• Tidak ada hasil yang ditemukan

Relasi Terhadap Orang Lain

Dalam dokumen JURNAL MITRA STTIK KUPANG EDISI 4.pdf (Halaman 62-66)

PENYEMBAHAN UMAT ALLAH STEFANUS TOMATALA

3. Relasi Terhadap Orang Lain

Musik memiliki peran yang amat membantu pekerjaan pekabaran Injil Yesus Kristus. Banyak lagu diciptakan dan di- nyanyikan sebagai kesaksian dari orang- orang Kristen terhadap dunia bahwa Yesus adalah Juruselamat (the Savior) yang hidup, berkuasa, mengasihi orang berdosa. Musik gerejawi merupakan sarana pelengkap pekabaran Injil.10

b. Pengaruh Musik Gerejawi Dalam Ke- hidupan Rohani

9 Ibid. 10

Ibid., 90. : Bandingkan Kisah Para Rasul 16:25-33, tentang pengaruh musik dalam pengin- jilan malalui pengalaman Rasul Paulus di penjara di Filipi.

63 Seperti telah ditulis di depan bahwa musik mempunyai pengaruh yang luar biasa atas kehidupan, di sini musik bukan hanya se-bagai salah satu seni saja akan tetapi musik bahkan telah menjadi bagian yang seutuhnya dari kehidupan manusia, oleh se- bab itu mengapa orang-orang tatkala me- reka mendengarkan musik sebagian ada yang bergairah dalam bekerja dan dapat menyelesaikannya dengan cepat apabila mendengarkan suatu jenis musik yang mereka sukai, dan ada yang menjadi sedih, melamun dan sebagainya, apabila mende- ngarkan musik yang lain yang membuka memori lama mereka yang waktu itu mungkin kondisinya menyedihkan.

Lalu bagaimana dengan musik ge- rejawi perihal pengaruhnya dalam kehi- dupan rohani umat Kristen? Jelas bahwa tujuan utama semua musik gerejawi atau rohani adalah meninggikan dan meng- agungkan nama Tuhan. Musik gerejawi akan membawa dampak yang lebih baik ba- gi pertumbuhan kerohanian jemaat.

Musik dapat mempengaruhi keroha- nian (spirit). Artinya, Roh Kudus dapat menobatkan orang, mempercepat pertumbu- han jiwa seseorang anak menjadi lebih dewasa, menguatkan iman melalui motiva- si, tujuan, dan doa. Musik yang baik itu harus bermanfaat, memberi kesegaran da- lam tubuh, intelek, emosi dan spirit, serta memilki daya tarik yang kuat (secara positif). “layanilah seorang akan yang lain sesuai dengan karunia yang diperoleh tiap- tiap sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah” (1 Petrus 4:10 ).

Dengan demikian, Allah sendiri yang bertahta di atas pujian umat-Nya akan mengubah kehidupan seseorang menjadi sempurna dan layak dihadapan-Nya bagi siapa saja yang mau diubahkan kehidupan- nya dari yang buruk kepada kehidupan yang baik dan bertumbuh dalam kerohanian.

Sehingga dengan demikian akan menjadi saksi Kristus dan menjadi berkat kebutuhan jiwa.

c. Musik Sebagai Kebutuhan Jiwa Perlu dipahami dan disadari bahwa semua manusia di dunia ini mempunyai naluri musik dalam tubuhnya atau jiwanya sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa mu- sik yang bersifat universal itu telah menjadi bagian yang utuh dalam kehidupan setiap orang. Musik tidak hanya menjadi pe- lengkap kehidupan tetapi terlebih dari pada itu musik menjadi suatu kebutuhan tersen- diri yaitu ‘kebutuhan jiwa’. Sebuah artikel berjudul “The Power of Musik” ditulis oleh Paul Palmer, dikatakan :

Sebagai satu bentuk seni, musik itu unik, musik terdiri dari sejumlah unsur yang berbeda-beda, misal ritme, har- moni, tekstur, dan melodi. Bergantung kepada kehadiran dan keseimbangan unsur-unsur ini dan komponen-kom- ponen terkait lainnya, musik dapat memberi ketenangan atau semangat, menghaluskan dan menjadikan kasar, mengandung falsafah atau sembrono. Musik dapat menjadi sumber berkat pa- ling limpah, atau pencetus pemberon- takan dengan tingkah laku penuh dosa. 11

Sebagai penjelasan dari uraian diatas, di- berikan contoh sebagai berikut :

Seorang pemuda atau pemudi yang sedang kasmaran mereka akan lebih cen- derung mendengarkan musik atau lagu yang syair dan nadanya berisikan tentang cinta dan kasih, karena itu akan memuaskan jiwa mereka yang di rundung asmara, apalagi di saat mereka berjauhan. Beberapa karya- wan yang letih bekerja atau mangalami ke- jenuhan, sebagai pelepas kejenuhan dan menghilangkan sedikit keletihan akan cen- derung mendengarkan musik instrumen- talia. Realita ini membuktikan bahwa musik sangat diperlukan sebagai suatu upaya pe- menuhan dari dahaga jiwa seseorang.

64 2. Musik Gerejawi sebagai Landasan

dan Dinamika Kehidupan Moral Masih banyak orang belum me- nyadari bahwa musik dapat berpengaruh terhadap jiwa dan kerohanian seseorang, dan dampaknya bias menjadikan positif atau negatif bagi kehidupan orang tersebut. Seorang psikolog musik Gibson Herborth mengatakan :

Temperamen yang berbeda-beda akan mempengaruhi selera musik sese- orang, seperti umumnya temperamen kolerik menyukai musik-musik keras, sedangkan melankolis suka lagu-lagu yang sendu dan berkesan cengeng, Sanguin tertarik pada musik yang ber- nada riang, sebaliknya tempera-men plegmatik lebih suka mendengar-kan musik yang dengan pelan (slow). 12 Beranjak dari pendapat dari psikolog di atas, timbul pertanyaan, apakah selera mu- sik yang sesuai dengan temperamen akan berpengaruh terhadap akhlak atau moral sehingga menjadi baik atau justru sebalik- nya. Jika kita melihat kembali kebelakang dalam Perjanjian Lama sebenarnya musik diciptakan oleh Allah untuk kehidupan dan pemujaan terhadap-Nya.13 Tetapi sejak adam jatuh kedalam dosa dan diusir dari taman Eden musik pada akhirnya melayani tujuan akhir dosa. Itulah sebabnya, janji pemulihan dari Allah dan kuasa pembeba- san-Nya memberi dinamika atas pujian dan penyembahan kepada umat-Nya, sehingga umat-Nya dapat memuji dan memuliakan Dia dengan talenta atau karunia yang telah diberikan Allah kepada masing-masing orang14 Dengan penyembahan khususnya bagi para pelayan-pelayan dalam bidang dimaksud. Tetapi kembali perlu diingat dan

13

Banding : Mazmur 8, 145-150, tentang tujuan dan makna musik bagi umat Allah.

14

Banding : I Korintus 12:11; Yakobus 5:13, tentang peran musik untuk melayani dan memu- liakan Allah (Efesus 5:18-21).

diperhatikan bahwa menghancurkan kehi- dupan manusia khususnya musik dan moral adalah target iblis. Ia memakai pengaruh berbagai musik sebagai alat untuk mencapai tujuannya. Oleh sebab itu, Allah senan- tiasa memberi tuntutan dan memberi ilham melalui Roh Kudus-Nya kepada gereja-Nya khususnya kepada para pencipta lagu rohani dan kepada para pemusik sehingga mereka dapat mengubah pujian dan mengaransir musik sesuai dengan kehendak Allah. De- ngan demikian, musik dan lagu-lagu ter- sebut dapat menjadi alat berkat dalam mem- bangun kehidupan jemaat atau umat Allah.

Peran Khusus Musik Gerejawi Dalam Penyembahan Jemaat

Saat ini masih ada gereja-gereja yang menggunakan alat musik tunggal atau iringan tunggal bagi penyembahan mereka, seorang pemain yang sensitif dan ahli dalam memainkan alat musik tunggal dapat menolong pemimpin pujian untuk mem- bawa jemaat kepada penyembahan yang hidup dan harmonis. Paling sedikit satu alat musik sebagai pengiring adalah titik awal untuk membangun sebuah penyem- bahan yang hidup.

Seperti telah diketahui bahwa musik gerejawi banyak ragamnya serta aliran-ali- ran yang mempengaruhinya seperti, aliran klasik, aliran kharismatik, aliran kontem- porer, dan sebagainya. Untuk mengimba- ngi ragam musik tersebut, maka lagu-lagu harus dipilih yang mewakili tema yang te- lah diilhami oleh Roh Kudus untuk pela- yanan kepada jemaat. Tidak hanya itu saja, lagu-lagu tidak boleh didasarkan hanya ke- pada kecocokan secara musikal saja, tetapi harus diperhatikan bahwa musik gerejawi

65 hanya dipakai sebagai alat untuk melayani Tuhan dalam pujian dan penyembahan.15

Kenyataan lain muncul dimana para pemain musik gerejawi yang tidak memilki komitmen, kesetiaan, skill dan kedewasaan rohani yang cukup, mereka secara instan dipersilahkan memulai latihan dan mengi- ringi ibadah, ini merupakan masalah serius. Tetapi intinya adalah jika sampai pada wak- tunya untuk menyembah, saat itu bukan lagi waktu untuk berlatih musik atau hanya me- musatkan perhatian pada improvisasi musik saja. Itulah waktunya untuk bertemu dan memfokuskan diri kepada Tuhan dalam ha- dirat-Nya melalui musik dan pujian, ter- lebih dari pada itu membantu jemaat untuk lebih dalam lagi masuk kedalam hadirat Tuhan dan ‘berjumpa’ dengan-Nya dalam roh dan kebenaran. (Band. Daniel 11 : 32).

Seperti telah diuraikan di atas tadi, sangatlah penting bagi pelayan Tuhan khu- susnya para pemusik gerejawi dan pe- mimpin pujian untuk berlatih, bersekutu, saling membangun, mendorong, dan mem- beri semangat satu dengan yang lain dalam mencari kehendak Tuhan. Dan hal ini harus dilakukan sebelum melayani jemaat baik melayani dalam musik maupun dalam pu- jian dan penyembahan. Caranya, melalui wadah persekutuan khususnya pelayanan mimbar, karena dalam wadah dimaksud itulah para pelayan mimbar dapat saling memahami satu dengan yang lain, menegur bila ada yang salah, menasihati, dan saling memberi masukan yang positif, serta saling membangun iman demi kesatuan dan kese- hatian disaat melayani di tengah jemaat. Sehingga dengan demikian Allah sendiri melalui Roh Kudusnya akan memberitahu- kan rencana dan kehendak-Nya. Pada akhirnya nanti peranan musik gerejawi

15

Tom Kraeuter, ‘Mengembangkan Pelaya- nan Penyembahan yang Efektif’,( YWAM Publishing Indonesia 2001), 47-48.

dalam pelayanan pujian dan penyembahan yang benar dalam arti sesuai dengan kehendak Tuhan, akan membawa berkat bagi jemaat, sehingga melaluinya jemaat lebih didewasakan dalam kerohanian me- reka serta akan membentuk atau mencipta- kan jemaat penyembah-penyembah di da- lam Roh dan kebenaran.

Strategi Pengembangan Musik Gerejawi Dalam mendukung Penyembahan Jemaat.

Pada bagian ini akan dibahas, ba- gaimana menyusun strategi bagi pengem- bangan musik gerejawi sebagai alat dalam mendukung penyembahan jemaat. Pemba- hasan ini, akan dijelaskan melalui beberapa pokok penting, antara lain; 1. musik gere- jawi dan budaya kehidupan jemaat. 2. Pen- didikan dan persiapan pelayanan musik ge- rejawi. 3 manajemen pelayanan musik gere- jawi, yang diakhiri dengan suatu rang- kuman.

Sebelum masuk kedalam pembaha- san lebih lanjut, perlu melihat ke masa lam- pau beberapa ribu tahun yang lalu dalam Perjanjian Lama hingga saat ini tentang perkembangan musik gerejawi.

Sebelum gendang berkembang men- jadi seperangkat alat yang memiliki ber- bagai ukuran saat ini, alat-alat musik ter- sebut memiliki mekanisme serta dalam hal memainkannya masing-masing berbeda. Gendang dibuat dari apa yang yang kita sebut alat musik tabuh seperti tambur kecil, rebana, tamborin, dan lonceng. Masing- masing harus ditabuh untuk menghasilkan nada tabuh, dan akhirnya suara pukulan atau tabuhan pada gendang. Dalam de- fenisi yang paling benar, hakikat piano adalah alat musik tabuh karena nadanya dihasilkan dengan memukulkan kapak atau palu kecil pada senar dari logam. Xylophone (alat musik sejenis gambang) atau marimba adalah alat musik tabuh yang

66 merupakan cikal bakal piano. Ada banyak macamnya, misalnya “clavichord, harp- sichord”, dan bahkan “dulcimer kapak”. Semua alat-alat musik ini pertama-tama digunakan sebagai hasil dari menggesekan dua benda bersama-sama hingga menim- bulkan suara dan akhirnya berkembang menjadi alat musik yang menghasilkan na- da. Menurut Keluaran 28:33-34, pada ujung gamis milik imam ada buah delima dan giring-giring emas. Dalam bahasa Ib- rani, “giring-giring (lonceng)” adalah ‘pah- gamohn’, artinya seperti dipukul. Dalam Alkitab, kata ini hanya dua kali diterje- mahkan menjadi “giring-giring”. Saat ini budaya Yahudi tidak banyak menggunakan giring-giring atau lonceng sebagai alat musik. Tetapi giring-giring tetap ada, dan variasinya adalah ceracap.16

Seperti lonceng, ceracap adalah alat musik yang bunyinya dihasilkan karena getaran. Bahasa Ibrani untuk ceracap adalah “iz’lah-tzlah”. Cymbal (ceracap) berarti ‘bergemierincing’ atau berdentang ber- sama-sama. Bahasa Yunani ceracap adalah ‘kumbalon’ yang dikatakan dalam 1 Kor 13:1 sebagai canang.17

Dalam Alkitab di Perjanjian Lama, ada kata “rebana.” Dalam Keluaran 15:20, Mazmur 81:2 dan 150:4, kata ini secara harafiah berarti “menabuh.” Kata “tohph” sering diterjemahkan menjadi “rebana” dan kadang “terbet (tambur kecil).” Dan gendang seperti telah disebut di atas yang adalah cikal-bakal atau kakek buyut drum modern.3618 seiring dengan perkembangan zaman musik pun terus berkembang hingga saat ini. Dengan semakin berkembangnya musik, maka setiap pelayan musik, pujian, dan penyembahan harus berusaha untuk

16

Ray Hughes, ‘Suara Surga Sinfoni Bumi’, (Jakarta : Nafiri Gabriel, 2000), 108-109.

17 Ibid 18

Ibid, hlm.110

mengembangkan strategi pelayanan mereka di tengah-tengah jemaat. Selanjutnya masuk kepada pembahasan berikut :

1. Musik Gerejawi dan Kehidupan Je-

Dalam dokumen JURNAL MITRA STTIK KUPANG EDISI 4.pdf (Halaman 62-66)