Pada dasarnya, indikator adalah suatu alat ukur yang menunjukkan suatu isu atau kondisi. Tujuannya adalah menunjukkan seberapa jauh suatu sistem bekerja, baik sistem kegiatan/program maupun sistem organisasi. Indikator dapat membantu memahami posisi pelaksanaan kegiatan atau organisasi berada, ke arah mana berjalannya, dan seberapa jauh perjalanan ke arah yang dikehendaki.
Dalam konteks pembangunan secara umum, telah dikembangkan berbagai indikator kinerja pembangunan. United Nations Research Institute on Social
Development (UNRISD) pada tahun 1970 merumuskan indikator kunci pembangunan sosial ekonomi (7 indikator ekonomi dan 9 indikator sosial) yaitu:
1. Harapan Hidup
2. Persentase penduduk di daerah sebanyak 20.000 atau lebih (kota) 3. Konsumsi protein hewani per kapita per hari
4. Kombinasi tingkat pendidikan dasar dan menengah (Persentase anak-anak belajar di SD dan SMP)
5. Rasio pendidikan luar sekolah 6. Rata-rata jumlah orang per kamar 7. Sirkulasi surat kabar per 1000 penduduk
8. Persentase penduduk usia kerja yang bekerja di sektor listrik, gas, air dsb 9. Produksi pertanian per pekerja pria di sektor pertanian
10.Persentase tenaga kerja pria dewasa di pertanian 11.Konsumsi listrik, kw per kapita
12.Konsumsi baja, kg per kapita
13.konsumsi energi, ekuivalen kg batu bara per kapita 14.Persentase sector manufaktur dalam GDP
15.Perdagangan luar negeri per kapita
16.Persentase penerima gaji dan upah terhadap angkatan kerja.
Sejak Konferensi PBB tentang Lingkungan dan Pembangunan tahun 1992 yang menghasilkan The Rio Declaration on Environtment and Development, Bank Dunia mengadopsi konsep “Pembangunan Berwawasan Lingkungan Berkelanjutan” yang mengintegrasikan aspek perlindungan lingkungan dalam kegiatan pembangunan dan sebaliknya mempertimbangkan aspek pembangunan dalam program-program perlindungan lingkungan (Darnela 2007). Pembangunan berkelanjutan adalah proses pembangunan yang berprinsip "memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan". Salah satu faktor yang harus dihadapi untuk mencapai pembangunan berkelanjutan adalah memperbaiki kehancuran lingkungan tanpa mengorbankan kebutuhan pembangunan ekonomi dan keadilan sosial.
Pembangunan berkelanjutan berorientasi pada tiga pilar tujuan yaitu ekonomi, sosial dan ekologi (Munasinghe 1993). Pilar pertama, pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan, stabilitas dan efisiensi. Pilar kedua, pembangunan sosial yang bertujuan pengentasan kemiskinan, pengakuan jati diri dan pemberdayaan masyarakat. Pilar ketiga adalah pembangunan lingkungan yang berorientasi pada perbaikan lingkungnan seperti sanitasi lingkungan, industri yang lebih bersih dan rendah emisi, dan kelestarian sumber daya alam.
Gambar 2 Pilar-pilar pembangunan berkelanjutan.
Sumber: Munasinghe (1993)
Berdasarkan hasil KTT KTT Bumi – Agenda 21 di Rio de Janeiro Tahun 1992, pada Tahun 1995 dibentuk Coomission on Sustainable Development (CSD). Komisi ini merumuskan indikator untuk mengukur pembangunan berkelanjutan dengan rumusan terakhir pada tahun 2007 diberikan pada Tabel 4.
Tabel 4 Indikator pembangunan berkelanjutan
Tema Sub-tema Indikator
Kemiskinan Kemiskinan pendapatan Persen dari penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan nasional
Proporsi penduduk dibawah garis kemiskinan internasional ($1 dan/atau $2)
Ketidakmerataaan
pendapatan Rasio bagian pendapatan nasional dari kuintil tertinggi terhadap kuintil terendah Sanitasi Proporsi penduduk yang menggunakan sanitasi
layak
Air minum Proporsi penduduk yang menggunakan sumber air layak
Akses terhadap energi Proporsi rumah tangga tangga tanpa listrik atau jasa energi modern lainnya
Persentase penduduk menggunakan bahan bakar padat untuk memasak
Kondisi tempat tinggal Proporsi penduduk perkotaan yang tinggal di permukiman kumuh
Pemerintahan Korupsi Persentase penduduk yang membayar suap Kriminal Jumlah pembunuhan disengaja per 100.000
penduduk
Kesehatan Mortalitas Tingkat kematian balita
Harapan hidup waktu lahir
Tabel 4 Lanjutan
Tema Sub-Tema Indikator
Cakupan pelayanan
kesehatan Persentase penduduk dengan akses terhadap fasilitas pelayanan kesehatan primer
Tingkat prevalensi kontrasepsi
Imunisasi Status gizi Status gizi anak Status dan resiko
kesehatan Morbiditas dari penyakit-penyakit utama seperti HIV/AIDS, malaria tuberkolosis
Prevalensi penggunaan tembakau
Tingkat bunuh diri Pendidikan
Demografi
Tingkat pendidikan Rasio murid baru terhadap murid kelas akhir pada pendidikan dasar
Pembelajaran seumur hidup
Tingkat penerimaan bersih (net enrolment rate) pada pendidikan dasar
Tingkat pencapaian pendidikan sekunder (tersier) pada penduduk dewasa
Melek huruf Tingkat melek huruf dewasa Penduduk Tingkat pertumbuhan penduduk
Tingkat Fertilitas Total (TFR)
Rasio beban ketergantungan
Pariwisata Rasio penduduk lokal terhadap wisatawan pada daerah dan tujuan pariwisata utama
Diversifikasi Lahan yang terpengaruh oleh desertifikasi pertanian Area lahan pertanian permanen dan subur
Efisiensi penggunaan pupuk
Penggunaan pestisida pertanian
Area dengan pertanian organis Kehutanan Proporsi lahan untuk hutan
Persentase hutan rusak karena penggundulan
Area hutan yang dikelola secara berkelanjutan Laut dan
Pesisir
Zona pesisir Persentase penduduk yang tinggal di pesisir
Kualitas air laut untuk berenang
Perikanan Proporsi cadangan ikan dalam batas aman secara biologi
Marine trophic index
Area ekosistem terumbu karang dan persentase yang terlindungi
Air Tawar Kuantitas air Proporsi penggunaan sumber air
Intensitas penggunaan air oleh aktivitas ekonomi Kualitas air Konsentrasi bakteri koli di air tawar
BOD di badan air
Perlakuan air limbah
Biodiversitas Ekosistem Proporsi kawasan lindung, total dan berdasarkan area ekologis
Efektivitas pengelolaan kawasan lindung
Kawasan dari ekosistem terpilih
Fragmentasi habitat
Spesies Perubahan pada status terancam dari spesies
Kelimpahan spesies terpilih
Tabel 4 Lanjutan
Tema Sub-Tema Indikator
Pembangunan ekonomi
Kinerja makro ekonomi PDB perkapita
Tabungan bruto
Share tabungan pada PDB
Tabungan bersih sebagai persentase dari GNI Keberlanjutan keuangan
publik Rasio hutang terhadap GNI
Kesempatan kerja Rasio kesempatan kerja-penduduk
Kesempatan kerja yang rentan
Produktivitas tenaga kerja dan biaya tenaga kerja perunit
Share wanita pada pekerjaan upahan di sektor non-pertanian
Teknologi informasi dan
komunikasi Penggunaan internet per 100 penduduk Jaringan telpon tetap per 100 penduduk
Pelanggan telpon seluler per 100 penduduk Penelitian dan
pengembangan Pengeluaran domestik bruto pada R & D sebagai persentase dari PDB Pariwisata Kontribusi pariwisata terhadap PDB
Kerja sama ekonomi global
Perdagangan Defisit neraca berjalan sebagai persentase dari PDB
Share impor dari negara-negara berkembang dan LDC
Rara-rata pengenaan tarif pada ekspor dari negara berkembang dan LDC
Keuangan eksternal ODA bersih yang diberikan atau diterima sebagai persentase dari GNI
Aliran masuk dan keluar bersih FDI sebagai persentase dari PDB
Remitans sebagai persentase dari GNI Pola konsumsi
dan produksi Konsumsi material Intesitas material dari perekonomian Konsumsi material domestik
Penggunaan energi Konsumsi energi tahunan, total dan berdasarkan kategori pengguna utama
Share dari sumber daya energi terbarukan dalam penggunaan energi total
Intensitas penggunaan energi, total dan berdasarkan aktivitas ekonomi Pengelolaan dan
pengolahan limbah Pengolahan limbah berbahaya Pengolahan limbah
Perlakuan dan pembuangan limbah
Pengelolaan limbah radioaktif Transportasi Moda transportasi orang
Moda transportasi barang
Intensitas energi transportasi Sumber: United Nations (2007)
Dalam konteks pembangunan/perkembangan daerah/wilayah, menurut Yunus (1991) tingkat perkembangan wilayah adalah ukuran peringkat secara relatif yang menyatakan kemajuan yang dicapai oleh suatu wilayah sebagai hasil aktivitas pembangunan dibandingkan dengan wilayah lainnya.
Pengembangan dan pemilihan indikator dapat dilakukan secara sederhana karena semua angka atau besaran yang dapat menggambarkan keadaan daerah dapat digunakan sebagai indikator. Pemilihan indikator kemudian menjadi penting bagi tindakan lebih lanjut yang perlu diambil oleh pemerintah daerah tersebut agar di masa datang terjadi peningkatan nilai bagi daerah tersebut.
Mulyanto (2007) mengemukakan bahwa saat ini telah dikembangkan indikator-indikator yang cukup luas dalam pengukuran pembangunan daerah, yang tidak sekedar indikator PDB/PDRB. Indikator-indikator tersebut baik yang mencakup hasil interaksi dari berbagai faktor ekonomi, sosial, dan politik dalam suatu pola normal atau pola optimal maupun indikator yang mencerminkan menangkap kualitas hidup. Berdasarkan hal tersebut, secara ringkas indikator pembangunan daerah, dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu: (i) indikator ekonomi; (ii) indikator non ekonomi; serta (iii) indikator gabungan. Indikator pembangunan semacam PQLI (Physical Quality of Life Index); HDI (Human Development Index); dan juga RDI (Regional Development Index) termasuk dalam kategori indikator gabungan.
Rustiadi et al. (2009) telah merangkum berbagai pendekatan dalam penetapan indikator, yang dibagi atas tiga pendekatan yaitu (1) indikator berbasis tujuan pembangunan; (2) indikator berbasis kapasitas sumber daya; dan (3) indikator berbasis proses pembangunan. Ketiga pendekatan tersebut dirincikan berdasarkan indikator-indikator operasionalnya sebagai berikut:
Tabel 5 Indikator pembangunan wilayah berdasarkan basis/pendekatan pengelompokannya
Basis/Pendekatan Kelompok Indikator operasional Tujuan pembangunan 1. Produktivitas, Efisiensi dan Pertumbuhan (Growth) a. Pendapatan wilayah (1) PDRB (2) PDRB perkapita (3) Pertumbuhan PDRB b. Kelayakan Finansial/Ekonomi (1) NPV (2) BC Rasio (3) IRR (4) BEP
c. Spesialisasi, Keunggulan Komparatif/ Kompetitif
(1) LQ
(2) Shift and Share Analysis (SSA) d. Produksi-produksi utama (produksi,
produktivitas)
(1) Migas (2) Produksi padi/beras (3) Karet (4) Kelapa sawit 2. Pemerataan, Keberimbangan dan Keadilan (Equity) a. Distribusi Pendapatan (1) Gini Rasio (2) Struktural (vertikal) b. Ketenagakerjaan/Pengangguran (1) Pengangguran terbuka (2) Pengangguran terselubung (3) Setengah pengangguran c. Kemiskinan (1) Good-service ratio (2) % Konsumsi makanan (3) Garis kemiskinan d. Regional Balance
(1) Spatial Balance (primacy index, entropy index, Williamson) (2) Central Balance (3) Capital Balance (4) Sector Balance 3. Keberlanjutan (Sustainability) a.Dimensi Lingkungan b.Dimensi Ekonomi c.Dimensi Sosial Sumber daya 1. Sumber daya
Manusia
a.Pengetahuan b. Keterampilan c. Kompetensi d. Etos kerja/sosial e.Pendapatan/produktivitas f. Kesehatan g. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2. Sumber daya Alam a.Tekanan b. Dampak c. Degradasi 3.Sumber daya
Buatan
a.Skalogram Fasilitas Pelayanan b.Aksesibilitas terhadap fasilitas 4. Sumber daya Sosial
(Social Capital)
a.Regulasi/aturan-aturan Adat/Budaya (Norm) b.Organisasi
c.Rasa percaya (trust) Proses Pembangunan 1. Input 1. Proses/Implementasi 2. Output 3. Outcome 4. Benefit 5. Impact
a.Input Dasar (SDA,SDM, Infrastruktur, SDS) b.Input Antara, transparansi, efisiensi
manajemen, tingkat partisipasi masyarakat/ stakeholder
c.Total volume produksi Sumber: Rustiadi et al. (2009)