• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Saran

G1 : Butuh. Sangat butuh. Tadi bisa diakali juga. Kalo misalnya kita, selama ini kan kita punya infokus ya. Dan Guru-guru juga kan punya, sudah punya laptop sendiri, punya modem sendiri. Jadi kita punya paket data sendiri Gurunya. Puji Tuhan Sekolah memfasiltasi, semua Guru sudah punya tablet, punya ini juga, punya laptop masing-masing ya, begitu. Jadi untuk pembelajaran tertentu siswa diperbolehkan ini ya, bawa laptop untuk mencari informasi. Tapi yang penting itu dia, kembali ke aturan Sekolah.

Kalo misalnya untuk pelajaran tertentu bisa dibuka untuk melihat pelajaran. Kalo udah seesai baru dikembalikan lagi ke ruang piket. Karena kadang-kadang ya taulah anak remaja, disalah-gunakan.

P : Berarti dikembalikan di ruang piket? Disimpannya di ruang piket? G1 : Iya di ruang piket. Nah jadi pada saat pelajaran baru merka ambil. P : Ibu sering menggunakan metode seperti demikian kalau di kelas?

G1 : Iya jadi kalau misalnya di kelas yang kita sudah ada, Puji Tuhan sudah ada juga tabletnya, kita sekarang kalau cari materi walau bukunya ga ada ya yang K13, kita tinggal cari di internet saja.

P : Nah itu kan pasti sudah direncanakan ya Bu, hari ini mau metode apa, besok mau metode apa ada dan seterusnya. Apakah dari apa yang ibu susun itu sudah sesuai dengan apa yang diinginkan ibu?

G1 : E berjalan ya berjalan sih. Tapi ya kalau 100% berjalannya seperti apa yang kita inginkan begitu ya tidak. karena kembali lagi ke siswa yang ada di Papua ini to. Khususnya yang ada di Tiga Raja ini. Siswa yang masuk, pengetahuannya ya itu, ga seperti yang di K13 yang dimaksudkannya. Yang “wah” begitu. Jadi yang datang, “income”nya yang masuk iu ya kemampuan dasarnya masih sangat rendah. Jadi kita sesuaikan dengan kondisi siswanya.

P : Menurut ibu apakah K13 sudah cocok dengan kondisi dan karakter siswa yang ada di sini bu?

G1 : Menurutnya mau sih. kalo kurikulum 2013 sih cocok-cocok saja di sini. Apalagi kondisi di Timika ini yang karakter siswanya, orang di sini ini ya tidak bisa diatur begitu. Jadi misalnya penilaian yang pertama di K13 ini adalah sikap atau karakter dari siswa, mereka kan pasti kalo kita tekankan, apalagi kalau di K13 to, “tidak boleh nilai C, cuma A, itupun kalo B cuma 1” mereka pada udah takut. Jadi K13 ini membuat mereka semakin disiplin,

karakternya makin baik. Ya kita lihat karakter atau perkembangan siswanya begitu. Ya bagus sih kalo kita lihat.

P : Kurikulum 2013 menekan karakter yang “tidak baik” atau memunculkan yang baru mam?

G1 : Kalau K13 itu sih leih kepada mengarahkan siswa jadi lebih baik. Artinya karakter-karakter yang buruk itu bisa diredam.

P : maksudnya karakter yang kurang baik itu seperti apa bu?

G1 : Misalnya, anak-anaknya kan malas. Siswanya yang malas, siswanya yang suka terlambat, yang kurang disiplin dalam mengerjakan tugas tu yang terutama. Nah sekarang dengan adanya K13 itu penilaian yang utama adalah sikap. Nah mereka kan juga ke Sekolah kan makin ontime. Lebih ini to, disiplin dalam waktu, disiplin dalam mengerjakan tugasnya. Jadi istilahnya mendorong mereka jadi makin baik begitu.

P : Nah dalam menilai. Tadi kan ibu sudah sempat bercerita, jadi kayak misalnya sikap dari awal kan sudah kelihatan ya dari awal mereka masuk kelas, sikapnya seperti apa. Tapi kalau dalam penilaian sendiri. Nilainya. Pemberian nilainya dia masuk kategori anak yang bagaimana itu gimana Bu?

G1 : Oh, kalau misalnya penilaian sikap ya.. kita kan tiap harinya sudah membuat catatan sendiri dengan siswa yang ini. Jadi kita bisa menilai sikapnya. Apalagi kalo raport sekarang ya. Raport K13, sikapnya, keterampilannya, pengetahuannya dideskripsikan. Jadi dia kurangnya di mana, bagusnya di mana, nanti Guru setiap mata pelajaran menguraikan. Jadi tiap kita masuk di dalam kelas dalam proses pembelajaran, kita menilai sikapnya anak. Nah nanti kita ambil proses penilaian untuk raport. Nilai raportnya ya rerata dari setiap pertemuan. Kita ambil untuk penilaian. P : Berarti ibu punya catatan untuk setiap siswa?

G1 : Ya pastikan Guru punya kelemahan tersendiri. Guru 1 dengan siswa yang 40 misalnya. Pasti kewalahan Gurunya menilai satu per satu begitu. Jadi kita lihat, setiap kita keluar dari kelas atau apa saat kita di kelas, kita mengecek. “oh iya ini siswanya yang paling bagus, ini yang tidak” begitu. Jadi kita ya sudah, setiap pertemuan kita sudah cek. Kita bisa melihat siswanya ini dari setiap pertemuan begitu.

P : Jadi dilihat hari itu siapa yang paling ekstrem begitu?

G1 : Hu’um, jadi kita lihat siapa yang paling baik dan tidaknya begitu. P : Nah itu kan buat menilai sikap Bu, kalau yang 2 lainnya?

G1 : Kalau keterampilan sih bisa dilihat kalau kita praktikum. Keterampilannyabagaimana, kita bisa lihat juga kalau pada saat mereka kerjasamanya bagaimana dalam melakukan praktikum. Dari pengetahuannya sih dari sehari-hari yang kita lihat. Dari bagaimana keaktifannya bertanya dan menjawab begitu. Dan kalau untuk pengetahuan di sini kan ada dari ulangan-ulangan hariannya juga. Ada postest dan pretest juga, terus ada ujian mid semesternya. Dari semuanya itu kita kumpulkan nilainya baru kita masukan nilai untuk pengetahuan begitu.

P : Kalau pengetahuan/kognitifnya tadi mam, bagaimana mam memilih metode ealuasi mereka?

G1 : Kalau mam, mengajarnya itu, setiap masuk materi misalnya KD itu untuk pengukuran, kita sudah kasih pretest karena mereka kan sudah dapat materinya di SMP misalnya, jadi ya kita kasih pretest, sampe terakhir kasih postestnya. Jadi kita lihat sejauh mana kita dapat, dan setiap KD kita menilainya. Setiap KD selesai kita pasti ulangan harian. Jadi setiap 1 KD, ulangan harian, setiap 1 KD ulangan harian begitu. Jadi dalam tiap semester itu mungkin ada 4 ulangan harian. Berarti 2 KD itu nanti sesuadah mid dan 2 KD lagi udah ulangan semester. Jadi per KD dia ulangan harian.

P : Nah kalau misalnya kemudia ada yang di bawah standart, ada yang di bawah KKM itu bagaimana cara mengatasinya?

G1 : Kalau misalnya ada yang di bawah KKM, di bawah standart, itu kita kasih remedial. Jadi ada, Sekolah ada kasih waktu remedial itu anak-anak yang di bawah KKM. Ya dikasih waktu seminggu biasanya. Jadi anak yang remedial ketemu sama Gurunya. Jadi misalnyanya mam mengajar Fisika, ada beberapa yang di bawah KKM, dikasih waktu buat remedial. Jadi kita kasih waktu khusus biasanya 1 minggu.

P : Kalau proses remedialnya mam sendiri bagaimana?

G1 : Aa kita kan lihat nilainya kan per KD-KD ya, jadi yang mereka ulangi lagi itu adalah yang KD yang nilainya kurang. Seperti itu. Bukan semuanya lagi diulangi. Tapi yang kurang aja, itu yang dikasih remedial. Jadi yang dikasih itu ya perorang beda. Bukan secara klasikal begitu. Jadi setiap orang itu beda yang dikasih itunya. Tapi tetap tulisan ujiannya.

P : Bagaimana perlakuan untuk mereka yang sudah lulus atau nilainya sudah di atas KKM?

G1 : Kalau dari Sekolah ada pengayaan. Kan yang sudah di atas KKM nilainya kita bisa lanjut ke materi selanjutnya, ke KD selanjutnya begitu.

P : Kan biasanya ada pengajaran teman sejawat begitu nah bagaimana menurut mam tentang itu? Apa bisa diterapkan di sini?

G1 : Sangat baik dan sangat bagus ya. Misalnya mam begitu, kalo lagi mengajar di kelas, kadang kan ga semua siswa dapat ya, ga semua siswa mengerti. Nah kadang kalo temannya yang jadi tutor sebaya misalnya mereka yang sudah bisa, lumayan mengerti begitu, ya jadi lebih paham kalau ibu suruh maju ke depan atau istilahnya mengajari temannya. Lebih bisa mengerti mungkin karna bisa bahasa temannya, mereka oke begitu. Jadi mam ya sangat setuju kalo misalnyam amat mendukung ya kalau ada gitu. Teman sebaya yang mengajar gitu.

P : Kalau mam bagaimana? Dalam pembelajaran apakah mendukung atau dalam artian bilang “kamu tolong jadi ini ya, diajari dulu dia..”

G1 : Iya, dan biasanya seperti itu. Kan kadang kan Guru ga bisa kan liat semuanya ya. Jadi ya ada yang tadi, lebih paham, pasti kita suruh itu “coba lihat temanmu”. Misalnya juga kita ga kumpulkan yang pintar dengan yang pintar. Pasti kita baurkan. Jadi yang agak lumayan, yang lebih mengerti, yang lebih pintarnya kita gabungkan dengan yang lebih ini, yang kurang. Jadi mereka lebih menjadi tutor buat yang lainnya. Jadi ibu memang sangat mengharapkan yang kayak gitu.

P : Nah Ibu, pertanyaan terakhir. Kan akhirnya SMA YPPK Tiga Raja ini memilih untuk tetap mempertahankan K13 ketimbang balik ke KTSP. Apakah Ibu, hm atau bagaimana pandangan Ibu tentang itu? Apakah sebenarnya pengennya balik saja atau justru sangat mendukung?

G1 : Kalau Ibu sih mendukung terus dijalankan K13. Penilaiannya yang sangat bagus menurut Ibu. Ibu mengutamakan sikap ya. Cuma 1, sarprasnya yang harus dilengkapi lagi. Kalau didukung ya, harus didukung. Jangan mundur gitu. Kita sudah 3 tahun kurikulum 2013 ya kita lanjutkan. Jangan pernah mundur dan kembali ke KTSP. Banyak Sekolah lain yang kembali ke KTSP, ya kita jangan. Karena kurikulum 2013 ini bagus kalau diterapkan secara maksimal. Bagus perkembangan siswanya. Baik untuk mengali keterampilan Gurunya juga jadi bagus.

P : Oke, kalau begitu terima kasih Ibu, Sekian wawancara kita. Semoga tambah baik lagi.

Transkrip Wawancara II (Guru 2)

Sekolah : SMA Negeri 1 Mimika Timur Tanggal : 18 Februari 2016

Jam : 10:03 WIT - 10:33 WIT Durasi : sekitar 30 menit 4 detik

Lokasi : Ruang Guru SMAN 1 Mimika Timur Kondisi : Riuh

Jumlah Orang : sekitar 20 orang

Pewawancara : Baik, selamat pagi Pak. Terima kasih atas kesempatan dan berkenannya Bapak untuk diwawancarai. Saya Maria Agatha Ayang dari Universitas Sanata Dharma, program studi Pendidikan Fisika. Sebelumnya, maaf ini dengan Bapak?

Guru 2 : Boi dari SMA Negeri 1 Timika.

P : Oh ya Pak, di sini bahan yang ingin saya teliti adalah Implementasi Kurikulum 2013 dalam proses pembelajaran. Jadi bagaimana implementasinya di kelas. Oke, sebelumnya saya ingin tau, menurut Bapak bagaimana sih kurikulum 2013 itu? Mungkin kalau dari keunggulannya dibanding kurikulum sebelumnya, atau apa yang Bapak tangkap dari kurikulum 2013 ini?

G2 : e yang jelas kalau saya lihat dari kondisi, apalagi Sekolah yang sekarang ii dan mungkin di seluruh Indonesia, dengan fasilitas yang ada, masih sangat susah untuk K13. Kenapa? Karena kan tuntutan dari K13 itu. Kendalanya lagi paling banyak dipenilaiannya itu. Penilaiannya sangat banyak. Terus, jadi sangat tidak berhubungan. Artinya bertolakbelakang dengan harapan. Harapan yang diharapkan di kelas dengan tuntutan kurikulum. Kenapa saya katakan begitu? Karena kan K13 itu mengharuskan penilaiannya sangat

banyak. Hars kita mengenal karakter anak. Ya ini kan K13 itu orientasinya pendidikan karakter. Sementara di banyak Sekolah itu harus mengajar banyak siswa. Seperti saya ini mengajar 4 kelas. Dengan jumlah siswa sekitar 40 orang per kelas. Nah, jadi kendala itu pendidikan karakter ini. Jadi ini memang sudah sangat bagus membuat anak lebih memahami pembelajaran yang sebenarnya karena orientasinya ke anak. Tapi dengan fasilitas yang ada, dan yang kedua, seperti yang kita tau, terus terang kemampuan dari anak didik kami ini ya.. saya tidak bilang di bawah rata-rata, tapi memang kalau SDMnya kita masih banyak kendala. Kenapa? Tanpa dibimbing langsung dalam misalnya penyelesaian soal, penggunaan rumus. Kalau kita ga bimbing langsung, ga akan selesai-selesai.

P : jadi K13 masih sulit diterapkan di sini Pak?

G2 : menurut saya masih banyak, e masih ada kendalalah. Masih ada kendala tentang fasilitas. Kemudian e basic kemampuan anak kami sih. Artinya masih membutuhkan bimbingan langsung. Sementara K13 kan memuat anak menerjemahkan sendiri.

P : Jadi menurut apa apa sih intisari dari Kurikulum 2013? Apa yang ingin ditonjolkan di sana?

G2 : Kalau saya lihat K13 itu karakter sebenarnya. Pendidikan karakter. E sistem yang ada ini memang sangat bertolakbelakang dengan keadaan. Tuntutan di anak-anak itu kan e masalahnya begini. Pendidikan ini pendidikan karakter. Anak misalnya dituntut harus punya icon sendiri. Jadi, tapi secara umum kurikulum di Indonesia itu sangat, saya maih bingung apa sih tujuan kurikulum ini. Artinya begini, bingungnya itu, bayangkan sekarang kalau orang misalkan mau masuk suatu jurusan. E ada anak misalkan mau masuk pendeta lah. Dia mau masuk pendeta setelah dia lulus SMA. Kalau dia tidak lulus fisika kan dia tidak lulus semua. Kalau dia tidak lulus kimia, ga lulus juga. Ga lulus biologi, ga lulus juga. Apakah mau jadi pendeta itu memang harus memahami kimia? Kan ga relevan. Jadi

kemudian, okelah di daerah sekarang ini ada Sekolah teologia yang minta. Kemudian yang penilaiannya itu, kedalanya di sosialisasi yang kurang. Apalagi di daerah seperti ini kan e baru di Sekolah ini masih mendinglah, masih ada kegiatan. Beberapa kali diundang ke luar. Meskipun yang diundang hanya beberapa orang, tapi masih mendinglah masih ada. Masih sedikit lebih mudah untuk memahami K13. Tapi kalau saya lihat teman-teman lain di Sekolah yang lain, yang tidak pernah dipanggil dan tidak pernah pelatihan, hanya “oh ini ya K13?”. Jadi kalau kami udah upayakan. Walaupun masih banyak kendala dalam penerapan di kelas. Tapi memang kalau K13 itu kalau lihat hasilnya ke siswa, tapi mau tidak mau masih ada sesi-sesi yang perlu kami lakukan untuk membimbing anak-anak, terutama untuk bidang-bidang yang eksak seperti kimia, fisika, metematika, masih seperti itu.

P : Kalau melihat kondisi yang seperti demikian, Bapak sendiri bagaimana menerapkan Kurikulum 2013 di dalam kelas?

G2 : kalau saya tetap berpikir saya mengajar buat anak, untuk masa depan anak, unutk kemudian anak ini mau jadi seperti apa. Begini, jadi sekarang ini, dengan sistem pendidikan yang seperti ini, kita bingung. Misalkan anak ini mau jadi seorang polisi saja, misalkan bintara itu kan harus 6,0. Akademi itu harus 7,0. Kita ajarkan pendidikan karakter di Sekolah, tanpa kita lihat konitifnya. Nanti ujian nasional, dia selesai sudah. Nanti kalau UN nilainya ga bagus, ga bisa masuk polisi juga. Nilai UN ga sampai 6,0 ga bisa masuk bintara polisi, ga bisa masuk bintara TNI. Jadi dia mau jadi apa? Jadi tujuan kita, apalagi kalau kita di kelas 12 seperti ini, tujuan akhirnya bagaimana dia bisa menjawab soal UN nanti dan nilainya baik. Supaya ketika dia lulus dari SMA, mau dia jadi bntara polisi atau tentarabisa. Kalau tidak seperti yang kemarin itu kan, yang anak-anak di bawah 6,0 ga bisa mendaftar. P : Nilai masih menjadi hal yang penting ya

G2 : Nilai tetap menjadi hal yang penting. Kalau seandainya pemerintah menginginkan pendidikan karakter, tapi tidak bisa jadi ukuran, implikasinya nanti, kelanjutannya nanti buat anak-anak yang jadi masalah. Ini yang jadi persoalan. Ketika anak-anak tidak mencapai nilai 7,0 rata-rata UN, maka dia tidak akan bisa mendaftar angkatan. Dia tidak akan bisa mendaftar di IPDN. Kalau tidak mencapai rata-rata 7,0 untuk matapelajaran UN. Sedangkan di UN ga ada pertanyaan karakter. Yang ada pertanyaan kognitif. Mau tidak mau sekarang ini kami hanya, e kami lebih fokus ke arah kan anak-anak itu bagaimana dia bisa menjawab soal.

P : Berarti Bapak kan harus tetap menilai sesuai dengan KI-KI yang ada di K13 ya. Nah untuk yang pertama, menurut Bapak KI berapa yang paling sulit untuk ditekankan ke siswa.

G2 : e yang paling memang taulah ya karakter kan kalau di sini karakternya keras. Karakter anak to. Kemudian kalau yang saya lihat yang paling terutama kalau di kelas 12 ya kita fokus ke situ saja, bagaimana dia menjawab soal. Yang paling susah kalau di sini berarti kan kita kan tuntut anak kreatif, tapi kalau basicnya kurang, bagaimana saya mau ajarkan dia misalkan tekanan, kalau perkalian saja masih kendala, pembagian aja masih kendala. Iya kan? E mengelola pembagian pengurangan perkalian itu masih susah. Jadi memang sangat artinya ada kendala dari pengetahuan anak juga. Juga kan nanti di tujuan akhir harus memikirkan bagaimana kelanjutan Sekolahnya.

P : Jadi yang sulit masih keterampilan karena sulit kognitif juga ya Pak? G2 : termasuk kesulita. Kemudian kalau keterampilan, fasilitas di Sekolah ini

kan secara umum kalau saya lihat, ketika saya pernah pertemuan di Jakarta, saya tanya ke bagian NTT, ya bagian timur lah kaya Ambon sana, kendalanya sama. Di Sekolah ini masih sangat minim yang namanya mendukung, e mendukung karakter. Jadi setiap Sekolah harus bikin keasi mau bikin kayak apa. Ya carilah yang sesederhana mungkin. Sangat

miinimlah. Jadi seandainya pemerintah sudah melihat K13 ini harus dibarengi juga dengan penunjangan fasilitas yang ada.

P : Kalau Bapak sendiri di luar itu, kan KI kan G2 : Moral.

P : Nah Bapak sendiri di luartanggung jawab menilai sikap, Bagaimana trik Bapak untuk membangun itu (pada diri siswa)?

G2 : Kalau yang kita lakukan, senin kan sudah pasti. Setiap senin kan upacara. Pembinaan karakter juga. Kemudian kalau di sini kan sebelum pembelajaran itu harus diarahkan dulu anak-anak. Ya diperingatkan kalau misalnya ada yang bolos. Harus briefing ulang. Banyak kendala sikap itu selalu kita arahkan. Karena ini juga kan digunakan sebagai SMA model. Ini kan SMA 1 ini digunaka sebagai SMA model d i Indonesia dari 300 Sekolah yang dipilih. Jadi kami memang mengembangkan itu. Dan kami berusaha mengembangkan K13 itu. Tapi memang jadi kendala itu, fasilitas yang kurang mencukupi.. ini sedang diupayakan melengkapi fasilitas supaya ke depan e K13 ini bisa dilaksanakan sesuai tuntutan kurikum. Kalau sekarang kami bekerja masih dari 2 sisi. Karena e kemampuan anak tetap harus kami pertimbangkan. Kemudian yang kedua e seperti itu tadi, dengan kejadian tahun kemarin, nilai UN itu menjadi acuan. Maka tahun ini kami berusaha keras membuat bahwasannya pendidik, e proses pembelajaran bisa masuk. Karena kalau kami bicara karakter, tapi ketika nasional mengukur bukan karakternya, yang diukur kognitifnya kan ga fair juga. Ya okelah kalau memang kita diberi kepercayaan menilai anak ini mau seperti apa, tapi acuan pemerintah janganlah di Perguruan Tinggi. Okelah ga apa-apa, tapi kalau misalkan nilainya kurang? Ga dapat di Perguruan Tinggi Negri favorit misalkan. Tapi yang jadi persoalan kalau misalkan masuk bintara itu kan ukurannya 6,0. Jadi kami harus berusaha biar anak-anak ini bisa menjawab soal dulu. Kalau tidak tercapai kan baru dia mau jadi apa?

P : Kalau di dalam kelas bagaimana Bapak mencapai KI-KI yang diinginkan? Mungkin bisa kaitannya dengan pelajaran Fisika.

G2 : Fisika mendukung nilai moral. Nilai kan memang agak rumit. Saya juga bingung dengan pemerintah tentang ini. Tapi mungkin mereka mungkin sudah mengkaji ya. Tapi memang saya lihat, agama kan sudah ditambah menjadi 3 jam. Bayangkan, agama itu 3 jam, PKn itu 2 jam, fisika hanya 4 jam. Padahal dia jurusan IPA. Jadi saya juga tidaktau pertimbangan yang lain. IPS itu kan ada matapelajaran wajibnya, sejarah. Sejarah itu kan 6 jam. Sejarah itu 6 jam di kelas IPS. Itu jurusannya. Yang lebih aneh lagi tahun ini, kami kan K13. Anak IPS kan sejarahnya matapelajaran wajib, tapi tidak di-UN-kan. Padahal selama ini kami ajarakan 6 jam, tapi tidak di-UN-kan. Alasannya kan sekarang kan ujian nasional itu kan irisan. Ujian itu irisan. Irisan antara kurikulum 2013 dan KTSP 2006. Jadi kan saya bilang ini memang agak, tidak tau pertimbangannya. Tapi kemudian saya berpikir kalau yang diajarkan sejarah tapi kemudian tidak terpakai, tidak terukur nani. Ini memang tidak tau kebijakannya seperti apa. Kita harap ada kajian-kajian yang lebih mendalam dari kementrian juga, karena menyangku pembagian jam juga. Karena seperti kimia itu saya rasa sangat kurang ya. Sangat sangat kurang. Apalagi dihubungkan dengan kemampuan anak. Jadi kalau di sini karena saya ini kurikum, kelas X itu kan hanya 3 jam fisikanya. Ada celah untuk menambah jam, saya tambahkanlah fisikanya 1 jam, kimia 1 jam, jadi 4 jam. Artinya itu untuk sedikit menambah. Nanti kelas XII kalau kami mau tambah lagi, nanti jam pulangnya terlalu sore. Karena kan anak-anak ada yang tempatnya jauh.

P : Kalau untuk menilai kemampuan anak, biasanya Bapak bagaimana? G2 : Kita buat praktek. Ada sih peralatan yang kita buat ada. Tapi itu jga kan

sudah lama. Jadi apa yang ada kita gunakan. Kemudian keterampilan biasanya kita nilai dengan membuat makalah oleh anak-anak dan praktikum.

P : metode yang paling sering Bapak gunakan di kelas?

G2 : kalau untuk Fisika yang paling sering itu diskusi. Diskusi dengan kasus.

Dokumen terkait