• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pabrik gula

5.8 Implikasi Kebijakan

Berdasarkan usulan model RSSC-PC yang dibuat pada penelitian ini, maka diperlukan adanya suatu langkah konkrit berupa implikasi kebijakan, antara lain:

1. Mengingat aspek hukum dan kelmbagaan merupakan aspek yang paling tidak berlanjut, maka hal yang harus segera dilakukan adalah membentuk payung hukum dan kelembagaan yang kuat, beserta aturan pelaksanaan yang jelas dan terinci, yang dibuat dalam bentuk SOP.

2. Pemerintah hendaknya memberi modal terlebih dahulu atau dengan katalain melakukan penalangan dana baik untuk kegiatan on farm maupun kegiatan off farm dalam rangka melakukan peningkatan teknologi maupun pengembangan lahan produksi yang jelas dan terukur.

3. Setiap gerak langkah kegiatan yang dilakukan oleh industri gula hendaknya dapat terukur berdasarkan audit lingkungan melalui sertifikasi lembaga yang diakui secara internasional (TUV, ISO, ecolabelling)

4. Pemberdayaan SDM masyarakat sekitar pabrik gula melalui kegiatan CSR, pendidikan formal, dan pengakuan keahlian; merupakan modal utama agar dapat menyempurnakan sistem yang telah ada. Untuk itu harus di sosialisasikan agar menjadi budaya masyarakat.

5. Membuat kegiatan-kegiatan yang tercatat dan dapat ditelusur oleh siapapun, sehingga komitmen terhadap transparansi dapat terjaga. Selain itu adanya komitmen ini akan berdampak positif pada semua pelaku kegiatan dalam hal tanggung jawab berikut target yang akan dicapainya dengan jelas, pada satu satuan waktu yang terukur. Nilai yang sudah terukur tersebut selanjutnya diberi pembobotan sehingga satu sama lain saling mengetahui dan saling mendukung. 6. Pembuatan aturan induk dan detilnya yang bersumber kepada target (goal) yang

ingin dicapai berikut sanksi yang ketat sehingga menjadi pedoman hukum & peraturan yang berlaku. Hal ini diprlukan, karena akan dapat menjaga konsistensi semua kebijakan sehingga dapat dipatuhi oleh semua pihak.

7. Perhitungan-perhitungan akuntansi dijadikan acuan oleh semua pihak, sehingga menjadi norma kerja yang tinggi terhadap aspek kesadaran (tidak dipaksakan) dengan tujuan komitmen terhadap kelayakan ekonomi dan keuangan dalam jangka panjang, sehingga dapat menjalaninya dengan penuh tanggung jawab.

8. Kegiatan industri dari hulu (penyiapan bahan baku) sampai hilir dengan berpedoman kepada produksi bersih seperti penggunaan praktek terbaik (good manufacturing practices dan good agariculture practices) dan tepat oleh perkebunan dan pabrik serta didukung partisipasi penuh masyarakat.

9. Mendorong langkah-langkah ke arah sertifikasi setiap kegiatan, sehingga tanggung jawab lingkungan dan konservasi kekayaan alam dan keaneka ragaman hayati (Amdal, UKL, UPL: flora, fauna, konflik; - culture, kebijakan, tanaman lain) dapat dilestarikan. Audit lingkungan dapat pula dilakukan melalui kegiatan Amdal, UKL, UPL dan sejenisnya. Mengingat kegiatan-kegiatan tersebut dapat dijadikan barometer kemampuan untuk terus menopang daya dukung sumberdaya yang ada. Flora dan fauna dijadikan kekayaan alamiah yang terus menjadi pelengkap diantara perkebunan dan di pabrik. Penjagaan terhadap keharmonisan hidup ditegakkan, sehingga tidak terjadi konflik diantara sesama, baik manusia, alam dan seisinya. Budaya kerja, budaya seni dan budaya kehidupan masing-masing individu, saling menghormati dan saling mendukung sehingga terjadi keakraban dalam khasanah kekinian. Kebijakan-kebijakan yang terus diwarnai oleh sifat pembaruan dalam kerangka pencapaian target-target yang telah dibuat, dipelihara dengan konsisten seperti pemeliharaan mesin-mesin produksi (on farm & off farm) dan pembudidayaan tanaman lain yang diperlukan untuk mengisi siklus tanam, sehingga pada akhirnya akan dapat menjaga kemampuan produktifitas tanah.

10. Menjaga proporsi kebijakan yang baik, sehingga tanggung jawab kepada para pekerja, individu-individu dan komunitas-komunitas, kebun dan pabrik menjadi egaliter. Adanya kondisi ini akan sangat memungkinkan tercapainya keharmonisan, semangat dan etos kerja serta keseimbangan hidup yang hakiki.

11. Semua sektor (pertanahan, hukum, keamanan dan lain-lain) terus mendukung terhadap pencapaian kualitas dan kuantitas produksi. Bila telah optimum dari sisi lahan dan tingkat produktifitas pabrik, maka secara bersama-sama akan dapat mengembangkan perkebunan baru secara bertanggung jawab.

12. Setiap elemen mempunyai keterbatasan baik yang sifatnya fisik maupun non fisik, sehingga hal-hal yang tidak melampaui daya dukung lingkungan harus diperhitungkan dengan cermat. Untuk itu perlu suatu komitmen terhadap perbaikan terus-menerus pada wilayah-wilayah utama aktifitas, seperti perkebunan, irigasi, sosial budaya dan teknologi.

13. Tuhan menciptakan kemampuan manusia memang tidak sama, sehingga ada yang kuat dan ada yang lemah. Guna menutupi kesenjangan yang terlalu jauh, maka diperlukan suatu norma yang berkomitmen terhadap pelaksanaan pemberdayaan masyarakat melalui program CSR.

ABARE, 1998. Research Report 99.14, “Sugar, International Policies Affecting Market Expansion.” pp. 52-69. Buzzanell, Peter, and John C. Ronney, “The Brazilian Sugar and Ethanol Industry: Performance and Prospects.” Sugar and Sweetener Situation and Outlook Report, Economic Research Service, July 1988. Brazil Attache Sugar Reports. Diunduh: 14 Juni 2010

Adisasmito, K. 1998. Sistem Kelembagaan sebagai Salah Satu Sumber Pokok Permasalahan Program TRI: Suatu Tinjauan. Retrospeksi. Bulletin Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia, (148):59-85.

Adisasmita, R. 2006. Membangun Desa Partisipatif. Cetakan Pertama. Penerbit Graha Ilmu. Yogyakarta.

Aldrian, E., Y.S. Djamil. 2008. Spatio temporal Clamate Change of Rain Fall of East Java Indonesia. Int. J. Climatology 23: 435 - 448

Allenby, B.R. 1999. Industrial Ecology. Policy Framework and Implementation.

Prentice-Hall Inc. New Jersey. USA.

Amirudin, Ir. 2010. Revitalisasi Industri Gula Dalam Rangka Mendukung Dwasembada Gula.

Arifin, B. 2000. Kebijakan Produksi dan Perdagangan Gula Nasional: Suatu Telaah Ekonomi Politik. Makalah Disampaikan pada Diskusi Panel Kebijakan Industri Gula, Surabaya, 26 Juli 2000.

Arsyad, S. 1999. Pentingnya Konservasi Tanah dan Air. Makalah Dalam Seminar Nasional Save Our Water. Bogor, 11 Desember 2004. Fakultas Pertanian Institut Peranian Bogor. Bogor

Asosiasi Gula Indonesia (AGI).2006. Laporan Internal, Asosiasi Gula Indonesia, Jakarta

Bock, J.G. 2001. Towards Participatory Communal Appraisal. Community Development Journal. 36(2): 146-153.

Bourgeois, R dan F. Jesus. 2004. Participatory Prospective Analisys. Exploring and Anticipating Challenges with Stakeholders. UNESCAP-CAPSA. Bogor.

Brown, K., E. Tompkins, W.N. Adger. 2001a. Trade-off Analysis for Participatory Coastal Zone Decision-Making. Overseas Development Group. University of East Anglia, Norwich U.K.

Bulle, S. 1999. Issue and Results of Community Participation in Urban Environment, Comparative Analysis of Nine Projects on Waste

Management. UWEP Working Document 11.Waste.

Carter, J. 1996. Recent Approaches to Participatory Forest Resource Assessment. ODI. London.

Cohen, J.M. and N. Uphoff. 1977. Rural Development Participation: Rural Development Committee. Cornell University

Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran, Hubungannya dengan Toksikologi Senyawa Logam. UI-Press. Jakarta.

De Andrade, R.R. and E.C. Rivera. 2009. Study of Kinetic Parameters in a Mechanistic Model for Bioethanol Production Through a Screening Technique and Optimization. Bioprocess Biosyst Eng 32: 673-680.

Dewan Gula Indonesia. 1999. Restrukturisasi Gula Indonesia April 1999. Bahan Diskusi Reformasi Gula Indonesia, Dewan Gula Indonesia, Jakarta.

Dewan Gula Indonesia; 2002. Laboran Internal, Jakarta

Departemen Perdagangan. 1994. Implikasi Kesepakatan GATT terhadap Sektor Pertanian Indonesia. Departemen Perdagangan, Jakarta.

Devadoss, S dan J. Kropf. 1996. Impacts of Trade Liberalizations Under The Uruguay Round On The World Sugar Market. Agricultutal Economics, (15): 83-96

Djajadiningrat, S.T. 2001. Pemikiran, Tantangan dan Permasalahan Lingkungan.

Penerbit Studi Tekno Ekonomi, Departemen Teknik Industrifakultas teknik Industri ITB Bandung.

Djakapermana R.D., 2006. Disain Kebijakan dan Strategi Dalam Pemanfaatan Ruang Wilayah Pulau Kalimantan. Disertasi. Sekolah Pascasarjana IPB. Tidak dipublikasikan

Edgington, D. and A. Fernandez. 2001. The Changing Context of regional Development. in: Edgington D, Fernandez A, Hoshino C, editor. New Regions-Concepts, Issues and Practices. New Regional Development Paradigms Vol 2. Connecticut: Greenwood Press.

Elbehri, A., T. Hertel, M. Ingco, K. R. Pearson. 2000. Partial Liberalization of The World Sugar Market: A General Equilibrium Analysis Or Tarif-Rate Quota Regimes. Third Annual Conference on Global Economics Analysis, Melbourne, Australia, 27 – 30 Juni 2003.

FAO. 2003. Important Commodities In Agricultural Trade. FAO Support to the WTO Negotiations, FAO, Rome.

Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara. Kanisius. Yogyakarta.

Fauzi, A., and Suzy Anna. 2005. Pemodelan Sumber Daya Perikanan dan Lautan untuk Analisis Kebijakan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

F.O. Licht, “Australian Sugar Industry Fears Rising Brazil Threat.” F.O. Licht’s International Sugar and Sweetener Report, pp. 213-219, Vol. 131, No. 14, Apr. 26, 1999. Diunduh: 14 Juni 2010

Grof, C.P.L., P.L. Albertson, J. Bursle, J.M. Perroux, G.D. Bonnett and J.M. Manners. 2007. Sucrose-phosphate syntetase, a Biochemical Marker of High Sucrose Accumulation of Sugarcane.

Groombridge, M. A. 2001. America’s Bittersweet Sugar Policy. Trade Briefing Paper. Center for Trade Policy Study, CATO Institute, Washington DC.

Gumbira-Said, E. 1998. Penerapan Manajemen Teknologi untuk Agribisnis, Majalah Usahawan No. 10 th XXV Oktober 1998, Jakarta

Houck, J P. 1986; Elements of Agricultural Trade Policies, Mac Millan Publishing Company, New York

Ibid-The European Union (EU) includes French Overseas Departments of Reunion, Guadeloupe, and Martinique. EU trade data does not include intra-EU trade. Beginning 2004/05 the PS&D reflects the EU enlargement by accession of the following ten countries. Latvia, Lithuania, Estonia, Poland, Hungary, Czech Republic, Slovakia, Slovenia, Malta, and Cyprus. As a result of this enlargement, from 15 countries to 25 countries, the ending stock figure for 2003/04 will not carry over to the beginning stock figure for 2004/05. Data prior to 2004/05 reflects the countries comprising the EU at that time. The PSD for the EU-25 ends with marketing year 2005/06. The series picks up with the EU- 27 beginning marketing year 2006/07. The EU-27 contains two new countries Bulgaria and Romania. Diunduh: 14 Juni 2010

Ibid-Includes Traditional Eastern European Countries, Hungary, Czech Republic, Slovakia, Balkans, Baltic's, Armenia, and Georgia. Beginning 2004/05 The Following Countries are Removed from This List Upon Their Accession to the EU: Latvia, Lithuania, Estonia, Poland, Hungary, Slovakia, and Slovenia. Note that Data for Poland is Zeroed out for 2004/05 because it is Included in the European Union. Diunduh: 14 Juni 2010

Ibid-Includes All of Continental Africa except Egypt. 14 Juni 2010

Ibid-Includes Bahrain, Kuwait, Oman, Qatar, and the United Arab Emirates. Diunduh: 14 Juni 2010

Ibid-Indian Data Includes Production Of Khandsari Sugar, A Native Type, Semi-White Centrifugal Sugar. Estimated output of Khandsari Sugar In Thousand of Metric Tons (Raw Value Equivalent) Is as Follows: 2001/02 - 714; 2002/03 - 590; 2003/04 - 620; 2004/05 - 683; 2005/06 - 683; 2006/07 - 500; 2007/08 - 425; 2008/09 - 435; 2009/10 -404. Diunduh: 14 Juni 2010

Ibid-Includes Kazakhstan, Kyrgyzstan, Tajikistan, Turkmenistan, and Uzbekistan. Diunduh: 14 Juni 2010

Ibid-The 'Unrecorded' Category is a Balancing Mechanism to Equalize World Exports and Imports. It is Assumed there is a Certain Quantity of Trade that will not be Recorded, with The Result that Imports and Exports will Differ by a Certain Amount. To View Country Crop Years Click on The Following URL:

2:40:49 PM. Diunduh: 14 Juni 2010

IPCC, 2006. Special Report on Carbon Captures and Storages. Edited by B. Metz, O. Davidson. H. Deconnick, M. Loos, L. Meyer. Cambridge University.

Instruksi Presiden Republik Indonesia No. 1 Tahun 2010 Tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional Tahun 2010.

Kavanagh. 2001. Rapid Appraisal of Fisheries (RAPFISH) Project: RAPFISH Software Description (for Microsoft Excel). Fisheries Centre. University of British Columbia.

Kennedy, P. L. 2001. Sugar Policy. Louisiana State University, Louisiana.

Kinerja PTPN dan Pabrik Gula Swasta. Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI). 2009.

Koentardi. 2006. PT Jawa Manis, Laporan Internal, Cilegon

Kotler, P. 1997. Majemen Pemasaran. Irianto [Penerjemah]. Terjemaahan dari: Marketing Management. Erlangga. Jakarta

Laporan Penyusunan Pengembangan Agribisnis gula Berbasis Tebu di Jawa Tahun 2005. 2006. Dewan Gula Indonesia dan Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia. Pasuruan.

Licht, F. O. 1995. The world sugar market in 1994/95’ World Sugar Statisticts, A3-A21.

LMC. 2003. LMC International Documents Wide Range Of Subsidies Among World’s Major Sugar Countries. American Sugar Alliance, January 2003.

LMC International, “Brazil: Outlook for Ethanol Demand and Implications for Sugar Exports.” Sweetener Analysis, 12 pp., March 2001. Diunduh: 14 Juni 2010

Lunelli, B.H. E.R. Duarte, E.C.V. de Toledo, M.R.W.Maciel and M. Filho. 2007. A New Process for Acrylic Acid Synthesis bu Fermentation Process. Applied Biochem and Biotech. 136-130: 487-500.

Manahan, S.E. 2002. Environmental Chemistry. Seventh Edition. Lewis Publisher. Inc. NewYork.

Mitchell, B. Setiawan B.B., Rohmi, D.H. 2000. Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Muluk, K.M.R. 2007. Menggugat Pastisipasi Publik dalam Pemerintahan Daerah. Cetakan Pertama. Penerbit Banyumedia Publishing. Malang.

Munasinghe, M. 1993. Environmetal Economic and Sustainable Development/ THE WORLD BANK. Washington D. C. 20433. U.S.A.

Murdiyatmo, U. 2000. Dukungan Teknologi dalam Pembangunan Industri Gula Indonesia. Dalam Supriyono, A., Prosiding Seminar Sehari Pembangunan Perkebunan Indonesia. Asosiasi Penelitian Perkebunan Indonesia, 26 Juli 2000: 43-48.

Murdiyarso, D. 2003. CDM: Mekanisme pembangunan Bersih. PT Kpmpas Media Nusantara. Jakarta.

Noble, J. 1997. The European Sugar Policy to 2001. World Sugar and Sweetener Yearbook 1996/1997, D13-DA21.

[NRTEE] National Round Table on the Environment and the Economy. 1998, Sustainable Strategies for Oceans: A Co-management Guide. Ontario: NTREE.

Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor. 44/M-IND/PER/4/2010 Tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 91/M-IND/PER/11/2008 Tentang Program Restrukturisasi Mesin/Peralatan Pabrik Gula.

Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor. 31/M-IND/PER/3/2010 Tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 91/M-IND/PER/11/2008 Tentang Program Restrukturisasi Mesin/Peralatan Pabrik Gula.

Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor 91/M-IND/PER/11/2008 Tentang Program Restrukturisasi Mesin/Peralatan Pabrik Gula.

Prior, B.A. and D.F.Day. 2007. Hydrolysis of Ammonia-Pretreated Sugar Cane

Bagasse with Cellulase, β-Glucosidase and Hemicellulase Preparations. Appl Biochem Bioetanol (2008) 146: 151-164

Pudjianto, K. 2009. Partisipasi Masyarakat Dalam Rehabilitasi Hutan, Lahan, dan Konservasi Sumberdaya Air Di Sub Das Keduang, Daerah Hulu Das Bengawan Solo [Tesis]. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Pursell, G. and A. Gupta. 1997. Trade Policies And Incentives In Indian Agriculture. Development Research Group, the World Bank., New Delhi.

Pitcher, T.J. 1999. Rapfish : A Rapid Appraisal Technique for Fisheries and Its Application to The Code of Conduct for Responsible Fisheries. FAO UN. Rome.

Departemen Perindustrian. 2010. Rencana Aksi Revitalisasi Industri Gula. Januari.

Saaty, T.l. and L.G, Vargas. 1994. The Analystic Hierarchy Process Series VII, RWS Publication Ellsworth Avenue 4922, Pittsburgh, PA 15213 USA.

Sanim, B. 1999; Klasifikasi Kebijakan dan Instrumennya. Fakultas Pertanian, Jurusan Sosial Ekonomi, IPB, Bogor

Serageldin, I. 1996. Sustainability and Wealth of Nation First Step in an Ongoing Journey. Environmentally Sustainable Development Studies and Monograph Series No. 5. The World Bank, Washington D.C.

Siagian V., 1999. Analisis Efisiensi Biaya Produksi Gula di Indonesia; Pendekatan Fungsi Biaya Multi-Input Multi-Output. Disertasi. Sekolah Pascasarjana IPB. Tidak dipublikasikan

Simatupang, P., N. Syafaat, KM. Noekman, A. Syam, S.K. Dermoredjo, dan B. Santoso. 2000. Kelayakan Pertanian Sebagai Sektor Andalan Pembangunan Ekonomi Nasional. Pusat Penelitian Social Ekonomi Pertanian, Bogor.

Sitorus, S.R.P., 1994. Pengembangan Sumberdaya Lahan Berkelanjutan; Laboratorium Peremcanaan Pengembangan Sumberdaya Lahan, Departemen Tanah, Fakultas Pertanian, IPB, 1992. 2002. 2004, Bogor

Soemarwoto, O2001. 2004. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Cetakan Kesepuluh. Djambatan. Jakarta.

Stohr, W. 2001. Introduction. in W. Stohr, J. Edralin and D. Mani. New Regional Development Paradigms. Vol. 3: Decentralization, Governance and the New Planning for Local-Level Development. Westport. CT: Greenwood Press, Chapter 1, 1-19.

Sudana, W., P. Simatupang, S. Friyanto, C. Muslim, dan T. Sulistiyo. 2000. Dampak Deregulasi Industri Gula Terhadap Realokasi Sumberdaya, Produksi Pangan, Dan Pendapatan Petani. Laporan Penelitian. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor.

Sudaryanto, T. Erwidodo, Soentoro, V T Manurung, M Rahmat, dan K Adisasmito. Dinamika Ekonomi Tebu Rakyat dan Industri Gula Indonesia. Kerjasama Pusat penelitian Sosial EkonomiPertanian dengan Pusat Penelitian perkebunan Gula Indonesia, Bogor.

Soentoro, V., Sudaryanto, T. Erwidodo, T Manurung, M Rahmat, dan K Adisasmito. Dinamika Ekonomi Tebu Rakyat dan Industri Gula Indonesia. Kerjasama Pusat penelitian Sosial EkonomiPertanian dengan Pusat Penelitian perkebunan Gula Indonesia, Bogor.

Sulistiyono E., 2006. Hubungan Pengelolaan Air Dengan Produksi, Kandungan Gula Nikotin Daun Tembakau. Disertasi. Sekolah Pascasarjana IPB. Tidak dipublikasikan

Sumaryanto., N. Syafaat , M. Ariani dan Friyanto S. 1995. Analisa Kebijakan Konversi Lahan Sawah Penggunaan Non-Pertanian, Laporan Hasil Penelitian. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor.

Susila W.R., 2006: Pengembangan Industri Gula Indonesia; Analisis Kebijakan Dan Keterpaduan Sistem Produksi. Disertasi. Sekolah Pascasarjana IPB. Tidak dipublikasikan

Soemodihardjo I.H. 2001. Optimum Penggunaan Lahan Di Daerah Penghasil Padi dan Tebu di Jawa Timur. Disertasi. Sekolah Pascasarjana IPB. Tidak dipublikasikan.

Sunu, P. 2001. Melindungi Lingkungan dengan Menerapkan ISO 14001. Penerbit PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.

Susila, W.R. dan A. Susmiadi. 2000. 2006. Analisis Dampak Pembebasan Tarif Impor dan Perdagangan Bebas Terhadap Industri Gula. Laporan

Penelitian, Asosiasi Penelitian Perkebunan Indonesia, Bogor.

Susila, W.R. 2005. Pengengembangan Industri Gula Indonesia: Analisis Kebijakan dan Keterpaduan sistem Produksi. Desertasi S3. Institut Pertanian Bogor

Susmiadi, A. 1998. Krisis Moneter Dan Pengaruhnya Terhadap Industri Gula Indonesia. Makalah disampaikan pada Seminar Sehari Krisis Moneter dan Langkah Antisipatif Penanggulangan Dampak Kekeringan pada Produksi Gula 1998, Pasuruan, 10 Desember 1998.

Surna T.D. 2001. Pemikiran, Tantangan dan Permasalahan Lingkungan. Penerbit Studi Tekno Ekonomi, Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik Industri ITB Bandung.

Sutamihardja, R.T.M. 1992. Pengelolaan Kualitas dan Pencemaran Air. Seminar on Industrial Water Pollution Control and Water Quality Management, 6-10 Januari 1992. Jakarta

Syahrial, A dan Bioletty, L. 2007. Kajian Potensi CO2 dan EOR dalam Mrnciptakan Mekanisme Pembangunan Bersih di Indonesia . Jurnal Lemigas M & E Vol V No. 3 September 2007. Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi Jakarta: 33-55

Takeda, N. 2001. People Participation in Regional Development Management. Japanese Experiences. Paper presented for the Seminar on Regional Developmnet and Management Policy to Support Autonomy. 29 March 2001. Jakarta.

Undang-undang No.23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan No 32 tahun 2009. Jakarta.

United States Department of Agriculture Supply and Distribution Foreign Agricultural Service Sugar: World Production May 2009; The U.S. PS&D estimates conform to those released in the World Agricultural Supply and Demand Estimates (WASDE) 'miscellaneous' category allocated to domestic consumption. The U.S. PS&D includes Puerto Rico. Diunduh: 14 Juni 2010

USDA. 2002. Sugar: World Markets And Trade. Circular Series, FS 2-02, November 2002, United State Department of Agriculture, Washington DC.

Viroj NaRanong; The Thai Sugar Industry: Crisis and Opportunitie

Viroj NaRanong; The Thai Sugar Industry: Crisis and Opportunitie fas.usda.gov/Recent%20GAIN%20Publications/Sugar%20

Annual_Bangkok_Thailand_4-9-2010.pdf, Diunduh: 14 Juni 2010

Woeryanto. 2000. Peningkatan Efisiensi Manajemen Industri Gula. Dalam Supriono, A., (Ed), Prosiding Seminar Sehari Pembangunan Perkebunan Indonesia. Asosiasi Penelitian Perkebunan Indonesia, 26 Juli 2000: 49-54.

WCED, 1987. Our Common Future. Oxford University Press. Oxford and New York.