JUMLAH 42 4.4. Unit Meber
5.1. Implikasi Manajerial
6.
Memilik paper sack yang sesui dengan standar
Teh siap untuk di pak Teh diberi kode berdasarkan kualitas masing-masing Memudahkan pengambilan teh dari gudang
Menjaga hygienitas teh yang telah di pak Laporan harian 185,6 1450 393,4 9280 2610 145 Jumlah 14064 5.1. Implikasi Manajerial
Pembahasan mengenai persepsi responden untuk mengetahui berbagai permasalahan yang berkaitan dengan analisis pekerjaan, kondisi kerja dan kinerja pada masing-masing unit divisi produksi PT Perkebunan Nusantara VIII Gunung Mas. Selain untuk mengetahui permasalahan pada tiap unit divisi produksi juga memberikan solusi sebagai bahan pertimbangan bagi PT. Perkebunan Nusantara VIII Gunung Mas untuk meningkatkan produktivitas kerja karyawan.
5.1.1. Permasalahan pada Unit Meber
Berdasarkan hasil dari pembahasan permasalahan pada unit Meber dapat diperoleh solusi sebagai berikut:
a. Analisis pekerjaan. Permasalahan yang berkaitan dengan analisis
pekerjaan pada unit meber berdasarkan penelitian diketahui dalam hal ini hampir tidak terjadi permasalahan yang berat. Karyawan menilai pedoman kerja, tugas dan tanggung jawab, dinilai baik
karena telah sesuai dengan kemampuan dan keterampilan masing-masing karyawan. Analisis juga dilakukan dengan wawancara kepada mandor unit meber dan diketahui bahwa walaupun deskripsi pekerjaan yang diberikan sudah jelas namun masih ada karyawan yang mengerjakan lebih dari satu macam pekerjaan diluar tanggung jawabnya. Adapun solusi untuk permasalahan tersebut adalah mengevaluasi ulang pelaksanaan kerja dengan memisahkan tugas dan tanggung jawab masing-masing karyawan sehingga tidak terjadi tumpang tindih pekerjaan dengan menghitung beban kerja dan kemudian membagi beban kerja secara merata sesuai dengan kompetensi karyawan.
b. Kondisi kerja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi kerja
pada unit meber dinilai baik. Berbagai kelengkapan sarana kerja, lingkungan kerja, dan hubungan sesama rekan kerja maupun atasan telah dinilai baik. Kondisi kerja yang telah berlangsung lama merupakan suatu kebiasaan yang dinilai tidak ada permasalahan. Padahal bila ditelusuri lebih lanjut seperti tugas mengangkat pucuk
daun teh dari truk ke WT (Withering Through) dapat menyebabkan
permasalahan bagi fisik karyawan tersebut. Solusi untuk permasalahan tersebut adalah menyediakan alat untuk memindahkan pucuk daun teh dari truk ke WT sehingga tidak memerlukan banyak tenaga manusia.
c. Kinerja. Persepsi responden menunjukkan bahwa pada unit meber
permasalahan kinerja hampir tidak ada karena berdasarkan persepsi responden kinerja pada unit meber telah dinilai baik. Walaupun demikian tidak menutup kemungkinan bagi perusahaan untuk terus meningkatkan kinerja karyawannya dengan mengadakan berbagai pelatihan yang dilaksanakan secara rutin baik yang diselenggarakan oleh perusahaan sendiri maupun oleh pihak luar. Pelatihan yang
diharapkan rutin dilaksanakan yaitu in house training (internal)
mengenai pengolahan teh dan pelatihan ESQ untuk meningkatkan motivasi kerja karyawan
5.1.2. Beban Kerja Unit Meber
Pekerjaan yang efisien dan efektif dapat meningkatkan kinerja karyawan. Hal tersebut tidak terlepas dari beban kerja yang diberikan oleh pihak perusahaan. Berdasarkan persepsi responden karyawan unit meber dan wawancara dengan mandor meber diketahui bahawa pada saat kondisi hasil produksi pucuk daun teh basah rata-rata 10.670,833 kg/hari, beban kerja di unit meber dinilai ringan, karena nilai tersebut jauh dari target perusahaan yaitu sebesar ± 20.000 kg/hari. Untuk pemecahan masalah tersebut yaitu perusahaan harus mengevaluasi ulang target perusahaan dan peramalan permintaan konsumen yang telah ditetapkan sebelumnya.
5.1.3. Jumlah karyawan yang efisien di Unit Meber
Optimalisasi kerja dapat dilakukan bila jumlah karyawan sesuai dengan jumlah beban kerja. Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan Pengukuran Beban Kerja I ( PBK I), PBK II, dan PBK III, diketahui bahwa jumlah karyawan yang efisien untuk unit meber yaitu sebanyak lima orang karyawan dari delapan orang karyawan yang sudah ada. Hal tersebut berarti pada unit meber memiliki kelebihan jumlah karyawan sebanyak tiga orang. Solusi untuk permasalahan tersebut adalah meliburkan Karyawan Harian Lepas (KHL) sampai menunggu hasil produksi kembali meningkat. KHL merupakan karyawan tidak tetap yang bekerja berdasarkan kontrak kerja. KHL hanya akan dipekerjaan bila produksi meningkat. Berdasarkan kondisi dilapangan banyak KHL yang bekerja walaupun produksi teh sedang menurun. Untuk itu diperlukan ketegasan dari pihak atasan untuk mengoptimalkan jumlah karyawan berdasarkan tingkat produksi yang sedang berlangsung.
5.1.4. Permasalahan pada Unit Pelayuan
a. Analisis pekerjaan. Sama halnya dengan unit meber pada unit
pelayuan tidak terdapat permasalahan yang berat hal tersebut diketahui berdasarkan skor rataan yang tertinggi yaitu pedoman,
tugas, dan tanggung jawab karyawan telah baik. Walaupun secara umum permasalahan pada unit pelayuan hampir tidak ada, perusahaan harus tetap memberikan motivasi bagi peningkatan kinerja karyawannya. Bila dilihat berdasarkan nilai yang terendah yaitu atasan yang kurang memberikan bimbingan dalam melaksanakan pekerjaan, maka perusahaan dalam hal ini atasan dari karyawan unit pelayuan mulai dari sinder sebagai kepala pabrik, mandor unit pelayuan dan mandor besar basah perlu untuk lebih memberikan bimbingan kepada bawahan sehingga terjadinya hubungan yang baik antara karyawan dengan atasannya. Hubungan komunikasi yang kurang antara atasan dan bawahan karena shift kerja yang ditetapkan pada unit pelayuan sehingga tidak semua karyawan dapat berinteraksi langsung dengan atasannya, untuk itu perlu dilakukan evaluasi ulang mengenai shift jam kerja.
b. Kondisi Pekerjaan. Persepsi responden terhadap kondisi kerja pada
unit pelayuan berdasarkan skor rataan dinilai baik. Namun bila dilihat dari skor yang terendah yaitu adanya lembur jika produksi meningkat dinilai cukup baik. Berkaitan dengan hal tersebut, peneliti melakukan wawancara kepada pihak mandor pelayuan, atas penilaian terhadap waktu lembur. Ternyata diketahui bahwa pada saat produksi meningkat dan dilakukan kerja lembur, insentif yang diberikan kurang memadai. Oleh karena itu, solusi yang berkaitan dengan kerja lembur yaitu adanya penyesuaian insentif dengan waktu kerja lembur yang dilakukan.
c. Kinerja. Pembahasan mengenai kinerja berdasarkan rata-rata skor
rataan pada unit pelayuan dinilai baik. Skor rataan nilai terendah berada pada permasalahan jam kerja dengan beban kerja yang dinilai cukup baik. Pada saat kondisi beban kerja meningkat karyawan harus lebih meningkatkan kinerja karena terkait dengan jam kerja yang diberikan maupun dengan jumlah pesanan teh yang harus segera dipenuhi. Solusi untuk permasalahan tersebut yaitu, adanya
penyesuaian antara beban kerja dengan waktu yang diberikan perusahaan untuk menyelesaikan pekerjaan.
5.1.5. Beban Kerja Unit Pelayuan
Dalam hal tempat kerja pada unit meber dan unit pelayuan berada pada satu tempat yang sama. Hal yang membedakannya yaitu jam kerja. Karyawan unit pelayuan akan bekerja setelah unit pemeberan selesai melaksanakan tugasnya. Karyawan unit pelayuan dapat bekerja di luar jam biasa karyawan bekerja, mulai dari malam hari sampai pada keesokan harinya. Hal tersebut karena proses pelayuan yang memakan waktu hingga 14 jam. Meskipun demikian waktu efektif bekerja untuk masing-masing karyawan tetap tujuh jam per hari, karena hanya pada unit pelayuan dilakukan shift kerja. Berdasarkan hasil persepsi responden dan perhitungan beban kerja, maka diketahui bahwa beban kerja unit pelayuan dinilai ringan. Oleh karena itu, pihak manajemen harus tetap memotivasi karyawan agar terus meningkatnya kinerjanya walaupun kondisi produksi sedang menurun.
5.1.6. Jumlah karyawan yang efisien di Unit Pelayuan
Jumlah karyawan pada unit pelayuan sebanyak delapan orang. enam diantaranya Karyawan Harian Tetap (KHT) dan dua orang Karyawan Harian Lepas (KHL). Berdasarkan hasil perhitungan jumlah karyawan yang efesien untuk unit pelayuan yaitu sebanyak empat orang, berarti unit pelayuan memiliki kelebihan karyawan sebanyak empat orang untuk mengoptimalkan jumlah karyawan maka dua orang KHL harus diliburkan dan dua orang KHT dimutasikan untuk sementara waktu ke divisi lain, seperti divisi afdeling (perkebunan), divisi teknik, divisi TUK maupun divisi agro.
5.1.7. Permasalahan pada Unit Penggilingan dan Oksidasi Enzymatis
a. Analisis pekerjaan. Berdasarkan hasil pembahasan mengenai
permasalahan analisis perkerjaan dinilai cukup baik. Tidak sesuainya kompetensi karyawan dengan tuntutan perusahaan menyebabkan
kurang optimalnya output yang diharapkan oleh perusahaan. Solusi
untuk permasalahan tersebut adalah dilakukan pelatihan in house
training (internal) khusus mengenai teknik pemecahan permasalahan
yang berkaitan dengan mesin penggilingan dan oksidasi enzymatis karena pada ini hampir sebagian besar pekerjaan dilakukan oleh mesin.
b. Kondisi kerja. Hasil pembahasan menunjukkan bahwa permasalahan
pada unit penggilingan dan oksidasi enzymatis dinilai cukup baik. Nilai terendah berada pada kurangnya jumlah karyawan pada saat produksi meningkat karena mesin penggilingan dan oksidasi enzymatis yang masih belum canggih sehingga harus selalu diawasi setiap saat untuk menghindari kerusakan selama berjalannya proses produksi. Solusi untuk hal tersebut yaitu membagi waktu untuk tiap karyawan dalam mengawasi mesin. Untuk mengetahui permasalahan kondisi kerja juga dilakukan wawancara kepada salah satu karyawan bagian unit penggilingan dan oksidasi enzymatis, berdasarkan wawancara tersebut ada hal lain yang menunjukkan permasalahan pada bagian unit ini yaitu bisingnya suara mesin. Sehingga sebagian karyawan yang berada pada unit penggilingan dan oksidasi enzymatis cenderung meninggalkan tempat kerja, walaupun hanya beberapa saat. Padahal mesin harus selalu diawasi setiap saat. Solusi
untuk permasalahan tersebut adalah memberikan peredam suara (ear
protection) sehingga suara mesin tidak terdengar bising. Walaupun
fasilitas ear protection sudah ada namun karyawan pada unit
penggilingan dan oksidasi enzymatis tidak menggunakannya. Hal tersebut tidak terlepas dari kebiasaan karyawan yang tidak pernah menggunakan peredam suara untuk mengurangi suara bising dari mesin.
c. Kinerja. Permasalahan yang berkaitan dengan kinerja dinilai cukup
baik. Bila dilihat dari nilai yang terendah maka permasalahan pada unit penggilingan dan oksidasi enzymatis yaitu belum sesuainya jam kerja dengan beban kerja yang diberikan. Hal tersebut tidak terlepas
dari kondisi yang tidak nyaman sehingga karyawan merasa beban kerjanya berat, walaupun produksi sedang menurun. Solusi untuk permasalahan tersebut yaitu menciptakan kondisi kerja yang nyaman dengan berbagai fasilitas yang memadai sehingga karyawan dapat terus meningkatkan kinerjanya.
5.1.8. Beban Kerja Unit Penggilingan dan Oksidasi Enzymatis
Responden karyawan unit penggilingan dan oksidasi enzymatis menilai beban kerja pada kondisi produksi teh basah saat ini sangat ringan karena sebagian besar pekerjaan dilakukan oleh mesin. Karyawan akan merasa beban kerjanya berat bila terjadi kerusakan pada mesin. Oleh karena itu, perusahaan perlu memberikan pelatihan mengenai pemeliharaan dan perbaikan mesin, sehingga bila terjadi kerusakan sewaktu-waktu karyawan dapat mengatasi dengan cepat.
Pelatihan in house training mengenai tata cara pengolahan teh yang
baik harus rutin dilakukan minimal tiga kali dalam setahun dan diikuti oleh seluruh karyawan pada bagian pengolahan.
5.1.9. Jumlah karyawan yang efisien di unit Penggilingan dan oksidasi enzymatis
Berdasarkan hasil perhitungan jumlah karyawan yang efisien di unit penggilingan dan oksidasi enzymatis adalah sebanyak dua orang. Berarti terjadi kelebihan jumlah karyawan sebanyak tiga orang karena jumlah karyawan saat ini berjumlah lima orang yang terdiri dari empat orang KHT dan satu orang KHL. Oleh karena itu, pihak manajemen harus meliburkan satu karyawan KHL dan memindahkan dua orang KHT ke divisi lain.
5.1.10.Permasalahan pada Unit Pengeringan
a. Analisis pekerjaan. Berdasarkan hasil pembahasan mengenai
permasalahan yang terjadi pada unit pengeringan memiliki nilai rata-rata cukup baik. Hal tersebut terlihat dari nilai skor rata-rataan tertinggi terdapat pada tugas atau pedoman kerja telah ada begitu pula pada kemampuan dan keterampilan telah sesuai dengan pekerjaan.
Meskipun demikian motivasi kerja karyawan perlu terus ditingkatkan karena kondisi kerja yang kurang memadai. Solusi untuk peningkatan kemampuan kerja karyawan yaitu memberikan pelatihan yang sesui dengan bidang kerja pada bagian pengeringan.
b. Kondisi kerja. Sama halnya dengan unit penggilingan dan oksidsi
enzymatis responden menilai kondisi kerja dan lingkungan tidak nyaman karena mesin-mesin pengeringan mengeluarkan suhu udara yang cukup panas. Sehingga sebagian besar karyawan tidak berada ditempat untuk mengawasi jalannya mesin maupun mengatur suhu mesin. Padahal seharusnya mesin-mesin tersebut harus selalu diawasi setiap saat. Solusi untuk permasalahan tersebut adalah dilakukannya shift untuk mengatur jumlah karyawan yang harus selalu berada di tempat.
c. Kinerja. Permasalahan pada unit pengeringan mengenai kinerja
berdasarkan hasil pembahasan dinilai cukup baik. Berdasarkan skor nilai terendah terdapat pada jam kerja dengan jumlah beban kerja. Walaupun pada unit pengeringan tidak diperlukan penambahan karyawan karena sebagian besar pekerjaan dilakukan oleh mesin namun karyawan merasa beban kerjanya berat karena dipengaruhi oleh kondisi lingkungan kerja yang tidak nyaman. Oleh karena itu perusahaan perlu memberikan fasilitas pelindung kerja bagi karyawan unit pengeringan yaitu bagi karyawan harus menggunakan baju anti panas sehingga pengawasan terhadap mesin-mesin
pengeringan maupun pengaturan suhu inlet dan outlet dapat terus
berjalan walaupun dalam suasana kerja yang kurang mendukung karena teknologi yang digunakan masih belum canggih.
5.1.11.Beban Kerja Unit Pengeringan
Sama seperti unit penggilingan dan oksidasi enzymatis. Pada unit pengeringan sebagian besar pekerjaan dilakukan oleh mesin. Berdasarkan persepsi dan perhitungan beban kerja pada unit pengeringan dinilai ringan, namun pada kondisi dilapangan tugas
pada unit pengeringan dirasakan berat karena bekerja pada kondisi lingkungan yang panas dan bising sehingga tugas utama dari unit
pengeringan yaitu mengatur kendali suhu inlet (udara panas masuk)
dan outlet (udara panas keluar) kurang optimal.
5.1.12. Jumlah karyawan yang efisien di Unit Pengeringan
Unit pengeringan memiliki jumlah karyawan sebanyak lima orang. tiga KHT dan dua KHL. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa jumlah karyawan yang efisien untuk unit pengeringan sebanyak empat orang. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pada unit pengeringan terjadi kelebihan karyawan sebanyak satu orang orang. Oleh karena itu, satu orang KHL harus diliburkan.
5.1.13.Permasalahan pada Unit Sortasi
a. Analisis pekerjaan. Permasalahan mengenai analisis pekerjaan pada
unit sortasi yaitu kurangnya pelatihan, bahkan berdasarkan wawancara yang dilakukan pada karyawan sortasi pelatihan yang yang rutin dilakukan setahun sekali yaitu pelatihan penyegaran (internal) ketika akan dilakukan audit HACCP. Namun pelatihan tersebut hanya bersifat umum, bukan pada bidang tugas masing-masing unit. Solusi untuk permasalahan tersebut yaitu memberikan pelatihan secara rutin mengenai pengolahan teh yang baik dan benar sehingga karyawan dapat lebih meningkatkan kemampuan kerjanya.
b. Kondisi kerja. Responden pada unit sortasi menilai bahwa kondisi
kerja pada unit sortasi cukup baik. Berdasarkan nilai skor rataan penilaian terendah ada pada kerja lembur. Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada mandor sortasi, adanya lembur pada saat produksi meningkat sering dikeluhkan oleh karyawan unit sortasi, karena jumlah insentif tidak sesuai dengan jam kerja lembur. Solusi untuk permasalahan tersebut adalah mengevaluasi kembali jam kerja lembur dengan uang insentif yang harus diberikan.
c. Kinerja. Permasalahan kinerja pada unit sortasi dinilai cukup baik.
karyawan dalam bekerja sedangkan nilai terendah ada pada kepuasan atasan atas penyelesaian kerja oleh karyawan. Solusi untuk nilai terendah yaitu adanya koordinasi yang baik antara atasan dan bawahan sehingga dapat meningkatkan kinerja karyawan.
5.1.14.Beban Kerja Unit Sortasi
Deskripsi pekerjaan unit sortasi paling banyak diantara unit-unit yang lain, mulai dari mengoperasikan mesin sortasi, melaksanakan sortasi teh kering sesuai dengan skema sortasi yang ditetapkan, menyerahkan hasil sortasi kepada mandor sortasi dan mandor besar untuk diperiksa dan ditimbang, menyimpan hasil sortasi kedalam peti miring, menjaga hygienitas mesin atau alat-alat dan ruangan, menangani debu dan bubuk hasil sortasi agar tidak mencemari lingkungan dan bertanggung jawab kepada Mandor sortasi. Namun demikian, untuk produksi basah di bawah ± 12.000 kg, beban kerja dirasakan ringan. Oleh karena itu, perusahaan harus terus meningkatkan kinerja karyawan sehingga bila produksi telah selesai sebelum jam kerja berakhir. Karyawan masih dapat melakukan tugas yang lain sehingga efektifitas kerja karyawan dapat optimal.
5.1.15.Jumlah karyawan yang efisien di Unit Sortasi
Unit sortasi memiliki jumlah karyawan sebanyak delapan orang. enam orang KHT dan dua orang KHL. Perhitungan PBK III, menunjukkan bahwa unit sortasi memiliki kelebihan karyawan sebanyak tiga orang. Untuk mengefisiensikan jumlah karyawan maka perusahaan harus meliburkan dua orang KHL dan memindahkan satu karyawan KHT ke divisi lain, seperti divisi teknik, divisi TUK, divisi afdeling maupun divisi agrowisata.
5.1.16.Permasalahan pada Unit Pengepakan
a. Analisis pekerjaan. Permasalahan pada unit pengepakan berdasarkan
skor rataan telah dinilai cukup baik. Berdasarkan nilai terendah berada pada pelatihan dan kursus yang telah dilakukan. Karyawan
merasa perlu dilakukan lebih banyak pelatihan karena keterampilan, kemampuan dan pengetahuan masih terbatas. Seperti diketahui bahwa rata-rata pendidikan pada divisi produksi yaitu SD (Sekolah Dasar). Solusi untuk permasalahan tersebut yaitu harus dilakukannya pelatihan maupun kursus-kursus sehingga kemampuan dan keterampilan karyawan dapat meningkat. Pelatihan yang harus rutin
dilakukan yaitu in house training untuk meningkatkan kemampuan
kerja karyawan dan bila dimungkinkan karyawan yang pendidikan terakhirnya SD dilakukan sekolah kejar paket B.
b. Kondisi kerja. Berdasarkan nilai skor rataan terendah permasalahan
pada unit pengepakan adalah kondisi dan lingkungan pekerjaan yang dirasakan masih kurang dan penempatan kerja yang masih belum sesuai dengan kemampuan, keahlian, dan pendidikan karyawan. Solusi untuk permasalahan tersebut yaitu perlu dilakukan peningkatan atas fasilitas kerja dan juga dilakukan rekruitmen secara profesional dalam mencari karyawan baru bukan berdasarkan adanya orang dalam.
c. Kinerja. Permasalahan yang ada pada unit pengepakan mengenai
kinerja dinilai cukup baik. Hasil wawancara yang dilakukan kepada mandor dan seorang karyawan bagian pengepakan yaitu kurangnya perhatian dari pihak atasan dan juga masih rendahnya gaji bagi karyawan. Solusi untuk permasalahan tersebut yaitu atasan memberikan perhatian yang lebih kepada karyawannya dengan lebih banyak berinteraksi serta berkomunikasi dengan bawahannya sehingga karyawan dapat meningkatkan kinerjanya.
5.1.17. Beban Kerja Unit Pengepakan
Berdasarkan hasil pembahasan mengenai beban kerja hampir semua unit pada divisi produksi menilai bahwa beban kerja pada saat kondisi produksi teh basah 10.670,833 kg/hari berindikasi ringan. Oleh karena itu, pihak perusahaan harus memberikan solusi untuk mengefektifkan karyawan pada saat jumlah produksi menurun.
Perusahaan juga perlu melakukan perputaran kerja antar karyawan, sehingga tidak terjadi kejenuhan kerja yang dapat menurunkan kinerja karyawan.
5.1.18.Jumlah karyawan yang efisien di Unit Pengepakan
Karyawan pada unit pengepakan yang efisien berdasarkan perhitungan yaitu sebanyak tujuh orang. Oleh karena itu, unit pengepakan memiliki kelebihan karyawan sebanyak satu orang karena jumlah seluruh karyawan pada saat ini berjumlah delapan orang. Enam orang KHT dan dua orang KHT. Perusahaan harus meliburkan salah satu orang KHL sehingga jumlah kinerja karyawan akan optimal.
V. KESIMPULAN DAN SARAN