• Tidak ada hasil yang ditemukan

5. INFEKSI SALURAN KEMIH

Dalam dokumen SOP Lengkap (Halaman 89-93)

Tahap III: Stimulan pernapasan, Mini trakeostomi jika retesi

5. INFEKSI SALURAN KEMIH

1. Definisi : Infeksi saluran kemih adalah infeksi yang melibatkan struktur saluran

kemih, yaitu dari epitel glomerulus tempat mulai dibentuk urin sampai dengan muara urin di meatus urethrae externae. ISK pada usia lanjut dapat timbul sebagai akibat dari kondisi-kondisi yang sering menyertai orang usia lanjut, seperti inkontinensia urin dan hipertrofi prostat yang memerlukan pemakaian kateter menetap, imobilisasi, dan menurunnya fungsi imunitas baik non-spesifik maupun spesifik.

2. Gejala/Diagnosis :

• Meningkatkan kecurigaan adanya ISK bila didapatkan kondisi-kondisi akut pada usia lanjut tanpa memperhatikan gejala khas dari ISK atau mengenali faktor-faktor resiko ISK pada usia lanjut adalah merupakan pendekatan diagnosis yang tepat. Hal tersebut dapat dijadikan dasar untuk pemeriksaan sampel urin untuk dianalisis dan dibiak serta melakukan pemeriksaan penunjang lain guna mengetahui adanya kelainan anatomi maupun struktural.

• Kriteria diagnosis bakteriuria berdasarkan gambaran klinis dan cara pengambilan sampel urin:

- > 102 Colony Forming Unit (CFU) coloniform/ml urin atau >105 CFU non-coliform/ml urin, pada wanita dengan gejala ISK

- > 103 CFU bakteri/ml urin, pada pria dengan gajala ISK

- > 105 CFU bakteri/ml urin (2 kali pemeriksaan dengan jarak 1 minggu), pada wanita dan pria tanpa gejala ISK

- > 102 CFU bakteri/ml urin, pada pasien dengan kateter

- Berapapun jumlah CFU bakteri/ml urin, pada pasien dengan gejala ISK dengan pengambilan sampel urin dari kateterisasi suprapubik

3. Etiologi : Bakteri

4. Diagnosis Banding :

5. Pemeriksaan Penunjang :

A. LABORATORIUM

 Darah tepi lengkap

 Urin lengkap

 Biakan urin dengan tes resistensi kuman

 Fungsi ginjal (ureum, kreatinin, bersihan kreatinin)

 Gula darah B. NON LABORATORIUM  BNO/IVP  USG ginjal 6. Penanganan : Non Farmakologi

 Banyak minum bila fungsi ginjal masih baik  Menjaga kebersihan daerah genitalia bagian luar

Farmakologi

Antibiotika sangat dianjurkan dan perlu segera diberikan pada ISK simtomatik, sesuai dengan tes resistensi kuman atau pola kuman yang ada atau secara empiris yang dapat mencakup Escherichia coli dan gram negatif lainnya. Pada ISK asimtomatik antibiotika hanya diberikan pada pasien dengan resiko tinggi terjadinya komplikasi yang serius (seperti transplantasi ginjal atau pasien dengan granulositopenia) dan pasien yang akan menjalani pembedahan.

Antibiotika oral direkomendasikan untuk ISK tak berkomplikasi dengan lama pemberian 7-10 hari pada perempuan dan 10-14 hari pada laki-laki. Antibiotika parenteral untuk ISK berkomplikasi dengan lama pemberian tidak kurang dari 14 hari.

Antibiotika golongan fluorokuinolon masih digunakan sebagai pengobatan pilihan pertama. Kadang pengobatan kombinasi masih digunakan pada infeksi yang sulit dikendalikan, terutama infeksi karena Enterococcus dan Pseudomonas. Golongan lain yang biasa digunakan adalah aminoglikosida, sefalosporin generasi ke-3 dan ampisilin.

Keberhasilan pengobatan pada ISK simtomatik ditentukan oleh hilangnya gejala dan bukan hilangnya bakteri.

Evaluasi ulang dengan kecurigaan adanya kelainan anatomi atau struktural dapat mulai dipertimbangkan bila terjadi ISK berulang >2 kali dalam waktu 6 bulan.

7. Follow Up : Gejala klinis, laboratoris

8. Komplikasi : Sepsis, gagal ginjal, pielonefritis akut, inkontinensia urin, ISK

berulang.

9. Konsultasi : Departemen Rehabilitasi Medik, Bidang Keperawatan, Urologi, Departemen Obstetri-Ginekologi

10. Prognosis : Bila tak ada komplikasi: baik 6. ULKUS DEKUBITUS

1. Definisi : Ulkus dekubitus adalah lesi yang disebabkan oleh tekanan yang

menimbulkan kerusakan jaringan di bawahnya.

2. Gejala/Diagnosis : Biasanya terdapat faktor-faktor resiko: imobilisasi, inkontinensia,

fraktur, defisiensi nutrisi (terutama vitamin C dan albumin), kulit kering, peningkatan suhu tubuh, berkurangnya tekanan darah, usia lanjut.

Stadium Klinis :

 Stadium I: Respon inflamasi akut terbatas pada epidermis, tampak pada daerah eritema indurasi dengan kulit masih utuh atau lecet.

 Stadium II: Luka meluas ke dermis hingga lapisan lemak subkutan, tampak sebagai ulkus dangkal dengan tepi yang jelas dan perubahan warna pigmen kulit, biasanya sembuh dalam waktu beberapa hari sampai beberapa minggu.

 Stadium III: Ulkus lebih dalam, menggaung, berbatasan dengan fasia dan otot-otot.

 Stadium IV: Perluasan ulkus menembus otot hingga tampak tulang di dasar ulkus yang dapat mengakibatkan infeksi pada tulang dan sendi.

Luka tekan biasa terjadi di daerah tulang yang menonjol seperti sakrum dan kalkaneus karena posisi terlentang, trokanter mayor dan maleolus karena posisi miring 90o dan tuberositas iskial karena posisi duduk.

3. Etiologi : Tekanan

4. Diagnosis Banding : Pada ulkus dekubitus stadium IV, bila luka tidak membaik,

foto tulang terdapat kelainan, hitung leukosit >15.000/µl, atau LED 120 mm/jam kemungkinan 70% sudah ada osteomielitis yang mendasari.

5. Pemeriksaan Penunjang : DPL, kultur plus (MOR), kadar albumin serum, foto tulang di

6. Penanganan :

Umum

• Pengelolaan dekubitus diawali dengan kewaspadaan mencegah terjadinya dekubitus dengan mengenal faktor-faktor resiko untuk terjadinya dekubitus serta eleminasi faktor-faktor resiko tersebut.

• Perhatikan status nutrisi pada semua stadium ulkus dekubitus. Pemberian asam askorbat 500 mg 2 kali sehari dapat mengurangi luas permukaan luka sebesar 84%. Asupan protein juga merupakan prediktor terbaik untuk membaiknya luka dekubitus.

• Antibiotik sistemik diberikan bila terdapat bukti selulitis, sepsis atau osteomielitis. Klindamisin dan gentamisin dapat berpenetrasi ke dalam jaringan di sekitar ulkus. Pemberian antibiotik spektrum luas untuk batang gram negatif dan positif, anaerob dan kokus gram positif dilakukan pada pasien sepsis karena ulkus dekubitus.

• Debridemen semua jaringan nekrotik harus dilakukan untuk membuang sumber bakteriemia.

• Tempat tidur khusus: Penggunaan kasur dekubitus yang berisi udara serta reposisi 4 kali sehari

• Perawatan luka: Tujuan perawatan luka adalah untuk mengurangi jumlah bakteri agar proses penyembuhan tidak terhambat. Hal ini dapat dilakukan dengan debridemen jaringan nekrotik secara pembedahan atau dengan menggunakan kompres kasa dengan NaCl dua hingga tiga kali sehari. Bila sangat diperlukan seperti luka dengan pus atau sangat bau, antiseptik dapat digunakan dalam waktu singkat dan segera dihentikan begitu luka bersih.

• Tindakan medik berdasarkan derajat ulkus:

a. Dekubitus derajat I: Kulit yang kemerahan dibersihkan dengan hati-hati dengan air hangat dan sabun, diberi lotion, kemudian dimasase 2-3 kali/hari.

b. Dekubitus derajat II: Perawatan luka memperhatikan syarat-syarat aseptik dan antiseptik. Dapat diberikan salep topikal. Pergantian balut dan salep jangan terlalu sering karena dapat merusak pertumbuhan jaringan yang diharapkan.

c. Dekubitus derjat III: Usahakan luka selalu bersih dan eksudat dapat mengalir keluar. Balutan jangan terlalu tebal dan sebaiknya transparan sehingga udara dapat masuk dan penguapan berjalan baik. Dengan menjaga luka agar tetap basah akan mempermudah regenerasi sel-sel kulit.

d. Semua langkah di atas tetap dikerjakan dan jaringan nekrotik harus dibersihkan karena akan menghalangi epitelisasi.

7. Follow Up : Gejala klinis, laboratoris

8. Komplikasi : Sepsis

9. Konsultasi : Departemen Rehabilitasi Medik, Bedah Ortopedi, Bedah Plastik, Bedah Vaskuler.

Dalam dokumen SOP Lengkap (Halaman 89-93)

Dokumen terkait