Dalam proses-proses kognitif, hal yang terpenting adalah persepsi, seleksi perhatian, memori, dan strategi kognitif. Memori merupakan inti dari perkembangan kognitif, sebab segala bentuk belajar dari individu melibatkan memori. Dengan memori, individu dimungkinkan untuk dapat menyimpan informasi yang ia terima sepanjang waktu. Tanpa memori individu mustahil dalam merefleksikan dirinya sendiri, karena pemahaman diri sangat tergantung pada suatu kesadaran yang berkesinambungan yang 79 Laura E. Berk, Child Development, op.cit, h. 309-310
hanya terlaksana dengan adanya memori. Memori diperoleh melalui pemrosesan informasi.81
Teori pemrosesan informasi mengedepankan bahwa individu memanipulasi, memonitor, dan menyusun strategi, terhadap informasi- informasi yang ditemuinya. Teori pemrosesan informasi tidak mendeskripsikan perkembangan dalam bentuk tahapan. Menurut teori ini individu secara bertahap mengembangkan kapasitas untuk memproses informasi, sehingga memungkinkan mereka untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang kompleks.82
Teori pemrosesan informasi (information-processing theory) didasarkan atas tiga asumsi umum, pertama, pikiran dipandang sebagai suatu sistem penyimpanan dan pengambilan informasi. Kedua, individu- individu memproses informasi dari lingkungan, dan ketiga, terdapat keterbatasan pada kapasitas untuk memproses informasi dari seorang individu.83 Teori pemrosesan informasi lebih menekankan pada cara
individu memproses informasi tentang dunia mereka, cara informasi masuk ke pikiran, cara informasi disimpan dan disebarkan, serta cara informasi diambil kembali untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas yang kompleks, seperti memecahkan masalah dan berpikir.84
Robert Siegler, seorang ahli terkemuka di bidang pemrosesan informasi anak-anak, menyatakan bahwa kegiatan berpikir merupakan suatu bentuk pemrosesan informasi. Dengan kalimat, ketika individu menangkap, menuliskan sandi, menampilkan, menyimpan dan mengeluarkan kembali informasi maka mereka sedang berpikir. Siegler mengedepankan bahwa aspek penting dari perkembangan adalah pembelajaran mengenai strategi-strategi yang baik untuk memproses informasi. 85
Model pemrosesan informasi mempunyai beberapa komponen utama: stimulus lingkungan atau (input), sensory register (SR), short-term
81 Laura E. Berk, Child Development, op.cit, h. 312
82 John, W Santrock, Life Span Development, op.cit., h. 29 83 Desmita, Psikologi Perkembangan,op.cit, h. 49
84 Laura E. Berk, Child Development, op.cit, h. 312
memory (STM), long-term memory (LTM), dan respon (output). Menurut model ini, ketika seseorang mencoba memecahkan suatu masalah, pada awalnya ia memperoleh informasi dari lingkungan melalui inderanya. Informasi yang diperoleh, kemudian disimpan sementara dalam sensory register (SR), memori penyimpan pertama. Sensory register merekam informasi secara seksama sebagaimanayang diterima semula, namun informasi ini akan menghilang atau tidak muncul dalam dua bagian kecil, kecuali seseorang memprosesnya kemudian.
Informasi yang mendapat perhatian khusus dari seseorang ditransfer ke short-term memory (STM), memori penyimpanan kedua. Short-term memory hanya dapat menyimpan informasi dalam jumlah yang terbatas, hanya sekitar 7 buah informasi pada satu waktu. Kemudian setelah salah satu informasi dilupakan atau diproses lebih lanjut, maka ia bergerak ke
long-term memory (LTM), memori penyimpan ketiga. Dalam long-term memory ini informasi dapat disimpan secara lebih permanen. Akan tetapi dalam penyimpanan ini diperlukan berbagai strategi kognitif, seperti melatih informasi secara berulang-ulang atau mengorganisirnya dalam kelompok-kelompok yang dikenal. Tidak seperti short-term memory, long- term memory memiliki kapasitas yang tidak terbatas untuk menyimpan informasi baru.86
Selain penyimpanan memori, dalam pemrosesan informasi juga melibatkan atensi. Atensi merupakan kegiatan memfokuskan sumberdaya mental terhadap informasi tertentu. Kemampuan anak untuk memberikan perhatian meningkat secara signifikan selama masa prasekolah. Anak kecil yang baru belajar berjalan, berkeliling di sekitarnya, mengalihkan perhatian dari aktivitas yang satu ke aktiviitas yang lainnya, dan tampak bahwa perhatiannya pada objek atau peristiwa apapun hanya berlangsung sebentar. Sebagai perbandingan, anak prasekolah mungkin terlihat sedang menonton TV selama setengah jam. Meskipun demikian, paling tidak kendali atensi anak-anak prasekolah masih kurang dalam dua hal:
Dimensi yang menonjol versus dimensi yang relevan. Anak-anak prasekolah cenderung menaruh perhatian pada stimuli yang menonjol atau mencolok, meskipun stimuli tersebut tidak relevan untuk memecahkan masalah atau menjalankan sebuah tugas. Sebagai contoh, jika seorang badut yang mencolok memberikan pengarahan kepada anak-anak dalam memecahkan masalah, anak-anak prasekolah cenderung lebih menaruh perhatian pada badut tersebut dibandingkan pada pengarahan yang diberikannya. Setelah usia 6 atau 7 tahun, anak-anak dapat memperhatikan dimensi-dimensi tugas yang relevan secara lebih evisien, seperti dapat mengikuti pengarahan dalam memecahkan masalah. Perubahan ini mencerminkan suatu peralihan menuju kendali yang bersifat kognitif untuk memberikan atensi; dalam kondisi ini anak-anak menjadi kurang impulsive dan melakukan refleksi lebih banyak.
Santrock berpendapat bahwa bayi sejak awal mempunyai kemampuan mengingat. Pengalaman seorang bayi berusia 6 bulan ternyata masih dapat diingatnya hingga 2 tahun kemudian.87 Anak usia prasekolah
telah dapat memberikan reaksi verbal sehingga dapat lebih mudah diukur memorinya dibanding dengan usia bayi.88
Setelah anak usia 7 tahun tidak terlihat peningkatan yang berarti. Cara mereka memproses informasi menunjukkan keterbatasan- keterbatasan dibandingkan dengan prang dewasa. Berbeda dengan memory jangka panjang yang terlihat peningkatan seirng dengan penambahan usia selama masa pertengahan dan akhir anak-anak. Hal ini karena memori jangka panjang sangat tergantung pada kegiatan-kegiatan belajar individu ketika mempelajari dan mengingat sesuatu.89
Faktor lain yaitu perencanaan. Ketika pelaku eksperimen meminta anak-anak untuk menilai apakah kedua gambar yang kompleks itu sama atau tidak, anak-anak prasekolah cenderung melakukan perbandingan dengan menggunakan strategi yang serampangan, tidak menelaah semua detail sebelum membuat penilaian. Sebagai perbandingan, anak-anak usia 87 Ibid., 112
88 Ibid., h. 134-135
dasar cenderung leboh melakukan pembandingan secara sistematis terhadap detail-detail di berbagai gambar, satuu persatu.
Strategi dan pemecahan masalah juga penting dalam teori ini. Teori pemrosesan informasi menekankan pentingnya menggunakan strategi- strategi yang baik. Strategi terdiri dari aktivitas mental yang dilakukan secara sengaja untuk meningkatkan pemrosesan informasi. Sebagai contoh anak-anak yang lebih tua dan orang dewasa biasanya menggunakan strategi mengulang-ulang informasi dan mengorganisasikannya agar dapat mengingat secara efektif. Sementara itu, sebagian besar anak-anak kecil tidak menggunakan kedua strategi ini untuk mengingat.
C. IMPLEMENTASI TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF DALAM