ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman guru Fisika SMA Kabupaten Mimika tentang kurikulum 2013, kesiapan guru dalam pembelajaran, implementasi di dalam kelas, dan arah pengembangan pembelajaran. Penelitian terhadap pemahaman guru Fisika ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian yang dideskripsikan dalam penelitian ini adalah 4 orang guru Fisika SMA di Kabupaten Mimika yang menerapkan kurikulum 2013. Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara. Kemudian data yang dikumpulkan tersebut dianalisis dan diklasifikasikan dengan melakukan penyajian data, reduksi data, dan pada akhirnya ditarik kesimpulan dari data tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa (1) guru Fisika SMA Kabupaten Mimika belum sepenuhnya memahami konsep kurikulum 2013, yang dikuasai sebatas materi yang terdapat pada kurikulum 2013. Guru Fisika SMA Kabupaten Mimika mengetahui kurikulum 2013 adalah kurikulum yang mengutamakan kompetensi peserta didik, kurikulum yang menuntut peserta didik untuk belajar mandiri. Namun sebagian guru lebih berfokus pada pendidikan karakter yang terkandung dalam K-13. Pemahaman yang berfokus pada pendidikan karakter ini berdampak pada tujuan belajar yang tidak jelas. (2) Kesiapan yang dipersiapan guru Fisika SMA Kabupaten Mimika untuk memulai pembelajaran sudah sesuai dengan menggunakan acuan silabus dan RPP walaupun belum maksimal. Seperti menyiapkan materi, metode, dan media yang akan digunakan dalam pembelajaran. Namun dalam pelaksanaan tidak semua guru sesuai dengan kurikulum 2013 dibuktikan dengan penggunaan media yang minim dan adanya guru yang masih terpaku pada metode ceramah. (3) Implementasi kurikulum 2013 dalam pembelajaran Fisika di SMA Kabupaten Mimika sudah dilakukan di kelas X, XI, dan XII. Sistem penilaian sudah bisa dilakukan dengan baik oleh sebagian besar guru. Namun pemahaman guru mengenai penilaian sikap peserta didik belum tepat. Dalam penilaian, kendala yang dihadapi guru adalah menilai keterampilan peserta didik, disebabkan oleh sarana prasarana yang belum memadai. Kesulitan lain yang dihadapi adalah dalam subtitusi nilai moral pada KI I, budaya membaca, dan budaya meneliti. Walau begitu sudah ada guru yang berusaha menjalankan ketiga hal yang menjadi ke-khas-an dari kurikulum 2013 tersebut dengan baik.
ABSTRACT
The purpose of this research is to find out the comprehension of physics teachers of senior high schools in mimika about curriculum 2013, the readiness of the teachers in the learning process, implementation in the classroom, an the target of learning development. This reaearch is done using the qualitative descriptive research method. The subject whom described in the research are 4 physics teachers in mimika who are applying the curriculum 2013. Instrument of this research is the researcher herself. Researcher uses interview method to collect the data. The data then analysed and grouped by doing the data serving, data reduction. After that, the data is finally concluded.
Based on the research that has been done, the conclusion is: (1) The subjects (4 physics teachers in mimika) havent fully understood about curr 2013 yet. They only understand the materials in curr 2013.the physics teachers in mimika understand that curr 2013 gives priority to pupils' competences, and demands the pupils to be autonomous. But most of the teachers are focusing on character building in curr 2013. The comprehension that focuses on the character building makes the learning purpose unclear, (2) The readiness of physics teachers in mimika to start the learning process has already appropriate with the syllabus and "RPP"-although it hasnt reached the maximum level yet-, such as preparing the materials, methods, and media used in the learning process. But not every teacher fully applies curr 2013. There are still some teachers use the symposium-like method with minimum usage of media, (3) Curriculum 2013 implementation in learning physics in mimika's senior high schools has been done for 10th, 11th, and 12th grade. Most of the teachers could apply the scoring system well, but the comprehension about pupils' attitude isn't good yet. The way to determine the score of pupils' ability is the problem due to lack of infrastructure. The other problem is moral value substitution in KI I, reading and researching culture. In spite of that, there are some teachers that still trying to apply the 3 points of curr 2013 well.
PEMAHAMAN GURU FISIKA SMA KABUPATEN MIMIKA TENTANG PENGERTIAN DAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DALAM PROSES
PEMBELAJARAN DI KELAS
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Disusun oleh :
Maria Agatha Ayang Puspitaningrum Pramana
(121424006)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
i
PEMAHAMAN GURU FISIKA SMA KABUPATEN MIMIKA TENTANG PENGERTIAN DAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DALAM PROSES
PEMBELAJARAN DI KELAS
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Disusun oleh :
Maria Agatha Ayang Puspitaningrum Pramana
(121424006)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“The only thing that is constant is change -” ― Heraclitus
“Our dilemma is that we hate change and love it at the same time; what we
really want is for things to remain the same but get better. “
-Sydney J. Harris
Karya tulis yang berpengaruh sangat besar dalam hidup saya ini, saya
persembahkan juga buat yang paling berpengaruh dalam hidup saya:
Tuhan Yesus Mama saya, Maria Christina J. Papa saya, Yohanes Indriastata Pramana
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat
karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan atau
daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah
Yogyakarta, 18 Agustus 2016
Penulis,
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswi Universitas Sanata Dharma:
Nama : Maria Agatha Ayang Puspitaningrum Pramana
NIM : 121424006
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
PEMAHAMAN GURU FISIKA SMA KABUPATEN MIMIKA TENTANG PENGERTIAN DAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI DALAM KELAS.
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma
hak untuk menyimpan, mengahlikan ke bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk
pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di Internet
atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya
maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal:
Yang menyatakan,
vii ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman guru Fisika SMA Kabupaten Mimika tentang kurikulum 2013, kesiapan guru dalam pembelajaran, implementasi di dalam kelas, dan arah pengembangan pembelajaran. Penelitian terhadap pemahaman guru Fisika ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian yang dideskripsikan dalam penelitian ini adalah 4 orang guru Fisika SMA di Kabupaten Mimika yang menerapkan kurikulum 2013. Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara. Kemudian data yang dikumpulkan tersebut dianalisis dan diklasifikasikan dengan melakukan penyajian data, reduksi data, dan pada akhirnya ditarik kesimpulan dari data tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa (1) guru Fisika SMA Kabupaten Mimika belum sepenuhnya memahami konsep kurikulum 2013, yang dikuasai sebatas materi yang terdapat pada kurikulum 2013. Guru Fisika SMA Kabupaten Mimika mengetahui kurikulum 2013 adalah kurikulum yang mengutamakan kompetensi peserta didik, kurikulum yang menuntut peserta didik untuk belajar mandiri. Namun sebagian guru lebih berfokus pada pendidikan karakter yang terkandung dalam K-13. Pemahaman yang berfokus pada pendidikan karakter ini berdampak pada tujuan belajar yang tidak jelas. (2) Kesiapan yang dipersiapan guru Fisika SMA Kabupaten Mimika untuk memulai pembelajaran sudah sesuai dengan menggunakan acuan silabus dan RPP walaupun belum maksimal. Seperti menyiapkan materi, metode, dan media yang akan digunakan dalam pembelajaran. Namun dalam pelaksanaan tidak semua guru sesuai dengan kurikulum 2013 dibuktikan dengan penggunaan media yang minim dan adanya guru yang masih terpaku pada metode ceramah. (3) Implementasi kurikulum 2013 dalam pembelajaran Fisika di SMA Kabupaten Mimika sudah dilakukan di kelas X, XI, dan XII. Sistem penilaian sudah bisa dilakukan dengan baik oleh sebagian besar guru. Namun pemahaman guru mengenai penilaian sikap peserta didik belum tepat. Dalam penilaian, kendala yang dihadapi guru adalah menilai keterampilan peserta didik, disebabkan oleh sarana prasarana yang belum memadai. Kesulitan lain yang dihadapi adalah dalam subtitusi nilai moral pada KI I, budaya membaca, dan budaya meneliti. Walau begitu sudah ada guru yang berusaha menjalankan ketiga hal yang menjadi ke-khas-an dari kurikulum 2013 tersebut dengan baik.
viii
ABSTRACT
The purpose of this research is to find out the comprehension of physics teachers of senior high schools in mimika about curriculum 2013, the readiness of the teachers in the learning process, implementation in the classroom, an the target of learning development. This reaearch is done using the qualitative descriptive research method. The subject whom described in the research are 4 physics teachers in mimika who are applying the curriculum 2013. Instrument of this research is the researcher herself. Researcher uses interview method to collect the data. The data then analysed and grouped by doing the data serving, data reduction. After that, the data is finally concluded.
Based on the research that has been done, the conclusion is: (1) The subjects (4 physics teachers in mimika) havent fully understood about curr 2013 yet. They only understand the materials in curr 2013.the physics teachers in mimika understand that curr 2013 gives priority to pupils' competences, and demands the pupils to be autonomous. But most of the teachers are focusing on character building in curr 2013. The comprehension that focuses on the character building makes the learning purpose unclear, (2) The readiness of physics teachers in mimika to start the learning process has already appropriate with the syllabus and "RPP"-although it hasnt reached the maximum level yet-, such as preparing the materials, methods, and media used in the learning process. But not every teacher fully applies curr 2013. There are still some teachers use the symposium-like method with minimum usage of media, (3) Curriculum 2013 implementation in learning physics in mimika's senior high schools has been done for 10th, 11th, and 12th grade. Most of the teachers could apply the scoring system well, but the comprehension about pupils' attitude isn't good yet. The way to determine the score of pupils' ability is the problem due to lack of infrastructure. The other problem is moral value substitution in KI I, reading and researching culture. In spite of that, there are some teachers that still trying to apply the 3 points of curr 2013 well.
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya sampaikan ke hadirat Tuhan yang Maha Kuasa karena
hanya perkenaan-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini merupakan sebagian
persyaratan kelulusan untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan.
Penyusunan tugas dengan judul pemahaman guru Fisika SMA Kabupaten Mimika tentang pengertian dan implementasi Kurikulum 2013 dalam proses pembelajaran di dalam kelas ini dapat terselesaikan karena tidak lepas dari dukungan dan kerjasama yang baik dari berbagai pihak. Untuk itu saya mengucapkan terima kasih
kepada Romo Paul Suparno selaku pembimbing skripsi atas kerjasama yang baik
selama penyusunan skripsi ini. Rasa hormat, terima kasih, dan penghargaan yang
setinggi-tingginya saya sampikan kepada beliau yang penuh kesabaran, kearifan, dan
kebijaksanaan memberikan arahan dan dorongan yang tidak henti-hentinya di sela-sela
kesibukan. Selanjutnya tidak lupa juga saya mengucapkan terimaksih atas bantuan
dalam memperlancar penyusunan skripsi ini, kepada
1. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D. selaku Rektor Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta
2. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan FKIP serta staf dan karyawan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah membantu melengkapi
keperluan administrasi skripsi ini.
3. Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam atas dukungan dan bantuannya.
4. Dr. Ignatius Edi Santosa, M.S. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Fisika atas bantuan serta dukungan dan motivasinya.
5. Staf dan karyawan administrasi Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam yang meluangkan waktunya untuk keperluan
x
6. Boni Silaban, S.Pd selaku guru Fisika SMAN 1 Mimika sebagai subyek
penelitian yang sangat membantu.
7. Indah Setyaningsih, S.Pd selaku guru Fisika SMAN 1 Mimika sebagai
subyek yang sangat membantu.
8. Maslan Lumban Gaol, S.Pd selalu guru Fisika SMA Tiga Raja Timika
sebagai subyek yang sangat membantu.
9. Ludia Sampe Bawan, A.Md selaku guru Fisika SMA Advent Timika sebagai
subyek yang sangat membantu.
10. Para sahabat yang membantu dan memberi masukkan hingga sampai ketitik
ini, Bernadetta Savitri Sutasoma, Tri Pasinggi, Ratna Mintarsih, Brigitta Dwi
Utami, Elsa Wora, Mega Banik, dan seluruh kawan-kawan Pendidikan
Fisika 2012.
11. Partner diskusi segala bidang, Trias Widhiargo yang dengan sabar dan
pantang menyerah memberi semangat juga bantuan langsung dalam
terwujudnya skripsi ini.
12. Akhirnya ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya dan
sedalam-dalamnya saya ucapkan kepada kedua Orang tua saya, Bapak Yohanes I.
Pramana dan Ibu Maria Christina yang selalu mendukung dan memberi
semangat, doa, dan nasehat yang tak putus-putusnya untuk masa depan saya.
Dan adik saya, Agnes Arinta yang mendukung penyusunan skripsi ini.
Yogyakarta, 18 Agustus 2016
xi
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ………..……...… iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ….……….….. v
HALAMAN PERNYATAAN PSETUJUAN PUBLIKASI ………... vi
ABSTRAK ………. vii
B. Kurikulum dan Implementasi ... 7
C. Standart Proses Pembelajaran ... 10
D. Pendekatan Scientific (Ilmiah) dalam Pembelajaran ... 27
E. Ruang Lingkup, Teknik, dan Instrumen Penilaian …………... 29
BAB III METODE PENELITIAN ... 34
xii
B. Subjek Penelitian ... 34
C. Tempat Penelitian ... 35
D. Instrumen Penelitian ... 35
E. Teknik Pengumpulan Data ... 35
F. Teknik Analisis Data ... 37
BAB IV DATA DAN ANALISA ……….……. 38
A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ……… 38
B. Pemahaman Guru terhadap Pembelajaran Fisika Kurikulum 2013 ………….………..…..….. 42
C. Kesiapan guru Dalam Pembelajaran Fisika Kurikulum 2013 ……... 47
D. Implementasi Pembelajaran Fisika Kurikulum 2013 ... 53
E. Keterbatasan Penelitian ………... 63
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 64
A. Kesimpulan ... 64
A. Saran... 65
DAFTAR PUSTAKA ... 68
xiii
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 3.1. Pedoman wawancara ……….……... 36
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
LAMPIRAN I : Surat Permohonan Ijin
Melakukan Penelitian dari Universitas . . . 69
LAMPIRAN II : Surat Pernyataan Melakukan Penelitian dari Sekolah . . . 73
LAMPIRAN III : Transkrip Wawancara . . . 77
LAMPIRAN IV : Contoh Coding dan Pengkategorian Hasil Wawancara . . . 121
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang terhitung baru saja diterapkan
di Indonesia. Kurikulum ini diharapkan mampu membawa kebaruan pada wajah
Pendidikan Indonesia. Sejak tahun 2013 lalu Kementrian Pendidikan Nasional
menurunkan mandat kepada beberapa sekolah yang dirasa telah siap untuk beralih
dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ke Kurikulum 2013 (Dokumen
Kurikulum 2013, 2013) . Oleh sebab itu, kurikulum ini masuk dalam masa
percobaan dengan menjadikan sekolah-sekolah yang menerapkannya sebagai
sekolah Percobaan. Keputusan ini diambil karena Kurikulum 2013 dinilai mampu
membangun peserta didik menjadi pribadi yang lebih mandiri.
Dalam perjalanannya pada tahun 2015, Kementrian Pendidikan Nasional
dan Kebudayaan membebaskan sekolah-sekolah seluruh Indonesia untuk memilih
tetap menggunakan Kurikulum 2013 atau kembali pada kurikulum sebelumnya
yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Keputusan tersebut dirasa
meringankan sekolah-sekolah yang belum siap melaksanakan Kurikulum 2013.
Walau begitu, pada kenyataannya tidak sedikit sekolah baik Swasta maupun Negeri
Kurikulum 2013 – yang selanjutnya disebut K-13 - sendiri merupakan
kurikulum yang pada tahun 2014 sudah diterapkan pada beberapa kelas di tingkat
pendidikan Sekolah Dasar, Menengah Pertama, dan Menengah Atas. K-13 menitik
beratkan penilaiannya pada tiga aspek yaitu: (a) aspek pengetahuan, (b) aspek
keterampilan, serta (c) aspek sikap dan perilaku. Karena itu dalam penerapan K-13,
banyak materi pada pembelajaran yang dirampingkan maupun ditambahkan. Pun
dalam penerapannya, banyak materi pada satu mata pelajaran yang disisipkan
dalam materi mata pelajaran lain. Hal ini dimaksudkan agar pengetahuan peserta
didik di Indonesia dalam mempelajari suatu materi dapat tersusun secara utuh dari
berbagai sisi disiplin ilmu. Selain itu dengan K-13, diharapkan pengetahuan peserta
didik di Indonesia setara dengan pengetahuan peserta didik tingkat Internasional.
Dalam Kurikulum 2013 terdapat sistem pengajaran baru di mana peserta
didik jurusan tertentu diperbolehkan mengikuti pembelajaran di kelas jurusan yang
berbeda dengan syarat tertentu. Dengan ini peserta didik dapat lebih aktif dalam
membangun pengetahuannya dalam proses pembelajaran serta membuka
kesempatan bagi peserta didik tingkat Menengah Atas - yang telah penjurusan -
agar dapat memperdalam ilmu yang digemari atau bahkan ikut dalam pembelajaran
ilmu yang dipelajari jurusan lain.
Diterapkannya K-13 tentu membawa banyak sekali perubahan dalam
persiapan hingga teknik pengajaran, mulai dari pembuatan instrumen kegiatan
belajar-mengajar hingga proses pembelajaran di kelas itu sendiri. Pembelajaran
harus memiliki standar di mana ke-tiga aspek yang ingin ditekankan dapat diamati
sekali pendapat tentang penerapan K-13 pada proses pembelajaran di kelas
khususnya pada tingkat Sekolah Menengah Atas. Beberapa tenaga pengajar
memilih untuk “Pro” namun yang lain memilih “Kontra” terhadap kurikulum ini.
Pada pelaksanaan Kurikulum 2013 di daerah, masih menyisakan berbagai
persoalan. Meski tujuan kurikulum itu baik, namun pelaksanaan di lapangan harus
mendapat banyak perbaikan. Persoalan-persoalan yang muncul dalam penerapan
Kurikulum 2013 antara lain keterbatasan pengetahuan yang diperoleh oleh guru,
sekolah, dan lembaga yang bertanggungjawab, penerapan yang dinilai terlalu
mendadak dan kesiapan semua perangkat pendukung yang belum matang.
Kurikulum 2013 berdampak kepada tuntutan kompetensi guru, dimana guru
dituntut memiliki kemampuan yang relevan dengan karakteristik kurikulum.
Diharapkan dengan kemampuan yang dimiliki oleh para guru dapat memperlancar
dalam implementasi kurikulum 2013.
Kabupaten Mimika merupakan salah satu kabupaten di tanah Papua dengan
tingkat kelulusan tertinggi pada ujian nasional tingkat sekolah Menengah yang
dilangsungkan setiap tahun. Mimika juga dikenal dengan pertumbuhan ekonomi
yang sangat pesat. Hal ini dapat menjadi indikator bagaimana kualitas sumber daya
manusia di kabupaten Mimika. Walau begitu kabupaten Mimika masih sangat
kental dengan budaya dan adat istiadatnya. Kuatnya adat budaya sedikit banyak
menjadi kebiasaan hidup yang membentuk karakter masyarakat – khususnya pelajar
-. Karakter masyarakat Indonesia Timur yang di dalamnya termasuk Papua – lebih
spesifik lagi, Mimika - cenderung lebih keras dan kukuh. Karakter ini dibawa sejak
Melihat karakter dari pelajar Mimika, kurikulum 2013 sesuai dengan
kebiasaan belajar para pelajar. Karakter para pelajar yang keras membuat pelajar
lebih senang mengeksplor pengetahuannya sendiri dibanding “disetir” oleh guru.
Selain itu penilaian pada 3 hal utama yang ditekankan oleh Kurikulum 2013 mau
tidak mau akan menekan kebiasaan buruk yang disebabkan oleh karakter peserta
didik yang keras. Namun sebelum dapat berjalan dengan baik, guru dituntut
memiliki pemahaman yang benar tentang kurikulum 2013 dan bagaimana
implementasinya dalam proses belajar-mengajar. Adapun 3 SMA di kabupaten
Mimika yang memilih tetap menggunakan kurikulum 2013 sebagai pegangan;
SMA Negeri 1 Mimika, SMA Advent Timika, dan SMA YPPK Tiga Raja. Setiap
sekolah memiliki 1 sampai 2 guru Fisika yang berstatus sebagai guru tetap.
Guru sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan kurikulum 2013. Sehingga
sangatlah perlu untuk mengetahui bagaimana pemahaman para guru tentang
kurikulum 2013 dan arah pengembangan pembelajaran khususnya di SMA
kabupaten Mimika. Untuk mengetahui hal tersebut maka peneliti melakukan
penelitian di Kabupaten Mimika, Papua. Dalam penelitian ini subyek yang diteliti
adalah 4 orang guru Fisika SMA kabupaten Mimika yang melaksanakan kurikulum
B. Rumusan Masalah
Bagaimana pemahamanan guru Fisika SMA Kabupaten Mimika tentang:
1. Pemahaman guru terhadap pembelajaran dalam kurikulum 2013.
2. Kesiapan guru dalam pembelajaran Fisika di kelas dalam kurikulum 2013.
3. Implementasi pembelajaran Fisika di kelas dalam kurikulum 2013.
C. Tujuan
Mengetahui pemahamanan guru Fisika SMA Kabupaten Mimika tentang:
1. Pemahaman guru terhadap pembelajaran dalam kurikulum 2013.
2. Kesiapan guru dalam pembelajaran Fisika di kelas dalam kurikulum 2013.
3. Implementasi pembelajaran Fisika di kelas dalam kurikulum 2013.
D. Kegunaan
1. Bagi Pemerintah Kementrian Pendidikan dan Budaya
a. Mengetahui dan membantu sekolah terlebih para tenaga pengajar yang
pemahaman tentang penerapan K-13 belum sesuai.
b. Mengkaji kembali seberapa siap sekolah-sekolah di kabupaten Mimika
dalam menerapkan K-13.
2. Bagi Tenaga Pengajar
a. Membangun kembali pemahaman tentang penerapan K-13 dalam proses
pembelajaran di dalam kelas.
1 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pemahaman
Pemahaman dapat diartikan sebagai suatu proses perbuatan memahami atau
memahamkan dari apa yang diterima (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2011:998).
Sebagai makhluk sosial, manusia selalu berinteraksi dengan berbagai hal yang ada
di lingkungannya. Beberapa ahli berpendapat, pemahaman (comphrehension) yaitu
kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu itu diketahui atau
diingat, mencakup kemampuan untuk menangkap makna dari arti bahan yang
dipelajari, dinyatakan dengan menguraikan isi pokok dari suatu bacaan atau
mengubah data yang disajikan dalam bentuk tertentu ke bentuk yang lain
(Sudaryono, 2012:43).
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan pemahaman adalah
kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu
diketahui dan diingat, memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui
apa yang sedang diterima. Dengan kata lain, memahami adalah mengerti tentang
sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Dalam studi ini pemahaman
dimaksudkan untuk mengetahui pemahaman guru terhadap pembelajaran Fisika
B. Kurikulum dan Implementasi
1. Konsep Dasar Kurikulum
Konsep kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan
praktik pendidikan serta bervariasi sesuai dengan aliran atau teori pendidikan
yang dianutnya. Menurut pandangan lama, sejak zaman Yunani Kuno,
kurikulum merupakan kumpulan mata pelajaran yang harus disampaikan guru
atau dipelajari Siswa. Lebih khusus kurikulum sering diartikan sebagai isi
pelajaran. Pendapat-pendapat yang muncul setelahnya telah beralih dari
penekanan terhadap isi menjadi penekanan terhadap pengalaman belajar.
2. Teori Implementasi Kurikulum
a. Pengertian Implementasi Kurikulum
Pelaksanaan atau implementasu dalam kamus besar bahasa Indonesia
diartikan sebagai pelaksanaan atau penerapan. Fullan (Miller dan Seller, 1985:
246) mengemukakan bahwa implementasi adalah suatu proses peletakan
dalam praktik suatu ide, program atau seperangkat aktivitas baru bagi orang
lain dalam mencapai atau mengharapkan suatu perubahan. Sedangkan Hasan
(dalam Majid 2014: 14) menyatakan implementasi kurikulum adalah usaha
merealisasikan ide, konsep, dan nilai-nilai yang terkandung dalam kurikulum
tertulis menjadi kenyataan.
Dari pelbagai definisi tentang definisi implementasi kurikulum, maka
implementasi juga dapat dikatakan sebagai aktualisasi kurikulum tertulis
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi Implementasi Kurikulum
Kurikulum sebagai suatu proses sebenarnya adalah penerapan atau
tindak lanjut dari kurikulum sebagai rencana. Maka kegiatan ini sebenarnya
merupakan suatu tindakan yang berkelanjutan dan berkesinambungan. Oleh
karena itu dalam penerapan kurikulum hal-hal yang mempengaruhinya adalah:
(1) kesiapan guru, (2) kondisi sekolah atau kesediaan sarana prasarana, (3)
manajemen Kepala sekolah, (4) lingkungan sekolah, (5) komite sekolah, dan
(6) pembiayaan pendidikan.
c. Strategi Implementasi Kurikulum terdiri atas;
Pelaksanaan kurikulum di sekolah dan jenjang pendidikan (Dokumen
Kurikulum 2013, 2013 : 18).
a) Juli 2013: kelas I, IV terbatas pada sejumlah SD/MI (30%), dan seluruh
VII (SMP/MTs), dan X (SMA/MA, SMK/MAK).
b) Juli 2014: Kelas I, II, IV, V, VII, X, dan XI.
c) Juli 2015: Seluruh kelas dan seluruh sekolah SD/MI, SMP/MTs,
SMA/MA, SMK/MAK telah melaksanakan sepenuhnya kurikulum
2013.
d. Peran Guru dalam Implementasi Kurikulum
Kurikulum mempunyai dua sisi yang sama pentingnya, yakni
kurikulum sebagai dokumen dan kurikulum sebagai implementasi. Sebagai
dokumen, kurikulum berfungsi sebagai pedoman bagi guru dan kurikulum
sebagai implementasi adalah realisasi dari dari pedoman tersebut dalam bentuk
e. Perencanaan Pengajaran
Sebelum guru memulai pengajaran, guru harus membuat
keputusan-keputusan tertentu. Keputusan yang dibuat contohnya seperti materi yang
diajarkan, alokasi waktu, sejauh mana pemahaman siswa, dan metode yang
diberikan. Saran-saran untuk membuat keputusan perencanaan pengajaran
harus dipikirkan secara hati-hati sebab inilah sebenarnya yang akan lebih
mengarahkan kepada apa yang harus dikerjakan oleh guru.
f. Pelaksanaan Pengajaran
Pelaksanaan pembelajaran mengacu pada strategi pembelajaran
berkaitan dengan masalah cara atau sistem penyampaian materi pelajaran
dalam rangka mencapai tujuan. Dalam pelaksanaan pengajaran, kegiatan yang
perlu dilakukan guru menurut Sudjana dalam Majid (2013: 138) adalah:
1) Menjelaskan kepada siswa tujuan pengajaran yang harus dicapai;
2) Membahas pokok materi pelajaran;
3) Pada setiap pokok materi yang dibahas sebaiknya diberikan contoh
konkrit;
4) Menggunakan alat bantu pengajaran;
5) Menyimpulkan hasil pembahasan dari semua pokok meteri pelajaran.
g. Penilaian Pengajaran
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam menerima materi
pelajaran, perlu dilaksanakan penilaian sebagai feedback. Menurut
Trowbridge & Bybee (1990, 28-29) keputusan-keputusan yang harus
1) Apakah perlu menggunakan tes standar?
2) Bagaimana membuat tes yang akurat? Yakni dapat mewakili isi dan
keterampilan yang sempat dipelajari Siswa.
3) Tingkat kognitif apa yang akan diukur?
C. Standar Proses Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran yang harus diperhatikan guru sebagai pengajar
adalah belajar sebagai proses. Artinya, pada dasarnya belajar adalah tahapan
perubahan perilaku siswa yang relatif positif dan menetap sebagai hasil interaksi
dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Oleh karena itu belajar
merupakan proses dari perubahan itu sendiri. Untuk sampai pada perubahan yang
lebih ke arah positif tadi, peserta didik memerlukan motivasi dari lingkungan
sekitarnya, mulai dari kondisi kelas dan dorongan dari guru.
Menurut Majid (2013: 56) dorongan yang perlu dilakukan oleh guru adalah:
1. Kondisi/ Peristiwa Belajar
Agar dapat mewujudkan pembelajaran yang efektif, maka mengajar harus
ditujukan untuk mempengaruhi proses pembelajaran internal. Mengajar adalah
serangkaian peristiwa eksternal yang secara sadar/sengaja dirancang untuk
mendukung proses pembelajaran internal. Pembelajaran internal ini dapat
diransang dengan pembelajaran eksternal yang dilakukan oleh guru. Maka untuk
memacu pembelajaran internal, yang perlu diperhatikan guru dalam proses
pembelajaran adalah sebagai berikut:
Ada berbagai macam teknik yang dapat menarik perhatian peserta didik,
antara lain dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai jenis perangkat untuk
mendapatkan perhatian, seperti penggunaan media pembelajaran berupa video.
Namun cara terbaik adalah dengan menarik minat peserta didik.
Guru mengetahui dengan baik semua kesulitan untuk dapat memotivasi
siswa agar memiliki minat terhadap pengajaran yang mereka berikan. John
Keller (dalam Majid, 2013) telah mencoba menjelaskan hal ini dengan
mengembangkan Model Motivasi ARSC (Attention, Relevance, Confidence,
Satisfaction). Model ARCS ini meningkatkan daya tarik motivational dari bahan
ajar. Model ini didasarkan pada penelitian yang berkaitan dengan motivasi yang
menunjukkan bahwa seseorang termotivasi untuk terlibat dalam suatu kegiatan
jika dianggap berhubungan dengan pemuasan kebutuhan pribadinya, dan jika
ada harapan positif untuk sukses.
Menurut Keller (dalam Majid, 2013), keempat kondisi tersebut harus
dipenuhi agar orang menjadi dan tetap termotivasi:
1) Perhatian
Mendapatkan perhatian Siswa merupakan prasyarat untuk belajar. guru harus
memperhatikan bagaimana cara untuk mendapatkan dan mempertahankan
perhatian Siswa.
2) Relevansi
Hal ini terkait dengan bagaimana membuat pengajaran menjadi relevan
dengan kebutuhan peserta didik di masa kini dan masa depan.
Keyakinan dapat mempengaruhi ketekunan dan prestasi peserta didik.
4) Kepuasan
Ini meliputi membuat peserta didik merasa senang dengan prestasi mereka.
Ini juga penting untuk membuat siswa sadar bahwa mereka memiliki kontrol
atas perilaku yang mengarah pada reward.
b. Memberitahukan Tujuan Pembelajaran Kepada peserta Didik
Siswa harus diberitahu jenis kinerja apa yang akan digunakan untuk
menentukan apakah mereka telah belajar dan apa yang harusnya mereka pelajari.
Namun pada umumnya peserta didik harus diberitahu upaya apa yang harus
mereka upayakan untuk dipelajari.
c. Merangsang Pengulangan Kembali Prasyarat Belajar
Menurut teori pemrosesan informasi kognitif, pembelajaran yang paling
baru tergantung pada hubungan yang dibuat dengan pelajaran sebelumnya. Ketika
pembelajaran baru akan segera dilakukan, informasi sebelumnya harus dapat
diakses secara internal sehingga dapat dijadikan bagian dari peristiwa belajar. Hal
ini dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan tentang apa yang telah
diketahui atau mengulang kembali.
d. Menyajikan Material Ajar
Peristiwa ini terjadi ketika informasi baru disajikan kepada peserta didik.
Misalnya, ketika peserta didik harus belajar serangkaian fakta baru maka
fakta-fakta tersebut harus dikomunikasikan kepada mereka dalam berbagai bentuk.
non contoh. Hal ini akan membantu dalam proses pembedaan yag selanjutnya
mendukung perolehan konsep.
e. Menyediakan Bimbingan Belajar
Bimbingan belajar biasanya berupa komunikasi antara guru dan peserta
didik yang dapat membantu peserta didik untuk pencapaian tujuan. Komunikasi
ini merangsang arah pemikiran dan membantu menjaga peserta didik berada pada
proses pembelajaran, yang mengarah pada situasi belajar yang lebih efisien.
Beberapa siswa mungkin membutuhkan bimbingan intensif dalam belajar, tetapi
beberapa lainnya mungkin lebih menyukai metode belajar mandiri dengan
bimbingan yang sangat sedikit.
f. Membangun Kinerja (Praktik)
Peristiwa selanjutnya memungkinkan peserta didik berkomunikasi dengan
guru tentang apakah mereka bisa atau tidak melakukan keterampilan yang tengah
mereka pelajari. Maka semua item praktik harus sesuai dengan kinerja dan
kondisi yang ditunjukkan dalam tujuan pembelajaran. Menurut Majid (2014 :
147) item praktik yang baik harus memenuhi unsur-unsur berikut:
1) Harus secara jelas menentukan format praktik dan sifat respon Siswa;
2) Harus relevan dengan tujuan;
3) Harus mendapat kinerja yang tepat sesuai dinyatakan dalam tujuan;
4) Harus menghadirkan ketentuan yang tepat sebagaimana dinyatakan dalam
tujuan;
5) Praktik secara individual maupun kelompok perlu dilakukan;
g. Memberikan Umpan Balik
Peserta didik tidak cukup hanya dibekali dengan latihan praktik, mereka
harus diberi umpan balik mengenai kinerja mereka. Umpan balik dapat diberikan
dalam bentuk lisan, tulisan, komperisasi, atau dalam bentuk yang lain. Hal ini
juga harus diberikan sesegera mungkin setelah praktik dilakukan.
Umpan balik juga dapat digunakan sebagai penguat positif ketika peserta
didik melakukan kinerja dengan benar. Menurut Majid (2014: 149) umpan balik
yang baik harus mencakup hal-hal berikut:
1) Harus memberikan komentar tentang kinerja peserta didik;
2) Harus diberi segera dan sesering mungkin;
3) Jika sempat beri kesempatan pada Siswa untuk mengoreksi kesalahan
mereka sendiri;
4) Harus mempetimbangkan penggunaan berbagai jenis umpan balik:
pengetahuan tentang hasil yang benar, analisis, pemberian motivasi.
h. Menilai Kinerja
Dalam peistiwa ini, guru menunjukkan kinerja dari peserta didik untuk
menentukan apakah pembelajaran yang diinginkan telah terjadi. Siswa dinilai
apakah instruksi tersebut telah memenuhi rencana yang diinginkan.
i. Meningkatkan Retensi dan Transfer
Banyak orang merasa ketika tes selesai begitu juga pembelajaran, namun
sebagai langkah terakhir adalah penting untuk mengetahui cara-cara untuk
dengan baik oleh peserta didik ketika mereka menggunakannya di luar konteks
pembelajaran.
Karena belajar pada umumnya merupakan situasi khusus, cara terbaik untuk
membantu dalam retensi dan transfer adalah menyediakan konteks yang berarti
untuk menyajikan pengajaran guru. Jika keterampilan yang harus dipelajarai
merupakan keterampilan yang digunakan dalam dunia nyata, guru harus
menciptakan sebuah “ruang kelas” lingkungan belajar yang mendekati konteks
dunia nyata sedekat mungkin, sehingga ketika peserta didik masuk ke dunia nyata,
perubahan tidak akan terlalu besar.
2. Pembelajaran yang Berorientasi pada Standar Proses
Salah satu prinsip pendidikan adalah diselenggarakan sebagai proses
pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
Dalam proses tersebut diperlukan guru yang memberikan keteladanan membangun
kemauan, dan mengembangkan potensi dan kreativitas peserta didik. Implikasi dari
prinsip ini adalah pergeseran paradigma proses pendidikan, yaitu dari paradigma
pengajaran ke paradigma pembelajaran. Pembelajaran adalah proses interaksi
peserta didik dan guru serta sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses
pembelajaran perlu direncanakan, dilaksanakan, dinilai, dan awasi agar terlaksana
secara efektif dan efisien.
Standar proses sebagaimana diatur dalam Permendiknas Nomor 41 tahun
pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran
untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
81A TAHUN 2013 TENTANG IMPLEMENTASI KURIKULUM pada Bab IV
memuat tentang konsep dan strategi pembelajaran sebagai berikut:
a. Konsep dan Strategi Pembelajaran
Secara prinsip, kegiatan pembelajaran merupakan proses pendidikan yang
memberikan kesempatan kepada peserta didik unuk mengembangkan potensi
mereka menjadi kemampuan yang semakin lama semakin meningkat dalam sikap,
pengetahuan, dan keterampilan, yang diperlukan dirinya untuk hidup dan untuk
bermasyarakat, berbangsa, dan berkontribusi untuk kesejahteraan hidup umat
manusia. Oleh karena itu kegiatan pembelajaran diarahkan untuk
memberdayakan semua potensi peserta didik menjadi potensi yang diharapkan.
b. Strategi Pembelajaran Langsung dan Tidak Langsung
Kurikulum 2013 secara garis besar mengembangkan dua modus proses
pembelajaran yaitu proses pembelajaran langsung dan pembelajaran tidak
langsug. Proses pembelajaran langsung adalah proses pendidikan di mana peserta
didik mengembangkan pengetahuan, kemampuan berpikir dan keterampilan
psikomotorik melalui interaksi langsung dengan sumber belajar yang dirancang
dalam silabus dan RPP berupa kegiatan-kegiatan pembelajaran. Dalam proses
pembelajaran langsung tersebut peserta didik melakukan kegiatan belajar
mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, atau
kegiatan analisis. Proses pembelajaran langsung menghasilkan pengetahuan dan
keterampilan langsung atau yang disebut dengan instructional effect.
Pembelajaran tidak langsung adalah proses pendidikan yang terjadi selama
proses pembelajaran langsung tetapi tidak dirancang dalam kegiatan khusus.
Pembelajaran tidak langsung berkenaan dengan pengembangan nilai dan sikap.
Berbeda dengan pengembangan nilai dan sikap dalam proses pembelajaran
langsung oleh matapelajaran tertentu, pengembangan sikap sebagai proses
pengembangan moral dan perilaku dilakukan oleh seluruh mata pelajaran dan
dalam setiap kegiatan yang terjadi di kelas, sekolah, dan masyarakat. Oleh karena
itu dalam kurikulum 2013, semua kegiatan yang terjadi selama belajar di dalam
dan di luar sekolah dalam kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler terjadi proses
pembelajaran untuk mengembangkan moral dan perilaku yang terkait dengan
sikap.
Proses pembelajaran terdiri atas lima pengalaman belajar pokok yaitu:
1) Mengamati;
2) Bertanya;
3) Mengumpulkan informasi;
4) Mengasosiasi;
c. Perencanaan Pembelajaran
1) Hakikat RPP
Rencana pelaksanaan pembelajaran adalah rencana pembelajaran yang
dikembangkan secara rinci dari materi pokok atau tema tertentu yang mengacu pada
silabus. RPP mencakup: (1) Data sekolah, mata pelajaran, dan kelas/semester; (2)
materi pokok; (3) alokasi waktu; (4) tujuan pembelajaran, KD, dan indikator
pencapaian kompetensi; (5) materi pembelajaran dan metode pembelajaran; (6)
media, alat, dan sumber belajar; (6) langkah-langkah kegiatan pembelajaran; dan
(7) penilaian.
Setiap guru di setiap satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP untuk
kelas di mana guru tersebut mengajar. RPP menjadi persiapan untuk guru sebelum
memasuki kelas. RPP bersifat sebagai pegangan apa yang akan dilakukan guru di
dalam kelas. Pengembangan RPP dapat dilakukan secara mandiri atau
berkelompok. Namun pengembangan RPP secara berkelompok harus
dikoordinasikan dan disupervisi terlebih dahulu oleh pengawas atau Dinas
Pendidikan.
2) Prinsip-prinsip Pengembangan RPP
Berbagai prinsip dalam mengembangkan RPP adalah sebagai berikut
(Majid, 2014 : 154):
a) RPP disusun guru sebagai terjemahan dari ide kurikulum dan
berdasarkan silabus yang telah dikembangkan di tingkat nasional ke
dalam bentuk rancangan proses pembelajaran untuk direalisasikan dalam
b) RPP dikembangkan guru dengan menyesuaikan apa yang dinyatakan
dalam silabus dengan kondisi di satuan pendidikan, baik kemampuan
awal peserta didik, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan
sosial, emosi, dan gaya belajar.
c) Kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma,
nilai, dan lingkungan peserta didik;
d) Mendorong partisipasi aktif peserta didik;
e) Menghasilkan peserta didik manusia yang mandiri dan tak berhenti
belajar, proses pembelajaran yang dirancang dalam RPP berpusat pada
peserta didik untuk mengembangkan motivasi, minat, rasa ingin tahu,
kreatifitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, semangat belajar,
keterampilan belajar, dan kebiasaan belajar.
f) Mengembangkan budaya membaca dan menulis;
g) Proses pengembangan RPP dirancang untuk mengembangkan
kegemaran membaca pemahaman beragam bacaan, dan bereksplorasi
dalam berbagai bentuk tulisan.
h) Memberikan umpan balik dan tidak lanju;.
i) RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif,
penguatan, pengayaan, dan remidi. Pemberian remidi dilakukan setiap
saat setelah suatu ulangan atau ujian dilakukan. Hasilnya dianalisis dan
kelemahan setiap peserta didik dapat teridentifikasi. Pemberian
pembelajaran diberikan sesuai dengan kelemahan peserta didik.
k) RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara
KI, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, dan
sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar. RPP disusun
dengan mengakomodari pembelajaran tematik, keterpaduan lintas mata
pelajaran untuk sikap dan eterampilan, dan keragaman budaya.
l) Menerapkan teknik informasi dan komunikasi;
m) RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi informai
dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan
situasi dan kondisi.
d. Proses Pembelajaran
Tahap kedua dalam standar proses yaitu pelaksanaan pembelajaran yang
meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
1) Kegiatan Pendahuluan
Dalam kegiatan pendahuluan, guru:
a) Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses
pembelajaran;
b) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang sudah dipelajari
dan terkait dengan materi yang akan dipelajari.
c) Mengantarkan peserta didik pada suatu permasalahn atau suatu tugas
untuk mempelajari suatu materi dan menjelaskan tujuan pembelajaran
d) Menyampaikan garis besar cakupan materi dan penjelasan tentang
kegiatan yang akan dilakukan pserta didik untuk menyelesaikan
permasalahan atau tugas.
2) Kegiatan Inti
Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang
dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi
peserta didik untuk secara aktif menjadi pencari informasi, serta memberikan ruang
yang cukup bagi kreatifitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik
peserta didik dan mata pelajaran, yang meliputi proses observasi, menanya,
mengumpulkan informasi, asosiasi, dan komunikasi. Untuk pembelajaran yang
berkenaan dengan KD yang bersifat prosedur untuk melakukan sesuatu, guru
memfasilitasi agar peserta didik dapat melakukan pengamatan terhadap
pemodelan/demonstrasi oleh guru atau ahli, peserta didik menirukan, selanjutnya
guru memberikan umpan balik, dan latihan lanjutan pada pserta didik.
Dalam setiap kegiatan guru harus memperlihatkan kompetensi yang terkait
dengan sikap seperti jujur, teliti, kerja sama, toleransi, disiplin, taat aturan,
menghargai pendapat orang lain, yang tercantum dalam silabus dan RPP. Cara
pengumpulan data sedapat mungkin relevan dengan jenis data yang dieksplorasi,
misalnya di laboratorium, studio, lapangan, perpustakaan, museum, dan
sebagainya. Sebelum menggunakannya peserta didik harus tahun dan terlatih
Berikutnya adalah contoh aplikasi dari kelima kegiatan belajar (learning
event):
a) Mengamati
Dalam kegiatan mengamati, guru memberikan kesempatan peserta didik
untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan melihat, menyimak, mendengar,
dan membaca. guru memfasilitasi peserta didi untuk melakukan pengamatan
elatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang
penting dari suatu benda (objek) atau kejadian.
b) Menanya
Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan secara luas
kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak,
dibaca, atau dilihat. guru perlu membimbang peserta didik agar dapat mengajukan
pertanyaa. Pertanyaan tentang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai
kepada yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain
yang lebih abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan
yang bersifat hipotetik.
Melalui kegiatan bertanya dikembangkan rasa ingin tahu peserta didik.
Semakin terlatih dalam bertanya, rasa ingin tahu semakin dapat dikembangkan.
Pertanyaan tersebut menjadi awal untuk mencari informasi lebih lajut dan
beragam dari sumber yang ditentuka guru sampai yang ditentukan peserta didik,
c) Mengumpulkan dan mengasosiasikan
Tindak lanjut dari bertanya adalah menggali dan mengumpulkan
informasi. Dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik
dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena dengan lebih
teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut terkumpul
sejumlah informasi.
Informasi tersebut menjadi dasar dari proses selanutnya yaitu memproses
informasi untuk menemukan keterkaitan suatu informasi dengan informasi
lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi, dan bahkan mengambil
kesimpulan dari berbagai pola yang ditemukan.
d) Mengkomunikasikan Hasil
Kegiatan berikutnya adalah menuliskan atau menceritakan apa yang
ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan, dan menemukan
pola. Hasil tersebut disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil
belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut.
3) Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru bersama-sama peserta didik dan/ atau sendiri
membuat rangkuman/kesimpulan pelajaran, melakukan penilaian dan/ atau refleksi
terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram,
memberikan umpan balik terhadap hasil dan proses pembelajaran, merencanakan
kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remidi, program pengayaan,
dengan hasil belajar peserta didik, dan menyampaikan rencana pembelajaan pada
pertemuan berikutnya.
a. Evaluasi dan Pelaksanaan Program Remedial, Pengayaan, Percepatan
1) Pelaksanaan Evalusi
Penting untuk diingat bahwa ketuntasan belajaran ditetapkan dengan
penilaian acuan patokan (criterion referenced) pada setiap kompetensi dasar dan
tidak ditetapkan berdasarkan norma (norm referenced). Dalam hal ini batas
ketuntasan harus ditetapkan oleh guru. Standar ini harus ditetapkan terlebih dahulu,
dan hasil evaluasi tersebut adalah lulus dan tidak lulus (Gentie & Lalley : 2003).
Sedangkan sistem evaluasinya menggunaka ujian berkelanjutan, yang
ciri-cirinya adalah:
a) Ujian dengan sistem blok (KD).
b) Tiap blok terdiri dari satu atau lebih kompetendi dasar (KD).
c) Hasil ujian dianalisis dan ditindak-lanjuti melalui program remedial,
program pengayaan, dan program percepatan.
d) Ujian mencakup aspek kognitif dan psikomotorik.
e) Aspek afektif diukur melalui kegiatan inventori afektif seperti: pengamatan,
kuesioner, dan sebagainya.
Sistem penilaian mencakup: jenis tagihan serta bentuk instrumen/soal.
Dalam pembelajaran tuntas tes-tes diusahakan disusun dalam sub-sub KD sebagai
alat diagnostik yang dirancang secara baik, peserta didik dimungkinkan dapat
menilai sendiri hasil tesnya, termasuk mengenali di mana ia mengalami kesulitan
meskipun umumnya disepakati pada skor/nilai 75 (75%) namun batas ketuntasan
yang paling realistik atau paling sesuai adalah ditetapkan oleh sekolah atau daerah,
sehingga memungkinkan adanya perbedaan dalam penentuan batas ketuntasan
untuk setiap KD maupun pada setiap sekolah dan daerah.
2) Pelaksanaan Program Remedial
a) Cara yang dapat ditempuh
Dalam pelaksanaan program remedial dapat dilakukan dengan 2 cara,
yaitu:
(1) Pemberian bimbingan secara khusus dan perorangan bagi siswa yang
belum atau mengalami kesulitan dalam penguasaan KD tertentu. Cara ini
merupakan cara yang mudah dan sederhana karena merupakan implikasi
dari peran guru sebagai “tutor”.
(2) Pemberian tugas-tugas atau perlakuan (treatment) secara khusus yang
sifatnya penyederhanaan dari pelaksanaan pembelajaran reguler. Adapun
penyederhanaan itu dilakukan oleh guru melalui:
Penyederhanaan isi/materi untuk KD tertentu.
Penyederhanaan cara penyajian.
Penyederhanaan soal/pertanyaan yang diberikan.
b) Materi dan Waktu Pelaksanaan Program Remedial
(1) Program remedial diberikan hanya pada KD-KD yang belum dikuasai.
(3) Setelah mengikuti tes/ujian KD atau blok terakhir. Khusus untuk remedi
terakhir ini hanya diberlakukan untuk KD atau blok terakhir dari KD atau
blok-blok yang ada pada semester tertentu.
3) Pelaksanaan Program Pengayaan
a) Cara yang ditempuh
Kondisi yang sebaliknya dari program remedial, di dalam kelas akan ada
peserta didik yang lebih cepat menguasai kompetensi yang ditetapkan. peserta didik
seperti ini perlu mendapatkan tambahan pengetahuan dan keterampilan sesuai
dengan kapasitasnya, melalui program pengayaan. Adapun cara yang dapat
ditempuh untuk program pengayaan (Direktorat Pembinaan SMA, 2010) adalah:
(1) Pemberian bacaan tambahan atau berdiskusi yang tujuannya
memperluas wawasan bagi KD tertentu;
(2) Pemberian tugas untuk melakukan analisis gambar, model, grafik,
bacaan/paragraf, dll;
(3) Memberikan soal-soal tambahan yang bersifat pengayaan;
(4) Membantu guru membimbing peserta didik lain yang belum mencapai
ketuntasan.
b) Materi dan Waktu Pelaksanaan Program Pengayaan
(1) Program pengayaan diberikan sesuai dengan KD yang telah dipelajari.
(2) Waktu pelaksaan program pengayaan adalah (Direktorat Pembinaan
SMA, 2010):
Setalah mengikuti tes/ujian KD tertentu;
Setelah mengikuti tes/ujian KD atau blok terakhir pada semester
tertentu. Khusus untuk program pengayaan yang dilaksanakan pada
akhir semester ini materinya juga yang berkaitan dengan KD-KD yang
terkait dengan blok terakhir dari blok-blok yang ada pada semester
tertentu.
4) Pelaksanaan Program Percepatan
Dalam kelas selalu memungkinkan terdapat peserta didik yang luar biasa
cerdas dan mampu menyelesaikan KD-KD lebih cepat dengan nilai yang baik pula.
peserta didik seperti ini memiliki karakteristik khusus yaitu tidak banyak
memerlukan bantuan seperti program remedial dan pengayaan, sebab mungkin
akan justru mengganggu optimalisasi belajarnya. Bentuk layanan terbaik yang
harusnya diberikan adalah program percepatan (akselerasi) secara alami dan bukan
dalam bentuk kelas akselerasi.
D. Pendekatan Saintifik (Ilmiah) dalam Pembelajaran
Sejalan diawalinya penerapan kurikulum 2013, istilah pendekatan ilmiah,
atau pendekatan saintifik, atau scientific approach menjadi bahan pembahasan yang
menarik perhatian para pendidik. Penerapan pendekatan ini menjadi tantangan guru
melalui pengembangan aktifitas peserta didik yaitu mengamati, menanya,
mencoba, mengolah, menyaji, menalar, dan mencipta.
Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar
dan Menengah telah mengisyaratkan tentang perlunya proses pembelajaran yang
ilmiah dalam proses pembelajaran ini sering disebut-sebut sebagai ciri khas dan
menjadi kekuatan tersendiri dari keberadaan Kurikulum 2013. Pendekatan ilmiah
diyakini merupakan jembatan perkembangan dan pengembangan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Dalam pendekatan atau proses kerja
yang memenuhi kriteria ilmiah, para ilmuwan lebih mengedepankan penalaran
induktif (inductive reasoning) ketimbang penalaran deduktif (deductive reasoning).
Penerapan pendekatan saintifik/ilmiah dalam pembelajaran menuntut
adanya perubahan setting dan bentuk pembelajaran tersendiri yang berbeda dengan
pembelajaran konvensional. Beberapa metode pembelajaran yang dipandang
sejalan dengan prinsip-prinsip pendekatan saintifik/ilmiah, antara lain metode: (1)
Problem Based Learning; (2) Project Based Learning; (3) Inkuiri/Inkuiri Sosial;
dan (4) Group Investigation (Ditjen Dikmen, 2013). Model-model ini menuntun
siswa untuk mengenal masalah, merumuskan masalah, mencari solusi atau menguji
jawaban sementara atas suatu masalah/pertanyaan dengan melakukan penyelidikan
(menemukan fakta-fakta melalui penginderaan), pada akhirnya dapat menarik
kesimpulan dan menyajikannya secara lisan maupun tulisan.
Berdasarkan teori konstruktivisme hasil belajar merupakan skor yang
diperoleh siswa setelah melalui proses pembelajaran. Pembelajaran yang dimaksud
adalah pembelajaran yang berlandaskan teori konstruktivisme yaitu siswa sendiri
yang bertanggung jawab untuk membangun pengetahuan dalam pikirannya melalui
kegiatan ilmiah, guru hanya sebagai fasilitator. Peran guru sebagai fasilitator pada
model Problem Based Learning tercermin dari penyampaian masalah-masalah
jawabannnya secara individu atau berkelompok. Guru hanya memberi bimbingan
seperlunya jika siswa mengalami kesulitan.
Pendekatan scientific dimaksud untuk memberikan pemahaman kepada
peserta didik dalam mengenal, dan memahami berbagai materi menggunakan
pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak
bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu kondisi pembelajaran
yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari
tahu dari berbagai sumber observasi, bukan diberi tahu (modul Diklat Kurikulum
2013, 2013).
E. Ruang Lingkup , Teknik, dan Instrumen Penilaian
Dalam penilaian dan pengajaran di dalam kelas, pembelajaran yang
diterapkan oleh guru harus memenuhi poin yang terkandung dalam Kompetensi Inti
(KI), seperti yang dikutip dari dokumen Kompetensi Dasar SMA/MA yang
diterbitkan oleh Kemendikbud pada tahun 2013.
Kompetensi Inti merupakan terjemahan atau operasionalisasi SKL dalam
bentuk kualitas yang harus dimiliki mereka yang telah menyelesaikan pendidikan
pada satuan pendidikan tertentu atau jenjang pendidikan tertentu, gambaran
mengenai kompetensi utama yang dikelompokkan ke dalam aspek sikap,
pengetahuan, dan keterampilan (afektif, kognitif, dan psikomotor) yang harus
dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas, dan mata pelajaran.
Kompetensi Inti harus menggambarkan kualitas yang seimbang antara pencapaian
Kompetensi Inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasi (organising
element) kompetensi dasar. Sebagai unsur pengorganisasi, Kompetensi Inti
merupakan pengikat untuk organisasi vertikal dan organisasi horizontal
Kompetensi Dasar. Organisasi vertikal Kompetensi Dasar adalah keterkaitan
antara konten Kompetensi Dasar satu kelas atau jenjang pendidikan ke
kelas/jenjang di atasnya sehingga memenuhi prinsip belajar yaitu terjadi suatu
akumulasi yang berkesinambungan antara konten yang dipelajari siswa. Organisasi
horizontal adalah keterkaitan antara konten Kompetensi Dasar satu mata pelajaran
dengan konten Kompetensi Dasar dari mata pelajaran yang berbeda dalam satu
pertemuan mingguan dan kelas yang sama sehingga terjadi proses saling
memperkuat.
Kompetensi Inti dirancang dalam empat kelompok yang saling terkait yaitu
berkenaan dengan sikap keagamaan (kompetensi inti 1), sikap sosial (kompetensi
2), pengetahuan (kompetensi inti 3), dan penerapan pengetahuan (kompetensi 4).
Keempat kelompok itu menjadi acuan dari Kompetensi Dasar dan harus
dikembangkan dalam setiap peristiwa pembelajaran secara integratif. Kompetensi
yang berkenaan dengan sikap keagamaan dan sosial dikembangkan secara tidak
langsung (indirect teaching) yaitu pada waktu peserta didik belajar tentang
pengetahuan (kompetensi kelompok 3) dan penerapan pengetahuan (kompetensi
Inti kelompok 4).
Penilaian hasil belajar peserta didik mencakup kompetensi sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan secara berimbag sehingga dapat
digunakan untuk menentuka posisi relatif setiap peserta didik terhadap standar yang
telah ditetapkan. Cakupan penilaian merujuk pada ruang lingkup materi,
kompetensi mata pelajaran/kompetensi muatan/kompetensi program, dan proses.
2. Teknik dan instrumen penilaian
Teknik dan instrumen yang digunakan untuk penilaian kompetensi sikap,
pengetahuan, dan keterampilan sebagai berikut:
a. Penilaian Kompetensi Sikap
Pendidik melakukan penilaian kompetensi sikap melalui observasi,
penilaian diri, penilaian “teman sejawat” oleh peserta didik dan jurnal. Instrumen
yang digunakan untuk observasi, penilaian diri, dan penilaian antar peserta didik
adalah daftar cek atau skala penilaian yang disertai rubrik, sedangkan pada jurnal
berupa catatan pendidik.
1) Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara
berkesimbungan dengan menggunakan indera, baik secara langsung
maupun tidak langsung dengan menggunakan pedoman observasi yang
berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati.
2) Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta
didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam
konteks pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunaka berupa lembar
3) Penilaian antar peserta didik merupakan teknik penilaian dengan cara
meminta peserta didik untuk saling menilai terkait dengan pencapaian
kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian antar
peserta didik.
4) Jurnal merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang berisi
informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik
yang berkaitan dengan sikap dan perilaku.
b. Penilaian Kompetensi Pengetahuan
Pendidik menilai kompetensi pengetahuan melalui tes tulis, tes lisan, dan
penugasan.
1) Instrumen tes tulis berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban singkat,
benar-salah, menjodohkan, dan uraian. Instrumen uraian dilengkapi
pedoman penskoran.
2) Instrumen tes lisan berupa daftar pertanyaan.
3) Instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah dan/atau projek yang
dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik
tugas.
c. Penilaian Kompetensi Keterampilan
Pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu
penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi
tertentu dengan menggunakan tes praktik, projek, dan penilaian portofolio.
Instrumen yang digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian yang dilengkapi
(1) Tes praktik adalah penilaian yang menuntut respon berupa keterampilan
melakukan suatu aktifitas atau perilaku sesuai dengan tuntutan
kompetensi.
(2) Projek adalah tugas-tugas belajar yang meliputi kegiatan perancangan,
pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam waktu
tertentu.
(3) Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara menilai
kumpulan seluruh karya peserta didik dalam bidang tertentu yang bersifat
reflektif-integratif untuk mengetahui minat, perkembangan, prestasi,
1 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif.
Penelitian ini memaparkan pemahaman guru Fisika terhadap pengertian dan
implementasi pembelajaran Fisika Kurikulum 2013 di SMA Kabupaten Mimika.
Penelitian kualitatif ini sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
dapat diamati.
Penelitian ini menggunakan penelitian terapan (applied research), penelitian
yang dilakukan dengan tujuan menerapkan, menguji, dan mengevaluasi
kemampuan suatu teori yang diterapkan dalam memecahkan masalah-masalah
praktis.
B. Subyek Penelitian
Subyek pada penelitian ini adalah 4 orang guru Fisika SMA Kabupaten
Mimika yang menerapkan kurikulum 2013 dalam proses pembelajarannya. Subjek
yang diambil terdiri dari guru Fisika SMA Negeri 1 Mimika, SMA YPPK Tiga Raja
Timika, dan SMA Advent yang dapat mewakili untuk mendapatkan informasi
penelitian mengenai pemahamanan guru Fisika SMA Kabupaten Mimika tentang
pengertian dan implementasi kurikulum 2013 dalam proses pembelajaran di dalam
C. Tempat Penelitian
Penelitian pemahaman guru Fisika SMA Kabupaten Mimika tentang
implementasi Kurikulum 2013 dalam proses pembelajaran di dalam kelas
dilaksankan di daerah Kabupaten Mimika khususnya pada 4 orang guru Fisika dari
SMA Negeri 1 Mimika, SMA YPPK Tiga Raja Timika, dan SMA Advent.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara. Instrumen
berisikan pertanyaan-pertanyaan untuk menjaring data tentang pemahaman guru
terhadap mata pelajaran Fisika kurikulum 2013 dan implementasi kurikulum 2013
khususnya pada pembelajaran Fisika. Untuk mengingat hasil wawancara peneliti
menggunakan rekaman.
E. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara (interview)
yang dilakukan dengan mewawancari guru Fisika SMA Kabupaten Mimika.
Jenis wawancara pada penelitian ini adalah Wawancara Bebas Terpimpin. Jenis wawancara bebas terpimpin adalah wawancara di mana pewawancara
melakukan interview dengan menggunakan pedoman berupa garis besar
Tabel 3.1. Pedoman wawancara
No Butir-butir Pertanyaan
1 Pengertian K.13 Apa konsep dasar K.13? (Student Centered)
2 Moral spiritual Bagaimana moral spiritual ditanamkan?
3 Budaya membaca Bagaimana guru mengembangkan budaya membaca buku teks dan
meneliti pada peserta didik dan
guru sendiri?
4 Meneliti Bagaimana cara guru
menyesuaikan kurikulum dengan
6 Teknologi informasi Apakah dalam proses KBM memakai media pembelajaran
Yang diperhatikan selama proses wawancara ini adalah tempat, waktu,
situasi, dan data wawancara itu sendiri. Data wawancara berupa rekaman suara
yang kemudian akan ditranskripsi menjadi kalimat.
E. Teknik Analisis Data
Dalam 3 tahap dalam menganalisis data:
1. Coding
Proses pertama dalam analisis data wawancara dalam penelitian kualitatif
adalah peng-coding-an.
2. Kategori
Proses kedua dalam analisis yaitu peng-kategori-an. Dalam tahap ini, basis
data bukan lagi per subyek tetapi per poin pertanyaan.
3. Membuat Kesimpulan
Tahap terakhir adalah menarik kesimpulan. Dalam bagian ini, ditilik terlebih
dahulu bagaimana perdapat yang paling banyak muncul dari para subyek,