• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLIKASI BAGI PELAYAN MISI Dari penjelasan kitab Yunus ada be-

Dalam dokumen JURNAL MITRA STTIK KUPANG EDISI 4.pdf (Halaman 45-49)

berapa prinsip yang dapat diaplikasi dalam pelayanan misi gereja saat ini secara khusus dalam pelayaan misi yakni, pelayanan misi adalah pekerjaan Allah, pelayanan misi ada- lah ketaatan kepada kehendak Allah dan pe- layanan misi adalah pelayanan lintas bu- daya. Leslie C. Allen, menulis:

The doctrine of divine providence is presented as no theological abstrac- tion, but concerns the intensely perso- al nature of God. Israel has no mo- nopoly of his loving care. “Is he only the God of the Jews? Is he not also the God of the Gentiles?” (Roma 3:29). Paul goes on to draw a more radical conclusion than did the outhor of the book of Jonah. But if the book is no missionary tract, it is important contri- bution to the prolegomena of a theo- logy of mission.25

Pelayanan Misi Adalah Pekerjaan Allah Alkitab memberi kesaksian bahwa pekerjaan misi untuk membawa pemulihan hubungan antara manusia dengan Allah adalah inisiatif dan pekerjaan Allah semata. Dalam Kitab Kejadian pasal 3 ketika ma- nusia jatuh ke dalam dosa menunjukkan adakan prinsip tersebut. Pekerjaan Allah ini dinyatakan dengan Allah memanggil Abra- ham, Allah mengikat perjanjian dengan ma- nusia (Kejadian 3:15) dan Allah membuat pakaian dari kulit binatang dan mengena- kannya pada manusia (Kejadian 3:21). Pe- kerjaan misi dilanjutkan kepada Nuh dan keturunannya. Secara khusus inisiatif Allah untuk mengikat perjanjian dengan Abra- ham, yang melaluinya semua suku bangsa

25

Leslie C. Allen. The Books Of Joel, Oba- diah Jonah and Micah. (USA: William B. Eerdmans Publishing Company, 1987),194.

46 diberkati (Kejadian 12:1-3). “TUHAN ber- gaul dengan umat-Nya dalam perjanjian yang Dia adakan. Kita baca tentang per- janjian TUHAN dengan Abraham (Kej. 17), lalu dengan Israel seluruhnya (Kel. 19-20). Selalu ditekankan, bahwa pengadaan per- janjian itu berasal dari pihak TUHAN, bu- kan dari pihak manusia”. 26

Penulis Ibrani menyatakan dengan jelas pekerjaan Allah yakni melalui nabi- nabi untuk menyatakan kehendak-Nya. Namun pada zaman akhir ini ia berbicara melalui anak-Nya Yesus Kristus (Ibrani 1:1-3). Yesus Kristus adalah puncak dari karya Allah bagi keselamatan manusia dari dosa. Yesus datang menjadi sama dengan manusia untuk mati menggantikan segala dosa manusia di atas kayu salib (Yohanes 3:16; Markus 10:45; II Korintus 5:21; Ye- saya 53). Pelayanan misi adalah pekerjaan Allah adalah suatu kesinambungan. Yesus berkata, “sama seperti Engkau telah me- ngutus Aku ke dalam dunia, demikian pula Aku telah mengutus mereka ke dalam du- nia” (Yohanis 17:18). Pekerjaan Allah ini dilanjutkan oleh gereja Tuhan saat ini untuk menjadikan semua bangsa murid Tuhan Yesus (Matius 28:19-20). Untuk mewujud- kan tugas tersebut, Yesus memberikan Roh Kudus untuk melengkapi, memberi kuasa memetraikan, mendiami, memenuhi dan memimpin orang percaya dalam tugas pe- ngutusan tersebut (Efesus 4:11-16; Kisah rasul 1:8; Efesus 1:13-14; Roma 8; Efesus 5:18; Galatia 5:25). Allah memberikan oto- ritas kepada gereja saat ini untuk mengutus orang percaya keluar ke dalam segala akti- vitas kehidupan untuk membawa setiap orang kepada pengenalan akan Yesus Kristus secara pribadi. Rasul Paulus me- nyelaskan konsep pengutusan tersebut de-

26

H. Venema. Injil Untuk Semua Orang Pembimbing Ke Dalam Ilmu Msiologi. (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, Cet. 2 2006),100

ngan begitu jelas dalam Roma 10:13-15, yakni gereja mengutus - ada yang mem- beritakan - ada yang mendengar tentang Dia - percaya kepada Dia –berseru kepada Dia – diselamatakan – Gereja. Lingkaran pe- ngutusan ini dapat digambarkan sebagai berikut :27

Untuk ini dapat efektif dalam suatu gereja lokal ada empat bidang pengetahuan yang perlu terus dikembangkang untuk melakukan penginjilan bersama Allah, yakni: Mengenal Kristus sebagai juru- selamat, mengenal Injil, mengenal pemi- kiran dan sikap orang yang masih sesat dan mengenal ketrampilan dasar dalam ko- munikasi.28

Pelayanan Misi Adalah Ketaatan Ke- pada Kehendak Allah

Dari kitab Yunus pasal 1 prinsip pelayanan misi yang dapat diterapkan da- lam gereja dewasa ini yakni pelayanan misi adalah suatu pelayanan ketaatan kepada ke- hendak Allah. Alkitab memberi kesaksian bahwa kehendak Allah supaya semua orang berbalik dan bertobat serta memiliki pe- ngetahuan akan kebenaran (I Timotius 2:4). Yehezkiel 18:32, “ Sebab Aku tidak ber- kenan kepada kematian semua orang orang

27

Jurnal Mitra. Edisi 3, 55. 28

Danny Daniels. Penginjilan Bersama Allah Bagaimana Bersaksi Tentang Iman Kita Me- lalui Kata-Kata. (Bandung : Lembaga Literatur Bap- tis, 2003) , 42.

47 yang harus ditanggungnya, demikianlah firman Tuhan Allah. Oleh sebab itu, berto- batlah, supaya kamu hidup!. Ketaatan kepada kehendak Allah, telah ditunjukkan oleh Kristus saat Ia melaksanakan kehendak Allah bagi penebusan dosa manusia melalui kematian-Nya di kayu salib. Rasul Paulus menyelaskan dalam Filipi 2:8, “Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah meren- dahkan diriNya dan taat sampai mati, bah- kan sampai mati di kayu salib”.

Rasul Paulus pun dapat juga mem- berikan contoh ketaatannya kepada ke- hendak Allah baginya untuk menjadi rasul bagi bangsa-bangsa bukan Yahudi. Ia mem- beri kesaksian mengenai ketaatan tersebut, ketika menulis kepada Timotius sebagai muda yang sedang dalam pelayanan di kota Efesus. Ia menulis, “ Mengenai diriku, da- rahku sudah mulai dicurahkan sebagai per- sembahan dan saat kematianku sudah dekat. Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman.” (II Timotius 4:6-7).

Ketaatan kepada kehendak Allah membawa dampak kepada kemuliaan Allah sebagai pendorong untuk mewujudan tujuan pengutusan. Will Metzger menulis:

Motivasi tertinggi dalam bersaksi ialah untuk memuliakan Allah, untuk me- lihat kesempurnaan-Nya terwujud me- lalui puji-pujian penuh sukacita dari umat-Nya yang telah ditebus. Jika ini bukan merupakan gaya pendorong kita dalam lubuh hati kita, jika kesaksian kita dikendalikan oleh motivasi yang kurang dari itu, bersaksi kita tidak be- rada dalam keselarasan dengan ran- cangan keselamatan. Sasaran agung dari pilihan ilahi adalah kemuliaan Allah (Roma 11:36; Efesus 1:12). Ke- tika kita memberitakan Kristus tanpa motivasi utama ini, kita bekerja dalam

konflik kepentingan dengan berita kita dan dengan Roh.29

Penjelasan ini menunjukkan ketaatan ke- pada panggilan Allah akan memberi dam- pak bagi kemuliaan Allah dalam dasar mau- pun tujuan pelayanan.

Panggilan misi mencakup kesada- ran akan kebutuhan-kebutuhan diri, dan keprihatinan untuk dunia yang terhilang; ketaatan kepada perintah-perintah Kristus; komitmen yang radikal kepada Tuhan; pe- ngakuan gereja Anda atas karunia-karunia Anda; hasrat dan kerinduan yang kuat untuk misi; dan karunia Roh. Panggilan misi ada- lah metode Allah untuk menggerakkan anak-anak-Nya untuk pelayanan antar bu- daya dan menopang mereka dalam pe- kerjaan yang Dia rancang bagi mereka se- belum dunia dijadikan (Kisah Para Rasul 17:26).30

Pelayanan pengutusan adalah pela- yanan penyangkalan diri, memikul salib dan mengikuti teladan Kristus. Gereja dewasa ini dipanggil untuk taat kepada kehendak Allah bagi keselamatan bangsa-bangsa. Gereja perlu mempersiapkan umat Allah untuk melaksanakan tugas tersebut melalui berbagai pelatihan-pelatihan misi baik da- lam kelompok besar maupun kecil untuk dapat melaksanakan kehendak Allah ini. Gereja telah diutus oleh Kristus ke dalam dunia untuk menjadi terang dan garam bagi dunia. Sehingga ketaatan kepada kehendak Allah yang telah ditunjukkan oleh Kristus menjadi teladan bagi gereja untuk taat me- laksanakan kehendak Allah bagi tugas pe- ngutusan

Pelayanan Misi Adalah Pelayanan Lintas Budaya

29

Will Metzger. Beritakan Kebenaran injil Yang Seutuhnya Bagi Pribadi yang Seutuhnya Oleh Pribadi-Pribadi yang Seutuhnya. (Surabaya: Mo- mentum, 2005),213.

30

M. David Sills. Panggilan Misi. (Surabaya: Momentum, 2011) ,199

48 Prinsip pelayanan misi yang dapat dilihat dalam teks Yunus pasal 1 menunjuk- kan bahwa pelayanan misi adalah pe- layanan lintas budaya (Kisah rasul 1:8; Ma- tius 28:19-2). Pelayanan misi kepada orang lain yang mempunyai kebudayaan yang berbeda dengan orang yang diutus untuk membawa berita keselamatan. Ini menun- jukkan bahwa pelayanan misi adalah suatu tantangan karena terbentur dengan cara ber- pikir yang berbeda dengan kelompok orang yang akan dilayani. Jalan keluar yang dibe- rikan tidak lain adalah suatu pendekatan yang sesuai dengan kebudayaan setempat. Sehingga seorang pembawa berita dituntut untuk dapat memahami cara berpikir orang- orang yang akan dituju. Cara berpikir ini terdapat dalam bahasa, maupun simbol-sim- bol kebudayaan yang dimiliki oleh ke- lompok tersebut. Prinsip pelayanan lintas kebudayaan juga telah ditunjukkan oleh Allah melalui Yesus Kristus, yakni pela- yanan inkarnasi. Menjadi sama dengan ma- nusia, turut merasakan apa yang dialami oleh manusia bahkan mati sebagai seorang yang disalib bagi keselamatan manusia (Ib- rani 2:14-18; Yohanes 1:14). Mengenai teladan pelayanan Yesus dijelaskan:

Tuhan Yesus datang kepada orang-orang berdosa. Dialah teladan kita. Tuhan Yesus juga Sang Komunikator Agung. Tuhan Yesus mengadakan komunikasi berdasar- kan tiga tahap utama:

1. Tahap mutlak atau dasar. 2. Tahap ilustratif

3. Tahap pribadi31

“Tahap mutlak atau dasar melalui penga- jaran. Tahap ilustratif melalui perumpa-

31

Danny Daniels. Penginjilan Bersama Allah Bagaimana Bersaksi Tentang Iman Kita Melalui Kata-Kata. (Bandung : Lembaga Literatur Baptis, 2003) ,102

maan dan tahap pribadi ketika ia berbicara kepada pribadi-pribadi”.32

Rasul Paulus pun melakukan pen- dekatan kontekstualisasi ketika melaksana- kan pelayan pengutusan di Atena (Kisah 17:16-34). Ia menjelaskan Injil bertitik to- lak dari tulisan kepada Allah yang tidak di- kenal. Apa yang kamu sembah tanpa me- ngenalnya, itulah yang kuberitakan kepada kamu (Kisah 17:23). Berhubungan dengan pelayanan rasul Paulus dalam teks ini, Dany Daniels menjelaskan:

Kembali kepada Paulus di Bukit Mars. Berita yang disampaikan Paulus bukan hanya contoh tentang seeker sensitive message (dalam Kisah Para Rasul 17:27, Paulus berbicara tentang orang- orang yang “mencari” Allah), tetapi juga merupakan contoh “kontekstuali- sasi” atau kesaksian lintas budaya. Be- rita itu “menerjemahkan” kebenaran Injil ke dalam bentuk yang dapat dime- ngerti oleh orang-orang di tempat itu. Ini bukan mengubah firman Allah atau mengkompromikannyal ini sebenarnya mengkomunikasikan kebenaran Allah menurut tingkat pengertiaan si pen- dengar. Paulus melakukannya. Tuhan Yesus juga melakukannya.33

Mengenai kontekstualisasi pelayanan di- jelaskan:

Sebenarnya tujuan kontekstualisasi sa- ma dengan tujuan inkarnasi Yesus. Sa- ma seperti Allah menyatakan diri-Nya kepada manusia melalui kebudayaan Yahudi, demikian juga kita ingin me- nyatakan Allah kepada suku-suku yang belum mengenal Yesus melalui kebu- dayaan mereka. Oleh karena itu, kon- tekstualisasi merupakan suatu prinsip ilahi yang diwujudkan dalam penjel- maan Yesus. 34 32 Ibid. 33 Ibid ,108-109 34

Budiman R.L., D.Min. Pelayanan Lintas Budaya & Kontekstualisasi. nd., 16

49 Dalam surat I Korintus 9:19-23 rasul Paulus memberikan prinsip-prinsip yang indah bagi pelayanan lintas budaya. Ia menyebutkan, “ segala sesuatu ini aku la- kukan karena Injil, supaya aku mendapat bagian dalamnya” (I Korintus 9:23).

Apabila prinsip dan teladan pelaya- nan lintas budaya yang telah dikerjakan oleh Yesus dan rasul Paulus dilaksanakan dengan baik oleh gereja Tuhan dewasa ini sesuai dengan kontek perutusannya, maka keselamatan Allah dapat terwujud di tengah berbagai suku bangsa di dunia saat ini. Sehingga pada akhirnya semua lutut ber- telut dan semua lidah mengaku Yesus ada- lah Tuhan bagi kemuliaan Allah Bapa.

KESIMPULAN

Allah mengasihi segala suku bangsa di dunia. Kitab Yunus membuktikan kebe- naran tersebut. Allah memerintahkan Yunus untuk memberitakan berita penghukuman Allah bagi Niniwe. Pada bagian yang lain Allah penuh dengan belas kasihan, sehingga ia lari menjauh dari hadirat Allah untuk tidak melaksanakan perintah tersebut. Allah dalam kedaulatan-Nya memakai kekuatan alam untuk membawa kembali Yunus ke- pada rencana-Nya.

Dalam ketidaktaatan Yunus ada hal positif yang terjadi ketika membuang undi dirinya yang kena undian tersebut yang me- nunjukkan ia sebagai penyebab kejadian itu terjadi. Dalam kesempatan itu Yunus dapat bersaksi mengenai siapa dirinya, siapa Allah yang dia sembah, apa tugas yang Allah berikan kepadaNya dan sikapnya ter- hadap perintah yang diberikan. Ia mem- berikan solusi untuk keselamatan banyak orang yakni dirinya menjadi korban karena kesalahannya yang menyebabkan terjadinya badai yang besar. Setelah ia dibuang ke laut Allah menentukkan sebuah ikan besar untuk menolong dirinya. Namun ini mem-

beri dampak pengakuan akan Allah Israel yang disembah oleh Yunus sebagai Allah yang benar dibandingkan dengan allah-allah lain sembahan orang-orang di kapal ter- sebut.

Penentuan Allah akan adanya ikan besar, bila dihubungkan dengan keperca- yaan Niniwe pada waktu itu dapat me- nunjukkan suatu strategi yang Allah pakai untuk menjadikan pesan Allah menjadi efektif bagi bangsa lain yang belum me- ngenal Allah yang benar.

Sebagai implikasi dari pelayananan misi saat ini, dari peristiwa Yunus dapat diambil prinsip bahwa pelayanan misi ada- lah pekerjaan Allah, pelayanan misi adalah ketaatan kepada kehendak Allah dan pela- yanan misi adalah suatu pelayanan lintas budaya.

KEPUSTAKAAN

Dalam dokumen JURNAL MITRA STTIK KUPANG EDISI 4.pdf (Halaman 45-49)