• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Model Pelatihan Kecakapan Hidup di Panti Sosial Marsudi Putra Handayani Jakarta

Dalam dokumen BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (Halaman 65-70)

PSMP Masukan dar

JAKARTA PROGRAM

C. Implementasi Model Pelatihan Kecakapan Hidup di Panti Sosial Marsudi Putra Handayani Jakarta

1. Uji Coba Model Tahap I

Kegiatan implementasi (uji coba) model pelatihan kecakapan hidup dalam peningkatan kemandirian anak tunalaras dilakukan melalui dua tahap. Pada uji coba tahap 1, sumber belajar/tutor yang didampingi peneliti lebih aktif dalam

memberikan atau menyampaikan materi baik teori maupun praktik kepada warga belajar selama berlangsungnya kegiatan uji coba. Kegiatan ini dilakukan selain untuk mengetahui hasil atau kesesuaian antara konsep dengan penerapannya, juga untuk melihat kemungkinan adanya kelemahan dan hambatan yang akan segera diperbaiki.

Pada uji coba tahap 2, sumber belajar/tutor mengurangi perannya dalam kegiatan proses pelatihan. Sumber belajar yang tetap didampingi peneliti lebih banyak melakukan pengamatan atau sebagai pemantau dan hanya sesekali memberikan arahan bila dianggap masih ada kegiatan dari warga belajar yang masih kurang sesuai. Pada tahap kedua ini lebih diarahkan agar setiap warga belajar memiliki kemandirian dan pengalaman langsung dalam melakukan setiap kegiatan.

a. Persiapan

Pada tahap persiapan, yaitu sebelum model konseptual diujicobkan atau diimplementasikan, lagkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut.

Pertama, melakukan diskusi dengan calon warga belajar yang diikuti oleh aparatur Dinas Sosial Kota Jakarta sebagai pengelola (pekerja sosial), orang tua asuh, dan instruktur. Fokus diskusi membahas tentang masalah-masalah sosial- ekonomi, termasuk masalah pendidikan anak tunalaras, pelatihan yang efektif, jalinan kerja sama dengan pihak luar (para penguasaha atau pemilik bengkel), dan potensi-potensi ekonomi yang mungkin dan dapat dikembangkan.

Kedua, penentuan jensi-jenis kecakapan vokasional praktis yang dijadikan materi pelatihan sesuai dengan kebutuhan belajar calon warga belajar pada

program kemandirian anak tunalaras melalui pelatihan kecakapan hidup.

Ketiga, melakukan koordinasi dengan pengelola Panti Asuhan Marsudi Putra Handayani Jakarta, dalam hal ini ditujukan pada upaya menjalin kerja sama dan penguatan kelembagaan untuk mendukung pengembangan program kemandirian anak tunalaras melalui pelatihan kecakapan hidup.

Keempat, penyiapan bahan belajar. Materi-materi pelatihan yang dimasukan dalam program pelatihan keterampilan, disusun dalam bentuk bahan belajar berdasarkan kebutuhan belajar calon warga belajar. Penyiapan materi- materi bahan belajar dilakukan mulai bulan Juli sampai Agustus 2008. Peyusunan bahan belajar tertulis dilakukan melalui kerja sama dengan beberapa instansi terkait, khususnya Dinas Sosial dan Dinas Pendidikan Kota Jakarta yang berkedudukan sebagai praktisi dalam penyusunan model bahan belajar. Setelah melalui diskusi dan validasi, selanjutnya bahan belajar diperbanyak sesuai dengan kebutuhan program pelatihan kecakapan hidup.

Kelima, penetapan nama calon warga belajar yang akan mengikuti pelatihan kecakapan hidup. Jumlah seluruh warga belajar pelatihan sebanyak 60 orang. Keenampuluh warga belajar tersebut terbagi menjadi tiga kelompok, yakni 25 orang warga belajar kelompok kecakapan vokasional otomotif, 18 orang warga belajar kelompok kecakapan vokasional pengelasan, dan 17 orang warga belajar teknik pendingin.

Keenam, penetapan waktu dan tempat pelatihan. Sebelum kegiatan pelatihan diselenggarakan, terlebih dahulu peneliti mengadakan pertemuan dengan tutor/fasilitator, dan perwakilan calon warga belajar Dari pertemuan

tersebut disepakati program dan jadwal kegiatan pelatihan untuk uji coba model tahap I, sekaligus menyepakati jenis-jenis kecakapan vokasional yang akan dipelajari dan menentukan tempat penyelenggaraan program pelatihan. Kegiatan program pelatihan pada tahap I disepakai mulai tanggal 14 sampai 28 Pebruari 2008.

Ketujuh, persiapan peralatan pelatihan dan pelatihan, media/bahan pelatihan yang dibutuhkan dalam pelatihan, selain disiapkan sendiri oleh peneliti, juga disiapkan oleh PSMP, dan fasilitator.

b. Pelaksanaan

Sebelum pelaksanaan eksperimen terlebih dahulu dilakukan tes awal (pretest) kepada warga belajar sebagai subyek penelitian. Fokus tes yang dilakukan secara tertulis hanya berorientasi pada dimensi pelatihan keterampilan. Setelah warga belajar diberikan perlakuan dengan model program pelatihan kecakapan hidup selanjutnya dilakukan tes akhir (posttest ).

Pemberian pretes, dilakukan secara tertulis, observasi, dan dengan wawancara kepada seluruh warga belajar yang telah dibagi menjadi tiga kelompok yaitu kelompok pengelasan, kelompok teknik pendingin, dan kelompok teknik otomotif. Materi yang diujicobakan berupa kegiatan praktik, dan aspek yang diwawancarakan berkisar pada kemampuan awal atau yang telah dikuasai dari masing-masing jenis kecakapan vokasional yang mereka ikuti. Materi pretes yang diberikan kepada tiap kelompok terdiri dari materi kecakapan akademik sebanyak 15 item, materi kecakapan vokasional sebanyak 15 item, materi kecakapan

personal sebanyak 15 item, dan materi kecakapan sosial sebanyak 15 item. Penilaian keempat aspek kecakapan tersebut dilakukan dengan menggunakan pilihan berganda. Setiap item yang benar diberi skor 1 dan salah dengan skor 0, serta benar semua diberi skor 15 (100%).

1) Kelompok Teknik Otomotif

Secara umum hasil pengujian pada aspek kecakapan akademik setelah dilakukan tes ternyata seluruh warga belajar masih belum mengetahui sepenuhnya dan memerlukan pendalaman dari masing-masing materi kecakapan akademik otomotif yang mereka butuhkan. Kekurangan ini dibuktikan dari 15 item soal tertulis yang diberikan kepada warga belajar hanya mampu memperoleh nilai rata- rata sebelum pelatihan sebesar 7,60 yang menunjukkan nilai minimum sebesar 7, dan nilai maksimum 9.

Pada aspek kecakapan vokasional, setelah dilakukan tes, rata-rata seluruh warga belajar dinyatakan masih belum terampil dalam mempraktikkan jenis-jenis kecakapan akademik vokasional praktis yang berkenaan dengan otomotif walaupun ada beberapa orang yang sudah mengetahuinya. Hasil ini dibuktikan dari 15 item soal yang diberikan kepada warga belajar, diperoleh nilai awal rata- rata sebesar 7,28 nilai minimum 6 dan maksimum 9.

Pada aspek kecakapan personal, setelah dilakukan tes, rata-rata seluruh warga belajar dinyatakan masih belum terampil dalam menggali dan menemukan informasi, mengolah informasi, mengambil keputusan, dan memecahkan masalah secara kreatif yang berkenaan dengan otomotif walaupun ada beberapa orang yang sudah mengetahuinya. Hasil ini dibuktikan dari 15 item soal yang diberikan

kepada warga belajar, diperoleh nilai awal rata-rata sebesar 7,56 nilai minimum 7 dan maksimum 8.

Pada aspek kecakapan sosial, setelah dilakukan tes, rata-rata seluruh warga belajar dinyatakan masih belum terampil dalam berkomunikasi dan bekerja sama yang berkenaan dengan otomotif walaupun ada beberapa orang yang sudah terampil. Hasil ini dibuktikan dari 15 item soal yang diberikan kepada warga belajar, diperoleh nilai awal rata-rata sebesar 7,56 nilai minimum 6 dan maksimum 9. Secara rinci hasil pretes kecakapan hidup otomotif dari keempat aspek (kecakapan akademik, kecakapan vokasional, kecakapan personal, dan kecakapan sosial) pada tahap I terhadap 25 warga belajar yang mengikuti jenis kecakapan vokasional dapat dilihat dalam tabel 4.6 berikut:

TABEL 4.6

DATA HASIL PRETES

Dalam dokumen BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (Halaman 65-70)