PersonalSistem Norma
METODOLOGI PENELITIAN
A. Implementasi Norma Akademik Prodi PAI FITK UIN Sumatera Utara dalam Membentuk Pendidik Profesional dalam Membentuk Pendidik Profesional
3. Implementasi Norma Akademik Dosen dan Mahasiswa Prodi PAI FITK UIN Sumatera Utara UIN Sumatera Utara
Dalam berbagai literatur, tidak ada disepakati penggunaan istilah tunggal dalam mengidentifikasi norma akademik. Literatur yang satu menggunakan istilah yang berbeda dengan literatur lain, padahal substansi yang dimaksud adalah sama yakni norma akademik. Imam Barnadib menyebut norma akademik dengan kode etik akademik sehingga beliau memberi tajuk Kode Etik Akademik terhadap salah satu buku yang beliau tulis.17 Edward Shils menyebut norma akademik dengan istilah etika akademik yang tampak pada bukunya yang diberi judul The Academic
Ethics. Versi bahasa Indonesianya berjudul Etika Akademis diterjemahkan oleh
Agus Nugroho.18 Bahkan ada juga yang menyebut norma akademik dengan sebutan tata krama akademik atau tata tertib akademik.19 Penulis sendiri berusaha menghindari perdebatan semantik semacam itu karena memang itu bukan tujuan dari penelitian ini. Di dalam disertasi ini, penulis barangkali akan bergantian
15 Tim Penyusun, Etika dan Tata Tertib Akademik Mahasiswa UIN Sumatera Utara (Medan: UIN SU, 2015), h.8. Lihat Juga Tim Penyusun, Kode Etik Akademik Dosen UIN
Sumatera Utara (Medan: UIN SU, 2015), h.7
16Asnil Aidah Ritonga, Ketua Prodi PAI, wawancara di Medan, tanggal 12 April 2017.
17Lihat Imam Barnadib, Kode Etik Akademik: Telaah Deskripsi Awal
(Yogyakarta:Yayasan Penerbit Taman Siswa)
18Lihat Edward Shils, Etika Akademis, terj. A. Agus Nugroho (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1993)
19Lihat Achmad Dardiri, Tata Krama Akademik dan Kode Etik Guru, Makalah disampaikan pada Kuliah Umum Mahasiswa Program Akta Mengajar/PPKM Angkatan IX Periode September 2004, hari Sabtu tanggal 11 September 2004
menggunakan istilah norma akademik, etika akademik dan kode etik akademik tanpa membedakan arti dan maksud ketiganya. Untuk menjelaskan norma akademik dosen penulis akan memakai istilah kode etik akademik (atau kode etik saja) sedangkan untuk menjelaskan norma akademik mahasiswa penulis akan menggunakan istilah etika akademik atau tata tertib akademik guna menyesuaikan dengan Buku Etika dan Tata Tertib Akademik Mahasiswa serta Buku Kode Etik Akademik Dosen yang diterbitkan oleh UIN Sumatera Utara. Hanya saja, barangkali penulis akan lebih sering menggunakan istilah norma akademik dibanding istilah-istilah lain. Karena memang pada Pasal 11 Ayat 3UU No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi istilah yang dipakai untuk menjelaskan unsur-unsur budaya akademik adalah norma (akademik).20
Di dalam buku Etika dan Tata Tertib Akademik yang diterbitkan oleh UIN Sumatera Utara dijelaskan bahwa yang dimaksud etika (akademik) adalah nilai dan norma moral yang menjadi acuan bagi mahasiswa secara individu maupun kelompok dalam mengatur segala tingkah laku sebagai mahasiswa.21 Jadi etika akademik merupakan nilai-nilai dan norma-norma moral yang dijadikan pedoman (code of conduct) oleh mahasiswa dalam kapasitasnya sebagai individu maupun kolektif. Nilai-nilai dan norma-norma tersebut sekaligus menjadi pedoman mahasiswa dalam bertutur, berbuat dan berkarya. Etika akademik selalu mengarah pada ketentuan yang menyatakan perilaku baik atau buruk dari anggota sivitas akademika (dosen dan mahasiswa) di perguruan tinggi, ketika mereka berinteraksi dalam kegiatan yang berkaitan aktivitas akademik baik di dalam maupun di luar kampus. Penegakan etika akademik akan mengarah pada terciptanya suasana dan akademik yang kondusif bagi perkembangan perguruan tinggi. Dengan terciptanya aktivitas dan suasana akademik yang kondusif maka diharapkan akan terjadi perbaikan kualitas perguruan tinggi secara berkelanjutan; terutama dalam aspek sumber daya manusia sebagai academic capital.
Selanjutnya, di dalam Buku Kode Etik Akademik Dosen yang juga diterbitkan oleh UIN Sumatera Utara dijelaskan bahwa yang dimaksud kode etik 20 Salinan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi Pasal 11 Ayat Ke-5, h.9
(akademik) dosen adalah pedoman dalam berpikir, bersikap, dan bertingkah laku bagi dosen dalam menjalankan tugas dan kewajiban profesi serta kewajiban terhadap keluarga, diri sendiri, dan masyarakat untuk mewujudkan keluhuran profesi dosen.22 Jadi kode etik akademik dosen merupakan ketentuan yang memedomani dosen dalam melakukan setiap aktivitas keprofesiannya.
Pada dasarnya dosen dan mahasiswa memiliki kewajiban yang sama dalam kaitannya dengan upaya untuk menaati norma akademik sebagai wujud implementasi budaya akademik itu sendiri. Hal ini ditegaskan oleh UU No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi tepatnya pada Pasal 11 Ayat Ke-5 yang berbunyi: “Sivitas Akademika berkewajiban memelihara dan mengembangkan budaya akademik dengan memperlakukan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi sebagai proses dan produk serta sebagai amal dan paradigma moral.”23
Siapa sivitas akademika yang dimaksud undang-undang tersebut? Jawabannya tidak lain adalah dosen dan mahasiswa. Sesuai dengan definisi sivitas akademika di dalam undang-undang yang sama pasal yang sama ayat pertama, bahwa sivitas akademika merupakan komunitas yang memiliki tradisi ilmiah dengan mengembangkan budaya akademik; anggotanya adalah dosen dan mahasiswa.24 Jadi, dosen dan mahasiswa memiliki tanggung jawab yang sama dalam hal mematuhi norma akademik sebagai langkah awal mengembangkan budaya akademik.
Lantas mengapa dalam pengembangannya, norma akademik seakan didikotomi karena dibedakan mana yang menjadi norma akademik mahasiswa dan mana yang menjadi norma akademik dosen. Termasuk dalam norma akademik UIN Sumatera Utara yang juga dibedakan antara norma akademik dosen dengan norma akademik mahasiswa. Sehingga penyebutan terhadap keduanya pun berbeda; etika akademik untuk mahasiswa sedangkan untuk dosen digunakan istilah kode etik akademik.
Menurut Mesiono, dipisahkannya norma akademik dosen dan mahasiswa UIN Sumatera Utara dilakukan karena persoalan teknis belaka. Sementara
22 Tim Penyusun, Kode., h.7
23 Salinan Undang-undang No. 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi, h.11.
substansi yang dimuat tetaplah sama. Mengapa harus dipisah, karena menurutnya, meskipun dosen dan mahasiswa sama-sama anggota sivitas akademika namun keduanya memainkan peran yang berbeda dalam kaitannya dengan aktivitas akademik di perguruan tinggi. Itulah mengapa keduanya harus disusun terpisah. Dalam kegiatan akademik baik di dalam maupun di luar kampus dosen dan mahasiswa memiliki peran masing- masing yang tidak serupa. Selain itu, menurut Amiruddin Siahaan, dosen merupakan profesi yang secara spesifik memiliki kode etik tersendiri berbeda dengan mahasiswa yang bukan merupakan profesi. Itulah sebabnya penyusunan norma akademiknya harus berbeda dan terpisah.25
Perbedaan peran tersebut berimplikasi pada berbedanya hak dan kewajiban masing-masing. Hak dosen berbeda dengan hak mahasiswa sama halnya kewajiban dosen berbeda dengan kewajiban mahasiswa. Begitu pula soal larangan dan sanksi yang juga berbeda. Berikut ini akan penulis kutip etika akademik sivitas akademika UIN Sumatera Utara secara detail: