• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implikasi Konsep Pendidikan Islam H.A. Mukti Ali Terhadap Pendidikan Islam di Indonesia

RELEVANSI KONSEP PENDIDIKAN ISLAM H.A. MUKTI ALI TERHADAP PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA

E. Implikasi Konsep Pendidikan Islam H.A. Mukti Ali Terhadap Pendidikan Islam di Indonesia

Implikasi konsep pendidikan Islam menurut Mukti Ali terhadap pendidikan Islam di Indonesia, penulis jabarkan dalam 3 pokok, diantaranya adalah:

1. Pendidikan Peantren

Pondok pesantren, merupakan lembaga pendidikan Islam non formal yang mengajarkan pembelajaran agama Islam. Meskipun corak pondok pesantren itu bermacam-macam, namun satu hal yang sama adalah bahwa di pondok pesantren itu ditekankan pendidikan dan

68

pengajaran agama Islam. Dengan itu, maka jelas pondok pesantren yang lebih menekankan kepada proses pendidikan dan pengajaran agama Islam dan inilah ciri khas dari pondok pesantren, dan memang untuk itulah pesantren didirikan.

Implikasi modernisasi pesantren menurut Mukti Ali, dalam perjalanan sejarah pada permulaan abad XX sistem pengajaran di pondok pesantren itu mengalami perubahan menjadi madrasah, yaitu sistem pengajaran yang memakai jenjang, ada ujian, ada absensi, ada rapot dan sebagainya. Sudah barang tentu dilihat dari pada sistem wetonan dan sorogan. Karena pengajaran dengan sistem madrasah itu berjenjang dan kecakapan santri dapat di ukur dan diketahui. Saya kira sistem pendidikan dan pengajaran agama Islam di Indonesia ini yang paling baik adalah sistem pendidikan yang mengikuti sistem pondok pesantren, sedangkan sistem pengajaran yang mengikuti sistem madrasah, jelasnya madrasah dalam pondok pesantren adalah bentuk sistem pengajaran dan pendidikan agama Islam yang paling baik di Indonesia ini (Mukti Ali, 1987: 25)

Mukti Ali memberikan pujian terhadap pendidikan dalam

pesantren melalui bukunya (1987: 25) “....bentuk sistem pengajaran dan pendidikan agama Islam yang paling baik di Indonesia ini”. Yang di

maksud Mukti Ali adalah sistem pengajaran pendidikan Islam yang modern, karena bukan hanya kitab kuning, akan tetapi dalam pesantren di berikan wawasan-wawasan umum juga, berita-berita dalam maupun

69

luar negeri, dan sebagainya. Sehingga terciptalah sebuah aplikasi yang relevan.

Dimana secara dasar kita mempelajari al-Qur’an, hadis, kita b-kitab kuning, tafsir lalu di serap juga ilmu-ilmu umum, maka pandangan para santri akan terfokus pada 2 hal, yaitu kebaikan dunia dan akhirat. Dengan demikian, sangat membantu pendidikan Islam di lingkungan pesantren di Indonesia.

2. Pendidikan Madrasah

Dalam hal Madrasah ini, Mukti Ali melakukan pembenahan lembaga Pendidikan Islam. Upaya ini antara lain dilakukan dengan mengambil inisiatif untuk merebut berbagai rencana itu dengan berbagai Departemen lain. Khususnya Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.setelah melalui proses panjang dan hati-hati, lahirlah Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Agama, Menteri P dan K serta Menteri Dalam Negeri atau dikenal sebagai SKB Tiga Menteri, No. 6 Tahun 1975 dan No.037/U/a975 (Abuddin, 2012: 352)

SKB ini muncul karena dilatar belakangi bahwa setiap warga negara Indonesia berhak memperoleh kesempatan yang sama untuk memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan dan pengajaan yang sama, sehingga lulusan madrasah yang ingin melanjutkan ke sekolah-sekolah umum yang setingkat di atasnya, dan ketentuan ini berlaku mulai dari tingkat sekolah dasar sampai tingkat

70

perguruan tinggi (http://pendis.kemenag.go.id/index.php=sejarahpendis diunduh pada 8 Agustus 2016 pukul 08:21)

Bagi Mukti Ali, pendidikan madrasah menjadi pondasi utama pengembangan pendidikan Islam, yang mana beliau sempat mengesahkan SKB 3 Menteri yang intinya ingin menyamakan status madrasah dengan sekolah umum.

Realita sampai sekarangpun masih berlaku, ketika lulusan madrasah ingin melanjutkan di perguruan tinggi umum maupun sekolah umum akan langsung dipersilahkan, tanpa harus mengikuti ujian paket kesetaraan SD, SMP, maupun SMA.

3. Pendidikan di Perguruan Tinggi Islam

Perhatian Mukti Ali dalam masalah pendidikan Islam tidak hanya terbatas pada lembaga pendidikan dasar dan menengah atau madrasah. Pada masa Kementriannya, Departemen Agama mengeluarkan kebijakan tentang pembenahan IAIN, lembaga pendidikan tinggi Islam. Segera setelah Departemen Agama mencanangkan perluasan pendidikan tinggi untuk umat Islam, seperti yang tercantum dalam Replika I tahun 1969-1973, umat Islam secara beramai-ramai, entah atas nama yayasan agama, organisasi, pesantren atau pribadi mendirikan IAIN. Menurut laporan Departemen Agama, disebutkan bahwa pada pertengahan tahun 1973, jumlah lembaga pendidikan tinggi Islam se Indonesia ada sekitar 112 IAIN, tersebar diseluruh pelosok

71

tanah air. Ada yang ditengah kota, ada yang di kecamatan, ada juga yang di pedesaan (Munhanif, 1998: 317).

Sampai sekarangpun, perguruan tinggi agama Islam semakin berkembang, tiap-tiap daerah pada mulanya mendirikan STAI, yang kemudian berkembang menjadi STAIN, berkembang lagi menjadi IAIN dan pada puncaknya mampu berdiri sebagai Universitas, yaitu UIN. Tercatat dalam wikipedia Indonesia, bahwa terdapat 11 UIN, 25 IAIN dan 19 STAIN.

Perkembangan pendidikan Islam dalam perguruan Tinggi, seolah memuji para tokoh masa lalu dan sekarang yang selalu memperjuangkan pendidikan Islam. Sebenarnya masih ada universitas-universitas Islam lain yang ada di Indonesia, seperti UMS, UMM, UNISULA, dan lain sebagainya. Namun universitas-universias tersebut berdiri di luar pemerintah atau bisa disebut sebagai Universitas swasta Islam.

72 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian konsep pendidikan islam menurut H.A. Mukti Ali, dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat beberapa poin penting mengenai konsep pendidikan Mukti Ali, yaitu (a).Menurut al-Qur’an dan hadis, yang menjelaskan tentang

sikap disiplin ketika menempuh pendidikan di sekolah. (b).Menurut UUD Republik Indonesia, yang itinya dalam sebuah proses pemelajaran, harus menjunjung demokrasi, tidak membeda-bedakan dan tidak ada yang namanya deskriminasi dalam sebuah pembelajaran. (c).Kearifan lokal, yang tak lain adalah pendidikan di lingkungan pesantren. Memberikan pengertian bahwa di pesantren kini sudah banyak yang mereformasi sistem pendidikan pesantren menuju ke arah modern, tidak hanya pembelajaran kitab kuning dan agama saja, melainkan ada juga pembelajaran umum.

2. Adapun relevansi pendekatan studi Islam menurut Mukti Ali, yaitu pendekatan sosio-historis, pendekatan tipologi dan pendekatan saintifik doktrin. Dengan ketiga pendekatan tersebut, menurut hemat penulis sebagai pendalaman Islam yang dipandang dari berbagai kaca mata.

3. Signifikansi konsep pendidikan mukti terdapat 4 poin utama, yaitu: (a).Merubah kurikulum pendidikan yang berorientasi kepada

73

kebutuhan masyarakat. (b).Kurikulum “ala madrasah wajib belajar”

dijadikan patokan dalam upaya pembaharuan. (c).Meningkatkan mutu guru dan sarana prasarana. (d).Usaha pembaharuan dilaksanakan secara bertahap

4. Implikasi konsep pendidikan Islam Mukti Ali terhadap pendidikan Islam di Indonesia menjelaskan tentang masih relevannya konsep pendidikan Mukti Ali dan masih dipakai dalam pendidikan Islam di Indonesia, seperti di pesantren, di madrasah, maupun di perguruan tinggi.

B. Saran-saran

Dengan selesainya penulisan skripsi ini penulis berharap dapat menambah wawasan pengetahuan tentang konsep pendidikan Islam Mukti Ali kepada:

1. Bagi para pengajar dan pengelola sekolah, supaya memiliki tujuan, konsep, dan dasar yang jelas dalam mendidik siswa-siswanya.

2. Bagi masyarakat pada umumnya supaya mencintai sekolah-sekolah yang berasaskan Islam supaya anak-anaknya bisa lebih memahami konsep Islam sedini mungkin

74

Dokumen terkait