• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV DATA DAN ANALISA

D. Implementasi Pembelajaran Fisika

D. Implementasi Pembelajaran Fisika Kurikulum 2013

Implementasi kurikulum adalah bagaimana menjelaskan pesan-pesan kurikulum kepada peserta didik untuk menghasilkan lulusan yang memiliki seperangkat kompetensi mereka sesuai dengan karakteristik dan kemampuan masing-masing. Tugas guru dalam implementasi kurikulum adalah bagaimana memberikan kemudahan belajar kepada peserta didik, agar mereka mampu berinteraksi dengan lingkungan sekitar sehingga terjadi perubahan perilaku sesuai yang diinginkan.

Menurut sebagian besar guru Fisika SMA di Kabupaten Mimika, fisika menjadi penguat yang baik dalam meningkatkan nilai moral peserta didik. Nilai moral yang dimaksud oleh adalah kesadaran peserta didik akan nilai ketuhanan dan rasa syukur. Guru mengungkapkan dalam pembelajaran Fisika yang dilaksanakan di kelas terdapat hal-hal yang baik untuk memperkuat keimanan peserta didik, seperti mengaitkan materi dan media yang digunakan dengan campur tangan Tuhan.

“E menurutnya mam sih tidak ya, kalau KI itu kan bagaimana kita bersyukur kepada Tuhan begitu, jadi didukung sama pelajaran Fisika juga. Nah, kita belajar Fisika itu juga kan tentang alam. Nah untuk sains. Jadi bagaimana kita menghubungkan semua alam ini, jadi kita bersyukur” (wawancara kepada guru Y, tanggal 17 Februari 2016).

Selain itu dari hasil wawancara yang lain terlihat bahwa guru Fisika SMA di Kabupaten Mimika memahami bahwa nilai moral bukan hanya sebatas kepercayaan akan Tuhan, namun juga bagaimana penerapan keimanan kepada Tuhan dalam sikap peserta didik di sekolah, baik bersikap kepada guru dan teman sebayanya.

Namun ada guru yang menilai bahwa keterkaitan fisika dengan nilai moral kurang jelas. Penanaman nilai moral yang dipahami oleh guru tersebut adalah dengan menekankan kedisiplinan saat peserta didik berada di sekolah secara umum, tidak spesifik terkandung dalam pembelajaran fisika di kelas.

“Kalau yang kita lakukan, senin kan sudah pasti. Setiap senin kan upacara. Pembinaan karakter juga. Kemudian kalau di sini kan sebelum pembelajaran itu harus diarahkan dulu anak-anak. Ya diperingatkan kalau misalnya ada yang bolos. Harus briefing ulang... Fisika mendukung nilai moral. Nilai kan memang agak rumit. Saya juga bingung dengan pemerintah tentang ini. Tapi mungkin mereka mungkin sudah mengkaji ya” (wawancara kepada guru W tanggal 18 Februari 2016).

Pemahaman oleh guru mengenai keterkaitan nilai moral dan Fisika yang kurang jelas dapat disebabkan oleh pemahaman guru bahwa nilai moral hanya berkaitan erat dengan mata pelajaran Agama. Guru tersebut belum memahami bagaimana Fisika yang sangat eksak dapat mendukung nilai moral. Hal ini menunjukkan bahwa guru hanya berpusat pada pengajaran materi, bukan pada pendidikan.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa implemetasi kurikulum 2013 khususnya untuk Kompetensi Inti I (KI I) pada SMA di Kabupaten Mimika sudah dilaksanakan, walaupun tidak semua guru mampu untuk mensubtitusi nilai-nilai moralitas yang terkandung dalam KI I ke dalam pembelajaran. Kendala yang dialami dalam implementasi KI I dalam kurikulum 2013 adalah dalam pemahaman guru tentang bagaimana KI I dapat ditanamkan dalam pembelajaran Fisika, sementara Fisika adalah ilmu pasti yang penekanannya adalah logika.

2. Pengembangan Budaya Membaca

Dari hasil penelitian yang dilakukan terlihat bahwa penekanan guru terhadap budaya membaca kepada peserta didik di SMA Kabupaten Mimika sudah dilaksanakan, walaupun tidak semua guru mampu untuk menerapkan atau menekankan budaya membaca kepada peserta didiknya. Kendala yang dialami dalam budaya membaca ini adalah karakter peserta didik di lapangan kurang pas dengan budaya membaca. Di sini yang dipahami adalah muatan dalam pembelajaran Fisika lebih condong ke arah teori menghitung semata sehingga hanya memerlukan latihan untuk berkembang, bukan dengan memahami konsep melalui membaca teori-teori dari buku atau bahan bacaan lain.

Guru Fisika SMA di Kabupaten Mimika telah memahami bahwa untuk meningkatkan budaya membaca pada peserta didik, buku yang digunakan sebaiknya merupakan buku bacaan bebas, bukan buku matapelajaran. Guru juga menumbuhkan budaya membaca pada peserta didik dengan penugasan menyusun makalah. Cara ini dinilai memaksa peserta didik agar banyak membaca, sehingga budaya membaca akan tumbuh secara alami. Selain itu, berselancar di dunia maya pun dinilai oleh guru akan merangsang peserta didik untuk membaca sebanyak-banyaknya. Beribu sumber dan berita yang dimuat di dunia maya membebaskan peserta didik untuk mencari apa yang menjadi kebutuhan belajarnya, sehingga peserta didik dapat diminta untuk membaca secara maksimal.

Dari hasil analisis, terlihat masih ada guru Fisika yang belum menanamkan budaya membaca dalam pengajarannya. Hal ini disebabkan oleh karakter peserta didik yang dirasa belum siap untuk menerima budaya membaca. Guru tersebut memahami bahwa jika budaya membaca dimasukkan ke dalam pembelajaran fisika yang memiliki materi cukup banyak, pembelajaran akan berjalan pelan, sehingga prosesnya semakin panjang dan terlambat.

“Tapi kalau di kelas reguler itu 1 atau 2 orang yang mau, yang lainnya malas tau. Kalau sudah malas, kalau sudah sampai disuruh-suruh ga mau ya kembali kita lagi yang ngomong to. Tapi memang ada kelas tertentu, mayoritas mau seperti itu mau seperti itu harus sesuai prosedur. Tapi kelas yang malas tau, ya ndak selesai-selesai itu materinya to. Ndak kelar-kelar materinya” (wawancara pada guru X, tanggal 18 Februari 2016).

Dari berbagai paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar guru Fisika SMA di Kabupaten Mimika telah menanamkan budaya membaca dalam pelaksanaan pembelajaran Fisika. Penanaman budaya membaca dilakukan dengan berbagai cara, baik dengan penugasan membuat makalah hingga penugasan yang

membuat peserta didik berselancar di dunia maya. Namun ada guru yang belum menanamkan budaya membaca dalam pembelajaran. Hal tersebut disebabkan oleh karakter peserta didik yang dirasa belum cocok dengan budaya membaca, sehingga guru beranggapan jika dipaksakan akan menghambat proses belajar-mengajar. Terlihat bahwa dalam hal ini guru masih terfokus pada pengajaran materi, bukan pada mendidik, membentuk karakter peserta didik. Perlu diperhatikan bahwa membaca penting untuk dibudayakan dalam proses pendidikan. Peserta didik perlu dilatih serta dibiasakan agar akrab dengan budaya membaca. Membaca akan merangsang kemampuan berpikir peserta didik dan membuka wawasan mereka secara luas.

3. Pengembangan Budaya Meneliti

Dari wawancara yang dilakukan oleh guru SMA di Kabupaten Mimika, diketahui bahwa budaya meniliti sudah dapat dilakukan walaupun tidak di semua sekolah. Guru beranggapan bahwa meneliti merupakan kegiatan menemukan hal baru. Sementara dalam Fisika sendiri sudah ditemukan berbagai rumus atau fakta yang dapat langsung dipelajari oleh peserta didik. Beranjak dari pemahaman tersebut, menurut guru kurang tepat diterapkan kepada peserta didik di sekolah. Hal ini dikarenakan peserta didik masih sangat membutuhkan bimbingan dari guru sehingga sulit diajak mencari tahu sendiri. Selain itu karakter peserta didik yang ingin instan membuat peserta didik menjadi lebih malas.

Hal yang menghambat budaya meneliti dapat berkembang pada diri peserta didik adalah karakter instan dan sikap belajar mandiri yang belum kuat. Karakter instan adalah karakter di mana peserta didik lebih suka segala sesuatu yang bersifat

“pintas” tanpa melalui proses yang seharusnya. Selain kendala pada peserta didik, pemahaman guru yang kurang tepat akan kurikulum 2013 juga menghambat guru dalam membantu peserta didik menumbuhkan jiwa meneliti. Beberapa guru justru mengaitkan budaya meneliti dengan pendidikan karakter kurikulum 2013. Pendidikan karakter dirasa tidak begitu cocok untuk menumbuhkan budaya meneliti peserta didik. Akhirnya, yang dilakukan untuk dapat menumbuhkan budaya meneliti peserta didik adalah memberi pengarahan secara verbal, namun tetap dirasa sulit untuk dilakukan. Pemahaman yang tercampur aduk antara pendidikan karakter dan budaya meneliti dapat disebabkan oleh kurangnya penguasaan guru terhadap esensi, muatan, dan tujuan kurikulum 2013.

Yang menarik adalah budaya meneliti dalam kurikulum 2013 ini tidak hanya berorientasi pada peserta didik, namun juga pada Pendidik.

“Kalau saya terus terang, modul saya belum ada. Belum bikin untuk anak-anak. Jadi saya pake KTSP. Kalau pendidik nya juga kan belajar juga. Tahun ini oh saya seperti ini, tahun kedua saya tau saya musti seperti ini” (wawancara pada guru X, tanggal 18 Februari 2016).

Dari uraian di atas terlihat bahwa guru ikut belajar dalam pembelajarannya. Pembelajaran yang dimaksud adalah meneliti kondisi peserta didik setiap angkatan dan terus memperbaikinya. Selain itu guru melakukan penyesuaian kekurangan media pembelajaran di lapangan dengan apa yang sudah ada sebelumnya. Namun untuk penelitian seperti penyusunan karya ilmiah belum dilakukan oleh Gur. Karya ilmiah seperti Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dirasa sebagai kepentingan administrasi kenaikan pangkat.

Pada umumnya guru Fisika SMA di Kabupaten Mimika memakai sistem klasikal. Cara klasikal digunakan ketika ujian remedial diikuti beberapa peserta didik. Berkaitan dengan soal yang diujikan dalam remedial, terdapat guru yang memilih soal yang diujikan sama persis dengan soal pada ujian sebelumnya (hanya angka-angka yang diganti). Terdapat juga guru yang memberikan soal dengan KD yang belum dituntaskan peserta didik pada ujian sebelumnya dalam remedial, sehingga tidak semua soal dengan KD yang harus dimiliki peserta didik diuji kembali. Hal ini mempengaruhi soal ujian remedial untuk setiap peserta didik. Soal yang diberikan kepada setiap peserta didik menjadi berbeda. Pendapat lain mengungkapkan bahwa pelaksaan remedial dapat terjadi setelah peserta didik diberi arahan oleh guru. Pelaksanaan remedial pun dapat dilaksanakan bersamaan dengan peserta didik yang mengikuti pengayaan.

Pelaksanaan pengayaan bagi peserta didik yang memiliki nilai KKM di atas standar, kurang digambarkan dengan baik. Diungkapkan bahwa terjadi proses tutor sebaya oleh peserta didik dengan nilai ujian di atas standar KKM kepada peserta didik yang nilai ujiannya di bawah nilai KKM. Namun sebagian besar guru Fisika SMA Kabupaten Mimika tidak menjalankan pengayaan secara jelas. Peserta didik yang memperoleh nilai ujian di atas KKM pada umumnya diminta belajar sendiri dengan membaca buku secara mandiri. Pelaksanaan pengayaan juga menjadi tidak jelas karena remedial dan pengayaan dilaksanakan dalam 1 ruang. Guru berpikir bahwa pengayaan hanya merupakan tindakan sampingan bagi peserta didik, bukan sebagai treatment untuk memperkuat pemahaman peserta didik. Selain itu,

peserta didik dengan nilai di atas KKM diminta untuk meneruskan belajar untuk materi yang akan dipelajari selanjutnya.

Sebagian guru juga memaparkan bahwa evaluasi pembelajaran bukan hanya terjadi saat ujian remedial. Dalam pembelajaran keseharian guru juga mengambil nilai dari keaktifan peserta didik yang kemudian dapat digunakan untuk menambah nilai peserta didik. Guru memahami bahwa evaluasi adalah tindakan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan kognitif peserta didik.

Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat dilihat bahwa pelaksanaan ujian remedial di SMA Kabupaten Mimika dilaksanakan dengan baik. Guru memahami bahwa sebaiknya ujian remedial diberikan secara klasikal jika jumlah peserta yang belum lulus lebih dari separuh jumlah keseluruhan peserta didik di kelas. Guru Fisika SMA di Kabupaten Mimika juga memahami bahwa sebaiknya sebelum dilakukan ujian klasikal, peserta didik diberikan review materi, atau paling tidak dapat dilakukan ujian remedial tanpa review jika kertas jawaban sebelumnya belum dibagikan. Namun untuk pelaksanaan pengayaan sebagian besar guru belum dapat melaksanakan sesuai dengan yang diharapkan.

Berdasarkan analisis yang dibahas, pemahaman guru Fisika SMA Kabupaten Mimika tentang pengertian implementasi kurikulum 2013 dalam proses pembelajaran di dalam kelas, dapat terbagi menjadi 3 bagian, yaitu:

1. Pengertian dasar kurikulum 2013

Guru Fisika SMA Kabupaten Mimika belum sepenuhnya memahami konsep kurikulum 2013. Yang dikuasai sebatas materi yang terdapat pada

kurikulum 2013. Guru Fisika SMA Kabupaten Mimika mengetahui kurikulum 2013 sebagai kurikulum yang mengutamakan kompetensi peserta didik, kurikulum yang menuntut peserta didik untuk belajar mandiri. Namun sebagian guru lebih berfokus pada pendidikan karakter yang terkandung dalam K-13. Pemahaman yag berfokus pada pendidikan karakter ini berdampak pada tujuan belajar yang tidak jelas.

2. Kesiapan guru dalam pembelajaran Fisika kurikulum 2013

Kesiapan guru Fisika SMA Kabupaten Mimika untuk memulai pembelajaran sudah sesuai dengan acuan silabus dan RPP walaupun belum maksimal, seperti menyiapkan materi, metode, dan media yang akan digunakan dalam pembelajaran. Namun dalam pelaksanaan tidak semua guru melakukan sesuai dengan kurikulum 2013. Hal ini dibuktikan dengan penggunaan media yang minim dan terdapat guru yang masih terpaku pada metode ceramah.

3. Implementasi kurikulum 2013 dalam pembelajaran Fisika

Implementasi kurikulum 2013 dalam pembelajaran Fisika di SMA Kabupaten Mimika sudah dilakukan di kelas X, XI, dan XII. Sistem penilaian sudah bisa dilakukan dengan baik oleh sebagian besar guru. Namun pemahaman guru mengenai penilaian sikap peserta didik belum tepat. Dalam penilaian, kendala yang dihadapi guru adalah menilai keterampilan peserta didik, disebabkan oleh sarana prasarana yang belum memadai. Kesulitan lain yang dihadapi adalah dalam subtitusi nilai moral pada KI I, budaya membaca, dan budaya meneliti. Walau begitu sudah ada guru yang berusaha menjalankan ketiga hal yang menjadi ke-khas-an dari kurikulum 2013 tersebut dengke-khas-an baik.

Implementasi kurikulum 2013 pada SMA di Kabupaten Mimika masih banyak kekurangan. Dapat dilihat bahwa belum semua guru paham dengan kurikulum 2013 khususnya guru Fisika SMA di Kabupaten Mimika. Kurangnya informasi yang diperoleh oleh setiap guru, faktor tersebut yang juga dapat menghambat keberhasilan suatu kurikulum. Ini merupakan gambaran untuk lebih memperhatikan kejadian di lapangan dan meningkatkan sosialisasi di sekolah-sekolah agar kurikulum 2013 dapat berjalan dengan pengetahuan yang relevan dan berjalan dengan baik. Walaupun demikian terdapat guru Fisika SMA Kabupaten Mimika mendukung dengan baik impelementasi kurikulum 2013 di sekolahnya. Tentunya dengan perbaikan-perbaikan yang diharapkan para guru.

“Tujuannya bagus, saya rasa kalau saya biasa bilang begini. Kalau memang anaknya beriman, pasti mau dibimbing. Kalau mau dibimbing pasti akan pintar. Ya daripada, kalau saya pribadi mending lanjut. Kita mau tunggu SDMnya siap kapan? Jadi lebih baik dari sekarang. Mungkin sekarang belum terlalu paham, belum sesuai dengan yang diinginkan. Yang kedua kan mungkin sedikit-sedikit nanti lama-lama kan bisa. Daripada dibekukan, kita ga tau kapan SDMnya siap. Kalau 5 tahun lagi kan paling sudah siap. Semua kan dari bawah. Dari bawah nanti siap ke atas juga siap. Kalau pendidik nya juga kan belajar juga. Tahun ini oh saya seperti ini, tahun kedua saya tau saya musti seperti ini. Daripada dibekukan ya nanti kaget lagi. Yang sebelumnya mungkin kan sudah belajar selanjutnya bisa dicoba kan.“ (wawancara tanggal 18 Februari 2016)

Dokumen terkait