• Tidak ada hasil yang ditemukan

Triwulan I Kajian Ekonomi Regional Jakarta. Triwulan I Kajian Ekonomi Regional Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Triwulan I Kajian Ekonomi Regional Jakarta. Triwulan I Kajian Ekonomi Regional Jakarta"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

Kajian Ekonomi Regional

Jakarta

(2)

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Subhanahuwata»ala yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Jakarta yang secara rutin triwulanan dilakukan dapat diselesaikan. Buku Kajian Ekonomi Regional berisi potret perkembangan ekonomi dan perbankan di Jakarta yang di era otonomi daerah keberadaannya dirasakan semakin penting. Tujuan dari penyusunan buku laporan triwulanan ini adalah untuk memberikan informasi kepada stakeholder tentang perkembangan ekonomi dan perbankan di Jakarta, dengan harapan informasi tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber referensi bagi pembuat kebijakan, akademisi, masyarakat, dan pihak-pihak lainnya yang membutuhkan dan memiliki perhatian terhadap perkembangan ekonomi di Jakarta.

Cakupan kajian di dalam buku KER cukup luas, yaitu meliputi kajian perkembangan ekonomi regional, inflasi, perbankan, keuangan daerah, perkembangan kesejahteraan dan outlook perekonomian satu triwulan ke depan. Berdasarkan asesmen pada triwulan I-2008, pertumbuhan ekonomi Jakarta melambat, inflasi meningkat tinggi, fungsi intermediasi perbankan dan kegiatan lembaga keuangan non bank tumbuh relatif lambat. Sementara itu, perbaikan kesejahteraan masyarakat belum cukup optimal.

Kami menyadari bahwa publikasi ini masih belum sempurna. Masih banyak hal yang harus dilakukan untuk menyempurnakan dan meningkatkan kualitas kajian buku ini. Untuk itu masukan dan terutama supply data terkini, serta kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan. Selanjutnya, pada kesempatan ini kami juga mengucapkan banyak terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu penerbitan buku ini.

Jakarta, 30 April 2008 BIRO KEBIJAKAN MONETER

Hendar

(3)

Daftar Isi

halaman 5 halaman 13 halaman 13 halaman 23 halaman 37 halaman 43 halaman 43 halaman 44 halaman 51 halaman 55 halaman 55 halaman 61 halaman 64 halaman 64 halaman 65 halaman 68 halaman 71 halaman 72 halaman 73 halaman 75 halaman 79 halaman 79 halaman 82 halaman 83 halaman 84 halaman 84 RINGKASAN EKSEKUTIF

BAB I. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL Sisi Permintaan Sisi Penawaran BOKS I : PERMASALAHAN DAN PROSPEK INDUSTRI TPT BAB II. PERKEMBANGAN INFLASI JAKARTA Inflasi Jakarta Triwulan I-2008 Inflasi Berdasarkan Kelompok Inflasi Berdasarkan Inflasi Inti dan Non Inti BAB III. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN LKNB Intermediasi Perbankan Resiko Kredit Perbankan Resiko Likuiditas Perbankan Resiko Pasar Kredit UMKM (Lokasi Proyek) Pasar Keuangan BAB IV. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Transaksi RTGS Transaksi Kliring Transaksi Tunai BAB V. KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Ketenagakerjaan Upah Kemiskinan Indeks Kesengsaraan Indeks Pembangunan Manusia

(4)

Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi : Biro Kebijakan Moneter

Biro Kebijakan Moneter Biro Kebijakan Moneter Biro Kebijakan Moneter Biro Kebijakan Moneter

Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank Indonesia

Gedung Sjafruddin Prawiranegara Lt. 18 Kompleks Bank Indonesia

Jl MH Thamrin No. 2 Jakarta Ph. 021-381-8868, 381-8199 Fax. 021-386-4929, 345-2489 Email : BKM TEM@bi.go.id

Web site : www.bi.go.id

halaman 86 halaman 91 halaman 91 halaman 93 halaman 97 halaman 97 halaman 110 halaman 117 halaman 121 BOKS II : RASIO GINI

BAB VI. KEUANGAN DAERAH Perkembangan Keuangan Daerah Prioritas Program Pembangunan BAB VII. OUTLOOK KONDISI EKONOMI DAN INFLASI Pertumbuhan Ekonomi Inflasi BAB VIII. KESIMPULAN DAN USULAN TINDAK LANJUT LAMPIRAN

(5)

Ringkasan Eksekutif

Beberapa indikator makro ekonomi regional di Jakarta pada triwulan I 2008 Beberapa indikator makro ekonomi regional di Jakarta pada triwulan I 2008Beberapa indikator makro ekonomi regional di Jakarta pada triwulan I 2008 Beberapa indikator makro ekonomi regional di Jakarta pada triwulan I 2008 Beberapa indikator makro ekonomi regional di Jakarta pada triwulan I 2008 menunjukkan perkembangan yang melambat dan tingkat inflasi relatif tinggi menunjukkan perkembangan yang melambat dan tingkat inflasi relatif tinggimenunjukkan perkembangan yang melambat dan tingkat inflasi relatif tinggi menunjukkan perkembangan yang melambat dan tingkat inflasi relatif tinggi menunjukkan perkembangan yang melambat dan tingkat inflasi relatif tinggi. Perlambatan beberapa indikator makro antara lain tercermin pada angka perlambatan pertumbuhan ekonomiΩ; perkembangan indikator kesejahteraan yang belum optimal; dan perkembangan kegiatan di sektor keuangan baik bank maupun non bank yang masih menunjukkan tren yang melambat. Akselerasi pertumbuhan ekonomi di Jakarta agak tertahan di triwulan I 2008. Perekonomian Jakarta, di tengah-tengah pelemahan ekonomi global dan tekanan harga-harga beberapa komoditas di pasar internasional, tumbuh sedikit lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, walaupun masih lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya. Namun demikian kualitas pertumbuhan ekonomi masih tetap belum seperti yang diharapkan karena pertumbuhan ekonomi lebih didorong oleh pertumbuhan konsumsi sementara investasi tumbuh relatif rendah. Hal ini juga tercermin di sisi penawaran, sektor yang tumbuh tinggi adalah sektor yang relatif padat modal sehingga penyerapan tenaga kerja terbatas dan disertai adanya kesenjangan pendapatan. Inflasi di triwulan laporan (q-t-q) masih cukup tinggi, dan secara tahunan meningkat. Inflasi inti dan non inti menghadapi tekanan kenaikan harga yang cukup kuat, baik dari sisi internal maupun eksternal (imported inflation). Kegiatan di sektor keuangan, khususnya fungsi intermediasi perbankan menunjukkan perkembangan dan kinerja yang sedikit melambat namun disisi pembayaran non tunai perkembangannya membaik. Sementara itu beberapa indikator kesejahteraan mengalami sedikti perbaikanΩ dan sebagian mengalami penurunan; pengangguran sedikit menurun; kemiskinan sedikit menurun; upah riil agak terganggu karena inflasi yang tinggi; kesenjangan meningkat dan indeks kesengsaraan dipengaruhi oleh inflasi yang tinggi memburuk.

Perkembangan Makro Regional

Dari sisi permintaan, perekonomian Jakarta pada triwulan I 2008 tumbuh sekitar Dari sisi permintaan, perekonomian Jakarta pada triwulan I 2008 tumbuh sekitarDari sisi permintaan, perekonomian Jakarta pada triwulan I 2008 tumbuh sekitar Dari sisi permintaan, perekonomian Jakarta pada triwulan I 2008 tumbuh sekitar Dari sisi permintaan, perekonomian Jakarta pada triwulan I 2008 tumbuh sekitar 6,3%, sedikit melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (6,6%) 6,3%, sedikit melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (6,6%)6,3%, sedikit melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (6,6%) 6,3%, sedikit melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (6,6%) 6,3%, sedikit melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (6,6%). Perlambatan pertumbuhan ini terutama didorong oleh perlambatan pertumbuhan konsumsi dan investasi yang tumbuh rendah. Sementara itu kegiatan ekspor-impor mengalami perlambatan, khususnya ekspor yang perlambatannya lebih besar dibandingkan dengan impor.

(6)

Konsumsi diperkirakan tumbuh 8,5 %, turun dibandingkan dengan triwulan Konsumsi diperkirakan tumbuh 8,5 %, turun dibandingkan dengan triwulan Konsumsi diperkirakan tumbuh 8,5 %, turun dibandingkan dengan triwulan Konsumsi diperkirakan tumbuh 8,5 %, turun dibandingkan dengan triwulan Konsumsi diperkirakan tumbuh 8,5 %, turun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (10,0%).

sebelumnya (10,0%). sebelumnya (10,0%). sebelumnya (10,0%).

sebelumnya (10,0%). Faktor yang mempengaruhi perlambatan pertumbuhan konsumsi antara lain adalah daya beli masyarakat yang masih tumbuh terbatas dan keyakinan konsumen terhadap kondisi perekonomian relatif stagnan. Disisi lain tekanan inflasi di triwulan laporan mengalami peningkatan. Perlambatan pertumbuhan konsumsi tersebut dikonfirmasi oleh hasil survei Bank Indonesia dan survei Badan Pusat statistik BPS. Survei konsumen dan survei penjualan eceran Bank Indonesia, serta survei tendensi konsumen BPS mengindikasikan bahwa konsumsi masyarakat agak melambat. Namun demikian, perlambatan konsumsi ini agak tertahan oleh masih cukup tingginya pembelian barang-barang konsumsi yang tergolong durable goods, terutama oleh golongan penduduk berpenghasilan menengah ke atas dan juga masih tingginya dukungan pembiayaan baik dari bank maupun non bank.

Investasi diperkirakan tumbuh sebesar 8,3%, melambat dibandingkan triwulan IV Investasi diperkirakan tumbuh sebesar 8,3%, melambat dibandingkan triwulan IV Investasi diperkirakan tumbuh sebesar 8,3%, melambat dibandingkan triwulan IV Investasi diperkirakan tumbuh sebesar 8,3%, melambat dibandingkan triwulan IV Investasi diperkirakan tumbuh sebesar 8,3%, melambat dibandingkan triwulan IV 2007 (9,1%).

2007 (9,1%). 2007 (9,1%). 2007 (9,1%).

2007 (9,1%). Iklim investasi yang belum optimal, kondisi infrastruktur yang masih terbatas serta perkembangan ekonomi global yang melambat menjadi beberapa faktor yang menghambat perkembangan investasi di triwulan laporan. Namun demikian, terlepas dari kendala-kendala yang dihadapi tersebut, Pemerintah Daerah tetap berupaya untuk memperbaiki iklim investasi melalui langkah-langkah nyata, seperti sistem pelayanan satu atap yang ditujukan untuk memberikan kemudahan penyelesaian ijin dunia usaha dan sekaligus untuk mengurangi ekonomi biaya tinggi. Perlambatan pertumbuhan investasi tersebut terutama terjadi pada investasi non bangunan. Beberapa prompt indikator yang mengkonfirmasi perlambatan pertumbuhan investasi non bangunan tersebut a.l. adalah perlambatan pertumbuhan impor barang modal dan penurunan penggunaan kapasitas industri (SKDU). Selain itu berdasarkan hasil liaison yang dilaksanakan oleh Direktorat Stastistik dan Moneter Bank Indonesia memperlihatkan bahwa banyak perusahaan yang masih mengalami excess capacity sehingga belum memandang perlu untuk melakukan investasi secara besar-besaran. Sementara itu, untuk investasi bangunan diperkirakan masih tumbuh tinggi, walaupun melambat. Penjualan semen dan pendaftaran truk dan alat berat masih meningkat cukup tinggi.

Perlambatan pertumbuhan di sisi permintaan, khususnya konsumsi dan investasi Perlambatan pertumbuhan di sisi permintaan, khususnya konsumsi dan investasi Perlambatan pertumbuhan di sisi permintaan, khususnya konsumsi dan investasi Perlambatan pertumbuhan di sisi permintaan, khususnya konsumsi dan investasi Perlambatan pertumbuhan di sisi permintaan, khususnya konsumsi dan investasi diikuti oleh perlambatan pertumbuhan pada beberapa sektor ekonomi utama, diikuti oleh perlambatan pertumbuhan pada beberapa sektor ekonomi utama, diikuti oleh perlambatan pertumbuhan pada beberapa sektor ekonomi utama, diikuti oleh perlambatan pertumbuhan pada beberapa sektor ekonomi utama, diikuti oleh perlambatan pertumbuhan pada beberapa sektor ekonomi utama, yaitu sektor keuangan, perdagangan, industri, bangunan, dan jasa-jasa

yaitu sektor keuangan, perdagangan, industri, bangunan, dan jasa-jasa yaitu sektor keuangan, perdagangan, industri, bangunan, dan jasa-jasa yaitu sektor keuangan, perdagangan, industri, bangunan, dan jasa-jasa

yaitu sektor keuangan, perdagangan, industri, bangunan, dan jasa-jasa. Khusus di sektor industri, selain mengalami perlambatan pertumbuhan karena

(7)

melambatnya permintaan juga dihadapkan pada tekanan kenaikan biaya produksi sebagai akibat dari kenaikan harga BBM dunia dan kenaikan harga bahan baku/ mentah. Secara keseluruhan perekonomian Jakarta di triwulan I - 2008 masih tumbuh cukup tinggi namun kualitas pertumbuhan masih mengalami tekanan. Sektor yang tumbuh relatif tinggi merupakan sektor yang padat modal, sementara sektor ekonomi yang mampu menyerap tenaga kerja lebih banyak tumbuh rendah. Sektor industri sedikit mengalami perlambatan dari 4,5% pada triwulan sebelumnya Sektor industri sedikit mengalami perlambatan dari 4,5% pada triwulan sebelumnyaSektor industri sedikit mengalami perlambatan dari 4,5% pada triwulan sebelumnya Sektor industri sedikit mengalami perlambatan dari 4,5% pada triwulan sebelumnya Sektor industri sedikit mengalami perlambatan dari 4,5% pada triwulan sebelumnya menjadi 4,4%.

menjadi 4,4%.menjadi 4,4%. menjadi 4,4%.

menjadi 4,4%. Faktor yang mempengaruhi perlambatan pertumbuhan di sektor industri antara lain adalah permintaan domestik yang melambat dan biaya produksi yang meningkat sejalan dengan kenaikan BBM dan kenaikan harga bahan baku dipasar internasional. Selain perkembangan sektor industri yang terbatas juga dipengaruhi oleh ketatnya persaingan pasar di luar negeri. Permintaan domestik masih dapat dipenuhi dengan meningkatkan penggunakan kapasitas yang sudah ada, bahkan banyak perusahaan yang masih mengalami excess capacity.

Sektor perdagangan hotel dan restoran pada triwulan I 2008 tumbuh sebesar Sektor perdagangan hotel dan restoran pada triwulan I 2008 tumbuh sebesarSektor perdagangan hotel dan restoran pada triwulan I 2008 tumbuh sebesar Sektor perdagangan hotel dan restoran pada triwulan I 2008 tumbuh sebesar Sektor perdagangan hotel dan restoran pada triwulan I 2008 tumbuh sebesar 7,0% (y-o-y), melambat dibandingkan dengan triwulan IV-2007 (7,4%). 7,0% (y-o-y), melambat dibandingkan dengan triwulan IV-2007 (7,4%).7,0% (y-o-y), melambat dibandingkan dengan triwulan IV-2007 (7,4%). 7,0% (y-o-y), melambat dibandingkan dengan triwulan IV-2007 (7,4%). 7,0% (y-o-y), melambat dibandingkan dengan triwulan IV-2007 (7,4%). Perlambatan pertumbuhan yang terjadi di sektor perdagangan diindikasikan oleh perlambatan pertumbuhan beberapa prompt indikator seperti arus bongkar muat di pelabuhan Tanjung Priok, konsumsi listrik sektor bisnis seperti mal, pasar, toko dan pusat bisnis lainnya serta survei penjualan eceran. Adapun faktor utama yang menyebabkan sektor ini tumbuh melambat adalah daya beli masyarakat yang terganggu.

Sektor pengangkutan dan komunikasi diperkirakan tumbuh sedikit meningkat Sektor pengangkutan dan komunikasi diperkirakan tumbuh sedikit meningkatSektor pengangkutan dan komunikasi diperkirakan tumbuh sedikit meningkat Sektor pengangkutan dan komunikasi diperkirakan tumbuh sedikit meningkat Sektor pengangkutan dan komunikasi diperkirakan tumbuh sedikit meningkat (15,0%) dibandingkan dengan triwulan IV-2007 (14,6%).

(15,0%) dibandingkan dengan triwulan IV-2007 (14,6%). (15,0%) dibandingkan dengan triwulan IV-2007 (14,6%). (15,0%) dibandingkan dengan triwulan IV-2007 (14,6%).

(15,0%) dibandingkan dengan triwulan IV-2007 (14,6%). Pendorong masih tingginya pertumbuhan di sektor ini terutama adalah kebutuhan masyarakat akan komunikasi dan mobilitas yang tinggi. Kedua komponen tersebut sudah mengarah menjadi kebutuhan pokok masyarakat modern yang mobilitasnya meningkat. Sektor keuangan sebagai sektor unggulan di Jakarta juga mengalami perlambatan Sektor keuangan sebagai sektor unggulan di Jakarta juga mengalami perlambatanSektor keuangan sebagai sektor unggulan di Jakarta juga mengalami perlambatan Sektor keuangan sebagai sektor unggulan di Jakarta juga mengalami perlambatan Sektor keuangan sebagai sektor unggulan di Jakarta juga mengalami perlambatan pertumbuhan yaitu dari 4,7% pada triwulan IV-2007 menjadi 3,9%.

pertumbuhan yaitu dari 4,7% pada triwulan IV-2007 menjadi 3,9%. pertumbuhan yaitu dari 4,7% pada triwulan IV-2007 menjadi 3,9%. pertumbuhan yaitu dari 4,7% pada triwulan IV-2007 menjadi 3,9%.

pertumbuhan yaitu dari 4,7% pada triwulan IV-2007 menjadi 3,9%. Faktor yang mempengaruhi perlambatan di sektor ini diperkirakan adalah nilai tambah di sektor keuangan yang relatif menurun sejalan dengan perlambatan pertumbuhan perekonomian nasional dan dunia. Kegiatan mediasi perbankan menunjukkan pertumbuhan yang melambat, demikian juga kegiatan usaha di sektor lembaga keuangan non bank. Pembiayaan konsumen menunjukkan tren pertumbuhan yang melambat. Hal yang sama juga terjadi di pasar modal, kinerja di pasar modal

(8)

mengalami koreksi sehingga IHSG turun dari 2.745,8 pada akhir bulan Desember 2007 menjadi 2.447 pada akhir Maret 2008.

Perkembangan Inflasi Regional

Perkembangan harga beberapa komoditas di Jakarta pada triwulan I 2008 Perkembangan harga beberapa komoditas di Jakarta pada triwulan I 2008 Perkembangan harga beberapa komoditas di Jakarta pada triwulan I 2008 Perkembangan harga beberapa komoditas di Jakarta pada triwulan I 2008 Perkembangan harga beberapa komoditas di Jakarta pada triwulan I 2008 menghadapi tekanan yang cukup berat sehingga inflasi meningkat cukup tinggi. menghadapi tekanan yang cukup berat sehingga inflasi meningkat cukup tinggi. menghadapi tekanan yang cukup berat sehingga inflasi meningkat cukup tinggi. menghadapi tekanan yang cukup berat sehingga inflasi meningkat cukup tinggi. menghadapi tekanan yang cukup berat sehingga inflasi meningkat cukup tinggi. Inflasi di triwulan laporan mencapai 3,5% (q-t-q) dan secara tahunan 7,7% (y), naik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (1,6%, q-t-q) dan (6,0%, y-o-y). Faktor penyebab utama peningkatan inflasi di Jakarta adalah gangguan pasokan pada beberapa komoditas kelompok bahan makanan dan minyak tanah; imported inflation, yaitu kenaikan harga yang dipengaruhi oleh kenaikan harga beberapa komoditas di pasar internasional, seperti gandum, kedelai, CPO dan kenaikan harga emas yang kenaikannya pararel dengan kenaikan harga minyak dunia; dan kenaikan harga produk turunan yang menggunakan bahan baku yang diimpor. Kenaikan inflasi di triwulan laporan bersumber dari kenaikan baik inflasi inti 7,1% maupun dan non inti (8,4%). Pada triwulan sebelumnya, Inflasi inti tercatat sebesar 5,1% (y-o-y) sedangkan inflasi non inti 7,4%. Namun demikian, peningkatan inflasi inti di triwulan laporan bukan disebabkan oleh menguatnya terkanan permintaan, melainkan lebih disebabkan oleh meningkatnya biaya-biaya pada komoditas yang tergolong inti sebagai dampak kenaikan harga beberapa komoditas di pasar internasional. Sementara itu, tingginya inflasi non inti tidak hanya disebabkan oleh gejolak harga pada beberapa komoditas volatile, namun juga dipengaruhi oleh kenaikan harga pada beberapa komoditas administrasi, terutama minyak tanah yang pasokannya dibatasi sejalan dengan program konversi.

Perkembangan Perbankan dan Pasar Keuangan

Perkembangan kegiatan usaha perbankan dan kegiatan usaha lembaga keuangan Perkembangan kegiatan usaha perbankan dan kegiatan usaha lembaga keuangan Perkembangan kegiatan usaha perbankan dan kegiatan usaha lembaga keuangan Perkembangan kegiatan usaha perbankan dan kegiatan usaha lembaga keuangan Perkembangan kegiatan usaha perbankan dan kegiatan usaha lembaga keuangan non bank di Jakarta sampai dengan akhir bulan Februari 2008 menunjukkan non bank di Jakarta sampai dengan akhir bulan Februari 2008 menunjukkan non bank di Jakarta sampai dengan akhir bulan Februari 2008 menunjukkan non bank di Jakarta sampai dengan akhir bulan Februari 2008 menunjukkan non bank di Jakarta sampai dengan akhir bulan Februari 2008 menunjukkan perlambatan.

perlambatan. perlambatan. perlambatan.

perlambatan. Kegiatan penghimpunan dana masyarakat dan disisi lain penyaluran kredit oleh kantor bank yang berlokasi di Jakarta secara triwulanan menurun. Sumber penurunan penghimpunan dana terutama adalah penurunan simpanan milik individual dan milik BUMN. Faktor yang mempengaruhi antara lain adalah peningkatan kebutuhan transaksi tunai di awal tahun. Sementara itu faktor yang mempengaruhi penurunan outstanding kredit antara lain adalah peningkatan pelunasan dan disisi lain undisbursed loan cukup tinggi. Dengan perkembangan

(9)

tersebut maka rasio penyaluran kredit terhadap dana yang dihimpun bank (LDR) di Jakarta meningkat dari 67,5% pada akhir Desember 2007 menjadi 69,6% pada akhir Februari 2008, dan di atas angka LDR Nasional 67,8%. Peningkatan LDR tersebut diikuti dengan performance kredit yang relatif baik dibandingkan dengan periode waktu yang sama pada tahun sebelumnya, sebagaimana tercermin pada angka NPLs Gross yang rendah. Perkembangan performance kredit tersebut dipengaruhi antara lain oleh berlanjutnya langkah-langkah restrukturisasi kredit terhadap beberapa debitor besar dan penyaluran kredit yang lebih berhati-hati. Secara keseluruhan, resiko likuiditas dan resiko pasar masih dapat tertangani dengan baik. Sementara itu, kegiatan usaha lembaga keuangan non bank, khususnya pembiayaan konsumen juga menunjukkan perlambatan pertumbuhan. Hal yang sama juga tercermin pada perlambatan kinerja di pasar modal yang tidak terlepas dari kelesuan pasar keuangan global sebagai dampak lanjutan dari krisis sub prime mortgage di Amerika.

Perkembangan Sistem Pembayaran

Perkembangan kegiatan sistem pembayaran di wilayah DKI Jakarta baik non tunai Perkembangan kegiatan sistem pembayaran di wilayah DKI Jakarta baik non tunaiPerkembangan kegiatan sistem pembayaran di wilayah DKI Jakarta baik non tunai Perkembangan kegiatan sistem pembayaran di wilayah DKI Jakarta baik non tunai Perkembangan kegiatan sistem pembayaran di wilayah DKI Jakarta baik non tunai maupun tunai meningkat, namun masih dalam batas-batas normal

maupun tunai meningkat, namun masih dalam batas-batas normalmaupun tunai meningkat, namun masih dalam batas-batas normal maupun tunai meningkat, namun masih dalam batas-batas normal

maupun tunai meningkat, namun masih dalam batas-batas normal. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, transaksi pembayaran non tunai dengan menggunakan sarana BI Real Time Gross Settlement (RTGS) dan sarana kliring menunjukkan jumlah dan nilai transaksi yang meningkat. Sumber yang mempengaruhi peningkatan transaksi RTGS terutama adalah peningkatan transaksi dari luar Jakarta ke Jakarta. Kondisi ini diperkirakan dipengaruhi oleh antara lain peningkatan pendapatan yang terjadi di luar Jawa sebagai dampak dari perbaikan harga beberapa komoditas perkebunan yang berdampak pada peningkatan permintaan barang kebutuhan hidup di daerah-daerah dimaksud. Data menunjukkan bahwa NTP di Luar Jawa meningkat lebih baik. Sementara itu, faktor yang mempengaruhi peningkatan transaksi kliring antara lain adalah bertambah luasnya wilayah yang terhubung sistem kliring nasional dan juga karena diberlakukannya daftar hitam nasional sehingga mampu meningkatkan efisiensi dan keamanan dalam bertransaksi. Kepercayaan masyarakat terhadap transaksi non tunai meningkat. Data menunjukkan bahwa dalam empat triwulan terakhir trend transaksi kliring meningkat. Sementara itu, untuk transaksi tunai diperkirakan relatif normal. Faktor yang mempengaruhi relatif stabilnya transaksi tunai lebih terkait dengan siklus perekonomian yang relatif normal di awal tahun. Pada triwulan laporan, temuan uang palsu juga relatif rendah.

(10)

Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat

Pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta yang masih cukup tinggi pada triwulan I 2008 Pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta yang masih cukup tinggi pada triwulan I 2008 Pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta yang masih cukup tinggi pada triwulan I 2008 Pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta yang masih cukup tinggi pada triwulan I 2008 Pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta yang masih cukup tinggi pada triwulan I 2008 diperkirakan masih belum cukup signifikan memperbaiki beberapa indikator diperkirakan masih belum cukup signifikan memperbaiki beberapa indikator diperkirakan masih belum cukup signifikan memperbaiki beberapa indikator diperkirakan masih belum cukup signifikan memperbaiki beberapa indikator diperkirakan masih belum cukup signifikan memperbaiki beberapa indikator kesejahteraan masyarakat di Jakarta.

kesejahteraan masyarakat di Jakarta. kesejahteraan masyarakat di Jakarta. kesejahteraan masyarakat di Jakarta.

kesejahteraan masyarakat di Jakarta. Indikator kesejahteraan tersebut antara lain adalah ketenagakerjaan, angka kemiskinan, upah/gaji, angka indeks kesengsaraan (misery indeks) dan kualitas hidup sebagaimana tercermin pada indeks pembangunan manusia (IPM). Angka pengangguran di DKI menurun, dari 14,3% pada tahun 2006 menjadi 12,57% pada tahun 2007 namun masih lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat pengangguran nasional (9,1%). Persentase tingkat kemiskinan sedikit mengalami penurunan, yaitu turun dari 4,6% menjadi 4,5%. Faktor yang mempengaruhi masih relatif rendahnya perbaikan kedua indikator kesejahteraan dimaksud antara lain adalah kinerja perekonomian Jakarta yang walaupun tumbuh tinggi namun kualitas pertumbuhannya belum optimal. Hal ini juga berdampak pada meningkatnya kesenjangan pendapatan sebagaimana tercermin pada peningkatan angka gini rasio dari 0,269 pada tahun 2005 menjadi 0,336 pada 2007 (Maret). Demikian pula indikator-indikator kesejahteraan lain, seperti indeks kesengsaraan yang sejalan dengan inflasi yang meningkat pada triwulan I 2008 diperkirakan memburuk. Untuk indeks pembangunan manusia diperkirakan mengalami perbaikan antara lain dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi yang masih tinggi dan alokasi anggaran untuk program pendidikan dan jaminan sosial yang meningkat.

Perkembangan Keuangan Daerah

Angka sementara realisasi APBD 2007 di sisi penerimaan maupun pengeluaran Angka sementara realisasi APBD 2007 di sisi penerimaan maupun pengeluaran Angka sementara realisasi APBD 2007 di sisi penerimaan maupun pengeluaran Angka sementara realisasi APBD 2007 di sisi penerimaan maupun pengeluaran Angka sementara realisasi APBD 2007 di sisi penerimaan maupun pengeluaran lebih rendah dari yang dianggarkan.

lebih rendah dari yang dianggarkan. lebih rendah dari yang dianggarkan. lebih rendah dari yang dianggarkan.

lebih rendah dari yang dianggarkan. Realisasi penerimaan mencapai 92,2% dari total anggaran Rp 20,68 triliun. Pada pos pengeluaran realisasinya lebih rendah (86,8%), namun lebih tinggi dibandingkan penyerapan pada tahun sebelumnya (85,64%). Lebih rendahnya realisasi penerimaan antara lain disebabkan oleh tidak tercapainya perolehan pajak dan retribusi, lebih rendahnya realisasi dana hibah dari pemerintah pusat dan lebih rendahnya penerimaan dana dari pengelolaan rumah sakit. Sementara itu faktor yang mempengaruhi lambatnya penyerapan belanja antara lain adalah lambatnya pengesahan RAPBD 2007 dan proses Pilkada (April - Agustus 2007) sehingga belanja daerah, khususnya belanja modal agak terhambat. Sisa lebih anggaran 2007 diperkirakan mencapai Rp 1,0 - Rp 1,8 triliun dan akan dipakai untuk tahun 2008.

(11)

Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi

Pada triwulan II-2008 pertumbuhan ekonomi di Jakarta diperkirakan sedikit Pada triwulan II-2008 pertumbuhan ekonomi di Jakarta diperkirakan sedikitPada triwulan II-2008 pertumbuhan ekonomi di Jakarta diperkirakan sedikit Pada triwulan II-2008 pertumbuhan ekonomi di Jakarta diperkirakan sedikit Pada triwulan II-2008 pertumbuhan ekonomi di Jakarta diperkirakan sedikit melambat.

melambat.melambat. melambat.

melambat. Perekonomian diproyeksikan tumbuh pada kisaran angka 6,2% (y-o-y), sedikit melambat dibandingkan dengan periode sebelumnya. Perlambatan tersebut terutama dipengaruhi oleh kondisi konsumsi dan kegiatan investasi yang mengalami sedikit tekanan. Konsumsi menurun dipengaruhi oleh daya beli yang belum berubah signifikan, ekspektasi konsumen yang melemah, inflasi yang masih menghantui dan dari sisi pemerintah dipengaruhi oleh belanja pemerintah yang masih rendah. Investasi sejalan dengan pelemahan ekonomi domestik diperkirakan masih tumbuh rendah, walaupun di sisi lain tingkat suku bunga masih cukup rendah. Sementara itu kegiatan ekspor dipengaruhi oleh permintaan dunia yang relatif stagnan tumbuh relatif stabil. Di sisi lain, impor dipengaruhi oleh tingginya ketergantungan pada impor, baik impor dari provinsi lain maupun impor dari provinsi di luar DKI diperkirakan masih tumbuh tinggi.

Inflasi di Jakarta (q-t-q) pada triwulan II-2008 diperkirakan lebih rendah Inflasi di Jakarta (q-t-q) pada triwulan II-2008 diperkirakan lebih rendahInflasi di Jakarta (q-t-q) pada triwulan II-2008 diperkirakan lebih rendah Inflasi di Jakarta (q-t-q) pada triwulan II-2008 diperkirakan lebih rendah Inflasi di Jakarta (q-t-q) pada triwulan II-2008 diperkirakan lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Secara triwulanan angka inflasi diperkirakan mencapai 0,7% (q-t-q) dan secara tahunan 7,8% (y-o-y). Penurunan inflasi di triwulan II-2008 diperkirakan berasal dari menurunnya tekanan inflasi kelompok bahan makanan seiring dengan datangnya panen dan keberhasilan program stabilisasi harga pangan yang dilakukan pada triwulan I-2008. Harga bahan pokok seperti beras, minyak goreng, gula pasir dan tepung terigu yang sempat meningkat tajam pada triwulan I-2008 mulai menunjukkan kecenderungan menurun di triwulan II-2008. Namun demikian, kewaspadaan tetap harus dilakukan terutama terkait dengan kenaikan harga beras di pasar internasional, sesedikit mungkin kebocoran harus dihindari. Selain itu, juga perlu dicermati kemungkinan pedagang menaikkan harga beras dimaksud.

(12)
(13)

BAB I. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

Pada triwulan I 2008, di tengah-tengah pelemahan ekonomi global dan tekanan harga-harga beberapa komoditas di pasar internasional, perekonomian DKI Jakarta diperkirakan tumbuh 6,3% (y-o-y), sedikit melambat dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan IV-2007 (6,6%). Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi masih didorong oleh konsumsi disusul oleh investasi. Faktor yang mempengaruhi perlambatan konsumsi antara lain adalah daya beli masyarakat yang belum membaik secara cukup signifikan dan di sisi lain laju inflasi meningkat. Dari sisi investasi perlambatan dipengaruhi oleh iklim investasi, masalah infrastruktur dan perkembangan ekonomi global yang kurang mendukung. Kegiatan ekspor tumbuh lebih rendah sedangkan impor tumbuh sedikit melambat. Sementara itu, di sisi penawaran perlambatan pertumbuhan terjadi pada hampir semua sektor, kecuali pada sektor pertambangan, listrik, dan transportasi dan komunikasi. Perlambatan pertumbuhan disertai investasi yang tumbuh terbatas, terutama pada sektor padat karya, seperti sektor industri berdampak pada kualitas pertumbuhan ekonomi belum optimal. Hal ini antara lain tercermin pada penyerapan tenaga kerja yang rendah, yang disertai dengan kemiskinan dan kesenjangan pendapatan.

A. SISI PERMINTAAN

Perekonomian Jakarta pada triwulan I 2008 tumbuh sekitar 6,3%, sedikit melambat Perekonomian Jakarta pada triwulan I 2008 tumbuh sekitar 6,3%, sedikit melambatPerekonomian Jakarta pada triwulan I 2008 tumbuh sekitar 6,3%, sedikit melambat Perekonomian Jakarta pada triwulan I 2008 tumbuh sekitar 6,3%, sedikit melambat Perekonomian Jakarta pada triwulan I 2008 tumbuh sekitar 6,3%, sedikit melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (6,6%) (Tabel I. 1)

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (6,6%) (Tabel I. 1)dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (6,6%) (Tabel I. 1) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (6,6%) (Tabel I. 1)

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (6,6%) (Tabel I. 1). Perlambatan pertumbuhan ini terutama didorong oleh perlambatan pertumbuhan konsumsi dan investasi yang tumbuh rendah. Sementara itu kegiatan ekspor-impor mengalami perlambatan, khususnya ekspor yang perlambatannya lebih besar dibandingkan dengan impor.

Tabel I.1

Pertumbuhan Ekonomi Jakarta (% y-o-y)

DKI Q1-2007 Q2-2007 Q3-2007* Q4-2007* 2007* Q1-2008* Konsumsi 7,9 8,7 9,5 10,0 9,0 8,5 Investasi 5,3 5,3 7,1 9,1 6,7 8,3 Ekspor 0,4 -0,5 8,2 10,4 4,5 7,2 Impor 8,5 10,0 11,1 19,5 12,3 19,1 P D R B P D R B P D R B P D R B P D R B 6,26,26,26,26,2 6,36,36,36,36,3 6,46,46,46,46,4 6,66,66,66,66,6 6,46,46,46,46,4 6,36,36,36,36,3 * angka sementara

(14)

1. Konsumsi

Pada triwulan I 2008, konsumsi tumbuh 8,5 %, melambat dibandingkan dengan Pada triwulan I 2008, konsumsi tumbuh 8,5 %, melambat dibandingkan dengan Pada triwulan I 2008, konsumsi tumbuh 8,5 %, melambat dibandingkan dengan Pada triwulan I 2008, konsumsi tumbuh 8,5 %, melambat dibandingkan dengan Pada triwulan I 2008, konsumsi tumbuh 8,5 %, melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (10,0%).

triwulan sebelumnya (10,0%). triwulan sebelumnya (10,0%). triwulan sebelumnya (10,0%).

triwulan sebelumnya (10,0%). Faktor yang mempengaruhi perlambatan pertumbuhan konsumsi antara lain adalah daya beli masyarakat yang masih tumbuh terbatas dan keyakinan konsumen terhadap kondisi perekonomian yang relatif stagnan. Disisi lain tekanan inflasi di triwulan laporan mengalami peningkatan.

Perlambatan pertumbuhan konsumsi tersebut dikonfirmasi oleh hasil survei Bank Perlambatan pertumbuhan konsumsi tersebut dikonfirmasi oleh hasil survei Bank Perlambatan pertumbuhan konsumsi tersebut dikonfirmasi oleh hasil survei Bank Perlambatan pertumbuhan konsumsi tersebut dikonfirmasi oleh hasil survei Bank Perlambatan pertumbuhan konsumsi tersebut dikonfirmasi oleh hasil survei Bank Indonesia dan survei Badan Pusat Statistik.

Indonesia dan survei Badan Pusat Statistik. Indonesia dan survei Badan Pusat Statistik. Indonesia dan survei Badan Pusat Statistik.

Indonesia dan survei Badan Pusat Statistik. Survei konsumen dan survei penjualan eceran Bank Indonesia, serta survei tendensi konsumen BPS mengindikasikan bahwa konsumsi masyarakat agak melambat. Namun demikian, perlambatan konsumsi ini agak tertahan oleh masih cukup tingginya pembelian barang-barang konsumsi yang tergolong durable goods, terutama oleh golongan penduduk berpenghasilan menengah ke atas dan masih tingginya dukungan pembiayaan baik dari bank maupun non bank.

Grafik I.1 Survei Penjualan Eceran

Grafik I.2

Indeks Konsumsi Komoditi non Makanan (BPS)

Grafik I.3

Indeks Tendensi Konsumen (BPS)

Grafik I.4

Indeks Keyakinan Konsumen (SK√ BI)

65,0 67,98 132,5 123,88 144,7 123,7 130,2 125,65 87,4 85,59 Pakaian Perumahan Pendidikan Transportasi Kesehatan Q4 - 2007 Q1 - 2008 Sumber : BPS 0 20 40 60 80 100 120 140 160 0 2 4 6 8 9 12 %, y-o-y %, y-o-y 40 30 20 10 0 10 20 30 40 50 60 g.PDRB Konsumsi Jkt g.Indeks spe (rhs) 2006 2007 2008 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 0 2 4 6 8 10 12 125 120 115 110 105 100 95 90 85 80 *perkiraan BPS Indeks ITK g.PDRB Konsumsi Jkt Ekspektasi ITK BPS (rhs) %, y-oy

III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I*

2003 2004 2005 2006 2007 2008 g.PDRB Konsumsi Jkt Indeks Keyakinan Konsumen (rhs) 50 60 70 75 80 90 95 85 65 55 Indeks %, y-o-y 0 2 4 6 8 10 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 2006 2007 2008

(15)

Grafik I.5

Indeks Keyakinan Konsumen (SK√ BI)

Grafik I.6

Indeks Keyakinan Konsumen (SK√ BI)

Walaupun secara keseluruhan pertumbuhan konsumsi mengalami sedikit Walaupun secara keseluruhan pertumbuhan konsumsi mengalami sedikitWalaupun secara keseluruhan pertumbuhan konsumsi mengalami sedikit Walaupun secara keseluruhan pertumbuhan konsumsi mengalami sedikit Walaupun secara keseluruhan pertumbuhan konsumsi mengalami sedikit perlambatan pertumbuhan, namun demikian konsumsi barang tahan lama yang perlambatan pertumbuhan, namun demikian konsumsi barang tahan lama yangperlambatan pertumbuhan, namun demikian konsumsi barang tahan lama yang perlambatan pertumbuhan, namun demikian konsumsi barang tahan lama yang perlambatan pertumbuhan, namun demikian konsumsi barang tahan lama yang tergolong barang mewah, seperti mobil, motor dan elektronik masih tumbuh relatif tergolong barang mewah, seperti mobil, motor dan elektronik masih tumbuh relatiftergolong barang mewah, seperti mobil, motor dan elektronik masih tumbuh relatif tergolong barang mewah, seperti mobil, motor dan elektronik masih tumbuh relatif tergolong barang mewah, seperti mobil, motor dan elektronik masih tumbuh relatif tinggi

tinggitinggi tinggi

tinggi (grafik I.7 - 9). Peningkatan penjualan kedua produk tersebut bahkan melesat di bulan Februari, namun pada bulan Maret pertumbuhannya melambat. Perkembangan yang hampir sama juga terjadi pada konsumsi BBM Rumah tangga.

% (YoY) % (YoY) 4 4,5 5 5,5 6 6,5 7 7,5 8 8,5 9 -15 -10 -5 0 5 10 15 2006 2007 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 g.PDRB Konsumsi Jkt g.Kons Premium (rhs) Grafik I.7

Pendaftaran Mobil di Jakarta

Grafik I.8

Pendaftaran Motor di Jakarta

% % 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2006 2007 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112-40 -30 -20 -10 0 10 20 30 40 g.PDRB Konsumsi Jkt g.Indeks Keyakinan Konsumen (rhs)

% % 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2006 2007 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112-100 -50 0 50 100 150 200 250 g.PDRB Konsumsi Jkt

g.Penghasilan saat ini (rhs) g. Pembelian durable goods (rhs) g.Ketersediaan Lap. Kerja (rhs)

%,y-o-y 0 2 4 6 8 10 12 0 5 10 15 20 25 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 Indeks 2006 2007 2008 g.PDRB Konsumsi Jkt Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (rhs)

Grafik I.9

Pertumbuhan Penjualan Elektronik

Grafik I.10

Konsumsi BBM Rumah Tangga %, y-o-y %, y-o-y 4 5 6 7 8 9 10 -15 -10 -5 0 5 10 15 20 25 2006 2007 2008 1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 g.PDRB Konsumsi Jkt g.Kons BBm RT (rhs) %, y-o-y %, y-o-y -30 -20 -10 0 10 20 30 40 50 4 5 6 7 8 9 10 11 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 2006 2007 2008 g.PDRB Konsumsi Jkt g.Penjualan Elektronik (rhs)

(16)

Masih tingginya konsumsi masyarakat, terutama untuk pembelian beberapa Masih tingginya konsumsi masyarakat, terutama untuk pembelian beberapa Masih tingginya konsumsi masyarakat, terutama untuk pembelian beberapa Masih tingginya konsumsi masyarakat, terutama untuk pembelian beberapa Masih tingginya konsumsi masyarakat, terutama untuk pembelian beberapa komoditas

komoditas komoditas komoditas

komoditas durabledurabledurabledurabledurable tersebut tidak terlepas dari cukup besarnya strata masyarakat tersebut tidak terlepas dari cukup besarnya strata masyarakat tersebut tidak terlepas dari cukup besarnya strata masyarakat tersebut tidak terlepas dari cukup besarnya strata masyarakat tersebut tidak terlepas dari cukup besarnya strata masyarakat yang tergolong berpenghasilan menengah ke atas di DKI Jakarta.

yang tergolong berpenghasilan menengah ke atas di DKI Jakarta. yang tergolong berpenghasilan menengah ke atas di DKI Jakarta. yang tergolong berpenghasilan menengah ke atas di DKI Jakarta.

yang tergolong berpenghasilan menengah ke atas di DKI Jakarta. Berdasarkan survei AC Nielsen, persentase penduduk di DKI Jakarta yang penghasilannya menengah ke atas (di atas Rp 2 juta) jumlahnya mencapai 29%, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan provinsi lain di Indonesia (tabel I. 2). Sebagai perbandingan di wilayah Botabek untuk strata yang sama jumlahnya hanya 7%. Sementara itu, daya beli masyarakat yang berpenghasilan di bawah strata diperkirakan hanya tumbuh terbatas dan kurang cukup mampu mengakselerasi pertumbuhan konsumsi secara keseluruhan. Terbatasnya peran dari strata bawah ini antara lain disebabkan oleh terbatasnya kenaikan UMP dan kenaikan riil upah buruh informal yang bahkan masih tumbuh negatif (Grafik I.11 - I.12).

Grafik I.12 Upah Buruh Informal

Grafik I.13 Survei Konsumen - BI Tabel I. 2 Strata Penghasilan Penghasilan (Rp ribu) A1 > 3.000 13 A2 2.000 - 3.000 16 B 1.500 - 2.000 20 C1 1.000 - 1.500 25 C2 700 - 1.000 18 D 500 - 700 4 E < 500 3 Sumber : AC Nielsen, 2007 Jakarta (%) Strata Grafik I.11 Perkembangan UMP Rp / bulan -300.000 600.000 900.000 1.200.000 1.500.000 1.800.000 2006 2007 2008 837.000 746.500 661.613 972.605 819.100 900.560 568.193 516.840 447.654 506.500 448.500 390.000 Banten (growth 12,1%) DKI Jakarta (growth 8%) Jawa Barat (growth 9,9%) Jawa Timur (growth 12,9%)

%, y-o-y %, y-o-y 0 2 4 6 8 10 12 2005 2006 2007 2008 11121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 -12 -10 -8 -6 -4 -2 0 2 4 g.Konsumsi Jkt (lhs)

g.Upah Buruh Bangunan g.Upah Potong Rambut

g.Upah Pembantu Rumah Tangga %, y-o-y Indeks 0 2 4 6 8 10 12 50 60 70 80 90 100 110 2006 2007 2008 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 g.PDRB Konsumsi Jkt Indeks Penghasilan saat ini (rhs)

(17)

Sementara itu, dukungan pembiayaan dari bank maupun non bank walaupun masih Sementara itu, dukungan pembiayaan dari bank maupun non bank walaupun masihSementara itu, dukungan pembiayaan dari bank maupun non bank walaupun masih Sementara itu, dukungan pembiayaan dari bank maupun non bank walaupun masih Sementara itu, dukungan pembiayaan dari bank maupun non bank walaupun masih tumbuh tinggi, namun pertumbuhannya melambat.

tumbuh tinggi, namun pertumbuhannya melambat.tumbuh tinggi, namun pertumbuhannya melambat. tumbuh tinggi, namun pertumbuhannya melambat.

tumbuh tinggi, namun pertumbuhannya melambat. Outstanding kredit konsumsi

yang disalurkan tumbuh melambat, yaitu dari 28% (y-o-y) pada akhir triwulan IV 2007 menjadi 22 % pada akhir Februari 2008 atau Rp 84,5 triliun (Grafik I.14). Hal yang sama juga terjadi pada pembiayaan lembaga keuangan non bank pada triwulan I 2008 yang pertumbuhan penyaluran pembiayaannya melambat (grafik I.15).

Grafik I.14

Kredit Konsumsi Berdasarkan Lokasi Proyek

Grafik I.15 Pembiayaan LKNB

2. Investasi

Pada triwulan I-2008, investasi diperkirakan tumbuh sebesar 8,3%, melambat Pada triwulan I-2008, investasi diperkirakan tumbuh sebesar 8,3%, melambatPada triwulan I-2008, investasi diperkirakan tumbuh sebesar 8,3%, melambat Pada triwulan I-2008, investasi diperkirakan tumbuh sebesar 8,3%, melambat Pada triwulan I-2008, investasi diperkirakan tumbuh sebesar 8,3%, melambat dibandingkan triwulan IV 2007 (9,1%).

dibandingkan triwulan IV 2007 (9,1%).dibandingkan triwulan IV 2007 (9,1%). dibandingkan triwulan IV 2007 (9,1%).

dibandingkan triwulan IV 2007 (9,1%). Iklim investasi yang belum kondusif, kondisi infrastruktur yang masih terbatas serta perkembangan ekonomi global yang melambat menjadi beberapa faktor yang menghambat perkembangan investasi di triwulan laporan. Namun demikian, terlepas dari kendala-kendala yang dihadapi tersebut, Pemerintah Daerah tetap berupaya untuk memperbaiki iklim investasi melalui langkah-langkah nyata, seperti sistem pelayanan satu atap yang ditujukan untuk memberikan kemudahan penyelesaian ijin dunia usaha, sekaligus untuk mengurangi ekonomi biaya tinggi.

Perlambatan pertumbuhan investasi tersebut terutama terjadi pada investasi non Perlambatan pertumbuhan investasi tersebut terutama terjadi pada investasi nonPerlambatan pertumbuhan investasi tersebut terutama terjadi pada investasi non Perlambatan pertumbuhan investasi tersebut terutama terjadi pada investasi non Perlambatan pertumbuhan investasi tersebut terutama terjadi pada investasi non bangunan.

bangunan. bangunan. bangunan.

bangunan. Beberapa prompt indikator yang mengkonfirmasi perlambatan pertumbuhan investasi non bangunan tersebut antara lain perlambatan pertumbuhan impor barang modal dan penurunan penggunaan kapasitas industri (SKDU). Selain itu berdasarkan hasil liaison yang dilaksanakan oleh Direktorat Stastistik dan Moneter Bank Indonesia memperlihatkan bahwa banyak perusahaan

%, y-o-y %, y-o-y g.PDRB Konsumsi Jkt g.kredit konsumsi Jkt (rhs) 3 4 5 6 7 8 9 10 11 0 10 20 30 40 50 60 2005 2006 2007 2008 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 %, y-o-y %, y-o-y 0 2 4 6 8 10 12 -20 0 20 40 60 80 100 2005 2006 2007 2008 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 g.PDRB Konsumsi Jkt (lhs) g.Total Pembiayaan g.Leasing g.Pembiayaan Konsumen

(18)

yang masih mengalami excess capacity sehingga memandang belum perlu untuk melakukan investasi secara besar-besaran. Sementara itu, untuk investasi bangunan diperkirakan masih tumbuh tinggi, walaupun melambat. Penjualan semen dan pendaftaran truk dan alat berat masih meningkat cukup tinggi. Secara phisik, beberapa proyek yang pembangunan sedang berjalan antara lain adalah pembangunan 21 Tower rumah susun sederhana milik (Rusunami) di wilayah DKI Jakarta (di Pulau Gebang 6 menara, Cengkareng 10 menara dan Kemayoran 5 menara). Dari pihak swasta antara lain berupa rencana untuk membangun apartemen antara lain Grand Karting, Kelapa Gading Square dan Mediterania Marina, serta properti retail seperti Jembatan Pasar Pagi - ITC Mangga Dua, Pulo Gadung Central Business dan Pluit Junction. Peninggian tol Sedyatmo yang dimulai Maret 2008 dengan nilai investasi Rp 260 miliar diperkirakan turut menyumbang besaran investasi di Jakarta.

Grafik I.16 Nilai Impor Barang Modal

Grafik I.17

Pendaftaran Truk dan Alat Berat

Grafik I.18

Impor Barang Modal Utama Terimbang

Grafik I.19 Konsumsi Semen Jakarta %, y-o-y %, y-o-y

g.PDRB Investasi Jkt g.Volum Tertimbang Impor Brg Modal (rhs) 0 2 4 6 8 10 12 -150 -100 -50 0 50 100 150 200 250 300 2005 2006 2007 2008 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 %, y-o-y %, y-o-y 2 3 4 5 6 7 8 9 10 -60 -40 -20 0 20 40 60 80 100 2006 2007 2008 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 g.PDRB Investasi Jkt

g.Pick Up, Truk, Alat Berat, Truk Tanki [baru] (rhs)

y-o-y (%) -80 -60 -40 -20 0 20 40 60 80 100 120 140 2006 2007 2008 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2

Machinery & Transport EQP Power Generating Telecommunication Particels Industries %, y-o-y %, y-o-y 0 2 4 6 8 10 12 -60 -40 -20 0 20 40 60 80 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 2005 2006 2007 2008 g.PDRB Investasi Jkt g.Kons Semen Jkt(rhs)

Dari sisi survei, perlambatan investasi tercermin dari hasil survei SKDU, SPE, dan Dari sisi survei, perlambatan investasi tercermin dari hasil survei SKDU, SPE, dan Dari sisi survei, perlambatan investasi tercermin dari hasil survei SKDU, SPE, dan Dari sisi survei, perlambatan investasi tercermin dari hasil survei SKDU, SPE, dan Dari sisi survei, perlambatan investasi tercermin dari hasil survei SKDU, SPE, dan liaison.

liaison. liaison. liaison.

(19)

Hasil survei penjualan eceran juga menunjukkan bahwa indeks penjualan eceran bahan konstruksi melambat pertumbuhannya. Kondisi tersebut ditambah dengan hasil liaison yang menunjukkan bahwa banyak perusahaan masih mengalami excess capacity sehingga investasi dianggap belum mendesak.

Grafik I.20 Ekspektasi Kegiatan Usaha

Grafik I.21 Survei Penjualan Eceran

Sumber : SKDU Jakarta

Indeks SBT 0 10 20 30 40 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 2005 2006 2007 2008

Ekspektasi Kegiatan Dunia Usaha Situasi Kegiatan Dunia Usaha

%, y-o-y %, y-o-y 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 -60 -40 -20 0 20 40 60 80 100 2006 2007 2008 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 g.PDRB Investasi Jkt (lhs) g.Bhn konstruksi

Sementara itu, dari sisi pembiayaan, dukungan pembiayaan yang berasal dari pasar Sementara itu, dari sisi pembiayaan, dukungan pembiayaan yang berasal dari pasarSementara itu, dari sisi pembiayaan, dukungan pembiayaan yang berasal dari pasar Sementara itu, dari sisi pembiayaan, dukungan pembiayaan yang berasal dari pasar Sementara itu, dari sisi pembiayaan, dukungan pembiayaan yang berasal dari pasar modal, pemerintah daerah dan dana sendiri diperkirakan tumbuh melambat, modal, pemerintah daerah dan dana sendiri diperkirakan tumbuh melambat,modal, pemerintah daerah dan dana sendiri diperkirakan tumbuh melambat, modal, pemerintah daerah dan dana sendiri diperkirakan tumbuh melambat, modal, pemerintah daerah dan dana sendiri diperkirakan tumbuh melambat, namun pembiayaan perbankan diperkirakan masih tumbuh relatif tinggi. namun pembiayaan perbankan diperkirakan masih tumbuh relatif tinggi.namun pembiayaan perbankan diperkirakan masih tumbuh relatif tinggi. namun pembiayaan perbankan diperkirakan masih tumbuh relatif tinggi. namun pembiayaan perbankan diperkirakan masih tumbuh relatif tinggi. Pembiayaan investasi yang berasal dari pasar modal walaupun cukup tinggi namun pertumbuhannya melambat. Sampai dengan akhir bulan Maret 2008 ini tercatat IPO saham baru Rp 1,55 triliun oleh 5 emiten dan obligasi Rp 8,7 triliun oleh 11 emiten. Pembiayaan pemerintah daerah diperkirakan masih rendah karena pengesahan APBD yang tertunda. Investasi yang berasal dari dana sendiri di awal tahun relatif rendah, terutama ditengah-tengah perekonomian domestik dan global yang tumbuh melambat. Namun, kredit (berdasarkan lokasi proyek) untuk membiayai investasi yang berlokasi di Jakarta masih tumbuh cukup tinggi (34,6%). Di tengah-tengah perkembangan investasi yang belum menggembirakan, upaya-Di tengah-tengah perkembangan investasi yang belum menggembirakan, upaya-Di tengah-tengah perkembangan investasi yang belum menggembirakan, Di tengah-tengah perkembangan investasi yang belum menggembirakan, Di tengah-tengah perkembangan investasi yang belum menggembirakan, upaya-upaya memacu investasi terus dilakukan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

upaya memacu investasi terus dilakukan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.upaya memacu investasi terus dilakukan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. upaya memacu investasi terus dilakukan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

upaya memacu investasi terus dilakukan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Beberapa kebijakan dan langkah riil yang sudah dilakukan antara lain adalah : pembukaan pelayanan satu atap, proses perizinan usaha akan dipersingkat dari sebelumnya 196 hari menjadi 38 hari, keringanan fiskal seperti pengurangan bea masuk, meningkatkan networking dengan sepuluh besar investor asing untuk mensejajarkan Jakarta sebagai service city dengan kota-kota besar lain di ASEAN. Selain itu, sustainabilitas pasokan energi dijaga, khususnya ketersediaan energi listrik.

(20)

Upaya-upaya yang pro investasi terus ditingkatkan mengingat sumber investasi terbesar di DKI sekitar 87,8% berasal dari investasi swasta non fasilitas, 3,6% berasal dari PMA/ PMDN, dan yang berasal dari pemerintah hanya sekitar 9,4%.

3. Kegiatan Ekspor-Impor

Ekspor dari Jakarta pada triwulan I-2008 diperkirakan tumbuh melambat (7,2%), Ekspor dari Jakarta pada triwulan I-2008 diperkirakan tumbuh melambat (7,2%), Ekspor dari Jakarta pada triwulan I-2008 diperkirakan tumbuh melambat (7,2%), Ekspor dari Jakarta pada triwulan I-2008 diperkirakan tumbuh melambat (7,2%), Ekspor dari Jakarta pada triwulan I-2008 diperkirakan tumbuh melambat (7,2%), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (10,4%).

lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (10,4%). lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (10,4%). lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (10,4%).

lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (10,4%). Faktor yang mempengaruhi perlambatan tersebut adalah melambatnya perdagangan antar daerah yang dipengaruhi oleh perlambatan pertumbuhan ekonomi nasional. Sementara itu, di tengah-tengah perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia, ekspor ke luar negeri masih tumbuh cukup tinggi, khususnya untuk produk manufaktur. Peningkatan ekspor ke luar negeri ini terjadi baik di sisi nilai maupun volume (Grafik I.25 - 27).

Grafik I.22 IPO Saham dan Obligasi

Grafik I.23

Kredit Investasi Berdasarkan Lokasi Proyek Rp miliar 0 2.000 4.000 6.000 8.000 10.000 12.000 14.000 16.000 18.000 20.000 2007 2008 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 Obligasi Saham Pasar Modal %, y-o-y %, y-o-y 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 -10 0 10 20 30 40 50 60 2005 2006 2007 2008 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 g.PDRB Investasi Jkt g.kredit investasi Jkt (rhs) Grafik I.24 Perkembangan Nilai Ekspor

Grafik I.25

Perkembangan Volume Ekspor Jutaan USD %, y-o-y

0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1.000 -30 -20 -10 0 10 20 30 40 50 60 70 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 2006 2007 2008 Total Ekspor g.Total Ekspor (rhs) Juta Kg %, y-o-y 0 50 100 150 200 250 300 350 400 2006 2007 2008 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2-40 -20 0 20 40 60 80 100 Total Ekspor g.Total Ekspor (rhs)

(21)

Dilihat dari kelompok komoditasnya, ekspor yang berasal dari Jakarta masih Dilihat dari kelompok komoditasnya, ekspor yang berasal dari Jakarta masihDilihat dari kelompok komoditasnya, ekspor yang berasal dari Jakarta masih Dilihat dari kelompok komoditasnya, ekspor yang berasal dari Jakarta masih Dilihat dari kelompok komoditasnya, ekspor yang berasal dari Jakarta masih didominasi oleh ekspor produk manufaktur.

didominasi oleh ekspor produk manufaktur.didominasi oleh ekspor produk manufaktur. didominasi oleh ekspor produk manufaktur.

didominasi oleh ekspor produk manufaktur. Kondisi ini tidak terlepas dari besarnya pangsa sektor industri di dalam pembentukan struktur ekonomi. Dukungan infrastruktur yang relatif lebih memadai dibandingkan dengan daerah lainnya menjadikan Jakarta menarik bagi industri sebagai tempat untuk didirikan dan beroperasi. Nilai ekspor produk manufaktur Jakarta mencapai 92% dari total nilai ekspor. Komoditi utama ekspor produk manufaktur antara lain adalah produk barang kimia, mesin dan perlengkapan transportasi, pakaian, alas kaki, dan barang-barang manufaktur lainnya.

Impor Jakarta pada triwulan I-2008 masih pada level yang cukup tinggi 19,1%, Impor Jakarta pada triwulan I-2008 masih pada level yang cukup tinggi 19,1%,Impor Jakarta pada triwulan I-2008 masih pada level yang cukup tinggi 19,1%, Impor Jakarta pada triwulan I-2008 masih pada level yang cukup tinggi 19,1%, Impor Jakarta pada triwulan I-2008 masih pada level yang cukup tinggi 19,1%, namun sedikit melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (19,5%). namun sedikit melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (19,5%).namun sedikit melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (19,5%). namun sedikit melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (19,5%). namun sedikit melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (19,5%). Faktor utama yang mempengaruhi masih tingginya peningkatan impor antara lain adalah permintaan domestik yang masih tinggi. Di sisi domestik, Jakarta menjadi

Grafik I.26

Pertumbuhan Nilai Ekspor Komponen Utama Jakarta

Grafik I.27 Komposisi Ekspor Jakarta %, y-o-y -40 -20 0 20 40 60 80 100 2005 2006 2007 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 2008 Manufactured Goods

Machinary and Transport Eq.

Chemical Product Clothing and Footwear

Manufaktur 92,0% Tambang 0,0% Pertanian 8,0% Grafik I.28 Nilai Impor Jakarta

Grafik I.29

Perkembangan Volume Impor Jakarta Juta USD %, y-o-y

0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 2005 2006 2007 2008 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 Total Impor Jakarta

g. Total impor Jkt (rhs) -30 -20 -10 0 10 20 30 40 50 60 70 %, y-o-y -80 -60 -40 -20 0 20 40 60 80 100 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 2006 2007 2008 g.Konsumsi g.Bahan Baku g.Barang Modal

(22)

pengimpor yang cukup besar dari daerah/provinsi lain, terutama didukung oleh daya beli penduduk Jakarta yang relatif lebih tinggi. Sementara itu, impor yang berasal dari negara lain juga relatif besar, baik dari sisi nilai maupun volume. Komposisi impor dari negara lain, baik menurut nilai maupun volumenya, masih Komposisi impor dari negara lain, baik menurut nilai maupun volumenya, masih Komposisi impor dari negara lain, baik menurut nilai maupun volumenya, masih Komposisi impor dari negara lain, baik menurut nilai maupun volumenya, masih Komposisi impor dari negara lain, baik menurut nilai maupun volumenya, masih didominasi oleh impor bahan baku.

didominasi oleh impor bahan baku. didominasi oleh impor bahan baku. didominasi oleh impor bahan baku.

didominasi oleh impor bahan baku. Faktor yang mempengaruhi tingginya impor bahan baku terutama adalah tingginya ketergantungan penggunaan bahan baku impor di dalam proses produksi sebagian besar industri di Indonesia. Akibatnya, kenaikan permintaan domestik memberikan dampak peningkatan pada impor kebutuhan bahan baku. Pada beberapa kelompok industri, seperti di industri kimia misalnya, ketergantungan pada impor bahan baku yang tinggi juga menjadi salah satu penyebab terhambatnya ekspansi di kelompok industri ini. Hal ini diperparah dengan kecenderungan harga bahan baku yang cenderung meningkat.

Grafik I.30 Komposisi Nilai Impor

Grafik I.31 Komposisi Volume Impor

Barang Modal 40,6% Bahan Baku 53,6% Konsumsi 5,8% Konsumsi0,2% Bahan Baku 82,5% Barang Modal 17,3%

Kegiatan perdagangan internasional DKI Jakarta dari waktu ke waktu terus di Kegiatan perdagangan internasional DKI Jakarta dari waktu ke waktu terus di Kegiatan perdagangan internasional DKI Jakarta dari waktu ke waktu terus di Kegiatan perdagangan internasional DKI Jakarta dari waktu ke waktu terus di Kegiatan perdagangan internasional DKI Jakarta dari waktu ke waktu terus di upayakan untuk ditingkatkan yang antara lain dilakukan melalui perbaikan upayakan untuk ditingkatkan yang antara lain dilakukan melalui perbaikan upayakan untuk ditingkatkan yang antara lain dilakukan melalui perbaikan upayakan untuk ditingkatkan yang antara lain dilakukan melalui perbaikan upayakan untuk ditingkatkan yang antara lain dilakukan melalui perbaikan infrastruktur pendukungnya.

infrastruktur pendukungnya. infrastruktur pendukungnya. infrastruktur pendukungnya.

infrastruktur pendukungnya. Upaya tersebut antara lain adalah penambahan fasilitas pelabuhan Tanjung Priok, penyelesaian Car Port Koja dan perbaikan akses ke Tanjung Priok. Terminal peti kemas di Jakarta International Container Terminal (JICT) yang selama ini terjadi penumpukan selama 2 - 5 hari, khususnya pada hari-hari sibuk, telah mengalami penambahan fasilitas sehingga pelayanan kontainer dapat diselesaikan dalam waktu satu hari. Sementara itu perbaikan akses tol ke Tanjung Priok akan ditangani dengan menyediakan jalan tol sepanjang 12 km.

(23)

B. SISI PENAWARAN

Perlambatan pertumbuhan di sisi permintaan, khususnya konsumsi dan investasi diikuti oleh perlambatan pertumbuhan pada beberapa sektor ekonomi utama, yaitu sektor keuangan, perdagangan, industri, bangunan, dan jasa-jasa. Khusus di sektor industri, selain mengalami perlambatan pertumbuhan karena melambatnya permintaan juga dihadapkan pada tekanan kenaikan biaya produksi sebagai akibat dari kenaikan harga BBM dunia dan kenaikan harga bahan baku/ mentah. Secara keseluruhan perekonomian Jakarta di triwulan I - 2008 masih tumbuh cukup tinggi namun kualitas pertumbuhan masih mengalami tekanan. Sektor yang tumbuh relatif tinggi merupakan sektor yang padat modal, sementara sektor ekonomi yang mampu menyerap tenaga kerja lebih banyak tumbuh rendah. Pertanian 0,4 -0,6 1,4 2,6 0,9 1,4 0,0 Pertambangan -0,6 1,4 0,9 0,2 0,5 1,5 0,0 Industri 4,2 5,2 4,8 4,5 4,7 4,4 0,7 Listrik 5,3 5,2 4,8 5,5 5,2 6,0 0,1 Bangunan 7,5 7,5 7,7 7,8 7,6 7,5 0,8 Perdagangan 7,0 6,9 6,9 7,4 7,0 7,0 1,4 Pengangkutan 14,9 14,6 14,3 14,6 14,6 15,0 1,3 Keuangan 4,4 4,1 4,4 4,7 4,4 3,9 1,2 Jasa-jasa 5,8 5,7 6,3 6,4 6,1 6,3 0,8 PDRB 6,2 6,3 6,4 6,6 6,4 6,3 6,3 Tabel I. 3

Produk Domestik Regional Bruto Jakarta

DKI Q1-2007 Q2-2007 Q3-2007* Q4-2007* 2007* Q1-2008*

* angka sangat sementara

Kontribusi Q1-2008

1. Industri

Pada triwulan I 2008, sektor industri sedikit mengalami perlambatan dari 4,5% Pada triwulan I 2008, sektor industri sedikit mengalami perlambatan dari 4,5%Pada triwulan I 2008, sektor industri sedikit mengalami perlambatan dari 4,5% Pada triwulan I 2008, sektor industri sedikit mengalami perlambatan dari 4,5% Pada triwulan I 2008, sektor industri sedikit mengalami perlambatan dari 4,5% pada triwulan sebelumnya menjadi 4,4%.

pada triwulan sebelumnya menjadi 4,4%.pada triwulan sebelumnya menjadi 4,4%. pada triwulan sebelumnya menjadi 4,4%.

pada triwulan sebelumnya menjadi 4,4%. Faktor yang mempengaruhi perlambatan pertumbuhan di sektor industri antara lain adalah permintaan domestik yang melambat dan biaya produksi yang meningkat sejalan dengan kenaikan BBM dan kenaikan harga bahan baku dipasar internasional. Selain itu, perkembangan sektor industri yang terbatas juga dipengaruhi oleh ketatnya persaingan pasar di luar negeri. Permintaan domestik masih dapat dipenuhi dengan meningkatkan penggunakan kapasitas yang sudah ada, bahkan banyak perusahaan yang masih mengalami excess capacity.

(24)

Perkembangan hasil survei mendukung bahwa sektor industri tumbuh terbatas. Perkembangan hasil survei mendukung bahwa sektor industri tumbuh terbatas. Perkembangan hasil survei mendukung bahwa sektor industri tumbuh terbatas. Perkembangan hasil survei mendukung bahwa sektor industri tumbuh terbatas. Perkembangan hasil survei mendukung bahwa sektor industri tumbuh terbatas. Hasil survei SKDU menunjukkan bahwa penggunaan kapasitas oleh industri-industri di Jakarta masih pada level yang relatif tinggi (77,9%), sementara itu peningkatan produksi melalui peningkatan/penambahan kapasitas produksi (investasi) jumlahnya masih relatif terbatas1.

1 Berdasarkan hasil liaison menunjukkan bahwa respon dunia usaha relatif beragam. Sebagian produsen berpendapat bahwa investasi belum perlu dilakukan karena kapasitas masih cukup, sebagian produsen akan melakukan investasi namun sifatnya replacement, terdapat pula produsen yang menambah investasi untuk mendekatkan produk ke pasar. Secara umum lebih banyak pengusaha yang menunda untuk berinvestasi di semester I 2008. Pengusaha umumnya «wait and see» terhadap perkembangan pasar di dalam negeri.

Tabel I. 4

Penggunaan Kapasitas, Jakarta

INDUSTRI PENGOLAHAN INDUSTRI PENGOLAHANINDUSTRI PENGOLAHAN

INDUSTRI PENGOLAHANINDUSTRI PENGOLAHAN 70,0970,0970,0970,0970,09 73,9373,9373,9373,9373,93 74,8774,8774,8774,8774,87 77,3377,3377,3377,3377,33 77,9677,9677,9677,9677,96 78,8978,8978,8978,8978,89 74,8074,8074,8074,8074,80 77,2977,2977,2977,2977,29 A. Industri Non Migas

1. Makanan, minuman dan tembakau 70,00 78,44 85,38 81,92 75,45 81,08 79,38 72,09 2. Tekstil, barang kulit dan alas kaki 75,47 75,64 72,42 83,57 80,78 78,36 80,00 81,00 3. Barang kayu dan hasil hutan lainnya 73,00 71,67 85,00 75,00 100,00 75,00 75,00 100,00 4. Kertas dan barang cetakan 73,67 82,00 71,60 58,33 86,00 81,60 59,33 75,00 5. Kimia dan barang dari karet 71,32 72,84 70,20 75,45 77,87 76,84 73,99 77,52 6. Semen dan barang galian bukan loga, 72,50 69,67 - 77,50 - 85,00 86,00 90,00 7. Logam dasar, besi dan baja 65,40 85,40 76,13 77,14 69,83 82,33 69,80 92,50 8. Alat angkutan, mesin dan peralatannya 61,40 61,33 70,29 69,50 74,50 77,57 72,13 76,56 9. Barang Lainnya 55,00 75,38 84,00 78,33 79,17 80,50 20,00 69,00 B. Industri Migas

1. Pengilangan minyak bumi 2. Gas alam cair

LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIHLISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH

LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 86,0086,0086,0086,0086,00 94,7094,7094,7094,7094,70 78,2278,2278,2278,2278,22 65,5065,5065,5065,5065,50 85,5185,5185,5185,5185,51 90,7790,7790,7790,7790,77 84,5084,5084,5084,5084,50 58,5058,5058,5058,5058,50 TOTAL SELURUH SEKTOR

TOTAL SELURUH SEKTORTOTAL SELURUH SEKTOR TOTAL SELURUH SEKTOR

TOTAL SELURUH SEKTOR 72,8572,8572,8572,8572,85 76,1576,1576,1576,1576,15 76,8476,8476,8476,8476,84 78,5878,5878,5878,5878,58 79,0679,0679,0679,0679,06 80,380,380,380,380,3 75,5975,5975,5975,5975,59 77,9177,9177,9177,9177,91

2006 2007 KAPASITAS UTILISASI 1 2 3 4 1 2 3 4 Grafik I.32 Penggunaan Kapasitas % Jakarta Nasional 60 65 70 75 80 85

I-2006 II-2006 III-2006 IV-2006 I-2007 II-2007 III-2007 IV-2007

72.9 76.2 76.8 78.6 79.1 80.3 75.6 77.9

(25)

Indikasi pertumbuhan di sektor industri yang belum terlalu pesat juga tercermin Indikasi pertumbuhan di sektor industri yang belum terlalu pesat juga tercerminIndikasi pertumbuhan di sektor industri yang belum terlalu pesat juga tercermin Indikasi pertumbuhan di sektor industri yang belum terlalu pesat juga tercermin Indikasi pertumbuhan di sektor industri yang belum terlalu pesat juga tercermin pada peningkatan indeks produksi yang menunjukkan tren yang menurun, pada peningkatan indeks produksi yang menunjukkan tren yang menurun,pada peningkatan indeks produksi yang menunjukkan tren yang menurun, pada peningkatan indeks produksi yang menunjukkan tren yang menurun, pada peningkatan indeks produksi yang menunjukkan tren yang menurun, konsumsi listrik industri dan konsumsi BBM industri yang terbatas

konsumsi listrik industri dan konsumsi BBM industri yang terbataskonsumsi listrik industri dan konsumsi BBM industri yang terbatas konsumsi listrik industri dan konsumsi BBM industri yang terbatas

konsumsi listrik industri dan konsumsi BBM industri yang terbatas. Beberapa industri besar di Jakarta, seperti industri kimia, industri mesin, dan industri tekstil memperlihatkan bahwa indeks produksinya menunjukkan perlambatan pertumbuhan. Sementara itu perkembangan pemakaian listrik dan BBM oleh industri di Jakarta juga masih dalam batas yang wajar dan tumbuh relatif terbatas. Sub sektor industri yang diperkirakan masih tumbuh tinggi adalah industri onderdil Sub sektor industri yang diperkirakan masih tumbuh tinggi adalah industri onderdilSub sektor industri yang diperkirakan masih tumbuh tinggi adalah industri onderdil Sub sektor industri yang diperkirakan masih tumbuh tinggi adalah industri onderdil Sub sektor industri yang diperkirakan masih tumbuh tinggi adalah industri onderdil kendaraan, industri aki, dan industri peralatan listrik, sedangkan sub sektor yang kendaraan, industri aki, dan industri peralatan listrik, sedangkan sub sektor yangkendaraan, industri aki, dan industri peralatan listrik, sedangkan sub sektor yang kendaraan, industri aki, dan industri peralatan listrik, sedangkan sub sektor yang kendaraan, industri aki, dan industri peralatan listrik, sedangkan sub sektor yang mengalami perlambatan adalah industri makanan, kimia dan tekstil.

mengalami perlambatan adalah industri makanan, kimia dan tekstil.mengalami perlambatan adalah industri makanan, kimia dan tekstil. mengalami perlambatan adalah industri makanan, kimia dan tekstil.

mengalami perlambatan adalah industri makanan, kimia dan tekstil. Industri yang tetap tumbuh antara lain adalah industri onderdil kendaraan, industri aki, dan industri elektronik yang meningkat sejalan dengan tetap tingginya penjualan kendaraan bermotor dan elektronik. Pertumbuhan penjualan kendaraan bermotor sedan dan jeep pada triwulan I 2008 mencapai 26,4% sedangkan pertumbuhan

Grafik I.33 Indeks Produksi Industri

Grafik I.35 Indeks Produksi Mesin

Grafik I.34 Indeks Produksi Kimia

Grafik I.36 Indeks Produksi Tekstil Sumber : CEIC %, y-o-y %, y-o-y 0 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3-15 -10 -5 0 5 10 15 20 2005 2006 2007 2008 g.PDRB Industri Jkt g.Industrial Production Index(rhs)

IPI Kimia %, y-o-y

-20 0 20 40 60 80 100 0 50 100 150 200 250 300 350 400 IPI Kimia g.IPI Kimia (rhs) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2005 2006 2007 2008

IPI Mesin %, y-o-y

0 50 100 150 200 250 300 350 -60 -40 -20 0 20 40 60 80 2005 2006 2007 2008 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 IPI Mesin g.IPI Mesin (rhs) %, y-o-y IPI Tekstil -40 -30 -20 -10 0 10 20 30 40 50 0 20 40 60 80 100 120 140 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2005 2006 2007 2008 IPI Tekstil g.IPI Tekstil (rhs)

(26)

penjualan elektronik mencapai rata-rata 40%. Sementara itu perlambatan pada industri makanan dan kimia disebabkan oleh kenaikan harga bahan baku. Dari sisi pembiayaan, trend pembiayaan perbankan di sektor industri Jakarta relatif Dari sisi pembiayaan, trend pembiayaan perbankan di sektor industri Jakarta relatif Dari sisi pembiayaan, trend pembiayaan perbankan di sektor industri Jakarta relatif Dari sisi pembiayaan, trend pembiayaan perbankan di sektor industri Jakarta relatif Dari sisi pembiayaan, trend pembiayaan perbankan di sektor industri Jakarta relatif terbatas, dengan kualitas kredit yang belum sesuai yang diharapkan meskipun trennya terbatas, dengan kualitas kredit yang belum sesuai yang diharapkan meskipun trennya terbatas, dengan kualitas kredit yang belum sesuai yang diharapkan meskipun trennya terbatas, dengan kualitas kredit yang belum sesuai yang diharapkan meskipun trennya terbatas, dengan kualitas kredit yang belum sesuai yang diharapkan meskipun trennya membaik.

membaik. membaik. membaik.

membaik. Outstanding kredit lokasi proyek di sektor industri Jakarta pada posisi akhir bulan Februari Rp 58,05 triliun, meningkat tipis 2,23 % (y-oy). Peningkatan tersebut diikuti dengan penurunan resiko resiko kredit di sektor industri walaupun masih tergolong tinggi sebagaimana tercermin pada besaran NPLs (7,5%).

Grafik I.37 Pemakaian Listrik Industri

Grafik I.38 Perkembangan BBM Industri %, y-o-y %, y-o-y -20 -10 0 10 20 30 0 1 2 3 4 5 6 g.PDRB Industri Jkt g.Kons Listrik Industri (rhs)

3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 2006 2007 2008 %, y-o-y %, y-o-y -80 -70 -60 -50 -40 -30 -20 -10 0 10 20 30 0 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 2006 2007 2008

g.PDRB Industri Jkt g.Kons. BBM Industri (rhs)

Grafik I.39

Kredit Lokasi Proyek Sektor Industri

Grafik I.40 NPLs Kredit Industri 0 1 2 3 4 5 6 %, y-o-y %, y-o-y -20 -10 0 10 20 30 40 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 2006 2007 2008 g.PDRB Industri Jkt g.kredit Industri (rhs) Rp miliar % 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 0 5.000 10.000 15.000 20.000 25.000 Nominal NPL Industri Jakarta NPL Industri Jakarta (rhs) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 2006 2007 2008

2. Perdagangan, Hotel dan Restoran

Sektor perdagangan hotel dan restoran pada triwulan I 2008 tumbuh sebesar Sektor perdagangan hotel dan restoran pada triwulan I 2008 tumbuh sebesar Sektor perdagangan hotel dan restoran pada triwulan I 2008 tumbuh sebesar Sektor perdagangan hotel dan restoran pada triwulan I 2008 tumbuh sebesar Sektor perdagangan hotel dan restoran pada triwulan I 2008 tumbuh sebesar 7,0% (y-o-y), melambat dibandingkan dengan triwulan IV-2007 (7,4%). 7,0% (y-o-y), melambat dibandingkan dengan triwulan IV-2007 (7,4%). 7,0% (y-o-y), melambat dibandingkan dengan triwulan IV-2007 (7,4%). 7,0% (y-o-y), melambat dibandingkan dengan triwulan IV-2007 (7,4%). 7,0% (y-o-y), melambat dibandingkan dengan triwulan IV-2007 (7,4%). Perlambatan pertumbuhan yang terjadi di sektor perdagangan diindikasikan oleh

Gambar

Grafik I.12 Upah Buruh Informal
Grafik I.16 Nilai Impor Barang Modal
Grafik I.66 NPLs Sektor Listrik%, y-o-y%, y-o-y5 6 7 8 9 1011 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3200620072008-80-60-40-2002040608001234567g.PDRB Listrik Jktg.kredit Listrik (rhs)Rp miliar %0100200300400500600700800900 02468 10121416181 2 3 4 5 6 7 8 9 1011 1
Grafik Boks I.2 Share Terhadap Total Komsumsi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Suhu dua bulan sebelumnya, curah hujan di bulan yang sama, radiasi matahari di bulan yang sama.Implikasi prak- tis: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Dinas Kesehatan

Namun yang berbeda adalah bahwa penelitian ini berusaha melihat dampak dinamika persenjataan yang dilakukan Korea Utara dengan mengembangkan senjata nuklir terhadap

Sistem Merit adalah kebijakan dan Manajemen ASN yang berdasarkan pada kualifikasi, kompetensi, dan kinerja secara adil dan wajar dengan tanpa membedakan latar belakang politik,

• Peserta didik diberi kesempatan untuk mendiskusikan, mengumpulkan informasi, mempresentasikan ulang, dan saling bertukar informasi mengenai Pengertian ilmu ekonomi,

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, hipotesis saya dalam penelitian ini adalah poin-poin yang terkandung dalam kemampuan manajerial akan berpengaruh

mengembangkannya. Pada saat ini tenaga kependidikan menggunakan model pembelajaran berbasis WEB. Dikarenakan sudah banyak penyebaran secara langsung virus corona tanpa kita

Grafik pengaruh faktor C terhadap beban maksimum Berdasarkan Gambar diatas, dapat dilihat pada grafik bahwa rasio tulangan 0,8 % berada dibawah dari rasio tulangan 1,6 %

Keuntungan dari bioautografi kontak yaitu merupakan metode yang mudah untuk dilakukan dan hasilnya dapat terlihat jelas tanpa harus menggunakan reagent MTT. Bila