminasi misalkan penangkapan dengan menggunakan racun

4 4 0

3 Kapal penangkap dan pengangkut ikan harus didesain sesuai standar yang ada sehingga tidak menyebabkan kontaminasi terhadap produk dari faktor eksternal antara lain air kotor, limbah, asap, minyak, oli, gemuk atau bahan-bahan lain;

4 2 2

4 Palka kapal penangkap harus didesain sesuai standar sehingga tidak menyebabkan kontaminasi produk dari jenis material/faktor internal palka (fibreglass, kayu, baja dan lain-lain);

4 3 1

5 Seluruh permukaan material sarana dan prasarana kapal penangkap dan pengangkut ikan yang kontak langsung dengan produk harus dibuat dari bahan yang tidak korosif yang halus dan mudah dibersihkan, serta permukaan yang menggunakan pelapis harus kuat dan tahan lama

4 2 2

6 Kapal dilengkapi peralatan untuk menjaga kesegaran ikan lebih dari 24 jam harus dilengkapi peralatan palka, tanki, atau wadah untuk menyimpan ikan dan menjaga suhu pendinginannya

4 3 1

7 Untuk mencegah kontaminasi, palka harus terpisah dari ruang mesin dan ruang anak buah kapal. Palka dan wadah yang digunakan harus menjamin bahwa kondisi penyimpanan dapat menjaga kesegaran ikan dan memenuhi persyaratan higienis

4 3 1

8 Ketika digunakan, bagian-bagian dari kapal atau wadah untuk penyimpan hasil tangkap harus dijaga kebersihannya dan dijaga selalu dalam kondisi baik, sehingga terhindar dari kontaminasi bahan bakar dan air kotor

4 2 2

Nilai rata-rata 4 2.875 1.125 Kesesuaian (�̅CLr/�̅CLh) x 100 % 72 %

CLh : Nilai Penanganan Standar CLr : Nilai Penanganan saat ini

Gap : Kesenjangan penanganan tuna di PPP Pondokdadap dengan standar penanganan

Unit penangkapan yang terdiri dari kapal dan alat tangkap didapatkan nilai kesenjangan sebesar 1,125 (Tabel 13) dengan tingkat kesesuaian sebesar 72%, yang berarti elemen ini hampir sesuai dengan standar. Alat tangkap pancing ulur yang digunakan sangat baik untuk menangkap tuna karena tidak menyebabkan kemunduran mutu ikan tuna saat operasi penangkapan berlangsung. Namun, kondisi kapal pancing ulur yang kurang baik yaitu kebersihan dan tata letak ruangnya mengakibatkan ikan terkontaminasi dan mengalami kemunduran mutu.

Tabel 14 Hasil perhitungan kesesuaian elemen penanganan tuna No Elemen Nilai Penanganan Nilai Standar Gap Kesesuaian (%) 1 Cara penanganan 2.500 4 1.416 63 2 Sumberdaya Manusia 2.455 4 1.455 60 3 Fasilitas 2.727 4 1.273 70 4 Peralatan 2.438 4 1.563 61 5 Unit Penangkapan 2.875 4 1.125 72 Rata-rata kesesuaian 65

Berdasarkan perhitungan mengenai kesenjangan dan kesesuaian terhadap lima elemen penanganan tuna yaitu cara penanganan, sumberdaya manusia, fasilitas, peralatan dan unit penangkapan didapatkan bahwa nilai rata-rata kesesuaian yaitu sebesar 65% Tabel (14).

Dokumen terkait