• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implikasi Kebijakan Pengelolaan Pabrik Gula Berwawasan Lingkungan

Pabrik gula

5.6 Implikasi Kebijakan Pengelolaan Pabrik Gula Berwawasan Lingkungan

Dalam melakukan pengelolaan pabrik gula berwawasan lingkungan, untuk pengelolaan optimal hendaknya diarahkan pada Perbaikan kinerja industri semakin baik seiring dengan kinerja lingkungan, dengan pertumbuhan keduanya yang relatif stabil, sehingga akan menghasilkan pembangunan yang ideal yang kita kenal sebagai pembangunan yang berkelanjutan. Dalam melakukan hal tersebut, maka hal yang perlu diperhatikan di sini adalah sebagai berikut:

1. Kerentanan lahan

Lahan merupakan sumberdaya alam yang harus diperhatikan, terutama jika lahan tersebut dimanfaatkan untuk bercocok tanam, seperti halnya untuk menanam tebu. Dalam hal ini lahan harus selalu dijaga agar tidak rentan. Untuk itu maka hal yang perlu dilakukan antara lain adalah tidak menggunakan pupuk anorganik, tidak menggunakan obat-obatan bahan kimia, dan mengolah dengan cara yang baik dan benar.

2. Pengelolaan pada masa tanam

Pada saat kita melakukan penanaman tebu ataupun penanaman jenis tumbuhan apapun, maka hal yang perlu kita perhatikan adalah pengelolaan pada maa tanam. Hal ini karena akan sangat berpengaruh pada hasil yang akan didapatkan nantinya. Dalam hal ini jika pengelolaan mulai dari perencanaannya, proses penanaman,

proses pembesaran dan selalu melakukan evaluasi dan monitoring, maka akan didapat hasil yang maksimal atau dengan kata lain produksinya akan tinggi

3. Meningkatkan pasar produk industri gula

Setelah melakukan proses pembuatan gula dan dihasilkan gula sebagai hasil akhir, maka selain melihat kualitas gula yang dihasilkan, hal yang tidak kalah pentingnya adalah pemasaran. Dalam hal ini dalam rangka meningkatkan keuntungan, idealnya harus dicarikan pasar gula tersebut, baik di dalam negeri maupun di luar negeri

4. Meningkatkan pendidikan formal masyarakat

Masyarakat sekitar pabrik gula dapat dikatakan cukup banyak yang terlibat atau yang berpartisipasi pada kegiatan yang dilakukan pabrik gula. Namun sayangnya pendidikan mereka rata-rata rendah, sehingga lapangan kerja yang tersedia juga relatif tidak membuat mereka bisa berbangga bekerja di pabrik gula, untuk itu maka dalam rangka meningkatkan daya jual masyarakat sekitar ataupun kepedulian mereka terhadap kelestarian lingkungan, maka pendidikan formal masyarakat hendaknya ditingkatkan.

5. Meningkatkan kontribusi pabrik terhadap masyarakat

Secara umum dapat dikatakan bahwa hampir semua pabrik besar yang ada di Indonesia sudah dengan kesadaran sendiri melakukan CSR, hal yang sama juga dilakukan oleh pabrik gula Jati Tujuh. Namun sayangnya hanya sebagaian kecil dari masyarakat sekitar pabrik yang merasakan dan mengetahui adanya CSR yang dilakukan perusahaan. Oleh karena itu dalam rangka pemerataan maka hal yang perlu dilakukan adalah melakukan sosial budayaisasi terhadap masyarakat sekitar bahwa pabrik gula melaksanakan CSR, karena dengan diketahuinya program-program CSR oleh masyarakat luas, maka pemberian CSR akan lebih merata. Namun demikian pabrik juga perlu meningkatkan kontribusi lainnya terhadap masyarakat misalnya dengan membantu melakukan pemberdayaan ataupun kegiatan lainnya.

6. Meningkatkan hubungan kekeluargaan antar warga masyarakat

Dimanapun, jika hubungan kekeluargaan antar warga masyarakat baik, maka hal-hal yang berat akan terasa ringan karena masyarakat akan bahu membahu melakukan berbagai kegiatan secara gotong royong, akan mencegah terjadinya konflik, relatif aman, dsb. Oleh karena itu maka pabrik gula harus berupaya untuk

membantu masyarakat sekitar untuk meningkatkan hubungan kekeluargaan antar warga masyarakat.

7. Melakukan revitalisasi mesin-mesin industri

Pabrik gula yang ada di Indonesia, pada umumnya adalah pabrik gula yang berdiri sejak Zaman Penjajahan Belanda. Oleh karenanya maka berbagai sarana dan prasarana yang ada di pabrik gula tersebut relatif masih menggunakan sarana dan prasarana Jaman Penjajahan Belanda, termasuk di dalamnya penggunaan mesin-mesin industripun masih peninggalan Jaman Belanda. Pada prinsipnya hingga saat ini belum ada keluhan dengan semua peralatan, termasuk mesin-mesinnya, namun demikian mengingat mesin tersebut sudah sangat tua, maka untuk meningkatkan kinerja dan produktivitasnya, maka sudah selayaknya untuk segera dilakukan revitalisasi mesin-mesin industri.

8. Meningkatkan produktivitas SDM

Dalam suatu kegiatan, SDM selalu diperlukan untuk berbagai tujuan. Bahkan dapat dikatakan baik buruknya dan maju mundurnya suatu kegiatan industri juga akan sangat tergantung pada ide-ide brilian dari SDM yang ada di dalamnya. Oleh karena itu maka untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produk serta untuk mencapai berbagai kondisi yang ideal, maka SDM yang ada di pabrik gula perlu ditingkatkan produktivitasnya.

9. Meningkatkan kerjasama dengan masyarakat

Seperti telah dijelaskan di tas, antara masyarakat dan pabrik akan saling ada keterkaitan satu sama lain. Dalam hal ini pabrik membutuhkan SDM yang diambil dari masyarakat setempat, misalnya sebagai buruh pabrik dan sebagai petani penanam tebu, dan masyarakat membutuhkan tempat untuk mendapatkan rezeki yang sangat diperlukan untuk kelangsungan hidup dan kehidupannya. Oleh karena itu maka keduanya harus selalu berupaya untuk selalu menjaga keharmonisan dan selalu meningkatkan kerjasama diantara keduanya, serta harus selalu meningkatkan “rasa” bahwa kedua belah pihak harus merasa saling diuntungkan (simbiosa mutualisma), sehingga pembangunan berkelanjutan akan dapat dicapai (Sumarwoto, 2004).

10. Membuat kebijakan pendorong industri gula

Hal lain yang tidak kalah pentingnya dalam melakukan pengelolaan pabrik gula yang berwawasan lingkungan adalah adanya kebijakan yang bersifat holistik,

dengan mengadopsi pendapat dan keinginan semua pihak, sehingga dapat menguntungkan semua pihak yang pada akhirnya akan menjadi pendorong bagi industri gula untuk selalu memperbaiki berbagai hal sehingga menjadi pabrik gula yang handal, dengan keuntungan yang tinggi, CSR yang sangat baik sehingga dapat memberikan rasa keadilan dan kemakmuran pada masyarakat sekitar dengan tetap selalu menjaga dan memperhatikan kelestarian lingkungan.

11. Meningkatkan keterlibatan Pemda (seluruh dinas terkait)

Selama penelitian terdapat “kesenjangan” antara pabrik gula dengan pemda, dalam hal ini Pabrik Gula Jati Tujuh terdapat di Kabupaten Majalengka, namun, pada kenyataannya pabrik gula malah bekerjasama dengan kabupaten lain, oleh karenanya, maka ada rasa ketidak enakan dari pemda setempat. Kondisi ini pada suatu saat akan dapat menjadi gunung es yang siap meletus, yang pada akhirnya tidak mengenakan semua pihak. Oleh karena itu maka keterlibatan pemda setempat harus ditingkatkan, serta keterlibatan dinas terkait, sehingga pengelolaan industri gula dilakukan secara terpadu (lintas sektoral).