• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV DATA DAN ANALISA

B. Pemahaman Guru terhadap Pembelajaran Fisika

Dari hasil wawancara dengan Guru ke-1, Guru ke-2, dan Guru ke-3 (lihat Lampiran 3) didapatkan hasil bahwa pemahaman guru SMA di Kabupaten Mimika hanya sebatas mengetahui bahwa kurikulum 2013 adalah kurikulum yang bertitik berat pada pendidikan karakter. Guru berpendapat bahwa kurikulum 2013 memberatkan guru pada penanaman nilai sikap semata sehingga tidak begitu fokus pada faktor kognitif. Hal ini dianggap kurang relevan dan kurang cocok dengan kondisi dan lingkungan di Papua, khususnya Timika.

Berbeda dengan yang dipahami guru, kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang menuntut peserta didik untuk belajar mandiri, kurikulum 2013 juga merupakan kurikulum yang mengeksplor kamampuan yang dimiliki oleh peserta didik sesuai dengan minat mereka. Sedang yang dimaksud dengan penekanan karakter dalam kurikulum, mengacu pada kompetensi inti yang terkandung dalam kurikulum. Karakter ini dimaksud untuk membangun kemauan, mengembangkan potensi dan kreativitas, serta meningkatkan daya saing peserta didik di era global.

Hal ini sejalan dengan teori yang diungkapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengenai kurikulum 2013 yaitu kurikulum yang berbasis kompetensi, kurikulum yang dikembangkan dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan kemampaunnya sesuai dengan minat dan kemampuan yang mereka miliki. Pembelajaran kurikulum 2013 adalah model pembelajaran yang dimana perencanaan, pelaksanaan dan penilaian mengarah pada kompetensi tertentu.

Dari hasil wawancara terlihat juga bahwa sebagian besar guru tidak mengaitkan kurikulum dengan bidang studi yang diampu. Guru memahami kurikulum 2013 hanya sebagai “pembungkus” kurikulum sekolah, namun tidak masuk ke dalam pengajaran bidang studi itu sendiri. Padahal melalui kurikulum 2013, pelaksanaan pembelajaran Fisika secara umum dapat membekali peserta didik dengan sangat baik, di samping dalam kegiatan akademik peserta didik juga dibekali dengan keterampilan lainnya. Dalam pembelajaran Fisika, peserta didik memiliki kompetensi karena Fisika tidak hanya diajarkan melalui pembelajaran teori tetapi juga pembelajaran praktek. Dalam segi materi pun kurikulum 2013 lebih sedikit dan benar-benar memperhatikan kompetensi yang ingin dicapai dari pembelajaran Fisika.

Sayang sebagian besar guru Fisika belum benar-benar dapat membedakan kurikulum 2013 dengan kurikulum KTSP, dengan menganggap perbedaan kedua kurikulum tersebut sebatas penekanan pada nilai karakter dan instrument penilaian.

Alokasi waktu yang ditambah menjadikan pembelajaran Fisika dapat berjalan dengan optimal. Sebaliknya yang diungkapkan Guru ke-2, alokasi waktu untuk

pelajaran Fisika justru kurang. Guru ke-2 berpendapat bahwa pembagian waktu dibandingkan dengan pelajaran yang lain tidak seimbang.

“Bayangkan, agama itu 3 jam, PKn itu 2 jam, fisika hanya 4 jam. Padahal dia jurusan IPA. .. Sangat sangat kurang. Apalagi dihubungkan dengan kemampuan anak. Jadi kalau di sini karena saya ini kurikum, kelas X itu kan hanya 3 jam fisikanya. Ada celah untuk menambah jam, saya tambahkanlah fisikanya 1 jam” (Wawancara tanggal 18 Februari 2016).

Dari hasil pemaparan di atas diketahui bahwa belum seluruh guru Fisika memiliki pemahaman yang seragam dan benar-benar memahami tentang kurikulum 2013. Sebagian kecil mengerti dengan baik, namun sebagian besar lainnya tidak. Seperti yang terlihat dari kutipan hasil wawancara kepada guru Z:

“hm. Ya saya kurang paham sih K13 itu seperti apa. Tapi dengar-dengar, yang saya tau ya, K13 itu mengacu pada pendidikan karakter siswa. Jadi makanya bisa berdampak juga pada perubahan penilaian. Hal-hal yang kita nilai jadi banyak. Ada menilai sikap moral anak juga. Jadi K13 ada penekanan tambahan ke pendidikan karakter anak. Tapi kalau yang lain sih saya rasa penerapannya dalam pembelajaran sih sama saja. Saya tetap mengajar seperti cara saya. Menurut saya lho ini ya mbak, pendidikan karakter. Kalau yang lebih jelas mungkin pak Bo*i yang tau. Kalau saya ya itu tadi. Tidak tau benar tidak tau salah”. (wawancara tanggal 18 Februari 2016)

Faktor yang mempengaruhi tidak seragamnya pemahaman guru terhadap K13 yaitu informasi yang diberikan kurang merata sehingga ada sebagian guru yang sudah mendapatkan informasi yang cukup, tetapi ada juga yang belum mendapatkan informasi dengan baik. Sosialisasi yang diberikan juga kurang maksimal dan waktu yang tersedia hanya sedikit, sehingga guru belum dapat memahami sepenuhnya tentang kurikulum 2013. Para guru hanya mendapat informasi secara garis besar saja dan tidak mendalam.

Dalam “mengakrabkan” guru dan kurikulum 2013, banyak upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah. Salah satu upaya adalah melakukan sosialisasi kurikulum 2013 ke daerah-daerah, tetapi yang terjadi di lapangan tidak sesuai dengan yang diharapkan, masih banyak langkah-langkah yang perlu dilakukan oleh pemerintah untuk memberikan informasi yang relevan bagi para guru khususnya untuk guru Fisika SMA Kabupaten Mimika.

Dari pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan tentang pemahaman guru Fisika terhadap kurikulum 2013 khususnya pada pembelajaran Fisika masih kurang baik karena belum dapat benar-benar membedakan Kurikulum 2013 dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan serta masih belum benar-benar mengerti hal-hal utama dalam kurikulum 2013

2. Pemahaman Mengenai Kompetensi Inti

Dari hasil wawancara kepada salah seorang guru, terlihat bahwa pemahaman Guru tersebut mengenai ke-4 KI yang ada di dalam K13 tidak begitu jelas. Namun guru tersebut mengetahui bahwa terdapat poin mengenai sikap, kognitif, dan keterampilan, walau hanya saja garis besar. Berbeda dengan Guru ke-1 dan guru ke-4 yang terlihat mengetahui secara jelas isi dari setiap KI. Kedua guru tersebut menyebutkan bahwa KI I berkaitan dengan nilai moral, di mana tidak hanya mengenai keimanan tetapi juga berkaitan dengan bagaimana sikap peserta didik dalam lingkungan belajarnya bersama teman dan kepada guru. Kedua guru juga menggambarkan bahwa KI II dapat terlihat sebagaimana peserta didik bekerja sama dengan teman sebaya baik dalam belajar individual maupun dalam diskusi kelompok. Sementara KI III tentang bagaimana kemampuan kognitif peserta didik

mengolah pengetahuannya dan KI IV mengenai keterampilan kerja peserta didik. KI IV bagi Guru ke-1 dan Guru ke-4 merupakan KI yang paling sulit dinilai karena berkaitan dengan kemampuan psikomotorik peserta didik seperti dalam mengerjakan proyek dan praktikum. Kesulitan tersebut dikarenakan sarana dan prasarana sekolah yang kurang memadai. Pemahaman guru akan kesulitan menilai KI IV telah menunjukan pemahaman guru tentang KI tersebut.

Tetapi dari hasil wawancara kepada Guru ke-3, dipaparkan bahwa Guru tidak memahami KI-KI yang ada dalam K13.

“.. Yang jelas mendidik biar dia menjadi manusia yang baik itu sudah pasti. Saya sih pikirnya gini ya mbak. Saya sudah digaji dari uang orang tua murid yang menitipkan anaknya. Jadi saya tidak mau sibuk dengan memikirkan administrasi, arti kurikulum, dll yang paling penting buat saya adalah mendidik dan mengajar. Kita tidak tau besok anak yang kita didik mau jadi apa, akan jadi apa. Tapi kita ebrusaha apapun jadinya dia, itu yang terbaik buat dia. Jadi berusaha kebutuhannya terpenuhi” (wawancara tanggal 18 Februari 2016).

Hal yang menyebabkan guru tidak memahami dengan baik 4 KI adalah fokus guru berpusat pada pengajaran kepada peserta didik di kelas. Kompetensi inti dianggap semata-mata sebagai bagian dari tata kurikulum.

Secara keseluruhan, belum seluruh guru Fisika SMA di Kabupaten Mimika memahami 4 KI yang terkandung di dalam K-13 dengan baik. Walaupun terdapat guru yang pemahamannya baik mengenai KI, namun terdapat guru lain yang secara jelas belum memahami 4 KI yang ada. Hal ini dipengaruhi pelatihan kepada guru tidak menyeluruh. Tidak semua guru menerima pelatihan, sehingga informasi hanya melalui mulut ke mulut. Penyampaian seperti ini mengakibatkan informasi tidak sampai ke seluruh guru secara penuh dan jelas. Melihat hal tersebut, baik

adanya dilakukan pelatihan kepada guru di daerah dan kesediaan guru untuk siap belajar kembali.

Dokumen terkait