• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. PERKEMBANGAN INFLASI JAKARTA

A. INFLASI JAKARTA TRIWULAN I-2008

Kestabilan harga di Jakarta pada triwulan I-2008 menurun dibandingkan dengan Kestabilan harga di Jakarta pada triwulan I-2008 menurun dibandingkan denganKestabilan harga di Jakarta pada triwulan I-2008 menurun dibandingkan dengan Kestabilan harga di Jakarta pada triwulan I-2008 menurun dibandingkan dengan Kestabilan harga di Jakarta pada triwulan I-2008 menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya

triwulan sebelumnyatriwulan sebelumnya triwulan sebelumnya

triwulan sebelumnya. Inflasi di Jakarta pada triwulan I-2008 sebesar 3,5% (q-t-q), lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi triwulan sebelumnya sebesar 1,6% maupun triwulan yang sama tahun 2006 sebesar 1,9%. Walaupun, kestabilan harga di Jakarta memburuk, namun masih relatif lebih baik dibandingkan dengan inflasi nasional maupun dengan provinsi tetangganya Banten. Inflasi di Jakarta pada triwulan I-2008 lebih rendah dibandingkan dengan Banten (4,5%) namun lebih tinggi dibandingkan dengan Jawa Barat (2,8%). Secara tahunan inflasi di Jakarta pada triwulan I-2008 adalah 7,7% (y-o-y) lebih tinggi dibandingan dengan triwulan sebelumnya 6,0%. Demikian pula secara tahunan inflasi di Jakarta lebih tinggi dibandingkan Jabar (7,0%) namun masih lebih rendah dibandingkan dengan Banten (9,0%).

Secara umum, faktor-faktor penyebab tekanan inflasi pada triwulan I-2008 Secara umum, faktor-faktor penyebab tekanan inflasi pada triwulan I-2008Secara umum, faktor-faktor penyebab tekanan inflasi pada triwulan I-2008 Secara umum, faktor-faktor penyebab tekanan inflasi pada triwulan I-2008 Secara umum, faktor-faktor penyebab tekanan inflasi pada triwulan I-2008 antara lain adalah :

antara lain adalah :antara lain adalah : antara lain adalah : antara lain adalah :

- Gangguan pasokan pada beberapa komoditas kelompok bahan makanan dan minyak tanah

- imported inflation, yaitu kenaikan harga di pasar internasional pada beberapa komoditas penting seperti gandum, kedelai, CPO dan kenaikan harga emas yang pararel dengan kenaikan harga BBM dunia

Grafik II.1 Inflasi Jakarta (q-t-q)

Grafik II.2 Inflasi Jakarta (y-o-y)

B. INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK

1. Inflasi Triwulanan (q-t-q)

Kenaikan harga tertinggi pada triwulan ini terjadi pada kelompok pakaian (5,4%) Kenaikan harga tertinggi pada triwulan ini terjadi pada kelompok pakaian (5,4%)Kenaikan harga tertinggi pada triwulan ini terjadi pada kelompok pakaian (5,4%) Kenaikan harga tertinggi pada triwulan ini terjadi pada kelompok pakaian (5,4%) Kenaikan harga tertinggi pada triwulan ini terjadi pada kelompok pakaian (5,4%) diikuti oleh bahan makanan (5,1%) dan pakaian (5,0%).

diikuti oleh bahan makanan (5,1%) dan pakaian (5,0%).diikuti oleh bahan makanan (5,1%) dan pakaian (5,0%). diikuti oleh bahan makanan (5,1%) dan pakaian (5,0%).

diikuti oleh bahan makanan (5,1%) dan pakaian (5,0%). Kenaikan harga yang terjadi pada kelompok pakaian terutama berasal dari kenaikan harga emas perhiasan (44,40%) yang disebabkan oleh kenaikan harga komoditas tersebut di pasar internasional. Pada kelompok bahan makanan, peningkatan harga tertinggi terjadi pada komoditas tempe (48,0%) yang disebabkan oleh kenaikan harga kedelai, minyak goreng (31,21%) yang disebabkan oleh kenaikan harga di pasar internasional sehingga pasokan di dalam negeri terganggu, cabe merah (13,78%) dan bayam (19,24%) yang keduanya disebabkan oleh terganggunya pasokan. Pada kelompok makanan jadi, kenaikan harga tertinggi terjadi pada roti-rotian (mendekati 50,0%) karena kenaikan harga tepung terigu, bubur kacang hijau (28,2%), dan produk-produk yang menggunakan bahan baku tepung terigu (mie dan hamburger). Sementara itu, berdasarkan sumbangannya, maka sumbangan terhadap inflasi Sementara itu, berdasarkan sumbangannya, maka sumbangan terhadap inflasiSementara itu, berdasarkan sumbangannya, maka sumbangan terhadap inflasi Sementara itu, berdasarkan sumbangannya, maka sumbangan terhadap inflasi Sementara itu, berdasarkan sumbangannya, maka sumbangan terhadap inflasi tertinggi pada triwulan laporan terjadi pada kelompok perumahan (1,1%), bahan tertinggi pada triwulan laporan terjadi pada kelompok perumahan (1,1%), bahantertinggi pada triwulan laporan terjadi pada kelompok perumahan (1,1%), bahan tertinggi pada triwulan laporan terjadi pada kelompok perumahan (1,1%), bahan tertinggi pada triwulan laporan terjadi pada kelompok perumahan (1,1%), bahan makanan (1,0%) dan makanan jadi (0,9%)

makanan (1,0%) dan makanan jadi (0,9%)makanan (1,0%) dan makanan jadi (0,9%) makanan (1,0%) dan makanan jadi (0,9%)

makanan (1,0%) dan makanan jadi (0,9%). Sumbangan tersebut dihitung dari perkalian kenaikan harga dengan bobot nilai konsumsi dari masing-masing kelompok barang. Besarnya kelompok barang di dalam memberikan sumbangan terhadap inflasi pada periode laporan akan sangat tergantung pada besarnya bobot nilai konsumsi dan laju inflasi dari kelompok barang masing-masing. Kelompok perumahan yang memiliki bobot sebesar 31,1% dengan kenaikan sebesar 3,6%

Nasional Banten Jakarta Jabar Sumber : BPS % (q-t-q) 0 1 2 3 4

III-2006 IV-2006 I-2007 II-2007 III-2007 IV-2007 I-2008* 3,4 4,5 3,5 2,8 2,1 2,0 1,6 1,8 2,3 3,2 1,8 2,5 0,2 -1,0 0,5 -0,3 1,9 2,0 1,9 1,1 2,4 2,5 2,1 1,9 1,2 1,8 1,2 1,3 Nasional 17,1 6,6 6,5 5,8 7,0 6,6 8,2 Banten 16,1 7,7 7,3 5,6 6,9 6,3 9,0 Jakarta 16,1 6,0 5,7 6,0 6,5 6,0 7,7 Jabar 19,6 5,3 4,9 5,1 5,3 5,3 7,0 Sumber : BPS % (y-o-y) 0 4 8 12 16 20

memberikan kontribusi sebesar 1,1% terhadap inflasi, kelompok bahan makanan yang memiliki bobot sebesar 19,3% dengan kenaikan harga 5,1% memberikan kontribusi terhadap inflasi 1,0%. Sementara itu, kelompok makanan jadi dengan bobot 16,3% dan dengan kenaikan harga 5,4% memberikan sumbangan terhadap inflasi sebesar 0,9%.

Tabel II.1

Komoditi Dengan Kenaikan Harga Tertinggi Bahan Makanan Kelompok Komoditi Sumber : BPS, diolah Tempe 47,99 20,73 0,65 Cabe Merah 13,78 28,77 0,45 Minyak Goreng 31,21 11,20 1,14 Nangka Muda -3,23 63,83 0,07 Bayam 19,24 40,99 0,22 Mie 22,12 17,55 1,29 Hamburger 17,28 15,00 0,09 Roti Manis 38,46 14,89 0,62 Roti Tawar 52,78 14,58 0,47 Bubur Kacang Hijau 28,20 13,64 0,21 Besi Beton 49,96 38,65 0,18 Emas Perhiasan 44,40 16,48 1,78 Pasta Gigi 14,89 12,68 0,29 Rekreasi 12,97 12,97 0,11 Accu 50,53 33,80 0,02 Inflasi (%) Bobot (%) QtQ YoY Makanan Jadi Perumahan Pakaian Kesehatan Pendidikan Transportasi Grafik II.3

Inflasi Berdasarkan Kelompok

%(q-t-q) IHK 1,9 0,5 1,8 1,6 3,5 Bhn Makanan 4,7 -0,2 2,4 4,1 5,1 Mknn jadi 1,1 0,9 0,6 2,7 5,4 Perumahan 2,4 1,0 1,6 -0,3 3,6 Pakaian 0,4 0,2 2,0 5,4 5,0 Kesehatan 1,6 0,3 0,9 1,1 3,3 Pendidikan 0,1 0,0 9,0 0,1 -0,1 Transportasi 0,1 0,4 0,3 0,2 0,6 Sumber : BPS 0,0 2,0 4,0 6,0 8,0 10,0 Q1-2007 Q2-2007 Q3-2007 Q4-2007 Q1-2008 Tabel II. 2

Komoditi Dengan Sumbangan Inflasi Tertinggi Bahan Makanan Kelompok Komoditi Sumber : BPS, diolah Bawang Merah 0,74 107,15 0,01 Tahu Mentah 0,14 27,59 0,01 Kelapa 0,10 32,08 0,00 Tomat Sayur 0,06 31,67 0,00 Tempe 0,06 10,14 0,01 Roti Tawar 0,13 29,73 0,00 Rokok Kretek Filter 0,09 5,49 0,02 Kue Basah 0,08 25,90 0,00 Roti Manis 0,08 14,63 0,01 Mie 0,04 3,89 0,01 Sewa Rumah 0,04 1,12 0,04 Emas Perhiasan 0,27 17,37 0,02 Parfum 0,01 6,34 0,00 Buku Gambar 0,00 22,22 0,00 Bensin 0,03 1,10 0,03 Q-t-Q Bobot (%) Kontribusi Inflasi Makanan Jadi Perumahan Pakaian Kesehatan Pendidikan Transportasi Grafik II.4

Sumbangan Inflasi Berdasarkan Kelompok

0,0 1,0 2,0 3,0 4,0 3,5 1,0 0,9 1,1 0,3 0,1 0,0 0,1 IHK Bhn Makanan Mknn jadi Perumahan Pakaian Kesehatan Pendidikan Transportasi

Komoditi beras sebagai komoditi dengan bobot tertinggi (23%) dalam kelompok Komoditi beras sebagai komoditi dengan bobot tertinggi (23%) dalam kelompok Komoditi beras sebagai komoditi dengan bobot tertinggi (23%) dalam kelompok Komoditi beras sebagai komoditi dengan bobot tertinggi (23%) dalam kelompok Komoditi beras sebagai komoditi dengan bobot tertinggi (23%) dalam kelompok bahan makanan, pada triwulan laporan hanya sedikit meningkat (0,11%, q-t-q). bahan makanan, pada triwulan laporan hanya sedikit meningkat (0,11%, q-t-q). bahan makanan, pada triwulan laporan hanya sedikit meningkat (0,11%, q-t-q). bahan makanan, pada triwulan laporan hanya sedikit meningkat (0,11%, q-t-q). bahan makanan, pada triwulan laporan hanya sedikit meningkat (0,11%, q-t-q). Pasokan beras pada triwulan I-2008, walaupun tidak signifikan, mengalami sedikit penurunan akibat belum datangnya masa panen. Pada bulan Januari dan Februari, pasokan beras domestik menurun tidak disebabkan oleh karena adanya kerusakan jalan atau banjir tetapi lebih diakibatkan oleh sumber padi dari daerah Jawa Barat belum panen. Jawa Barat merupakan daerah pemasok padi terbesar ke PIBC yaitu sekitar 60%.

Meskipun demikian pasokan beras ke PIBC tetap stabil, antara lain sebagai hasil Meskipun demikian pasokan beras ke PIBC tetap stabil, antara lain sebagai hasil Meskipun demikian pasokan beras ke PIBC tetap stabil, antara lain sebagai hasil Meskipun demikian pasokan beras ke PIBC tetap stabil, antara lain sebagai hasil Meskipun demikian pasokan beras ke PIBC tetap stabil, antara lain sebagai hasil dari upaya pemerintah melalui pengadaan beras impor

dari upaya pemerintah melalui pengadaan beras impor dari upaya pemerintah melalui pengadaan beras impor dari upaya pemerintah melalui pengadaan beras impor

dari upaya pemerintah melalui pengadaan beras impor. Rata-rata pasokan beras di Pasar Beras Cipinang disertai dengan beras impor telah menghasilkan stok beras pada triwulan I dengan rata-rata penggunaan untuk kebutuhan 7,4 hari. Jumlah pasokan beras ke PIBC yang pada bulan Januari dan Februari sempat hanya berjumlah 46.000 ton dan 40.000 ton, pada bulan Maret meningkat menjadi 49.000 ton, lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah beras yang dikeluarkan sebesar 43.000 ton. Pada bulan Januari harga beras sempat meningkat hingga Rp 5.900 per kg namun secara keseluruhan harga beras pada triwulan I rata-rata berkisar seharga Rp 5.200 per kg.

Dalam triwulan laporan tersebut beberapa komoditas di kelompok bahan makanan Dalam triwulan laporan tersebut beberapa komoditas di kelompok bahan makanan Dalam triwulan laporan tersebut beberapa komoditas di kelompok bahan makanan Dalam triwulan laporan tersebut beberapa komoditas di kelompok bahan makanan Dalam triwulan laporan tersebut beberapa komoditas di kelompok bahan makanan di luar beras yaitu sayur-sayuran dan buah-buahan juga meningkat

di luar beras yaitu sayur-sayuran dan buah-buahan juga meningkat di luar beras yaitu sayur-sayuran dan buah-buahan juga meningkat di luar beras yaitu sayur-sayuran dan buah-buahan juga meningkat

di luar beras yaitu sayur-sayuran dan buah-buahan juga meningkat. Terganggunya produksi dan saluran distribusi akibat banjir menyebabkan pasokan sayur yang sebagian berasal dari Jateng dan Jatim harus melewati jalan yang lebih jauh. Selain itu, hujan juga menyebabkan sebagian dari sayuran membusuk.

Grafik II.5

Perkembangan Harga Beras di PIBC

Grafik II.6

Pemasukan dan Pengeluaran Beras di PIBC

Sumber : www.biro adms perekonomian DKI Jakarta 2.500 3.000 3.500 4.000 4.500 5.000 5.500 6.000 6.500 2006 2007 2008 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 7 8 9 10 1112

Rata-Rata Harga Beras PIBC

Ton

Sumber : Biro Adms Perekonomian DKI Jakarta

-20.000 40.000 60.000 80.000 100.000 Pemasukan Pengeluaran

Okt-07 Nov-07 Des-07 Jan-08 Feb-08 Mar-08 34.220 51.573 55.734 46.057 40.094 49.680 33.304 53.053 50.360 53.923 43.220 43.560

Pasokan sayur-sayuran ke pasar induk Kramat Jati yang terhambat pada triwulan Pasokan sayur-sayuran ke pasar induk Kramat Jati yang terhambat pada triwulanPasokan sayur-sayuran ke pasar induk Kramat Jati yang terhambat pada triwulan Pasokan sayur-sayuran ke pasar induk Kramat Jati yang terhambat pada triwulan Pasokan sayur-sayuran ke pasar induk Kramat Jati yang terhambat pada triwulan yang lalu, pada triwulan I-2008 masih mengalami gangguan

yang lalu, pada triwulan I-2008 masih mengalami gangguanyang lalu, pada triwulan I-2008 masih mengalami gangguan yang lalu, pada triwulan I-2008 masih mengalami gangguan

yang lalu, pada triwulan I-2008 masih mengalami gangguan. Pasokan turun dari 29 ribu ton menjadi 28 ribu ton sehingga harga sayur-mayur meningkat mencapai rata-rata 25%. Peningkatan tertinggi terjadi pada cabe merah yang meningkat hingga 28%. Sementara itu pasokan buah-buahan ke pasar Induk Kramat Jati di triwulan I-2008 juga menurun dari 32 ribu ton menjadi 22,5 ribu ton, namun demikian hal ini belum menyebabkan terjadinya kenaikan karena persediaan buah-buahan di pasar tradisional masih mencukupi.

Harga bahan makanan yang meningkat secara mencolok di triwulan I-2008 adalah Harga bahan makanan yang meningkat secara mencolok di triwulan I-2008 adalahHarga bahan makanan yang meningkat secara mencolok di triwulan I-2008 adalah Harga bahan makanan yang meningkat secara mencolok di triwulan I-2008 adalah Harga bahan makanan yang meningkat secara mencolok di triwulan I-2008 adalah tepung terigu yang harganya meningkat sebesar 35%.

tepung terigu yang harganya meningkat sebesar 35%.tepung terigu yang harganya meningkat sebesar 35%. tepung terigu yang harganya meningkat sebesar 35%.

tepung terigu yang harganya meningkat sebesar 35%. Kenaikan tersebut disebabkan oleh naiknya harga gandum impor terkait dengan pembatasan produksi gandum oleh Amerika dan Kanada. Kenaikan komoditi tersebut meskipun tidak langsung berkontribusi pada inflasi, namun membawa dampak secara tidak langsung melalui kenaikan harga kelompok makanan yang menggunakan tepung. Kenaikan harga makanan jadi yang tertinggi terjadi pada roti tawar yang meningkat 52%, roti manis 38% dan mie 22%.

Sementara itu kenaikan harga kacang kedelai dari Rp 3.400 per kg menjadi Rp Sementara itu kenaikan harga kacang kedelai dari Rp 3.400 per kg menjadi RpSementara itu kenaikan harga kacang kedelai dari Rp 3.400 per kg menjadi Rp Sementara itu kenaikan harga kacang kedelai dari Rp 3.400 per kg menjadi Rp Sementara itu kenaikan harga kacang kedelai dari Rp 3.400 per kg menjadi Rp 7.500 per kg menyebabkan kenaikan harga tempe meningkat rata-rata 47%. 7.500 per kg menyebabkan kenaikan harga tempe meningkat rata-rata 47%.7.500 per kg menyebabkan kenaikan harga tempe meningkat rata-rata 47%. 7.500 per kg menyebabkan kenaikan harga tempe meningkat rata-rata 47%. 7.500 per kg menyebabkan kenaikan harga tempe meningkat rata-rata 47%. Kenaikan harga ini berdampak pada penurunan produksi tempe. Di Jakarta tercatat tidak kurang dari 234 pengrajin tempe diberitakan gulung tikar. Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah telah mengeluarkan kebijakan pembebasan bea masuk impor kedelai dan subsidi pembelian kedelai kepada pengusaha tempe.

Grafik II.7

Pasokan vs Kebutuhan Beras di DKI Jakarta

Ton Pasokan Harian 1,470 1,596 1,845 1,438 1,544 1,508 Kebutuhan Harian 2,500 2,500 2,500 2,500 3,000 3,000 0 1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 Q4-2006 Q1-2007 Q2-2007 Q3-2007 Q4-2007 Q1-2008 Tabel II. 3

Kapasitas Ketersediaan Beras di DKI Jakarta Q4-2006 1.470 44.033 2.500 17,61 Q1-2007 1.596 37.849 2.500 15,14 Q2-2007 1.845 38.667 2.500 15,47 Q3-2007 1.438 32.056 2.500 12,82 Q4-2007 1.544 26.265 3.000 8,76 Q1-2008 1.508 22.241 3.000 7.41 Sumber : Dinas Indagkop DKI Jakarta, diolah

Ton Pasokan Harian Rata-rata Stok Harian Kebutuhan Harian Kapasitas (hari)

Harga hewan ternak potong meningkat sebesar 6% disebabkan oleh antara lain Harga hewan ternak potong meningkat sebesar 6% disebabkan oleh antara lain Harga hewan ternak potong meningkat sebesar 6% disebabkan oleh antara lain Harga hewan ternak potong meningkat sebesar 6% disebabkan oleh antara lain Harga hewan ternak potong meningkat sebesar 6% disebabkan oleh antara lain oleh kenaikan harga daging sapi dan ayam.

oleh kenaikan harga daging sapi dan ayam. oleh kenaikan harga daging sapi dan ayam. oleh kenaikan harga daging sapi dan ayam.

oleh kenaikan harga daging sapi dan ayam. Kenaikan daging sapi yang pada bulan Februari sempat mencapai angka Rp 70.000 per kg dari harga semula Rp 55.000 per kg terjadi karena kenaikan harga produsen. Terkait dengan kenaikan harga tersebut, pedagang daging se Jakarta Banten mendesak pemerintah untuk menghapus praktik monopoli serta menurunkan harga daging sapi impor dan sapi lokal karena para pedagang tidak dapat meningkatkan harga jual daging sapi terlalu tinggi, khawatir tidak laku. Sementara itu, peningkatan harga daging ayam potong dipengaruhi oleh penurunan produksi ayam sebesar 30% di bulan Januari 2008. Penurunan produksi tersebut sengaja dilakukan peternak di Jakarta dan Jabar karena kenaikan harga pakan ternak dan biaya perawatan ternyata tidak dapat mengangkat harga ayam ras yang mengakibatkan peternak rugi.

Harga minyak goreng meningkat sebesar 26% sebagai akibat dari kelangkaan Harga minyak goreng meningkat sebesar 26% sebagai akibat dari kelangkaan Harga minyak goreng meningkat sebesar 26% sebagai akibat dari kelangkaan Harga minyak goreng meningkat sebesar 26% sebagai akibat dari kelangkaan Harga minyak goreng meningkat sebesar 26% sebagai akibat dari kelangkaan pasokan minyak goreng di pasaran yang terkait langsung dengan kenaikan harga pasokan minyak goreng di pasaran yang terkait langsung dengan kenaikan harga pasokan minyak goreng di pasaran yang terkait langsung dengan kenaikan harga pasokan minyak goreng di pasaran yang terkait langsung dengan kenaikan harga pasokan minyak goreng di pasaran yang terkait langsung dengan kenaikan harga CPO di pasar internasional

CPO di pasar internasional CPO di pasar internasional CPO di pasar internasional

CPO di pasar internasional. Di pasar tradisional Jakarta, harga minyak goreng curah pada bulan Maret 2008 sempat mencapai Rp 14.000, lebih mahal dari pada minyak goreng bermerek sehingga mendorong sebagian masyarakat beralih menggunakan minyak goreng bermerek. Dalam triwulan laporan, paket kebijakan fiskal pemerintah belum mampu mengembalikan harga minyak goreng pada level semula. Oleh karena

Tabel II. 4

Operasi Pasar Murah Minyak Goreng Januari √ Maret 2008 di Jakarta

Tanggal Lokasi Jumlah Distributor

Non Subsidi (Rp 8.000) Non Subsidi (Rp 8.000)Non Subsidi (Rp 8.000) Non Subsidi (Rp 8.000) Non Subsidi (Rp 8.000)

19 Februari 2008 Kelurahan Kb Melati Tn Abang 5.000 lt PT Salim Invomas Pratama 27 Februari 2008 Kelurahan Kali Anyer Jakbar 5.000 lt PT Salim Invomas Pratama 28 Februari 2008 Kelurahan PengilinganJakarta Timur 5.000 lt PT Salim Invomas Pratama 4 Maret 2008 Kelurahan Kebon Bawang Jakarta Utara 5.000 lt PT Wimar Internasional 17 Maret 2008 Kantor Dinas Perindag Jakarta Utara 5.000 lt PT Salim Invomas Pratama 18 Maret 2008 Kelurahan Cipinang Besar Jakarta Timur 5.000 lt PT Wimar Internasional 24 Maret 2008 Kecamatan Palmerah Jakarta Barat 5.000 lt PT Wimar Internasional Subsidi (Rp 9.000)

Subsidi (Rp 9.000)Subsidi (Rp 9.000) Subsidi (Rp 9.000) Subsidi (Rp 9.000)

14 Maret 2008 Keluarahan Pondok Pinang Jakarta Selatan 10.000 lt PT Wimar Internasional 25 Maret 2008 Rusun Angke Tambora Jakarta Barat 10.000 lt MIKIE

25 Maret 2008 Keluaraha Tugu Jakarta Utara 13.483 lt MIKIE 25 Maret 2008 Johar Baru Jakarta Pusat 13.483 lt SMART 25 Maret 2008 Ciracas Jakarta Timur 13.483 lt MIKIE 26 Maret 2008 Duri Kosambi Cengkareng 10.000 lt SMART

itu kebijakan pemerintah (pemda) lebih diarahkan kepada pemberian subsidi minyak goreng yang ditujukan bagi masyarakat miskin melalui kegiatan operasi pasar. Operasi pasar minyak goreng murah dilakukan dalam bentuk minyak goreng non Operasi pasar minyak goreng murah dilakukan dalam bentuk minyak goreng nonOperasi pasar minyak goreng murah dilakukan dalam bentuk minyak goreng non Operasi pasar minyak goreng murah dilakukan dalam bentuk minyak goreng non Operasi pasar minyak goreng murah dilakukan dalam bentuk minyak goreng non subsidi dan minyak goreng subsidi

subsidi dan minyak goreng subsidisubsidi dan minyak goreng subsidi subsidi dan minyak goreng subsidi

subsidi dan minyak goreng subsidi. Untuk minyak goreng non subsidi, pemerintah bekerjasama dengan distributor menyediakan minyak goreng bermerek seharga Rp 8.000, lebih murah dibandingkan dengan harga di pasar yang mencapai Rp 13.000. Pelaksanaan operasi pasar dilakukan di tujuh kelurahan, masing-masing kelurahan mendapat jatah 5.000 liter. Sementara itu, untuk operasi pasar minyak goreng bersubsidi akan dilakukan di 267 kelurahan dengan jatah per kelurahan sebanyak 13.483 liter atau total 3,6 juta liter. Operasi pasar akan dilakukan pada Maret hingga Agustus 2008. Pada periode pertama operasi dilakukan mulai dari tanggal 25 Maret sampai 25 April 2008 dengan besaran subsidi Rp 2.500 per liter. Masyarakat dapat membeli minyak goreng seharga Rp. 10.000 per liter, lebih murah dibandingkan dengan harga pasar Rp 12.500 per liter.

Grafik II.8

Perkembangan Pasokan Sayur

Grafik II.9

Perkembangan Harga Sembako

Ton 0 20000 40000 60000 80000 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 2006 2007

Beras Sayuran Buah

Rp 2.000 4.000 6.000 8.000 10.000 12.000 2007 2008

Juni Juli Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Minyak goreng curah

Gula pasir

Tepung terigu Minyak tanah.

Tabel II. 5 Pasokan Sayur Mayur Triwulan I-IV 2007 dipasar Induk*

Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC)

- Beras (ton) 37.849 38.667 32.056 26.265 22.241 Pasar Induk Kramat Jati

- Sayuran (ton) 36.367 35.951 35.841 29.096 28.117 - Buah (ton) 32.408 31.091 35.940 32.896 22.536 *) Departemen Perdagangan, diolah

2007

I II III IV I

2008

Tabel II. 6

Harga Sembako pada Triwulan III-IV 2007

Beras 5.444 5.864 7,71

Hewan Ternak Potong 58.432 62.061 6,21 Sayur Mayur 14.732 18.460 25,30 Buah Buahan 9.055 9.000 -0,61 Gula Pasir 6.717 6.683 -0,51 Minyak Goreng Curah 9.326 11.757 26,06 Tepung Terigu 5.173 7.009 35,48 Minyak Tanah 3.689 4.657 26,23 Sumber : Biro Adms Perekonomian Propinsi DKI Jakarta

Rata-rata III-2007 Rata-rata IV-2007 Perubahan (%) Komoditas

2. Inflasi Tahunan (y-o-y)

Dilihat secara tahunan, inflasi DKI Jakarta dan pada triwulan I-2008 sebesar 7,7% Dilihat secara tahunan, inflasi DKI Jakarta dan pada triwulan I-2008 sebesar 7,7% Dilihat secara tahunan, inflasi DKI Jakarta dan pada triwulan I-2008 sebesar 7,7% Dilihat secara tahunan, inflasi DKI Jakarta dan pada triwulan I-2008 sebesar 7,7% Dilihat secara tahunan, inflasi DKI Jakarta dan pada triwulan I-2008 sebesar 7,7% (y-o-y), naik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (6,0%)

(y-o-y), naik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (6,0%) (y-o-y), naik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (6,0%) (y-o-y), naik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (6,0%)

(y-o-y), naik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (6,0%). Tekanan harga tertinggi terjadi pada kelompok pakaian, bahan makanan dan makanan jadi. Kenaikan pada kelompok pakaian berasal dari tingginya kenaikan harga emas perhiasan sebesar 44,4%. Pada kelompok bahan makanan kenaikan harga tertinggi terjadi pada komoditas sayur mayur, daging dan telur. Sedangkan pada kelompok makanan jadi kenaikan harga berasal dari harga roti dan mie instan.

Grafik II.10 Inflasi berdasarkan kelompok

barang (y-o-y)

Grafik II.11

Kontribusi per kelompok barang dalam Inflasi y-o-y

Secara tahunan, sumbangan terhadap inflasi tertinggi terjadi pada kelompok bahan Secara tahunan, sumbangan terhadap inflasi tertinggi terjadi pada kelompok bahan Secara tahunan, sumbangan terhadap inflasi tertinggi terjadi pada kelompok bahan Secara tahunan, sumbangan terhadap inflasi tertinggi terjadi pada kelompok bahan Secara tahunan, sumbangan terhadap inflasi tertinggi terjadi pada kelompok bahan makanan (2,3%), perumahan (1,9%) dan makanan jadi (1,6%)

makanan (2,3%), perumahan (1,9%) dan makanan jadi (1,6%) makanan (2,3%), perumahan (1,9%) dan makanan jadi (1,6%) makanan (2,3%), perumahan (1,9%) dan makanan jadi (1,6%)

makanan (2,3%), perumahan (1,9%) dan makanan jadi (1,6%). Sumbangan tersebut dihitung dari kenaikan harga dikali dengan bobot nilai konsumsi dari bahan makanan (19,3%), perumahan (31,1%) dan makanan jadi (16,3%). Kelompok pakaian dan pendidikan, meskipun mengalami kenaikan harga tertinggi tetapi karena bobotnya rendah (5,8% dan 6,2%) maka kelompok tersebut bukan merupakan penyumbang utama inflasi. Sebaliknya kelompok perumahan meskipun mengalami kenaikan yang relatif rendah namun karena bobotnya cukup tinggi (31,1%) maka kelompok tersebut memberikan sumbangan bagi inflasi di Jakarta. Jenis barang yang memberikan kontribusi inflasi tertinggi secara y-o-y dapat dilihat tabel II.7. IHK 5,7 5,9 6,5 6,0 7,7 Bhn Makanan 11,9 12,7 12,7 11,4 11,8 Mknn jadi 3,7 3,9 4,2 5,4 9,8 Perumahan 5,7 6,2 7,1 4,8 6,1 Pakaian 5,0 3,7 5,1 8,2 13,1 Kesehatan 4,6 2,9 3,1 4,0 5,7 Pendidikan 7,0 6,5 9,0 9,1 8,9 Transportasi 0,5 0,7 1,0 0,9 1,4 (y-o-y, %) Sumber : BPS 0 5 10 15 20 Q1-2007 Q2-2007 Q3-2007 Q4-2007 Q1-2008 0 2 4 6 8 10 7,66 2,29 1,60 1,89 0,75 0,21 0,56 0,25 IHK Bhn Makanan Mknn jadi Perumahan Pakaian Kesehatan Pendidikan Transportasi