• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL PRETES – POSTES DARI UJI COBA TAHAP I PADA KELOMPOK TEKNIK PENDINGIN

Dalam dokumen BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (Halaman 88-93)

PSMP Masukan dar

PENINGKATAN HASIL PRETES – POSTES DARI UJI COBA TAHAP I PADA KELOMPOK TEKNIK PENDINGIN

WB

Jumlah Skor

Akademik Vokasional Personal Sosial

Pretes Postes Gain Pretes Postes Gain Pretes Postes Gain Pretes Postes Gain

1 8 12 4.00 7 13 6.00 7 11 4.00 7 12 5.00 2 9 14 5.00 7 12 5.00 7 13 6.00 9 13 4.00 3 8 14 6.00 8 12 4.00 9 14 5.00 8 14 6.00 4 7 11 4.00 7 11 4.00 8 12 4.00 7 11 4.00 5 7 11 4.00 7 13 6.00 8 11 3.00 7 13 6.00 6 8 13 5.00 8 13 5.00 8 12 4.00 8 13 5.00 7 9 14 5.00 7 13 6.00 7 14 7.00 7 13 6.00 8 9 14 5.00 7 14 7.00 7 12 5.00 7 11 4.00 9 8 13 5.00 8 12 4.00 7 13 6.00 7 13 6.00 10 9 13 4.00 9 12 3.00 8 12 4.00 7 11 4.00 11 8 12 4.00 8 12 4.00 8 14 6.00 8 13 5.00 12 7 13 6.00 8 13 5.00 8 13 5.00 7 13 6.00 13 7 12 5.00 8 12 4.00 8 14 6.00 8 12 4.00 14 7 14 7.00 8 12 4.00 7 14 7.00 7 12 5.00 15 9 13 4.00 9 14 5.00 8 12 4.00 9 13 4.00 16 7 12 5.00 8 12 4.00 8 12 4.00 8 12 4.00 17 7 12 5.00 8 14 6.00 8 13 5.00 8 12 4.00 Jumlah 134 217 83.00 132 214 82.00 131 216 85.00 129 211 82.00 Rata-rata 7.88 12.76 4.88 7.76 12.59 4.82 7.71 12.71 5.00 7.59 12.41 4.82

Secara kuantitatif, bila dilihat dari perbandingan hasil pretes dan postes, kecakapan akademik dan kemampuan warga belajar dianggap cukup memuaskan. Hasil penilaian ini ditunjukkan seperti jumlah peningkatan skor rata-rata setelah uji coba tahap I pada aspek kecakapan akademik sebesar 4,88 (32,53%); materi kecakapan vokasional mengalami kenaikan sebesar 4,82 (32,13%); kecakapan personal mengalami kenaikan sebesar 5 (33,33%); dan kecakapan sosial mengalami kenaikan sebesar 4,82 (32,13%).

Hasil analisis dari kegiatan uji coba tahap pertama menunjukkan bahwa kegiatan uji coba masih perlu ditingkatkan atau ditambah lagi. Dari hasil pengamatan dan wawancara dengan para peserta, diketahui bahwa implementasi dari model yang dikembangkan telah sesuai dengan kebutuhan mereka. Metode penilaian program yang penulis terapkan telah sesuai menurut pemahaman mereka, ternyata program pelatihan kecakapan hidup melalui empat kecakapan hidup tersebut yang diterapkan mampu memberikan kontribusi kepada para peserta dalam menumbuhkan kemandirian warga belajar. Akan tetapi, apabila dilihat dari skor yang dihasilkan masih terdapat beberapa kekurangan, seperti belum adanya peserta yang belum mampu mencapai nilai sampai 100%. Tidak maksimalnya perolehan skor lebih banyak disebabkan oleh waktu, keterlibatan warga belajar yang terbatas, dan materi pelatihan yang belum optimal dalam praktiknya. Oleh sebab itu, masih perlu diberikan beberapa pengulangan dan penambahan materi lain yang berkaitan dengan program pembinaan lanjutan agar warga belajar memiliki kecakapan hidup pada empat kecakapan hidup tersebut yang pada akhirnya mampu mencapai kemandirian secara ekonomi (mencukupi kebutuhan sendiri).

2. Uji Coba Model Tahap II a. Persiapan

Sebagaimana yang dilakukan pada tahap uji coba tahap I, persiapan kegiatan untuk pelaksanaan uji coba model pada tahap II hampir sama dengan tahap pertama. Hanya saja pada tahap II langkah-langkahnya yang ditempuh

sedikit lebih praktis, yaitu sebagai berikut.

Pertama, memeriksa hasil uji coba tahap I dan melakukan pertemuan dengan petugas-petugas yang terlibat dalam kegiatan pelatihan untuk merevisi hal-hal yang perlu dilakukan sebelum melakukan uji coba tahap II.

Kedua, mengadakan pertemuan dengan warga belajar untuk menentukan dan menyepakati hal-hal dari jenis kecakapan vokasional yang masih dianggap kurang dan perlu diperdalam. Uji coba tahap II dimulai pada tanggal 14 - 28 Maret 2008 yang tetap diikuti oleh 60 orang warga belajar, yang selanjutnya kembali dibagi menjadi tiga kelompok kecil sesuai jenis kecakapan hiidup yang diikuti yaitu: otomotif, pengelasan, dan teknik pendingin.

Ketiga, peneliti kembali menyiapkan berbagai keperluan kegiatan program pelatihan kecakapan vokasional bersama warga belajar, tutor, dan para pengelola yang terlibat. Berbagai keperluan tersebut antara lain; tempat, kurikulum, dan peralatan/bahan-bahan yang diperlukan.

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan eksperimen (uji coba tahap II) tanpa tes awal (pretes t), karena pesertanya yang masih sama maka tetap menggunakan atau mengambil hasil postes pada tahap I.

Program kemandirian anak tunalaras melalui pelatihan kecakapan hidup berbasis masyarakat, dirancang agar warga belajar dapat mengembangkan dan meningkatkan kemampuan serta profesionalisme dalam bekerja. Kemampuan ini bersifat makro, yang perlu dijabarkan dalam seperangkat kecakapan seperti; akademik, vokasional, personal, dan sosial sehingga strategi pelatihan yang

diterapkan dalam pelatihannya adalah untuk:

1) mengembangkan wawasan baru tentang pentingnya kemandirian hidup secara fisik, mental, dan sosial demi keberlangsungan hidup di masyarakat dan menjalankan usaha;

2) memotivasi warga belajar agar mampu memanfaatkan kecakapan akademik dan keterampilannya, serta dapat menganalisis dan mengkonstruksikan rencana pengembangannya setelah kembali ke masyarakat; dan

3) mengupayakan agar warga belajar (anak tunalaras) memiliki kemampuan dalam merencanakan dan menggunakan kecakapan vokasional yang dikuasainya dan mendorong diaplikasikannya kecakapan hidup tersebut sebagai suatu kesatuan yang utuh dalam memenuhi kebutuhan hidup. Proses pelatihan melalui pelatihan kecakapan hidup lebih banyak dilakukan untuk praktik dan pendalaman. Secara tutorial, kepada warga belajar juga diberikan pemantapan kembali mengenai materi kecakapan akademik tentang kegiatan teknis atau praktik yang dirasa waktunya masih kurang, serta materi tentang cara menjadi karyawan yang baik, pembinaan lanjutan/pendampingan dan kemitraan yang juga sangat diperlukan peserta terutama dalam menjalankan usaha.

c. Penilaian (Evaluasi)

Kegiatan penilaian dilakukan dengan tujuan untuk melihat hasil kemampuan atau peningkatan materi yang telah diberikan sejak dari mulai tahap I

sampai tahap II. Pada tahap II ini, kegiatan penilaian dilakukan untuk melihat hasil dari proses pelatihan terhadap peningkatan kecakapan akademik, kecakapan vokasional, kecakapan personal, dan kecakapan sosial warga belajar, yang cara penilaiannya dilakukan melalui tes akhir (postes ). Kegiatan postes dilaksanakan dengan membagikan lembaran tes dari masing-masing jenis kecakapan hidup yang telah diberikan kepada ketiga kelompok sesuai jenis kecakapan hidup masing-masing. Hasil tes tetap dibantu dengan hasil wawancara, dan pengamatan atau observasi.

Hasil dari kegiatan evaluasi akhir menunjukkan bahwa warga belajar setelah mengikuti pelatihan kecakapan hidup, telah dapat meningkatkan kecakapan akademik, kecakapan vokasional, kecakapan personal, dan kecakapan sosial seperti kesadaran memiliki sikap dan perilaku yang baik dalam mengikuti pelatihan dan kesediaan untuk beradaptasi di masyarakat serta berkeinginan untuk mandiri. Hasil evaluasi akhir terhadap 60 orang warga belajar ternyata telah menunjukkan peningkatan yang cukup baik. Gambaran hasil peningkatan yang diperoleh peserta setelah mengikuti pelatihan

Peningkatan tersebut juga dapat dilihat dari nilai minimum dan maksimum yang diperoleh peserta setelah mengikuti pelatihan atau setelah akhir uji coba tahap kedua. Berdasarkan hasil evaluasi akhir dari dua uji coba yang telah dilaksanakan, ternyata kegiatan pelatihan kecakapan hidup secara umum mampu meningkatkan kecakapan akademik, kecakapan vokasional, kecakapan persoal, dan kecakapan sosial warga belajar. Untuk melihat hasil yang diperoleh dari kedua kelompok setelah mengikuti pelatihan dapat dilihat sebagai berikut.

1) Kelompok Teknik Otomotif

a) Tes kecakapan akademik pada bidang teknik otomotif diperoleh nilai minimum 12 dan nilai maksimum 14 dan perolehan nilai rata-rata 13,44 (89,60%).

b) Tes kecakapan vokasional pada bidang teknik otomotif diperoleh nilai minimum 12 dan nilai maksimum 15 dan perolehan nilai rata-rata 13,84 (92,70%).

c) Tes kecakapan personal pada bidang teknik otomotif diperoleh nilai minimum 12 dan nilai maksimum 14 dan perolehan nilai rata-rata 13,76 (91,71%).

d) Tes kecakapan sosial pada bidang teknik otomotif diperoleh nilai minimum 12 dan nilai maksimum 14 dan perolehan nilai rata-rata 13,04 (86,93%).

Hasil dari analisis data yang berkenaan dengan pelaksanaan uji coba pada tahap kedua, ternyata pada masing-masing warga belajar sudah menunjukkan adanya peningkatan. Peningkatan tersebut terlihat dari hasil tes akhir yang dapat dilihat pada tabel 4.15 sebagai berikut.

TABEL 4.15

HASIL POSTES UJI COBA TAHAP II

Dalam dokumen BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (Halaman 88-93)