• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN KOGNITIF MENURUT BEBERAPA A

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERKEMBANGAN KOGNITIF MENURUT BEBERAPA A"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

A. PENGERTIAN PERKEMBANGAN KOGNITIF 1. Pengertian Perkembangan

Pengertian mengenai perkembangan dikemukakan oleh beberapa ahli. Definisi perkembangan menurut Santrock adalah pola perubahan yang dimulai sejak pembuahan, yang berlanjut sepanjang rentang kehidupan manusia.1

Desmita mendefinisikan bahwa perkembangan secara luas adalah keseluruhan proses perubahan dari potensi yang dimiliki individu dan tampil dalam kualitas kemampuan, sifat dan ciri-ciri yang baru. Dalam istilah, perkembangan juga mencakup konsep usia yang diwakili dari saat pembuahan dan berakhir dengan kematian. Perkembangan menghasilkan bentuk-bentuk dan ciri-ciri kemampuan baru yang berlangsung dari tahap aktivitas yang sederhana ke tahap yang lebih tinggi.2

Sejalan dengan pendapat di atas, Jamaris mengungkapkan bahwa perkembangan manusia secara psikologis merupakan suatu yang merujuk pada perubahan-perubahan tertentu yang terjadi dalam kehidupan manusia, sejak masa konsepsi sampai mati. Perubahan dalam perkembangan manusia terjadi secara berurutan dan setiap urutan perubahan mempunyai masa tertentu yang relatif panjang, seperti masa usia dini, masa kanak-kanak, masa remaja, dan masa lanjut usia.3

Lebih spesifik, Seifert & Hoffnung berpendapat bahwa perkembangan sebagai “Long-term changes in a person’s growth, feelings, patterns of thinking, social relationships, and motor skills”.4 Chaplin

1 John W. Santrock, Perkembangan Anak Jilid 1, (Jakarta: Erlangga, 2007), h. 7.

2 Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), h. 8

3Ibid.,

4 Ibid, h.4.

(2)

mengungkapkan bahwa perkembangan sebagai: (1) perubahan yang berkesinambungan dan progresif dalam organisme, dari lahir sampai mati, (2) pertumbuhan, (3) perubahan bagian-bagian jasmaniah ke dalam bagian-bagian fungsional, (4) kedewasaan kemunculan tingkah laku yang tidak dipelajari.5

Sedikit berbeda dengan pendapat di atas, Baller dan Charles mendefinisikan bahwa perkembangan boleh didefinisikan sebagai perubahan tingkah laku yang tersusun dan teratur. Semua perubahan dalam perkembangan ini akan membantu individu dalam proses mencapai kematangan. Perkembangan merupakan perubahan kualitatif yang tidak dapat diukur secara kuantitatif. Perubahan menunjukkan sifat yang berbeda daripada tahap perkembangan yang terdahulu.6

Senada dengan pendapat di atas Wolfook mengemukakan bahwa perkembangan adalah perubahan pada struktur, pendapat dan tingkah laku individu. Perkembangan juga merupakan perubahan yang bersifat kualitatif tetapi dapat dilihat dengan membandingkan sifat yang terdahulu dengan sifat yang terbentuk. Dengan kata lain, perkembangan boleh juga dianggap sebagai proses dimana individu itu mencapai kematangan, pengukuhan dan kestabilan.7

Crow juga berpendapat bahwa perkembangan merupakan perubahan secara kualitatif serta cenderung ke arah lebih baik dari segi pemikiran, rohani, moral dan sosial. Lebih lengkap Wright dan Ann Taylor menyatakan bahwa perkembangan sebagai perubahan yang berlaku dalam warisan hayat (baka) dan organisasi kepada struktur organisma dalam keadaan saling berkait serta berhubungan dengan pertambahan umur. Sedangkan Menurut Garrison, perkembangan dihasilkan dari tindakan yang saling berkaitan diantara perkembangan jasmani dan pembelajaran. Sejalan dengan hal tersebut Atan Long menerangkan perkembangan 5 Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), h. 15

6 Baller, W. R dan Charles, D.C. The Psychology of Human Growth and Development. (New York: Rein Holt, 1986), h. 101

(3)

merupakan perubahan yang bersifat kualitatif. Perkembangan membawa sesuatu organisme keperingkat matang berterusan berlaku walaupun peringkat kematangan telah dilampaui.8

Darkusno lebih menjabarkan bahwa perkembangan juga berarti perubahan-perubahan yang dialami individu menuju tingkat kedewasaannya yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan baik menyangkut fisik maupun psikis.9 Sistematis

adalah perubahan dalam perkembangan itu bersifat saling ketergantungan atau saling mempengaruhi antara bagian-bagian organisme (fisik dan psikis) dan merupakan satu kesatuan yang harmonis. Sedangkan progresif merupakan perubahan yang terjadi bersifat maju, meningkat, dan mendalam baik secara kuantitatif (fisik) maupun kualitatif (psikis). Dan berkesinambungan berarti perubahan pada bagian atau fungsi organisme berlangsung secara beraturan.10

Jadi pada intinya perkembangan adalah perubahan yang progresif dan kontinyu (berkesinambungan) dalam diri individu mulai lahir sampai mati dalam rentang sepanjang hidup manusia. Perkembangan itu melibatkan banyak faktor, dan terjadi pada setiap periode kehidupan manusia yang terjadi secara proses kualitatif dan kuantitatif.

Setiap manusia yang hidup di muka bumi ini akan selalu mengalami perkembangan dalam kehidupannya. Meskipun setiap manusia memiliki keunikan masing-masing dalam proses perkembangannya. Namun, perkembangan hidup manusia secara umum dapat dikatakan memiliki urutan dalam kesamaan dan meskipun memiliki perbedaan dalam kecepatannya.

2. Pengertian Kognitif

8 Baller, W. R dan Charles, D.C., op.cit., h. 104.

9 Pengertian dan ciri-ciri perkembangan

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/194412051967101-KOKO_DARKUSNO_A/PENGERTIAN_DAN_CIRI_PERKEMBANGAN.pdf

(4)

Istilah “cognitive” berasal dari kata cognition yang padanannya

knowing yang berarti mengetahui. Dalam arti yang luas Neisser menjelaskan, cognition (kognisi) ialah perolehan, penataan dan penggunaan pengetahuan11. Dalam perkembangan selanjutnya, istilah

kognitif menjadi populer sebagai salah satu domain atau wilayah/ranah psikologis manusia yang menurut Chaplin hal tersebut meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan dan keyakinan12.

Ranah kejiwaan yang berpusat di otak ini juga berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan ranah rasa.

Senada dengan pendapat di atas Susanto kognitif adalah suatu proses berpikir, yaitu kemampuan individu untuk menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa. Proses kognitif berhubungan dengan tingkat kecerdasan (intelegensi) yang menandai seseorang dengan berbagai minat terutama sekali ditujukan kepada ide-ide dan belajar. Selanjutnya menurut Gardner dalam Susanto menyatakan intelegensi sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah atau untuk mencipta karya yang dihargai dalam suatu kebudayaan atau lebih. 13

Sedangkan menurut Mayers, “cognition refers to all the mental activities associated with thinking, knowing and remembering”. Pengertian hampir senada juga diberikan oleh Margaret W. Maltin, yaitu “cognition or mental activity, involves the acquisition, storage, retrieval, and use of knowledge”. Pendapat lain datang dari Kuper & Kuper yang mengemukakan bahwa kognisi adalah istilah umum yang mencakup segenap model pemahaman, yakni persepsi, imajinasi, penangkapan makna, penilaian, dan penalaran.

11 Muhibbinsyah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2013) h. 65

12Ibid.,

(5)

Secara umum kognitif diartikan potensi intelektual yang terdiri dari tahapan: pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehention), penerapan (application), analisa (analysis), sintesa (sinthesis), evaluasi (evaluation). Kognitif berarti persoalan yang menyangkut kemampuan untuk mengembangkan kemampuan rasional (akal).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kognitif adalah semua aktivitas mental yang berhubungan dengan persepsi, pikiran, ingatan, dan pengolahan informasi yang memungkinkan seseorang memperoleh pengetahuan, memecahkan masalah, dan merencanakan masa depan atau semua proses psikologis yang berkaitan dengan cara individu mempelajari, memperhatikan, mengamati, membayangkan, menilai, memperkirakan, dan memikirkan lingkungannya.

3. Pengertian Perkembangan Kognitif

Piaget dalam Allen (2010: 29) menyatakan perkembangan kognitif adalah proses interaksi yang berlangsung antara anak dan pandangan perseptualnya terhadap sebuah benda atau kejadian di suatu lingkungan.

Menurut Syaodih dan Agustin perkembangan kognitif menyangkut perkembangan berpikir dan bagaimana kegiatan berpikir itu bekerja. Ernawulan mengungkapkan perkembangan kognitif menyangkut perkembangan berpikir dan bagaimana kegiatan berpikir itu bekerja14.

Dalam kehidupannya, mungkin saja anak dihadapkan pada persoalan-persoalan yang menuntut adanya pemecahan. Menyelesaikan suatu persoalan merupakan langkah yang lebik kompleks pada diri anak. Sebelum anak mampu menyelesaikan persoalan anak perlu memiliki kemampuan untuk mencari cara penyelesaiannya.

Husdarta dan nurlan berpendapat bahwa perkembangan kognitif adalah suatu proses menerus, namun hasilnya tidak merupakan sambungan

(6)

(kelanjutan) dari hasil-hasil yang telah dicapai sebelumnya15. Hasil-hasil

tersebut berbeda secara kualitatif antara yang satu dengan lainnya. Anak akan melewati tahapan-tahapan perkembangan kognitif atau periode perkembangan. Setiap periode perkembangan, anak berusaha mencari keseimbangan antara struktur kognitifnya dengan pengalaman-pengalaman baru. Ketidakseimbangan memerlukan pengakomodasian baru serta merupakan transformasi ke periode berikutnya.

Disisi lain, Elkind mengemukakan bahwa studi tentang perkembangan kognisi yang dilakukan piaget dapat didefinisikan sebagai suatu studi tentang pengetahuan dan proses mental yang terlibat, tentang bagaimana perolehannya dan penggunaannya16. Piaget tidak setuju dengan

anggapan bahwa pengetahuan adalah informasi yag telah dimiliki seseorang sejak lahir. Ia memandang bahwa pengetahuan adalah suatu proses. Mengetahui sesuatu berarti bertindak pada sesuatu, baik tindakan fisik ataupun mental.

Mengacu pada teori perkembangan kognitif, sikap/perilaku menunjukkan berbagai struktur kognitif yang muncul, mengatur berbagai unit atau pola berpikir yang mempengaruhi interprestasi pengalaman anak. Teori perkembangan kognitif cenderung berbagi asumsi dasar yang menunjukkan intelektual, emosi dan kapasitas sosial anak secara umum walaupun anak memiliki pengalaman yang beragam dan luas.17

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dikatakan bahwa faktor kognitif mempunyai peranan penting bagi keberhasilan anak dalam belajar karena sebagian besar aktivitas dalam belajar selalu berhubungan dengan masalah mengingat dan berpikir. Perkembangan kognitif dimaksudkan agar anak mampu melakukan eksplorasi terhadap dunia sekitar melalui panca inderanya sehingga dengan pengetahuan yang didapatkannya tersebut anak dapat melangsungkan hidupnya.

15 Husdarta Dan Nurlan Kusmaedi, Pertumbuhan Dan Perkembangan Peserta Didik (Olahraga Dan Kesehatan), (Bandung : Alfabeta, 2010) h. 78

16 Kusdwiratri Setiono, Psikologi Perkembangan (Bandung : Widya Padjajaran, 2009) h. 17

(7)

4. Proses-Proses Kognitif

Piaget percaya bahwa perkembangan kognitif dimulai dengan kemampuan bawaan untuk beradaptasi dengan lingkungan. Sebagai anak-anak menghadapi pengalaman baru, mereka mengubah pandangan mereka tentang dunia dan bertindak dengan semestinya. Menurut Piaget, seperti yang terdapat dalam buku Papalia, perkembangan kognitif selama seluruh periode masa kanak-kanak terjadi melalui tiga prinsip yang saling terkait: organisasi, adaptasi dan ekuilibrasi.18

a. Organisasi

Organisasi adalah kecenderungan untuk menciptakan struktur kognitif yang semakin kompleks; sistem pengetahuan atau cara berpikir yang menggabungkan gambar lebih banyak dan lebih akurat dari realitas. Struktur ini disebut skema yang pola perilaku yang digunakan seseorang untuk memikirkan dan bertindak dalam situasi terorganisir. Sebagai anak-anak memperoleh informasi lebih lanjut, skema mereka menjadi lebih dan lebih kompleks. Bayi memiliki skema sederhana untuk mengisap tapi segera mengembangkan skema yang bervariasi untuk bagaimana mengisap payudara, botol, atau ibu jari19.

Selain itu, Bukatko & Daehler mencontohkan seperti tangan, mata, paru-paru, jantung dan struktur organ tubuh lainnya yang dipasang dan dibentuk untuk menyelesaikan fungsi biologis, begitu pula dengan susunan struktur mental yang memiliki pola yang lebih kuat untuk mendukung pemikiran yang lebih rumit. Perubahan ini, bagaimanapun juga tergantung pada kesempatan untuk melihat dan bersentuhan, berpegangan dan bermain dengan/dan membentuk serta memerintahkan berbagai pengalaman yang diperolehnya di lingkungan

18 Diana E. Papalia, Child Development (New York : The Mcgraw-Hill Companies Inc., 2003) h. 243

(8)

sekitarnya. Dari beragam pengalaman yang diperoleh dari pengalaman fisik dan sosial di lingkungannya, anak berhadapan dengan hasil yang tidak diduga dan membingungkan yang pada akhirnya anak harus mengolahnya melalui pola berpikir.20

b. Adaptasi

Adaptasi adalah istilah Piaget bagaimana anak menangani informasi baru yang tampaknya bertentangan dengan apa yang sudah diketahui anak. Adaptasi melibatkan dua proses yakni (1) asimilasi, mengambil informasi dan memasukkan ke dalam struktur kognitif ada dan (2) akomodasi, mengubah struktur kognitif seseorang untuk memasukkan pengetahuan baru21

c. Ekuilibrium

Ekuilibrium adalah usaha konstan untuk keseimbangan yang stabil atau keseimbangan yang menentukan pergeseran dari asimilasi dengan akomodasi. Ketika anak-anak tidak bisa menangani pengalaman baru dalam struktur yang ada, mereka mengatur pola mental yang baru yang mengintegrasikan pengalaman baru, sehingga memulihkan keseimbangan. Sebuah payudara atau botol-makan bayi yang mulai mengisap cangkir menunjukkan asimilasi-menggunakan skema tua untuk berurusan dengan objek atau situasi baru. Ketika bayi menemukan bahwa menghirup dari cangkir memerlukan hal yang berbeda lidah dan mulut gerakan dari yang digunakan untuk menghisap pada payudara atau botol, ia mengakomodasi dengan memodifikasi skema lama. Dia telah diadaptasi skema mengisap aslinya untuk menghadapi pengalaman baru: cangkir. Dengan demikian asimilasi dan bekerja sama untuk menghasilkan akomodasi keseimbangan dan pertumbuhan kognitif. 22

20Bukatko & Daehler, Child Development: A Thematic ibid, h. 21

(9)

Senada dengan pendapat di atas, Santrock dalam bukunya mengungkapkan bahwa Piaget juga menyatakan bahwa beberapa proses yang digunakan anak-anak saat mereka membangun pengetahuan mereka tentang dunia meliputi skema, asimilasi, akomodasi, organisasi, keseimbangan dan penyeimbangan.23

a. Skema

Piaget menyatakan bahwa ketika seorang anak mulai membangun pemahamannya tentang dunia, otak yang berkembang pun membentuk skema. Ini merupakan tindakan-tindakan atau representasi-representasi mental yang mengorganisasikan pengetahuan. Dalam teori Piaget, skema-skema perilaku (aktivitas-aktivitas fisik) mencirikan masa bayi dan skema-skema mental (aktivitas-aktivitas kognitif) berkembang pada masa kanak-kanak.

Skema-skema bayi disusun oleh tindakan-tindakan sederhana yang diterapkan pada objek-objek tertentu, contohnya tindakan menyusu, melihat, dan menggenggam. Anak-anak yang lebih tua memiliki skema-skema yang meliputi berbagai strategi dan perencanaan untuk mengatasi persoalan. Sebagai contoh, seorang anak yang berusia 5 tahun mungkin telah memiliki suatu skema yang meliputi strategi mengklasifikasikan objek-objek sesuai ukuran, bentuk, atau warna. Saat kita mencapai masa dewasa, kita telah menyusun beragam skema dalam jumlah amat besar, mulai dari bagaimana mengendarai mobil, bagaimana menyeimbangkan anggaran, hingga bagaimana menerapkan konsep keadilan.

b. Asimilasi dan Akomodasi

Piaget menawarkan dua konsep yang dikemukakan dalam asimilasi dan akomodasi untuk menjelaskan bagaimana anak-anak menggunakan skema-skema sambil beradaptasi. Asimilasi terjadi ketika anak memasukkan informasi baru ke dalam skema-skema yang

(10)

ada. Akomodasi terjadi ketika anak-anak menyesuaikan skema-skema mereka dengan informasi dan pengalaman-pengalaman baru.

Misalnya ketika seorang anak telah mempelajari kata ‘mobil’ untuk mengidentifikasikan mobil keluarga. Anak tersebut mungkin akan menyebut semua kendaraan yang bergerak di jalan sebagai ‘mobil’, termasuk sepeda motor dan truk. Anak tersebut telah mengasimilasikan objek-objek tersebut ke dalam skema yang ada padanya. Akan tetapi anak tersebut akan segera mempelajari bahwa sepeda motor dan truk bukan mobil dan ia akan menyesuaikan skemanya dengan menyingkirkan ‘motor’ dan ‘truk’ dari kategori ‘mobil’.

c. Organisasi

Agar dapat memahami dunia mereka, Piaget menyatakan bahwa anak-anak secara sadar mengorganisasikan pengalaman-pengalaman mereka. Dalam teori Piaget, organisasi adalah pengelompokkan perilaku-perilaku dan pemikiran-pemikiran yang terisolasi ke dalam system yang lebih teratur dan lebih tinggi. Perbaikan organisasi ini secara terus menerus merupakan bagian tak terpisahkan dari perkembangannya. Seorang anak laki-laki yang hanya memiliki pemikiran samar tentang cara menggunakan sebuah palu mungkin saja memiliki pemikiran samar terhadap alat-alat pertukangan yang lain. Setelah mempelajari bagaimana menggunakan salah satu, ia menghubungkan penggunaan-penggunaan ini, mengorganisasikan pengetahuannya.

d. Penyeimbangan

(11)

(equilibrium) pemikiran. Piaget meyakini adanya pergerakan besar antara berbagai tahapan keseimbangan dan ketidakseimbangan kognitif ketika proses asimilasi dan akomodasi berlangsung bersama-sama untuk menghasilkan perubahan kognitif.

Sebagai contoh, jika seorang anak yakin bahwa jumlah cairan berubah saat cairan tersebut dituang ke dalam wadah yang berbeda. Contohnya dari wadah yang lebar dan pendek ke wadah yang tinggi dan sempit. Anak itu mungkin dibingungkan oleh datangnya cairan ‘tambahan’ dan ia mungkin bertanya-tanya darimana asal cairan tersebut. Anak tersebut pada akhirnya akan mengerti persoalan tersebut seiring perkembangan pemikirannya. Dalam kehidupan sehari-hari, anak tersebut secara terus menerus akan menghadapi berbagai inkonsistensi dan contoh-contoh membingungkan seperti di atas.

Asimilasi dan akomodasi selalu membawa anak ke tingkat yang lebih tinggi. Bagi Piaget, motivasi untuk berubah adalah pencarian internal akan keseimbangan. Saat skema-skema lama disesuaikan dan skema-skema baru dikembangkan, anak mengorganisasi dan mereorganisasi skema-skema lama dan baru. Akhirnya, organisasi tersebut secara fundamental berbeda dengan organisasi yang lama, inilah cara berpikir yang baru, tahapan baru.

(12)

B. TEORI-TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF MENURUT PARA AHLI

1. Teori Perkembangan Kognitif Piaget

Teori perkembangan kognitif sangat kental dengan dengan tokoh Jean Piaget. Dalam teori kognitif yang dikemukakan oleh Piaget menjelaskan tentang kisah terpadu yang menjelaskan bagaimana faktor biologis dan pengalaman membentuk perkembangan kognitif. Piaget berpikir sebagaimana tubuh fisik kita memiliki struktur yang memampukan kita beradaptasi dengan dunia, struktur-struktur mental kita juga membantu kita beradaptasi dengan dunia. Adaptasi meliputi penyesuaian terhadap tuntutan-tuntutan baru dari lingkungan. Piaget menekankan bahwa anak-anak secara aktif membangun dunia kognitif mereka sendiri. Informasi dari lingkungan tidak begitu saja dituangkan ke dalam pikiran-pikiran mereka. Ia menemukan bagaimana anak-anak, pada tahapan-tahapan yang berbeda dalam perkembangan mereka, memandang dunia ini dan bagaimana perubahan yang sistematis itu terjadi dalam pikiran mereka.24

Piaget juga menyatakan bahwa anak-anak secara aktif membangun pemahaman mengenai dunia dan melalui empat tahap perkembangan kognitif. Setiap tahapan memiliki keterkaitan dengan usia dan mengandung cara berfikir tertentu, cara yang berbeda, dalam memahami dunia. Untuk membuat dunia kita masuk akal, kita berusaha mengorganisasikan pengalaman-pengalaman kita. Dengan demikian, kognisi anak di sebuah tahap saling berbeda secara kualitatif. 25

Cara anak-anak berpikir dalam satu tahapan berbeda dengan cara mereka berpikir pada tahapan yang lain. Setiap tahapan Piaget berhubungan dengan usia anak yang bersangkutan dan terdiri atas cara-cara pemikiran yang unik.

Adapun penjelasan mengenai tahapan perkembangan kognitif menurut Piaget menurut Santrock dalam bukunya sebagai berikut:

24 John W. Santrock, Perkembangan Anak Jilid 1, op. cit., h. 243

(13)

a. Tahap sensorimotor

Tahapan ini terjadi pada anak sejak lahir sampai usia 2 tahun, yang merupakan tahapan pertama dalam teori Piaget.

In this stage, infants construct an understanding of the world by coordinating their sensory experiences (such as seeing and hearing) with their motor action, hence the term sensorimotor. Dalam tahap ini bayi membangun pemahaman mengenai dunianya dengan cara mengkoordinasikan pengalaman-pengalaman sensoris (contohnya melihat dan mendengar) dengan tindakan-tindakan fisik dan motorik inilah asal istilah sensorimotor. 26

Pada awal tahapan ini, bayi yang baru lahir hanya memiliki pola perilaku refleks. Pada akhir tahapan sensorimotor, anak berusia 2 tahun mampu menghasilkan pola-pola sensorimotor yang kompleks dan menggunakan simbol-simbol primitif.27

Dalam tahapan ini, perubahan yang dialami oleh bayi terlihat dari bulan ke bulan secara spesifik. Hal tersebut seperti yang dituliskan Santrock dalam bukunya bahwa Piaget membagi tahap sensorimotor ke dalam enam subtahap sebagai berikut:28

1) Refleks Sederhana

Berhubungan dengan satu bulan pertama sejak kelahiran. Dalam subtahap ini, koordinasi sensasi dan tindakan terutama berupa refleks, seperti mencari dan mengisap. Bayi tidak lama kemudian menampilkan perilaku yang menyerupai refleks tersebut tanpa adanya stimulus yang memicu refleks itu.

Sebagai contoh, seorang bayi yang baru lahir akan mengisap puting atau botol susu yang diletakkan dimulutnya atau disentuhkan ke bibirnya. Namun, tidak lama kemudian bayi akan mengisap-isap meskipun botol susu dan puting ibu tidak berada didekatnya. Bahkan pada bulan pertama kehidupannya, bayi akan memulai tindakan mandiri dengan aktif menstrukturisasi pengalaman-pengalamannya.

26 John W. Santrock, Educational Psychology: Second Edition, (New York: Mc Graw Hill, 2006), p. 40

27 John W, Santrock, Penerjemah Mila Rahmawati dan Anna Kuswanti, Perkembangan Anak Jilid 1, (Jakarta: Erlangga, 2007), h. 245- 259

(14)

2) Kebiasaan awal dan reaksi sirkuler primer

Tahapan ini berkembang diantara usia 1 higga 4 bulan. Dalam sub tahap ini bayi mencoba mengkoordinasikan sensasi dan dua tipe skema yaitu kebiasaan dan reaksi sirkuler primer. Adapun tentang kebiasaan dan reaksi sirkuler primer akan dijelaskan di bawah ini:

a) Kebiasaan

Kebiasaan adalah skema yang didasarkan pada refleks dan pada akhirnya akan menjadi reaksi yang sepenuhnya terpisah dari rangsangan asli yang membangkitkan refleks itu. Sebagai contoh bayi dalam subtahap 1 akan mengisap hanya apabila terdapat botol susu yang diletakkan ke bibirnya atau ketika bayi itu melihat botol susu itu. Bayi pada sub tahap kedua mungkin akan mengisap-isap meskipun tidak ada botol di dekatnya.

b) Reaksi Sirkuler Primer

Reaksi sirkuler adalah tindakan yang diulang-ulang (repetitif). Reaksi sirkuler primer merupakan skema yang didasarkan pada upaya untuk mereproduksi suatu peristiwa yang mulanya terjadi secara kebetulan. Sebagai contoh, seorang bayi secara kebetulan akan mengisap jari-jarinya apabila sengaja diletakkan di dekat mulutnya. Selanjutnya, ia mencari jari-jarinya untuk diisap lagi, namun jari-jarinya belum dapat dikoordinasikan sesuai keinginan karena ia belum dapat mengkoordinasikan aksi visual dan manual. Kebiasaan dan reaksi-reaksi sirkuler bersifat stereotip artinya bayi akan mengulang-ulang dengan cara yang sama setiap kalinya. Selama sub tahap ini, tubuh bayi akan terus menjadi pusat perhatian bayi. Tidak ada peristiwa lingkungan yang menarik perhatiannya.

3) Reaksi sirkuler sekunder

(15)

melampaui preokupasi diri. Skema bayi belum bersifat sengaja atau terarah pada saran, namun diulang-ulang karena perasaan takjub.

Contohnya secara kebetulan, seorang bayi mungkin mengguncang-guncang mainan yang bergemerincing. Bayi mengulang-ulang tindakan ini karena perasaan takjub. Ini adalah suatu reaksi sirkuler sekunder yaitu tindakan yang diulang-ulang karena konsekuensi dari tindakan tersebut. Bayi juga melakukan peniruan terhadap sejumlah tindakan sederhana, seperti berceloteh dan sejumlah bahasa tubuh sederhana. Meskipun demikian, bayi hanya melakukan peniruan terhadap tindakan-tindakan yang memang telah mampu dihasilkannya sendiri.

4) Koordinasi terhadap reaksi sirkuler sekunder

Tahap ini berkembang diantara usia 8 hingga 12 bulan. Ketika memasuki sub tahap ini, bayi mampu mengkoordinasikan penglihatan dan sentuhan , yaitu tangan dan mata. Tindakan-tindakan menjadi lebih diarahkan keluar. Dalam sub tahap ini terjadi perubahan besar yang melibatkan koordinasi skema-skema dan kesengajaan. Bayi siap mengombinasikan dan mengombinasi ulang secara koordinasi skema-skema yang sebelumnya pernah dipelajari. Mereka dapat mengamati sebuah objek dan langsung menggenggamnya, atau mereka juga dapat menyelidiki sebuah mainan yang bergemerincing dengan segera menyentuhnya dan mengeksplorasinya dengan menggunakan jari-jarinya. Tindakan-tindakan bayi bahkan lebih terarah keluar dibandingkan sebelumnya. Kemampuan koordinasi ini merupakan prestasi kedua munculnya kesengajaan.

Sebagai contoh, bayi dapat menggunakan sebuah tongkat untuk mengambil mainan yang diinginkan atau mereka juga dapat menabrakkan sebuah balok agar dapat meraih dan bermain dengan balok lain.

(16)

Berkembang diantara usia 12 hingga 18 bulan. Dalam sub tahap ini, minat bayi semakin tergugah terhadap berbagai karakteristik objek ataupun segala tindakan yang dapat mereka lakukan terhadap objek itu. Sebuah kotak dapat dijatuhkan, diputarkan, ditabrakkan ke objek lain, dan digelindingkan. Reaksi sirkuler tersier adalah skema dari eksplorasi kesengajaan oleh bayi terhadap kemungkinan-kemungkinan baru yang dapat dilakukan pada objek tertentu dan mengamati hasilnya. Menurut Piaget, tahap ini menandai titik awal perkembangan keingintahuan dan minat terhadap hal baru.

6) Internalisasi skema

Tahapan ini merupakan subtahap sensorimotor yang terakhir dan berlangsung di antara usia 18 hingga 24 bulan. Dalam sub tahap ini, bayi mengembangkan kemampuan untuk menggunakan simbol-simbol primitif.

Menurut Piaget simbol adalah gambaran sensoris atau kata yang diinternalisasi memoresentasikan sebuah peristiwa. Simbol-simbol primitive memungkinkan bayi untuk memikirkan peristiwa-peristiwa konkret tanpa harus secara langsung melakukan atau melihantnya. Selain itu, simbol-simbol juga memungkinkan bayi untuk memanipulasi dan mentransformasi peristiwa-peristiwa dengan cara sederhana.

Dalam masing-masing subtahap pada tahapan sensorimotor terdapat kekhususan yang harus diperhatikan agar orang tua mampu memberikan stimulasi lingkungan yang tepat pada anak. Hal itu dilakukan agar anak benar-benar dapat melalui masing-masing sub tahapan dengan baik.

Adapun secara lebih ringkas, sub tahap dalam tahan sensorimotor dirangkum dalam tabel di bawah ini:29

Tabel 2.1 Subtahap Dalam Tahapan Sensorimotor

Sub Tahap Usia Deskripsi Contoh

Refleks Lahir Koordinasi Refleks mencari,

(17)
(18)

keingintahu

Tahapan praoperasional ini merupakan tahapan kedua dan terjadi pada anak pada usia 2 – 7 tahun.

The child begins to represent the world with words and images. These words and images reflect increase symbolic thinking and go beyond the connection of sensory information and physical action.30

Dalam tahap ini anak-anak mulai mempresentasikan dunia dengan kata-kata, bayangan, dan gambar-gambar. Pemikiran-pemikiran simbolik berjalan melampaui koneksi-koneksi sederhana dari informasi sensorik dan tindakan fisik. Konsep stabil mulai terbentuk, pemikiran-pemikiran mental muncul, egosentrisme tumbuh, dan keyakinan-keyakinan magis mulai terkonstruksi.31

Karena oleh Piaget tahap ini disebut “praoperasional”, maka seolah-olah periode ini merupakan periode menunggu yang tidak penting. Hal ini tidak benar. Meskipun demikian, label praoperasional memberi penekanan bahwa anak belum melakukan operasi, yaitu aktivitas mental yang dibalik yang memungkinkan anak-anak untuk

30 John W. Santrock, Physical Education, op. cit., h. 41

(19)

membayangkan hal-hal yang dulunya hanya dapat dilakukan secara fisik. Membayangkan operasi penambahan dan pengurangan merupakan contoh-contoh operasi. Pemikiran praoperasional adalah awal dari kemampuan melakukan rekonstruksi dalam pikiran terhadap hal-hal yang telah dicapai dalam bentuk perilaku.32

Tahap ini dapat dibagi ke dalam dua sub tahapan yaitu sutahap fungsi simbolik dan subtahap pemikiran intuitif. Adapun sub tahapan akan dijelaskan di bawah ini:33

1) Subtahap fungsi simbolik

Tahapan ini terjadi antara usia 2 hingga 4 tahun. Anak kecil memperoleh kemampuan untuk membayangkan penampilan objek yang tidak hadir secara fisik. Kemampuan ini secara cepat dapat memperluas dunia mental anak. Anak-anak kecil menggunakan coretan-coretan untuk mempresentasikan manusia, rumah, mobil, awan, dan sebagainya. Mereka mulai menggunakan bahasa dan terlibat dalam permainan pura-pura. Meskipun di dalam sub tahap ini anak-anak kecil sudah membuat kemajuan yang berarti, pemikiran mereka masih terbatas; dua bentuk keterbatasan ini adalah egosentrisme dan animisme.

a) Egosentrisme

Egosentrisme adalah ketidakmampuan membedakan antara perspektifnya sendiri dan perspektif orang lain. Piaget dan Barbel Inhelder awalnya mempelajari egosentrisme anak-anak kecil dengan membagi tugas mengenai tiga gunung. Sang anak berjalan di sekitar model gunung dan menjadi terbiasa dengan penampang gunung itu dari berbagai perspektif yang berbeda, dan ia dapat melihat ada objek-objek yang berbeda di pegunungan itu. Kemudian anak didudukkan di salah satu sisi meja yang di atasnya diletakkan pegunungan itu.

Peneliti menempatkan sebuah boneka ke lokasi-lokasi yang berbeda di sekeliling meja di setiap lokasi, sang anak

32 John W. Santrock, Life Span Development, op. cit., h. 248

(20)

diminta untuk memilih salah satu dari serangkaian foto yang paling tepat mencerminkan pemandangan yang dapat dilihat oleh boneka tersebut. Anak-anak yang berada pada tahapan pra operasional seringkali menunjuk foto menurut yang dilihatnya sendiri dibandingkan yang dilihat oleh boneka. Anak-anak prasekolah seringkali memperlihatkan kemampuan untuk menggunakan perspektif orang lain pada sejumlah tugas, namun tidak pada tugas-tugas lainnya.34 Gambar tersebut

tampak seperti di bawah ini

Gambar 2.1. Piaget’s Three-Mountain Task

Secara lebih jelas, egosentrisme pandangan anak akan gunung tersebut tampak seperti gambar di bawah ini

Gambar 2.2 The Three Mountains Task

Contoh lain yang terlihat egosentris terlihat pada percakapan telepon antara seorang ayah dengan anaknya, Mary (yang berusia 4 tahun) menunjukkan pemikiran Mary yang egosentris. Mary berada di rumah dan ayahnya berada di kantor.

Ayah: Mary, apa ibu ada di rumah? Mary: (Mengangguk)

(21)

Ayah: Mary, halo. Ibu ada? Ayah boleh berbicara dengan ibu?

Mary: (Kembali menganggukkan kepalanya)

Respon Mary bersifat egosentris, artinya ia gagal mempertimbangkan perspektif ayahnya sebelum menjawab. Seorang yang tidak berpikir egosentris akan merespons secara verbal. 35

b) Animisme

Animisme merupakan keterbatasan lain dari pemikiran praoperasional. Animisme adalah keyakinan bahwa benda-benda mati memiliki kualitas yang seolah-seolah hidup dan mampu beraksi. Seorang anak kecil mungkin memperlihatkan animisme ketika mengatakan “pohon itu mendorong dau, sehingga daunnya jatuh, “ atau “ trotoar itu mmebuat saya marah; trotoar itu menyebabkan saya terjatuh.”

Seorang anak kecil yang menggunakan animisme sulit membedakan antara peristiwa-peristiwa yang tepat bagi penggunaan perspektif manusia dan bukan manusia. Hal itu disebabkan anak-anak kecil tidak terlalu menaruh perhatian pada realitas; hasil gambar mereka bersifat khayalan dan berdaya cipta. Matahari yang berwarna biru, langit yang berwarna kuning, dan mobil yang melayang di awan semuanya adalah dunia simbolis dan imajinatifnya. 36

Selain itu, seorang anak berusia 3,5 tahun memperhatikan gambar acak-acakan yang ia buat dan mendeskripsikannya sebagai “burung pelikan sedang mencium anjing laut”. Simbolismenya sederhana tapi kuat, seperti gambar abstrak yang ditemukan dalam beberapa seni lukis modern berikut ini.37

35 John W. Santrock, Perkembangan Anak Jilid 1, op. cit., h. 252

36 John W. Santrock, Life Span Development, op. cit., h. 249

(22)

Gambar 2.3 A 3½ Year Old’s Symbolic Drawing. Halfway Nto This Drawing, The 3½ Year Old Said It Was “A Pelican Kissing A Seal”

Pelukis abad ke 20, Pablo Picasso pernah berkomentar “saya bisa melukis sebagus Raphael, tapi seumur hidup untuk mampu menggambar seperti seorang anak.” 38

Dalam tahun-tahun di sekolah dasar, gambar-gambar seorang anak menjadi lebih realistis, rapi dan tepat. Matahari berwarna kuning, langit berwarna biru, daun berwarna hijau dan mobil berjalan di jalan raya.39 Seperti gambar pohon yang

tampak di bawah ini

Gambar 2.4 This 11 Years Old’s Drawing Is Neater And More Realistic But Also Less Inventive

2) Subtahap berpikir intuitif

Tahap ini terjadi di usia 4 hingga 7 tahun. Pada subtahap ini, anak-anak mulai menggunakan penalaran primitive dan ingin mengetahui jawaban terhadap segala jenis pertanyaan. Anak-anak pada tahapan ini mulai mengembangkan idenya sendiri mengenai

38 John W. Santrock, Perkembangan Anak Jilid 1, op. cit., h. 253

(23)

dimana ia tinggal, idenya masih sederhana, dan ia belum terlalu baik dalam menyelesaikan masalah. Ia memiliki kesulitan dalam memahami peristiwa-peristiwa yang terjadi namun tidak dapat dilihatnya. Fantasinya kurang memiliki kaitan dengan realitas. Ia belum mampu menjawab pertanyaan “ Bagaimana seandainya?” sebagai contoh, ia hanya memiliki gagasan yang samar mengenai apa yang akan terjadi seandainya sebuah mobil menabraknya.

Pada usia 5 tahun, anak-anak akan mebuat orang dewasa kelelahan karena banyak mengajukan pertanyaan “ mengapa”. Pertanyaan-pertanyaan seperti ini mengindikasikan munculnya minat terhadap penalaran dan berusaha memahami mengapa berbagai hal berlangsung seperti adanya. Beberapa contoh pertanyan yang diajukan anak-anak ketika berusia 4 hingga 6 tahun antara lain:

“ apa yang membuat kamu bertumbuh besar?”

“ siapa yang menjadi ibu jika semua orang adalah bayi?” “ mengapa daun jatuh?”

“mengapa matahari bersinar?”

Tahapan ini disebut tahapan intuitif karena anak-anak kecil tampaknya demikian yakin terhadap pengetahuannya dan pemahamannya meskipun mereka belum menyadari bagaimana mereka mengetahui ha-hal yang mereka ketahui itu. Kesimpulannya, anak-anak mengetahui sesuatu namun mengetahuinya tanpa pemikiran rasional.40

Salah satu keterbatasan pemikiran praoperasioanl adalah pemusatan, yakni memusatkan atensi pada sebuah karakteristik sehingga mengesampingkan karakteristik lainnya. Pemusatan adalah gejala yang paling jelas muncul pada anak-anak kecil yang belum memiliki konservasi, yakni kesadaran bahwa mengubah suatu objek atau suatu substansi tidak mengubah properti dasarnya. Sebagai contoh, orang dewasa pasti memahami betul bahwa jumlah cairan akan tetap sama meskipun bentuk wadahnya

(24)

berbeda. Hal ini tidak jelas bagi anak–anak kecil. Mereka justru terpaku pada ketinggian cairan yang berada di dalam wadah; mereka memfokuskan karakteristik wadah sehingga mengesampingkan karakteristik lainnya.41 Hal tersebut tampak

seperti gambar di bawah ini

Gambar 2.5 Piaget’s Conservation Task

c. Tahap operasional konkret (7 – 11 tahun)

Tahapan ketiga ini berlangsung pada saat anak berusia sekitar 7 – 11 tahun.

Concrete operational thought involves using operations. Logical reasoning replace intuitive reasoning, but only in concrete situations. Classification skills are present, but abstract problems go unsolved.42

Pada tahapan ini, pemikiran logis menggantikan pemikiran intuitif asalkan pemikiran tersebut dapat diaplikasikan menjadi contoh-contoh yang konkret atau spesifik. Dalam tahapan ini, anak-anak dapat melakukan operasi yang melibatkan objek-objek dan juga dapat bernalar secara logis, sejauh hal itu diterapkan dengan contoh-contoh yang spesifik atau konkret. Pemikir operasi konkret tidak dapat membayangkan langkah-langkah yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu persamaan aljabar, karena terlalu abstrak untuk dipikirkan pada tahap perkembangan ini. 43

Perlu diingat bahwa operasi adalah kegiatan mental dua arah dan operasi-operasi konkret adalah operasi yang diaplikasikan pada objek-objek yang riil dan konkret. Operasi-operasi konkret memungkinkan anak memikirkan beberapa karakteristik dan bukan berfokus pada

41 John W. Santrock, Life Span Development, ibid., hh. 250-251

42 John W. Santrock, Physical Education, op. cit., h. 252

(25)

suatu property tunggal suatu obyek. Salah satu karakteristik lain dari anak yang telah mencapai tahap ini adalah kemampuan mengklasifikasikan atau membagi benda-benda ke dalam perangkat-perangkata atau subperangkat yang berbeda dan memperhitungkan keterkaitannya. 44 Beberapa hal penting dalam tahapan ini adalah

konservasi, klasifikasi, seriatiom, Transitivity:45

1) Konservasi

Tugas konservasi mendemosntrasikan kemampuan anak dalam melakukan operasi-operasi konkret. Dalam tes kemampuan pembalikan berpikir yang melibatkan konservasi materi (bahan). Seorang anak dihadapkan pada dua buah gumpalan tanah liat. Pembuat eksperimen mengubah bentuk gumpalan tanah liat yang satu menjadi bentuk yang panjang dan ramping, sementara yang lain tetap seperti bentuk semula.

Gambar 2.6 Beberapa Dimensi Dari Konservasi : Jumlah, Bahan Dan Panjang

2) Klasifikasi

Banyak operasi-operasi konkret yang diidentifikasikan Piaget melibatkan cara anak berpikir tentang karakteristik objek. Satu keahlian khusus yang mencirikan operasional konkret anak adalah kemampuan untuk mengklasifikasikan benda dan memahami relasi antar benda tersebut. Kemampuan operasional konkret anak untuk membagi benda menjadi kumpulan dan sub kumpulan dann

44 John W, Santrock, Life Span Development, op. cit., h. 329

(26)

memahami relasinya diilustrasikan oleh pohon keluarga empat generasi.

Gambar 2.7 Classification

Pohon keluarga di atas menggambarkan kakek (A) memiliki tiga orang anak (B, C, D), tiap orang anak memiliki dua orang anak (E sampai J), dan salah satu dari anak-anak tersebut (J) punya tiga orang anak (K, L, dan M). Seorang anak dengan operasional konkret dapat memahami bahwa J, pada saat bersamaan dapat menjadi ayah, saudara, dan cucu. Seorang anak yang memahami system klasifikasi ini dapat bergerak dalam system tersebut secara vertical, horizontal, atau diagonal.46

3) Seriation

Seriation adalah tindakan mengurutkan stimuli diantara dimensi kuantitatif (seperti panjang). Untuk melihat apakah anak mampu melakukan seriation, seorang guru dapat meletakkan delapan tongkat dengan panjang yang berbeda, secara acak di atas meja. Kemudian guru meminta anak mengurutkan tongkat tersebut berdasarkan panjangnya. Pemikir operasional konkret secara serempak memahami bahwa tiap tongkat harus lebih panjang dari yang lain dan meletakkan tongkat yang lebih panjang di awal diikuti yang lebih pendek, dan seterusnya.

4) Transivity

Transivity ialah kemampuan memikirkan relasi gabungan secara logis. Jika ada relasi antara objek pertama dan kedua, dan ada relasi antara objek kedua dan ketiga, maka ada relasi antara objek pertama dan ketiga. Contohnya ada tiga buah tongkat (A, B,

(27)

dan C) dengan panjang berbeda. A adalah tongkat terpanjang, B lebih pendek dari A namun lebih panjang dari C. Apakah A lebih panjang dari C? Dalam teori Piaget, pemikir operasional konkret akan menjawab ya; sedangkan pemikir praoperasional akan menjawab tidak.

d. Tahap operasi formal

Tahap ini merupakan tahapan keempat yang berlangsung pada saat anak berusia 11 sampai dewasa.

At this stage individuals move beyond reasoning only about concrete experiences and think in more abstract, idealistic, and logical ways.47

Dalam tahap ini individu melampaui pengalaman-pengalaman konkret dan berpikir secara abstrak dan lebih logis. Sebagai bagian dari pemikiran yang lebih abstrak, remaja mengembangkan gambaran mengenai keadaan yang ideal. Mereka dapat berpikir mengenai konsep orang tua yang ideal dan membandingkan orang tua mereka dengan standar ideal ini. Mereka mulai mempersiapkan kemungkinan-kemungkinan di masa depan dan kagum dengan hal-hal yang dapat mereka lakukan. Dalam aspek memecahkan masalah, mereka dapat bekerja secara lebih sistematis dengan mengembangkan hipotesis mengenai mengapa sesuatu terjadi seperti itu kemudian menguji hipotesis tersebut. Dalam menyelesaikan persoalan, para pemikir formal ini akan lebih sistematis dan menggunakan pemikiran logis.48

Kualitas abstraksi pemikiran pada tingkat operasional formal terlihat jelas dalam kemampuan remaja menyelesaikan masalah verbal. Pemikir operasional konkret perlu melihat elemen-elemen konkret A, B, dan C agar mampu membuat kesimpulan logis bahwa jika A=B dan B=C maka A= C. Pemikir operasional formal mampu menyelesaikan persoalan ini melalui presentasi verbal.

Indikasi kualitas abstrak yang lain pada pemikiran remaja adalah meningkatnya tendensi memikirkan dirinya sendiri. Seorang remaja

47 John W. Santrock, Physical Education, op. cit., h 46

(28)

berkomentar. ‘ aku suka berpikir tentang mengapa aku memikirkan tentang apa yang sedang aku pikirkan.’ Jika hal ini terdengar abstrak, memang demikian ini menunjukkan peningkatan fokus remaja pada pikiran beserta aspek-aspek abstraknya.

Ketika remaja mulai berpikir lebih abstrak dan idealis, mereka juga belajar berpikir lebih logis. Anak-anak sering memecahkan masalah dalam pola trial and error. Remaja mulai ber[ikir seperti seorang ahli, merancang perencanaan-perencanaan untuk menyelesaikan masalah dan secara sistematis menguji solusi-solusi tersebut. Mereka menggunakan pemikiran hipotesis-induktif, yakni mengembangkan hipotesa-hipotesa terbaik, dan secara sistematis menyimpulkan langkah-langkah terbaik guna pemecahan masalah.49

Santrock dalam bukunya mengemukakan tahapan perkembangan kognitif menurut Piaget sebagai berikut:

Tabel 2.2 Tahapan Perkembangan Kognitif Piaget dalam Santrock50

Tahapan Usia Uraian Tahapan Perkembangan

Sensorimotor Lahir – 2 tahun

Bayi membangun pemahaman mengenai dunianya dengan mengoordinasikan pengalaman-pengalaman sensoris melalui melihat dan mendengar dengan tindakan-tindakan fisik dan motorik.

Praoperasi 2–7 tahun Anak-anak mulai melukiskan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar, melampaui hubungan sederhana antara informasi sensoris dan tindakan fisik.

Operasi konkret

7-11 tahun Anak-anak dapat melakukan operasi yang melibatkan obyek obyek dan juga dapat bernalar secara logis, sejauh hal itu diterapkan dengan contoh-contoh yang spesifik atau konkret.

Operasi Formal

11-15 tahun

Individu melampaui pengalaman-pengalaman konkret dan berpikir secara abstrak dan lebih logis.

49 John W. Santrock, Life Span Development, op. cit., h. 423

(29)

Pembahasan Santrock mengenai teori perkembangan kognitif Piaget, diperkuat dengan pembahasan Slavin dalam bukunya yang membagi perkembangan kognitif anak ke dalam 4 periode utama yang berkorelasi dan semakin canggih seiring pertambahan usia. Adapun penjelasan pada masing-masing tahapan adalah sebagai berikut:51

a. Tahap Sensorimotor (Saat Lahir hingga Usia 2 tahun)

Tahap paling awal disebut sensorimotor karena selama tahap ini bayi dan anak kecil menjajaki dunia mereka dengan menggunakan indera dan kemampuan motorik mereka. Pada awalnya semua bayi mempunyai perilaku bawaan yang disebut gerakan refleks, yaitu tanggapan otomatis terhadap rangsangan. Perilaku yang muncul karena refleks ini merupakan landasan pembentukan skema pertama bayi tersebut.

Refleks ini menjadi pembelajaran awal yang terjadi secara kebetulan dan kemudian melalui upaya uji coba yang lebih intensif. Pada akhir tahap sensorimotor, anak-anak akan beralih dari pendekatan pemecahan masalah yang sebelumnya bersifat uji coba ke pendekatan yang lebih terencana. Disinilah muncul apa yang dinamakan “pemikiran” berarti anak dapat memikirkan dan merencanakan apa yang akan dilakukan atau apa yang terjadi.

Tanda periode sensorimotor lainnya adalah pemahaman tentang keajegan objek (object permanence), yaitu anak akan belajar memahami bahwa objek adalah stabil secara fisik dan tetap ada meskipun objek tersebut tidak tampak/terlihat secara fisik oleh si anak. Dalam pemahaman keajegan objek ini mereka telah melangkah setahap ke arah pemikiran yang lebih maju.

b. Tahap Praoperasional (Usia 2 sampai 7 tahun)

Pada tahap ini anak-anak prasekolah mempunyai kemampuan yang lebih besar untuk memikirkan sesuatu dan dapat menggunakan simbol untuk melambangkan objek ke dalam pikiran. Selama tahap

(30)

praoperasional, bahasa dan konsep anak berkembang dengan kecepatan yang luar biasa. Menurut Piaget anak kecil tidak mempunyai pamahaman tentang prinsip konservasi, yaitu konsep bahwa sifat tertentu suatu objek akan tetap sama meskipun terjadi perubahan sifat lain. Misalnya, banyak air dalam gelas yang berukuran lebih tinggi berdiameter kecil adalah sama banyaknya dengan air tersebut yang dituang ke gelas yang lebih pendek tapi berdiameter lebih besar. Namun beberapa anak masih beranggapan bahwa banyaknya air dalam gelas yang lebih tinggi itulah yang lebih banyak. Kesalahan pemikiran ini karena adanya keterpusatan, yaitu memberikan perhatian hanya pada satu aspek objek atau situasi. Anak hanya terpusat pada ketinggian air dalam gelas yang lebih tinggi.

Pemikiran anak prasekolah juga belum dapat memahami seuatu perilaku yang dibalik yang disebut reversibilitas, yaitu kemampuan melakukan pengoperasian pikiran dan kemudian membalik pemikiran seseorang untuk kembali ke titik semula.

Selain itu anak-anak praoperasi bersifat egosentris dalam pemikirannya, mereka beranggapan bahwa setiap orang melihat dunia ini seperti yang mereka lihat menurut “kacamata” mereka.

c. Tahap Operasi Konkret (Usia 7 hingga 11 tahun)

Pada tahap ini anak-anak sekolah dasar juga belum memiliki pemikiran seperti orang dewasa, mereka masih kesulitan dengan pemikiran abstrak. Anak-anak mengembangkan kemampuan untuk bernalar logis dan memahami konservasi, tetapi hanya dapat menggunakan kedua kemampuan ini dalam menghadapi situasi yang sudah tidak asing lagi.

(31)

Salah satu tugas penting yang dipelajari anak-anak selama tahap operasi konkret adalah pengurutan (seriation), yaitu menyusun objek ke dalam susunan yang berurutan berdasarkan satu aspek, seperti ukuran besar, berat, atau volume. Begitu kemampuan ini diperoleh, maka anak-anak dapat menguasai kemampuan terkait yang dikenal sebagai transitivitas, yaitu kemampuan menyimpulkan hubungan antara dua objek berdasarkan pengetahuan tentang hubungannya masing-masing dengan objek ketiga.Anak dapat menyusun dan membandingkan objek-objek ke dalam pikiran. Misalnya, anak-anak sudah mempunyai kemampuan mental untuk mempelajari bagaimana menambah, mengurangi, mengalikan dan membagi, mengurutkan bilangan, menggolongkan objek berdasarkan kriteria, memahami waktu dan ruang dengan cukup baik dan mengembangkan pemahaman tentang peristiwa yang telah terjadi.

Anak-anak sekolah dasar juga bergeser dari pemikiran egosentris ke pemikiran yang tidak terpusat atau obyektif. Mereka bisa menerima pandangan orang lain terhadap satu hal yang mungkin saja berbeda. Kemampuan terakhir yang diperoleh anak-anak selama tahap operasi konkret adalah penyertaan ke kelompok (class inclusion). Pertama, mereka tidak lagi memperlihatkan ireversibilitas pemikiran dan sekarang dapat menciptakan kembali hubungan antara bagian dan keseluruhan. Kedua, pemikiran operasi konkret tidak terpusat, sehingga anak itu dapat berfokus pada dua kelompok secara bersamaan. Ketiga, pemikirannya tidak lagi terbatas pada penalaran tentang hubungan bagian dengan bagian tapi juga hubungan bagian dengan keseluruhan. Proses perubahan kemampuan ini terjadi tidak secara bersamaan tetapi secara perlahan-lahan selama tahap operasi konkret.

(32)

Biasanya remaja mulai sanggup berpikir abstrak dan melihat sejumlah kemungkinan. Kemampuan ini terus berkembang hingga masa dewasa. Dalam tahap ini muncul kemampuan menghadapi situasi potensial atau hipotesis secara abstrak dan dapat bernalar secara logis tentang situasi atau kondisi yang belum pernah dialami.Pemecahan terhadap suatu masalah diselesaikan lebih sistematis. Sedangkan anak operasi konkret akan lebih bias atau tidak sistematis dalam menyelesaikan tugas atau permasalahan yang sama yang diberikan kepada remaja operasi formal.

Menghasilkan hubungan yang abstrak dari informasi yang tersedia dan kemudian membandingkan hubungan abstrak tersebut satu sama lain adalah menunjukkan bahwa kemampuan mengalami kemajuan atau perkembangan.Sedangkan anak operasi konkret belum memiliki kemampuan ini dengan baik, mereka mungkin akan menanggapi situasi konkret namun bukan memahami apa makna yang terjadi.

Dalam menghadapi kondisi hipotesis, remaja dapat menerima untuk kepentingan diskusi, kondisi yang dapat berubah, bahkan memahami hal yang bertentangan dengan fakta, sehingga remaja dapat menerapkan logika ke setiap kondisi tertentu. Kemampuan yang membentuk pemikiran operasi formal (berpikir abstrak, menguji hipotesis, dan membentuk konsep yang terlepas dari realitas fisik) sangat berperan penting ketika mempelajari kemampuan yang lebih tinggi, misalnya mempelajari aljabar dan geometri abstrak, memahami konsep rumit dalam ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial dan mata pelajaran yang lain.

(33)

perlu dikembangkan adalah penambahan pengetahuan dan pengembangan skema yang lebih rumit.

Adapun ringkasan pembahasan mengenai tahap-tahap perkembangan Piaget adalah:

Tabel 2.3 Tahapan Perkembangan Kognitif Piaget dalam Slavin52

Tahap Perkiraan Usia Pencapaian Utama Sensorimoto

r Saat Lahirhingga 2 tahun Pembentukan konsep “keajekan objek”dan kemajuan bertahap dari perilaku refleks ke perilaku yang diarahkan oleh tujuan.

Perbaikan kemampuan berpikir logis. Kemampuan baru meliputi penggunaan pengoperasian yang dapat dibalik. Pemikiran tidak terpusat dan pemecahan masalah kurang dibatasi oleh egosentrisme. Pemikiran abstrak tidak mungkin dipecahkan melalui penggunaan eksperimentasi sistematik.

Sejalan dengan hal tersebut, Laura E. Berk juga berpendapat mengenai teori perkembangan kognitif menurut Piaget. Laura E. Berk mengungkapkan bahwa perkembangan kognitif terdiri dari beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut:

a. Tahap Sensorimotor

Tahap sensori motor terjadi pada usia 0-2 tahun. Piaget menjelaskan bahwa bayi berpikir dengan mata, telinga, tangan, dan indera sensori lainnya. Anak usia 0-2 tahun hanya mengetahui sangat sedikit mengenai dunia sehingga mereka tidak bisa mengeksplorasi

(34)

dengan penuh makna.53 Pada usia tersebut terjadi reaksi sirkuler.

Reaksi tersebut memberikan sarana bagi anak untuk proses adaptasi skema pertama anak. Reaksi sirkuler ditimbulkan oleh aktivitas motorik bayi sendiri. Ketika bayi mendapat pengalaman baru maka ia akan mengulang-ngulang hal tersebut. Reaksi sirkuler mulanya berawal dari tubuh bayi sendiri, kemudian akan berkembang dan berkembang menjadi lebih luas. Reaksi tersebut semakin lama akan bersifat eksperimental dan kreatif sehingga akan menciptakan hasil baru.54

Piaget beranggapan bahwa dalam perubahan kognitif terjadi perubahan skema berpikir. Skema awal yaitu tidakan sensori motor. Skema berikutnya akan lebih kreatif. Piaget menyatakan bahwa ada dua proses dalam perubahan kognitif atau perubahan skema, yaitu: adaptasi (adaptation) dan organisasi (organization). Dalam proses adaptasi terjadi interaksi langsung dengan lingkungan sehingga akan mengambangkan skema pikir anak. Adaptasi sendiri terdiri dari dua kegiatan, yaitu asimilasi (assimilation) dan akomodasi (accomodation). Dalam kegiatan asimilasi, anak mulai menafsirkan dunia luar dengan sensori motornya. Kemudian terjadi kegiatan akomodasi yang menciptakan skema baru apabila cara berpikir anak terhadap lingkungannya semakin luas.55 Selain berubah melalui

adaptasi skema juga berubah melalui organisasi. Dalam proses organisasi, anak mulai membentuk skema baru dan mengatur kembali serta menghibungkan dengan skema lain untuk menciptakan sistem kognitif yang saling berhubungan.56

b. Tahap Pra-Operasional (Preoperational Stage)

53 Laura E. Berk, Development Through The Lifespan, (Boston: Pearson Education Inc., 2010), h. 196

54Ibid., h. 197

55 Ibid.,h. 196

(35)

Tahap pra-operasional berlangsung pada usia 2 sampai 7 tahun. Pada tahap ini terjadi peningkatan luar biasa dalam aktivitas representasi atau simbolis. Representasi berkaitan pada hubungan antara bahasa dan pemikiran. Bahasa merupakan sarana yang fleksibel dari representasi mental. Anak-anak mulai mengungkapkan apa yang ada di dalam pikirannya. Dalam tahap ini anak juga mulai mengadakan aktivitas bermain. Melalui kegiatan bermain anak belajar untuk mengembangkan imajinasi, kreativitas, dan penalaran logis.

Kegiatan bermain anak pada usia ini merupakan bermain simbolik. Anak menggunakan berbagai benda disekitarnya untuk bermain simbolik. Anak-anak belajar memahami tentang benda-benda melalui aktivitas simbolik tersebut. Anak yang berada pasa tahap pra-operasional ini cenderung memiliki pemikiran yang egosentris, animistis, dan magis. 57

c. Teori Operasional Konkret

Tahap operasional konkret (concrete operational stage) berlangsung pada usia 7 hingga 11 tahun. Tahap tersebut memungkinkan anak untuk berpikiran jauh dari sekedar logika. Anak-anak mampu memberikan alasan logis pada informasi atau objek yang kongkret dan nyata.

d. Tahap Operasional Formal (Formal Operational Stage)

Selama tahap operasional formal, remaja melakukan penalaran hipotesis-deduktif. Ketika berhadapan dengan masalah, mereka akan membuat hipotesisnya kemudian menarik kesimpulan logis dan teruji serta secara sistematis memilah dan menggabungkan variabel-variabel untuk mengetahui kesimpulan mana yang benar.58

Teori perkembangan kognitif Piaget menjelaskan tentang anak beradaptasi dengan menginterpretasikan objek dan kejadian-kejadian sekitarnya. Anak mempelajari ciri-ciri dan fungsi dari objek-objek ,

57 Ibid., h. 442

(36)

seperti: mainan, perabot di rumah, dan makanan. Selain itu anak juga mempelajari objek-objek sosial, seperti: diri sendiri, orang tua, dan teman.

Piaget memandang bahwa anak memainkan peran aktif dalam menyusun pengetahuannya mengenai realitas. Anak tidak pasif menerima informasi. Walaupun proses berpikir dan konsepsi anak mengenai realitas telah dimodifikasi oleh pengalamannya dengan dunia sekitarnya, namun anak juga berperan aktif dalam menginterpretasikan informasi yang ia peroleh dari pengalaman serta dalam mengadaptasikannya pada pengetahuan dan konsepsi mengenai dunia yang telah ia punyai (Hetherington & Parke, 1975).

Piaget percaya bahwa pemikiran anak-anak berkembang menurut tahap-tahap atau periode-periode yang terus bertambah kompleks. Tahap-tahap perkembangan menurut Piaget ini diringkas dalam tabel berikut:59

Tabel 2.4 Tahapan Perkembangan Kogniti Piaget dalam Berk60

Tahap Usia/

Tahun

Gambaran

Sensorimotor 0-2 Bayi bergerak dari tindakan refleks instrinsif pada saat lahir sampai permulaan pemikiran simbolis. Bayi membangun suatu pemahan tentang dunia melalui pengkoordinasian pengalaman-pengalaman sensor dengan tindakan fisik.

Preoperational 2-7 Anak mulai merepresentasikan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar. Kata-kata dan gambar-gambar ini menunjukkan adanya peningkatan pemikiran simbolis dan melampaui hubungan informasi sensor dan tindak fisik.

Concrete operational

7-11 Pada saat ini anak dapat berpikir secara logis mengenai peristiwa-peristiwa yang kongkret dan mengklasifikasikan benda-benda ke dalam bentuk-bentuk yang berbeda.

Formal 11-15 Anak remaja berpikir dengan cara yang lebih

59 Desmita, Psikologi Perkembangan op.cit., h. 46

(37)

operational abstrak dan logis. Pemikiran lebih idealistik. Menurut Piaget, perkembangan masing-masing tahap tersebut merupakan hasil perbaikan dari perkembangkan tahap sebelumnya. Piaget menyatakan setiap individu akan melewati serangkaian perubahan kualitatif yang bersifat invarian, selalu tetap, tidak melompat atau mundur. Perubahan-perubahan kualitatif ini terjadi karena tekanan biologis untuk untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan serta adanya pengorganisasian struktur berpikir.61

Selain beberapa penjelasan di atas Solso dkk juga mengemukakan dalam bukunya bahwa Piaget membuat suatu teori tentang empat periode utama dalam perkembangan kognitif, yang menunjukkan perkembangan intelektualitas manusia. Perubahan dalam satu periode yang sama umumnya bersifat kuantitatif dan linear, sementara perbedaan antarperiode cenderung bersifat kualitatif dan menunjukkan adanya rangkaian kemajuan dari periode yang satu ke periode yang lain dalam keempat periode tersebut. Seorang anak harus melalui suatu periode terlebih dahulu sebelum meningkat ke periode berikutnya.

Adapun ringkasan tahapan perkembangan kognitif Piaget menurut Solso disajikan dalam tabel di bawah ini:

Tabel 2.5 Perkembangan Kognitif Piaget dalam Solso62

Tahapan Rentang

Usia Karakteristik

Sensori-motorik

0-2 tahun - Dunianya terbatas pada saat sekarang dan disini belum mengenal bahasa, - belum memiliki pikiran pada masa-masa

awal,

2-7 tahun - Pikirannya bersifat egosentris

- Pemikirannya didominasi oleh persepsi - Intuisinya lebih mendominasi daripada

pikiran logisnya

- Belum memiliki kemampuan konservasi

61 Ibid., h. 47

(38)

Operasiona l konkret

7-11 tahun - Kemampuan konservasi

- Kemampuan mengklasifikasikan dan menghubungkan

- Pemahaman tentang angka - Berpikir konkret

- Perkembangan pikiran tentang reversibilitas

Operasiona l formal

11 tahun keatas

- Pikiran bersifat umum dan menyeluruh - Berpikir proposisional

- Kemampuan membuat hipotesis - Perkembangan idealisme yang kuat.

Serta uraian tahapan perkembangan kognitif menurut Piaget yang dijelaskan oleh Bukatko & Daehler dalam tabel berikut :

Tabel 2.6 Piaget’s Stage of Cognitive Development63

Stage Structure (Schemes)Emerging Cognitive Typical Achievementsand Behaviors Sensorimotor

(Birth until 1,5 – 2 years

Sensory and motor actions, initially reflexes, quickly differentiate by means of accomodation

knowledge of space and objects, and eventually permit logical reasoning about concrete objects, characteristic of their

(39)

physical and social adalah kedewasaan/kematangan, tahapan yang membuka program genetik dalam perkembangan anak. Faktor lainnya adalah kecenderungan lain yang melekat pada anak untuk bertindak, secara fisik maupun mental, di dalam lingkungannya. Namun, dalam perkembangan Piaget sangat jelas merupakan produk dari interaksi faktor-faktor ini dengan pengalaman yang diperoleh anak

b. Pengaruh sosial budaya

Bagi Piaget, anak berkembang dengan cara yang sama di semua bagian dunia karena anak-anak memiliki unsur biologis yang sama dan fisik serta sosial dunia samayang perlu diadaptasi oleh manusia. Kesempatan budaya atau pendidikan, bagaimanapun juga, bisa mempengaruhi kecepatan dan keunggulan tingkat pencapaian perkembangan kognitif anak.

c. Keberlanjutan/ketidakberlanjutan

(40)

percaya bahwa penekanan yang lebih di dalam tahapan ini memberikan perhatian dengan menjelaskan periode stabilitas atau keseimbangan intelektual ketika, pada kenyatannya, kesadaran selalu mengalami perkembangan. Perkembangan kognitif, sama seperti spiral yang selalu berubah secara konstan, meskipun kadang-kadang pada waktu yang cepat daripada waktu yang lain (Beillin, 1989) d. Perbedaan individu

Piaget tidak terlalu fokus pada perbedaan individu dalam perkembangan anak. Tujuan dia adalah untuk mengidentifikasi prinsip-prinsip yang diterapkan pada aspek perkembangan kognitif anak dan aspek lainnya

e. Interaksi diantara domain

Teori Piaget telah memberi implikasi pada berbagai domain perkembangan. Contohnya, ide nya mengenai perkembangan kognitif yang telah digunakan untuk menjelaskan perubahan dalam komunikasi, pemikiran moral, dan aspek sosial tentag bagaimana anak memahami pemikiran, perhatian, perasaan, dan pandangan lainnya. Namun, Piaget telah memberikan kritiknya dengan memberikan perhatian tentang bagaimana domain sosial dan emosional mempengaruhi perkembangan kognitif64

Pendapat mengenai bagaimana tahapan perkembangan kognitif Piaget juga dikemukakan oleh Papalia. Dalam bukunya Papalia menyatakan bahwa Piaget percaya semua anak melalui tahap-tahap yang sama dalam urutan yang sama (meskipun waktunya bervariasi) maju dari yang sederhana sensorik dan motorik belajar untuk logis, berpikir abstrak. Ini adalah proses yang lambat dan bertahap di mana prestasi parsial membuka jalan bagi lebih kompleks, yang komprehensif. Adapun masing-masing tahapannya dijelaskan lebih lengkap di bawah ini:

a. Tahap sensori motor

(41)

Dalam tahap sensori motor, bayi mengenal objek-objek yang berada di lingkungannya melalui sistem pengindraan (seperti penglihatan dan pendengaran) dan gerakan motoriknya (refleks, seperti mengenyot dan menggerakkan kepala ke arah sumber rangsangan). Meskipun ketika dilahirkan seorang bayi sangat bergantung dan tidak berdaya, tetapi sebagian alat indranya sudah bisa langsung berfungsi seperti gerakan mengenyot dan menhisap puting susu ibunya65.

Papalia menyebutkan bahwa ada 6 subperiode dalam tahap sensori motor, subperiode tersebut dijabarkan dalam tabel berikut66 :

Tabel 2.6 Subtingkatan tahapan sensorimotor dalam Papalia67

Sub tingkatan Usia kemampuan refleks-refleks, seperti menghisap atau menghirup, dan menyenangkan secara sirkular (berulang-ulang) dan bersifat primer (berhubungan dengan tubuh), seperti mengenyot jempol secara berulang-ulang karena menyenangkan sehingga menjadi kebiasaan. Refleks-refleks berkembang menjadi skema (pola

65Syamsu, Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja (Bandung : PT Remaja Rosda Karya, 2011) h. 153

66 Diana E. Papalia, Child Development, op.cit., h. 2‘43

(42)

pengulangan mengembangkan minatnya atau perhatiannya terhadap peristiwa atau lingkungan di sekitarnya. Bayi mulai bisa memanipulasi objek-objek. Mulai mengimintasi dan menyusun persepsi klasifikasi dan relasi. Mengulang kegiatan-kegiatan yang menyenangkan seperti mengulang-ulang atau menggerak-gerakkan mainan yang mengeluarkan bunyi yang menarik. Mengembangakn koordinasi mata-tangan

(43)

Permulaan berpikir (representasi mental)

18-24 Mulai mengembangkan kemampuan untuk memahami fungsi-fungsi simbolik atau representasi mental. Sebagai prestasi puncak tahap sensori

motor adalah kemampuan

menginternalisasikan skema-skema tingkah laku untuk mebentuk simbil-simbil mental atau imajinasi. Pada tahak keenam ini anak sudah bisa bereksperimen secara mental dan

memiliki “insight” untuk

memecahkan suatu masalah

b. Tahap praoperasional

Periode perkembangan kognitif praoperasional terjadi dalam diri anak ketika umur 2 sampai 7 tahun. Perkembangan ini bermula pada saat anak telah memiliki penguasaan sempurna mengenai objects permanence. Artinya, anak tersebut telah memiliki kesadaran akan ‘tetap eksisnya’ suatu benda yang harus ada atau biasa ada, walaupun benda tersebut sudah ia tinggalkan atau sudah tidak diihat dan tidak didengar lagi. Jadi, tahap praoperasional ini berbeda dengan tahap sensori motor yang hanya mengandalkan pada pengamatan.Apakah yang mendasari munculnya kemampuan abstrak ini ?

Perolehan kemampuan berupa kesadaran terhadap eksistensi

object permanence (ketetapan adaya benda) adalah hasil dari munculnya kapasitas kognitif baru yang disebut representatition atau mental representation (gambaran mental). Secara singkat, representasi adalah sesuatu yang mewakili atau menajdi simbol sesuatu yang lainnya. Representasi mental merupakan bagian penting dari skema kognitif yang memungkinkan anak berpikir dan menyimpulkan eksistensi sebuah benda atau kejadian tertentu walaupun benda atau kejadian itu di luar pandangan, pendengaran ataupun jangkauan tangannya.

(44)

kapasitas meniru perilaku orang lain yang sebelumnya pernah ia lihat untuk memproses lingkungan. Perilaku-perilaku yang ditiru terutama perilaku-perilaku orang lain (khususnya orang tua dan guru) yang pernah ia lihat ketika orang itu merespon barang, orang, keadaan dan kejadian yang dihadapi pada masa lampau.

Seiring dengan munculnya kapasitas deferred-imitation, muncul pula gejala insight-learning yakni gejala belajar berdasarkan tilikan akal. Dalam hal ini, anak mulai mampu melihat situasi problematik yakni memahami bahwa sebuah keadaan mengandung masalah, lalu berpikir sesaat. Seusai berpikir, ia memeroleh reaksi ‘aha’ yaitu pemahaman atau ilham spontan untuk memecahkan masalah versi anak-anak. Dengan reaksi ‘aha’ kemudian masalah tadi ia pecahkan.

Dalam periode perkembangan praoperasional, penggunaan skema kognitif anak masih berbatas. Hal ini bisa terlihat dalam hal pengamatan dan pemahaman anak terhadap situasi lingkungan yang ia tanggapi sangat dipengaruhi oleh watak egosentrisme. Maksudnya anak belum bisa memahami pandangan-pandangan orang lain yang berbeda dengan pandangan sendiri. Gejala egosentrisme ini disebabkan oleh masih terbatasnya conservation (konservasi/pengekalan), yakni operasi kognitif yang berhubungan dengan pemahaman anak terhadap aspek dan dimensi kuantitatif materi lingkungan yang ia respon.

Gambar

Gambar 2.1. Piaget’s Three-Mountain Task
Gambar 2.4 This 11 Years Old’s Drawing Is Neater And More
Gambar 2.5 Piaget’s Conservation Task
Gambar 2.6 Beberapa Dimensi Dari Konservasi : Jumlah, Bahan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Prematuritas murni dikenal dengan nama premature ini mempunyai maksud bahwa neonatus (bayi) dengan usia kehamilan yang kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat badan sesuai

Kegiatan mendongeng sambil bermain ini diasumsikan memiliki keterkaitan dengan lima aspek kecerdasan emosional, antara lain mencakup kemampuan mengenali emosi diri sendiri,

Dengan instrumen penilaian guru terhadap murid sebagai berikut: Tabel 2. Instrumen Penilaian Indikator Sub-Indikator Kriteria Penilaian BM MM BSH BSB Anak dapat berbicara lancer dengan kalimat yang terdiri dari Kelancaran 4 sampai 6 kata. menyampaikan Anak Dapat menyebutkan gambar yang diperlihatkan guru dengan lancer. Anak dapat berbicara dengan kata- kata yang jelas dalam menyampaikan pendapatnya. Kejelasan Vocal Anak Dapat berbicara jelas saat berkomunikasi dengan temannya Ketetapan Anak dapat menggunakan kata- Intonasi kata yang jelas dalam menyampaikan pendapatnya. Anak dapat berbicara dengan intonasi yang baik Ketetapan Anak dapat menceritakan pilihan kata menggunakan media gambar berseri dengan tepat. Anak mampu menceritakan sesuai tema dengan menggunakan gambar berseri. Struktur kalimat Anak mampu menjelaskan dengan menggunakan media gambar berseri dengan lengkap. Anak mampu berbicara tentang gambar yang disediakan atau dibuat sendiri dengan urut dan bahasa yang lengkap. Kriteria penilaian yaitu sebagai berikut: (a) Belum Berkembang (BB), yaitu bila anak melakukannya harus dengan bimbingan atau dicontohkan oleh guru; (b) Mulai Berkembang (MB), yaitu bila anak melakukannya masih harus diingatkan atau dibantu oleh guru; (c) Berkembang Sesuai Harapan (BSH), yaitu bila anak sudah dapat melakukannya secara mandiri dan konsisten tanpa harus diingatkan atau dicontohkan oleh guru; (d) Berkembang Sangat Baik (BSB), yaitu bila anak sudah dapat melakukannya secara mandiri dan sudah dapat membantu temannya yang belum mencapai kemampuan sesuai indikator yang diharapkan. Teknik analisa data melalui 3 tahap yaitu: reduksi data, deskripsi data, dan verifikasi data. Pertama, reduksi data adalah penyederhanaan yang dilakukan melalui seleksi, pemfokusan dan pengabstrakan data mentah menjadi informasi yang bermakna. Mereduksi data merupakan kegiatan menyeleksi data sesuai dengan fokus permasalahan. Pada tahap ini peneliti mengumpulkan semua