• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Teori Perkembangan Kognitif Piaget dalam Pendidikan Piaget bukan seorang pendidik, namun ia memberikan landasan

Dalam dokumen PERKEMBANGAN KOGNITIF MENURUT BEBERAPA A (Halaman 62-66)

C. IMPLEMENTASI TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF DALAM PENDIDIKAN

1. Implementasi Teori Perkembangan Kognitif Piaget dalam Pendidikan Piaget bukan seorang pendidik, namun ia memberikan landasan

konseptual yang sehat bagi dunia pendidikan. Berikut beberapa pemikiran Piaget yang dapat diterapkan untuk mendidik anak: 90

a. Gunakan pendekatan konstruktif

Piaget menekankan bahwa anak-anak belajar dengan baik ketika mereka aktif dan mencari solusi secara mandiri. Piaget melawan metode-metode pengajaran yang memperlakukan anak sebagai penerima yang pasif. Implikasi pendidikan dari pandangan Piaget adalah bahwa dalam semua pelajaran, semua murid akan belajar baik dengan melakukan eksperimen, dan berdiskusi, ketimbang hanya membabi buta menirukan guru atau melakukan sesuatu secara hafalan. b. Melakukan pembelajaran fasilitatif seperti pembelajaran langsung

Guru-guru yang efektif mendesain situasi-situasi yang membiarkan murid-muridnya belajar sambil bertindak. Situasi-situasi sepeti ini mengembangkan penalaran dan kreativitas murid. Guru mendengar, 90 John W, Santrock, Perkembangan Anak, op. cit., h 260-261

memperhatikan, dan memberi pertanyaan pada murid, untuk membantu mereka meraih pemahaman yang lebih baik. Jangan hanya menilai apa yang dipikirkan para murid dan hasilnya. Lebih baik, secara teliti amatilah mereka dan pahami bagaimana mereka berpikir. Tanyakan pertanyaan-pertanyaan yang relevan untuk merangsang pemikiran mereka, dan mintalah mereka menjelaskan jawaban mereka. c. Pertimbangkan pengetahuan anak dan tingkat pemikiran mereka

Murid tidak datang ke kelas dengan pikiran yang kosong. Mereka memiliki banyak pemahaman tentang dunia fisik dan alam. Mereka memiliki konsep-konsep tentang ruang, waktu, kuantitas, dan sebab- akibat. Pemahaman ini berbeda dengan pemahaman-pemahaman orang dewasa. Guru perlu menerjemahkan apa yang dikatakan seorang murid dan meresponnya secara yang tidak terlampaui jauh dari tingkat pemikiran mereka. Piaget juga menyarankan pentingnya menilai kesalahan-kesalahan anak dalam berpikir, bukan saja untuk membenarkan cara berpikir mereka tetapi juga untuk membimbing mereka menuju tingkat pemahaman yang lebih tinggi.

d. Gunakan penilaian yang bersinambungan

Makna-makna yang terkonstruksi secara individual tidak dapat diukur dengan tes-tes yang distandarkan. Portofolio matematika dan bahasa (yang terdiri dari pekerjaan yang belum selesai maupun hasil kerja yang lengkap), musyawarah-musyawarah dimana murid dapat mendiskusikan strategi-strategi pemikiran mereka, serta penjelasan- penjelasan verbal dan tertulis dari murid tentang pemikiran-pemikiran mereka dapat digunakan untuk mengevaluasi kemajuan mereka. e. Tingkatkan kesehatan intelektual murid

Bagi Piaget, pembelajaran anak seharusnya terjadi secara alamiah. Anak-anak seharusnya tidak dipaksa dan ditekan untuk belajar terlalu banyak dan terlalu dini dalam perkembangan mereka, sebelum mereka siap dan matang. Banyak orang tua menghabiskan berjam-jam setiap harinya memegang kartu-kartu bertuliskan kata-kata tertentu untuk meningkatkan kosakata bayi mereka. Dalam pandangan penganut paham Piaget, hal seperti itu bukanlah cara terbaik bayi belajar.

Penekanan semacam itu menimbulkan beban dalam mempercepat perkembangan intelektual, menjadikan proses pembelajaran bersifat pasif dan tidak membawa hasil yang diharapkan.

f. Ubahlah ruang kelas menjadi ruang untuk eksplorasi dan penemuan. Guru-guru menekankan eksplorasi dan penemuan murid. Ruang-ruang kelas memiliki struktur yang berbeda dari ruang kelas pada umumnya. Buku-buku kerja dan tugas-tugas tidak digunakan. Guru-guru justru mengobservasi minat para murid dan partisipasi alami mereka dalam aktivitas-aktivitas yang menentukan jalannya pembelajaran. Sebagai contoh, sebuah pelajaran matematika mungkin disusun seputar menghitung uang makan siang atau membagi bekal. Seringkali, permainan digunakan untuk menstimulasi pemikiran matematis. Contohnya domino mengajari anak kombinasi bilangan genap. Guru- guru mendorong interaksi antarmurid selama pelajaran dan permainan berlangsung karena perbedaan sudut pandang murid justru memberikan kontribusi terhadap kemajuan berpikir mereka.

Meskipun Piaget sendiri tidak banyak menyinggung masalah teknik pendidikan dalam ulasan-ulasannya, tetapi pokok-pokok pemikirannya dapat mewarnai “setting” dunia pendidikan. Hal tersebut diantaranya : a. Pendekatan terpusat pada anak

Salah satu sumbangan piaget yang sangat berarti bagi dunia pendidikan adalah bahwa pada hakikatnya jalan pikiran anak terhadap dunia sekitar. Guru harus menyadari hal ini dan mengobservasi anak dengan cermat untuk menemukan perspektifnya yang unik. Jadi dalam hal ini yang terpenting adalah sisi sensitifitas guru.

b. Aktivitas

Untuk bisa mempelajari sesuatu, anaka membutuhkan kesempatan untuk melakukan tindakan terhadap objek yang dipelajari. Konsep piaget bahwa bagi individu -berapapun umurnya- proses belajar yang paling baik didapatkan dari aktivitas yang merupakan inisiatif sendiri, sangat penting implikasinya di bidang pendidikan. Piaget selalu

menekankan perlunya aktivitas tersebut baik fisik maupun mental. Menurut piaget mengetahui suatu objek adalah dengan melakukan sesuatu pada objek tersebut. Oleh karena itu, dalam aspek ini tugas guru adalah mendorong aktivitas anak didiknya. Guru hendaknya memaparkan materi atau situasi yang mendorong anak untuk merancang eksperimennya sendiri. Hal ini mengarahkan anak pada pengetahuan yang lebih mendalam dan tersimpan dalam memori jangka panjang dari pada sekedar ingatan terhadap fakta-fakta yang diinformasikan oleh guru atau dari buku-buku teks.

c. Belajar secara individual

Menurut piaget, struktur kognitif anak yang berinteraksi dengan pengalaman baru menimbulkan minat dan menstimulasi perkembangan kognitif yang lebih lanjut. Minat belajar akan dimudahkan oleh adanya pengalaman baru yang selain relevan dengan struktur kognitif yang telah dimilikinya, juga cukup berbeda sehingga menimbulkan konflik pada anak. Oleh karena itu, pada usia yang sama struktur kognitif anak berbeda satu dengan yang lainnya. Hal yang menarik bagi mereka pun tidaklah sama, sehingga sebaiknya belajar secara individual dengan kebebasan pada tugas yang dipilihnya sendiri. Guru dapat mengkoordinasikan ajaran individu dan kelompok. Sesungguhnya yang dibutuhkan murid adalah kesempatan untuk belajar dalam lingkungan yang kaya, dimana lingkungan tersebut secara potensial mengandung elemen-elemen yang menarik. Murid membutuhkan guru yang sensitif terhadap kebutuhan kognisinya. Selain itu, murid membutuhkan guru yang dapat menilai materi apa yang akan menantang bagi muridnya pada waktu tertentu, dapat mengevaluasi tahap kognisi murdinya serta menyajikan ide-ide baru yang konsisten dengan perkembangan kognisinya. Guru hendaknya juga dapat menyajikan pengetahuan dengan cara menarik minat dan mendorong aktivitas anak, serta dapat membantu murid bila diperlukan.

Faktor lain yang mempengaruhi perkembangan adalah pengalaman sosial atau interaksi dengan orang lain, memang mula-mula anak mempunyai pikiran egosentris dalam arti anak hanya memandang orang lain, objek atau kejadian sekitarnya dalam kaitan dengan dirinya sendiri. Hal ini berarti bahwa pandangannya terhadap realitas tidak obyektif. Dalam perkembangan kemudian, anak mampu mengerti sudut pandang orang lain. Mulai saat itulah terbentuk pengertian yang lebih obyektif terhadap realitas, sehingga salah satu cara untuk mengurangi egosentrisme adalah interaksi sosial. Bila anak berbicara dengan orang lain, ia akan sampai kesadaran bahwa cara pandang terhadap sesuatu bukanlah satu-satunya cara pandang. Orang lain pun mempunyai pandangan sendiri yang mungkin berbeda dengan pandangan anak. Interaksi sosial mengarahkan anak pada penyusunan argumentasi dan diskusi, sehingga cara pandang anak dipertanyakan kebenarannya dan si anak harus mempertahankan dan membuktikan kebenaran cara pandanganya. Tindakan ini memaksa anak memperjelas cara pandangnya sendiri agar dapat meyakinkan orang lain. Dengan demikian, interaksi sosial akan molong anak mengenal kekurangan dalam pikirannya sendiri dan memaksanya untuk melihat cara pandang orang lain, yang ungkin menimbulkan konflik dengan cara pandangnya sendiri. Konflik semacam itu merupakan salah satu mekanisme dari perkembangan. Implikasi pandangan piaget ini ialah bahwa peranan interaksi sosial di sekolah perlu dibina. Murid-murid perlu bertukar pengalaman, memberikan alasan dan mempertahankan pendapatnya. Semua hal tersebut merupakan cara yang penting untuk memperoleh pengetahuan91.

2. Implementasi Teori Perkembangan Kognitif Vygotsky dalam

Dalam dokumen PERKEMBANGAN KOGNITIF MENURUT BEBERAPA A (Halaman 62-66)