• Tidak ada hasil yang ditemukan

Inflasi Kota – Kota di Provinsi Jawa Tengah Secara umum, enam kota yang disurvei oleh BPS di

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

3.4. Inflasi Kota – Kota di Provinsi Jawa Tengah Secara umum, enam kota yang disurvei oleh BPS di

Jawa Tengah mencatatkan penurunan inflasi. Penurunan inflasi terbesar terjadi di Kota Kudus, dari sebelumnya 3,33% (yoy) menjadi 2,18% (yoy).

Disparitas inflasi antar kota/kabupaten di Jawa Tengah meningkat pada triwulan laporan. Pada triwulan III 2016, selisih tingkat inflasi antara kota yang memiliki inflasi tertinggi dan terendah sebesar 1,55%. Berdasarkan hasil Survei Konsumen, penurunan

inflasi pada triwulan III 2016 ini sejalan dengan ekspektasi harga 3 bulan ke depan oleh masyarakat. Demikian halnya dengan hasil Survei Pedagang Eceran yang menyatakan penurunan inflasi pada triwulan III 2016 sejalan dengan ekspektasi harga 3 dan 6 bulan mendatang.

Tekanan inflasi dari faktor eksternal mengalami penurunan pada triwulan III 2016 meskipun terjadi penguatan kurs rupiah. Tekanan imported

Data nilai tukar Rupiah bersumber dari Kurs Tengah BI

4.

Sementara pada triwulan II 2016, selisih tersebut sebesar 1,12%.Inflasi tertinggi terjadi di Kota Tegal yang kemudian diikuti oleh Kota Surakarta dengan tingkat inflasi masing-masing sebesar 3,73% (yoy) dan 2,93% (yoy). Sementara itu, inflasi terendah berada di Kota Kudus dengan tingkat inflasi sebesar 2,18% (yoy) (Grafik 2.29).

Ditinjau dari kelompoknya, secara rata-rata enam kota mengalami inflasi untuk kelompok bahan makanan. Inflasi kelompok bahan makanan tertinggi berada pada Kota Semarang, diikuti oleh Kota Tegal dan Kota Surakarta. Inflasi kelompok bahan makanan yang tinggi ini terjadi akibat adanya fenomena La Nina disertai curah hujan lebat, yang menyebabkan beberapa sentra penghasil komoditas mengalami gagal panen seperti cabai merah dan bawang merah. Akibat kondisi tersebut, pasokan mengalami penurunan. Sementara itu, di sisi lain, terjadi peningkatan permintaan menjelang hari Raya Idul Adha.

Berdasarkan disagregasinya, inflasi tahunan volatile

food Kota Semarang dan Surakarta tercatat lebih tinggi

dibandingkan inflasi Jawa Tengah. Sementara itu, inflasi tahunan kelompok administered prices yang berada di atas inflasi Jawa Tengah dialami oleh Kota Tegal, Purwokerto, dan Cilacap. Adapun inflasi inti yang tinggi dan berada di atas Jawa Tengah dialami oleh seluruh kota pantauan harga di Jawa Tengah kecuali Semarang dan Purwokerto.

3.4.1. Disagregasi Inflasi Cilacap

Berdasarkan disagregasinya, penurunan inflasi terutama berasal dari kelompok volatile food. Kelompok volatile food mencatatkan penurunan inflasi dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara itu, kedua kelompok lainnya meningkat dibandingkan triwulan II 2016.

Inflasi tahunan volatile food menurun pada triwulan III 2016. Inflasi volatile food tercatat sebesar 5,28% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan II 2016 sebesar 8,30% (yoy). Penurunan inflasi pada kelompok ini terutama disumbangkan oleh penurunan harga daging ayam ras dan telur ayam ras di tengah terjaganya pasokan.

Kelompok administered prices Kota Cilacap mengalami inflasi sebesar 0,09% (yoy) pada triwulan III 2016 dari sebelumnya deflasi sebesar 0,07% (yoy) pada triwulan II 2016. Inflasi triwulanan di Kota Cilacap mengalami kenaikan, berbalik arah dengan triwulan sebelumnya. Kelompok ini mencatatkan inflasi sebesar 1,17% (qtq), setelah sebelumnya mencatatkan deflasi sebesar 1,20% (qtq). Hal ini didorong oleh meningkatnya harga rokok kretek filter.

Inflasi tahunan kelompok inti mengalami peningkatan. Inflasi tahunan kelompok inti pada triwulan ini naik menjadi 2,96% (yoy) dari 2,67% (yoy) pada triwulan II 2016. Salah satu faktor yang mendorong inflasi kelompok ini adalah kenaikan biaya pendidikan seiring tahun ajaran baru 2016 yang dimulai pada triwulan ini.

KAJIAN EK ONOMI D AN KEU ANGAN RE GIONAL PRO VINSI J A W A TENGAH KAJIAN EK ONOMI D AN KEU ANGAN RE GIONAL PRO VINSI J A W A TENGAH

CILACAP PURWOKERTO KUDUS SURAKARTA SEMARANG TEGAL

Disagregasi Inflasi Triwulanan Enam Kota 2016

Grafik 3.24

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

%, QTQ

VF AP CI

Disagregasi Inflasi Tahunan Enam Kota 2016

Grafik 3.25

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

CI VF AP

%, YOY

CILACAP PURWOKERTO KUDUS SURAKARTA SEMARANG TEGAL

VP JATENG 6,85% 2,42% CI JATENG -0,46% AP JATENG 1, 09 0 ,27 1, 05 0 ,44 0 ,7 0 0,85 0 ,21 0,38 -0 ,11 1, 08 0 ,91 1, 17 0 ,6 7 0 ,4 1 0 ,94 1, 6 3 2,25 0 1 1 2 2 3 -0 ,11 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8

CILACAP PURWOKERTO KUDUS SURAKARTA SEMARANG TEGAL

Perkembangan Inflasi Tahunan

Grafik 3.21

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

0 2 4 6 8 10 12 %, YOY I II III IV I II III IV I II 2013 2014 2015 III IV I 2016 II III INFLASI KOTA INFLASI JAWA TENGAH INFLASI NASIONAL

CILACAP PURWOKERTO KUDUS SURAKARTA SEMARANG TEGAL

%,YOY

Inflasi Tahunan Triwulan III 2016

Grafik 3.20

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

2,87 2,36 2,18 2,93 2,61 3,73 3,07 2 3 4 5 2,71 I - 2016 II - 2016 CILACAP PURWOKERTO KUDUS SURAKARTA SEMARANG TEGAL

0 2 4 5 6

Inflasi Tahunan Enam Kota

Grafik 3.22

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah 1

3

%, YOY

CILACAP PURWOKERTO KUDUS SURAKARTA SEMARANG TEGAL

Inflasi Kota di Provinsi Jawa Tengah per Kelompok Tw III 2016

Grafik 3.23

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

%, YOY BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI,ROKOK PERUMAHAN, AIR, LISTRIK

SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN TRANSPOR

0 2 4 6 8 10 -2 3, 7 9 4,15 4,83 4,43 3,99 4,99 3,23 2,95 3,33 3,21 2,65 3, 77

Perkembangan Inflasi Tahunan Kelompok Inti Traded

Grafik 3.19 % QTQ % YOY 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5

QTQ (SKALA KANAN) YOY

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2 I II III IV I II III IV I II 2013 2014 2015 III IV I 2016 II III I II III IV 2012

inflation tercermin dari kelompok inti traded dan non-traded yang turun dibandingkan dengan triwulan II

2016. Inflasi inti traded turun dari 3,63% (yoy) menjadi 3,23% (yoy), sedangkan inflasi inti non-traded turun dari 2,41% (yoy) menjadi 2,18%(yoy). Penurunan tersebut terjadi seiring adanya penguatan kurs Rupiah pada triwulan laporan. Pada triwulan III 2016, rata-rata nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS sebesar Rp13.136 atau menguat 1,36% dibandingkan triwulan lalu yang

4

sebesar Rp13.317,16 .

3.4. Inflasi Kota – Kota di Provinsi Jawa Tengah

Secara umum, enam kota yang disurvei oleh BPS di Jawa Tengah mencatatkan penurunan inflasi. Penurunan inflasi terbesar terjadi di Kota Kudus, dari sebelumnya 3,33% (yoy) menjadi 2,18% (yoy).

Disparitas inflasi antar kota/kabupaten di Jawa Tengah meningkat pada triwulan laporan. Pada triwulan III 2016, selisih tingkat inflasi antara kota yang memiliki inflasi tertinggi dan terendah sebesar 1,55%. Berdasarkan hasil Survei Konsumen, penurunan

inflasi pada triwulan III 2016 ini sejalan dengan ekspektasi harga 3 bulan ke depan oleh masyarakat. Demikian halnya dengan hasil Survei Pedagang Eceran yang menyatakan penurunan inflasi pada triwulan III 2016 sejalan dengan ekspektasi harga 3 dan 6 bulan mendatang.

Tekanan inflasi dari faktor eksternal mengalami penurunan pada triwulan III 2016 meskipun terjadi penguatan kurs rupiah. Tekanan imported

Data nilai tukar Rupiah bersumber dari Kurs Tengah BI

4.

Sementara pada triwulan II 2016, selisih tersebut sebesar 1,12%.Inflasi tertinggi terjadi di Kota Tegal yang kemudian diikuti oleh Kota Surakarta dengan tingkat inflasi masing-masing sebesar 3,73% (yoy) dan 2,93% (yoy). Sementara itu, inflasi terendah berada di Kota Kudus dengan tingkat inflasi sebesar 2,18% (yoy) (Grafik 2.29).

Ditinjau dari kelompoknya, secara rata-rata enam kota mengalami inflasi untuk kelompok bahan makanan. Inflasi kelompok bahan makanan tertinggi berada pada Kota Semarang, diikuti oleh Kota Tegal dan Kota Surakarta. Inflasi kelompok bahan makanan yang tinggi ini terjadi akibat adanya fenomena La Nina disertai curah hujan lebat, yang menyebabkan beberapa sentra penghasil komoditas mengalami gagal panen seperti cabai merah dan bawang merah. Akibat kondisi tersebut, pasokan mengalami penurunan. Sementara itu, di sisi lain, terjadi peningkatan permintaan menjelang hari Raya Idul Adha.

Berdasarkan disagregasinya, inflasi tahunan volatile

food Kota Semarang dan Surakarta tercatat lebih tinggi

dibandingkan inflasi Jawa Tengah. Sementara itu, inflasi tahunan kelompok administered prices yang berada di atas inflasi Jawa Tengah dialami oleh Kota Tegal, Purwokerto, dan Cilacap. Adapun inflasi inti yang tinggi dan berada di atas Jawa Tengah dialami oleh seluruh kota pantauan harga di Jawa Tengah kecuali Semarang dan Purwokerto.

3.4.1. Disagregasi Inflasi Cilacap

Berdasarkan disagregasinya, penurunan inflasi terutama berasal dari kelompok volatile food. Kelompok volatile food mencatatkan penurunan inflasi dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara itu, kedua kelompok lainnya meningkat dibandingkan triwulan II 2016.

Inflasi tahunan volatile food menurun pada triwulan III 2016. Inflasi volatile food tercatat sebesar 5,28% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan II 2016 sebesar 8,30% (yoy). Penurunan inflasi pada kelompok ini terutama disumbangkan oleh penurunan harga daging ayam ras dan telur ayam ras di tengah terjaganya pasokan.

Kelompok administered prices Kota Cilacap mengalami inflasi sebesar 0,09% (yoy) pada triwulan III 2016 dari sebelumnya deflasi sebesar 0,07% (yoy) pada triwulan II 2016. Inflasi triwulanan di Kota Cilacap mengalami kenaikan, berbalik arah dengan triwulan sebelumnya. Kelompok ini mencatatkan inflasi sebesar 1,17% (qtq), setelah sebelumnya mencatatkan deflasi sebesar 1,20% (qtq). Hal ini didorong oleh meningkatnya harga rokok kretek filter.

Inflasi tahunan kelompok inti mengalami peningkatan. Inflasi tahunan kelompok inti pada triwulan ini naik menjadi 2,96% (yoy) dari 2,67% (yoy) pada triwulan II 2016. Salah satu faktor yang mendorong inflasi kelompok ini adalah kenaikan biaya pendidikan seiring tahun ajaran baru 2016 yang dimulai pada triwulan ini.

KAJIAN EK ONOMI D AN KEU ANGAN RE GIONAL PRO VINSI J A W A TENGAH KAJIAN EK ONOMI D AN KEU ANGAN RE GIONAL PRO VINSI J A W A TENGAH

Disagregasi Inflasi Triwulanan Surakarta

Grafik 3.33

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah -4,00 -2,00 0,00 2,00 4,00 6,00 %, QTQ

Disagregasi Inflasi Tahunan Surakarta

Grafik 3.32

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

%, YOY 0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00 VF AP CI CI VF AP I II III IV I 2015 2016 II III I II III IV I 2015 2016 II III

Disagregasi Inflasi Tahunan Kudus

Grafik 3.30

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

%, YOY 0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00

  Disagregasi Inflasi Triwulanan Kudus

Grafik 3.31

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah -4,00 -3,00 -2,00 -1,00 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 %, QTQ VF AP CI CI VF AP I II III IV I 2015 2016 II III I II III IV I 2015 2016 II III

Disagregasi Inflasi Tahunan Purwokerto

Grafik 3.28

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

VF AP CI %, YOY 0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00

Disagregasi Inflasi Triwulanan Purwokerto

Grafik 3.29

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah -4,00 -3,00 -2,00 -1,00 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 %,QTQ I II III IV I 2015 2016 II III I II III IV I 2015 2016 II III

Disagregasi Inflasi Triwulanan Cilacap

Grafik 3.27

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah -4,00 -3,00 -2,00 -1,00 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 %,QTQ

Disagregasi Inflasi Tahunan Cilacap

Grafik 3.26

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

VF AP CI 0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00 %, YOY VF AP CI I II III IV I 2015 2016 II III I II III IV I 2015 2016 II III

inflasi triwulanan yang mencatatkan penurunan menjadi 0,27% (qtq) dari sebelumnya 0,36% (qtq) pada triwulan II 2016. Penurunan ini berasal dari relatif stabilnya pasokan gula pasir akibat pasokan yang terjaga dan terdapat penurunan harga jual di tingkat

supplier.

Inflasi tahunan administered prices mengalami peningkatan pada triwulan III 2016. Inflasi administered

prices tercatat sebesar 0,71% (yoy) atau 0,67% (qtq),

lebih tinggi dibandingkan triwulan II 2016 sebesar 0,68% (yoy) atau deflasi sebesar 1,09% (qtq). Peningkatan ini disumbangkan oleh kenaikan tarif cukai rokok yang dilakukan secara bertahap.

3.4.3. Disagregasi Inflasi Kudus

Penurunan inflasi Kudus terjadi pada seluruh kelompok. Inflasi kelompok volatile food, administered

prices, dan kelompok inti turun dibandingkan triwulan

II 2016. Tren penurunan ini serupa dengan triwulan sebelumnya yang juga mengalami penurunan untuk semua kelompok.

3.4.2. Disagregasi Inflasi Purwokerto

Penurunan inflasi Purwokerto terutama didorong oleh kelompok volatile food dan inti. Sementara itu, inflasi k e l o m p o k a d m i n i s t e r e d p r i c e s m e n i n g k a t dibandingkan triwulan II 2016.

Kelompok volatile food kota Purwokerto menunjukkan penurunan. Kota Purwokerto mengalami inflasi sebesar 6,57% (yoy) pada triwulan III 2016 dari sebelumnya 8,30% (yoy) pada triwulan II 2016. Perlambatan ini disebabkan oleh terjadinya panen komoditas beras dan cabai rawit di beberapa daerah penghasil. Sementara itu, inflasi triwulanan di Kota Purwokerto mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Kelompok ini mencatatkan inflasi sebesar 0,38% (qtq) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 0,16% (qtq).

Inflasi tahunan kelompok inti di Purwokerto mengalami penurunan. Inflasi tahunan kelompok inti pada triwulan ini turun menjadi 1,31% (yoy) dari 1,69% (yoy) pada triwulan II 2016. Demikian pula halnya dengan

Inflasi tahunan volatile food menurun pada triwulan III 2016, tercatat sebesar 3,48% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan II 2016 sebesar 6,01% (yoy). Penurunan inflasi pada kelompok ini terutama disumbang oleh penurunan harga telur ayam ras dan cabai rawit yang terjadi di Kota Kudus. Selain itu, terjadi penurunan komoditas seperti buah-buahan dan sayur-sayuran.

Inflasi tahunan kelompok administered prices mengalami deflasi lebih dalam hingga mencapai 1,38% (yoy) pada triwulan III 2016 dari sebelumnya deflasi sebesar 0,26% (yoy) pada triwulan II 2016.Namun, terdapat perbedaan dengan inflasi triwulanan yang berbalik arah mengalami peningkatan inflasi. Pada triwulan berjalan, kelompok ini mencatatkan inflasi sebesar 0,41% (qtq), setelah sebelumnya mencatatkan deflasi sebesar 1,31% (qtq).

Inflasi tahunan kelompok inti juga menurun. Inflasi tahunan kelompok inti pada triwulan III 2016 turun menjadi 3,03% (yoy) lebih rendah dari triwulan

sebelumnya yang sebesar 3,60% (yoy). Penurunan inflasi ini didorong oleh turunnya harga semen pada akhir triwulan III 2016. Terdapat persamaan pola dengan kelompok administered prices dan volatile

food, inflasi triwulanan kelompok inti mengalami

peningkatan pada triwulan III 2016 menjadi 1,05% (qtq) dari sebelumnya yang sebesar 0,78% (qtq) pada triwulan II 2016.

3.4.4. Disagregasi Inflasi Surakarta

Penurunan inflasi Surakarta pada triwulan III 2016 terpantau pada kelompok administered prices dan inti. Sementara itu, terjadi peningkatan inflasi pada kelompok volatile food dibandingkan dengan triwulan II 2016.

Inflasi tahunan kelompok administered prices mengalami deflasi sebesar 0,49% (yoy) pada triwulan III 2016 dari sebelumnya yang terjadi inflasi sebesar 0,04% (yoy) pada triwulan II 2016. Perbaikan ini didorong oleh turunnya tarif angkutan antarkota paska hari Raya Idul Fitri dan liburan. Sementara itu, inflasi

KAJIAN EK ONOMI D AN KEU ANGAN RE GIONAL PRO VINSI J A W A TENGAH KAJIAN EK ONOMI D AN KEU ANGAN RE GIONAL PRO VINSI J A W A TENGAH

Disagregasi Inflasi Triwulanan Surakarta

Grafik 3.33

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah -4,00 -2,00 0,00 2,00 4,00 6,00 %, QTQ

Disagregasi Inflasi Tahunan Surakarta

Grafik 3.32

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

%, YOY 0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00 VF AP CI CI VF AP I II III IV I 2015 2016 II III I II III IV I 2015 2016 II III

Disagregasi Inflasi Tahunan Kudus

Grafik 3.30

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

%, YOY 0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00

  Disagregasi Inflasi Triwulanan Kudus

Grafik 3.31

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah -4,00 -3,00 -2,00 -1,00 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 %, QTQ VF AP CI CI VF AP I II III IV I 2015 2016 II III I II III IV I 2015 2016 II III

Disagregasi Inflasi Tahunan Purwokerto

Grafik 3.28

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

VF AP CI %, YOY 0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00

Disagregasi Inflasi Triwulanan Purwokerto

Grafik 3.29

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah -4,00 -3,00 -2,00 -1,00 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 %,QTQ I II III IV I 2015 2016 II III I II III IV I 2015 2016 II III

Disagregasi Inflasi Triwulanan Cilacap

Grafik 3.27

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah -4,00 -3,00 -2,00 -1,00 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 %,QTQ

Disagregasi Inflasi Tahunan Cilacap

Grafik 3.26

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

VF AP CI 0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00 %, YOY VF AP CI I II III IV I 2015 2016 II III I II III IV I 2015 2016 II III

inflasi triwulanan yang mencatatkan penurunan menjadi 0,27% (qtq) dari sebelumnya 0,36% (qtq) pada triwulan II 2016. Penurunan ini berasal dari relatif stabilnya pasokan gula pasir akibat pasokan yang terjaga dan terdapat penurunan harga jual di tingkat

supplier.

Inflasi tahunan administered prices mengalami peningkatan pada triwulan III 2016. Inflasi administered

prices tercatat sebesar 0,71% (yoy) atau 0,67% (qtq),

lebih tinggi dibandingkan triwulan II 2016 sebesar 0,68% (yoy) atau deflasi sebesar 1,09% (qtq). Peningkatan ini disumbangkan oleh kenaikan tarif cukai rokok yang dilakukan secara bertahap.

3.4.3. Disagregasi Inflasi Kudus

Penurunan inflasi Kudus terjadi pada seluruh kelompok. Inflasi kelompok volatile food, administered

prices, dan kelompok inti turun dibandingkan triwulan

II 2016. Tren penurunan ini serupa dengan triwulan sebelumnya yang juga mengalami penurunan untuk semua kelompok.

3.4.2. Disagregasi Inflasi Purwokerto

Penurunan inflasi Purwokerto terutama didorong oleh kelompok volatile food dan inti. Sementara itu, inflasi k e l o m p o k a d m i n i s t e r e d p r i c e s m e n i n g k a t dibandingkan triwulan II 2016.

Kelompok volatile food kota Purwokerto menunjukkan penurunan. Kota Purwokerto mengalami inflasi sebesar 6,57% (yoy) pada triwulan III 2016 dari sebelumnya 8,30% (yoy) pada triwulan II 2016. Perlambatan ini disebabkan oleh terjadinya panen komoditas beras dan cabai rawit di beberapa daerah penghasil. Sementara itu, inflasi triwulanan di Kota Purwokerto mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Kelompok ini mencatatkan inflasi sebesar 0,38% (qtq) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 0,16% (qtq).

Inflasi tahunan kelompok inti di Purwokerto mengalami penurunan. Inflasi tahunan kelompok inti pada triwulan ini turun menjadi 1,31% (yoy) dari 1,69% (yoy) pada triwulan II 2016. Demikian pula halnya dengan

Inflasi tahunan volatile food menurun pada triwulan III 2016, tercatat sebesar 3,48% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan II 2016 sebesar 6,01% (yoy). Penurunan inflasi pada kelompok ini terutama disumbang oleh penurunan harga telur ayam ras dan cabai rawit yang terjadi di Kota Kudus. Selain itu, terjadi penurunan komoditas seperti buah-buahan dan sayur-sayuran.

Inflasi tahunan kelompok administered prices mengalami deflasi lebih dalam hingga mencapai 1,38% (yoy) pada triwulan III 2016 dari sebelumnya deflasi sebesar 0,26% (yoy) pada triwulan II 2016.Namun, terdapat perbedaan dengan inflasi triwulanan yang berbalik arah mengalami peningkatan inflasi. Pada triwulan berjalan, kelompok ini mencatatkan inflasi sebesar 0,41% (qtq), setelah sebelumnya mencatatkan deflasi sebesar 1,31% (qtq).

Inflasi tahunan kelompok inti juga menurun. Inflasi tahunan kelompok inti pada triwulan III 2016 turun menjadi 3,03% (yoy) lebih rendah dari triwulan

sebelumnya yang sebesar 3,60% (yoy). Penurunan inflasi ini didorong oleh turunnya harga semen pada akhir triwulan III 2016. Terdapat persamaan pola dengan kelompok administered prices dan volatile

food, inflasi triwulanan kelompok inti mengalami

peningkatan pada triwulan III 2016 menjadi 1,05% (qtq) dari sebelumnya yang sebesar 0,78% (qtq) pada triwulan II 2016.

3.4.4. Disagregasi Inflasi Surakarta

Penurunan inflasi Surakarta pada triwulan III 2016 terpantau pada kelompok administered prices dan inti. Sementara itu, terjadi peningkatan inflasi pada kelompok volatile food dibandingkan dengan triwulan II 2016.

Inflasi tahunan kelompok administered prices mengalami deflasi sebesar 0,49% (yoy) pada triwulan III 2016 dari sebelumnya yang terjadi inflasi sebesar 0,04% (yoy) pada triwulan II 2016. Perbaikan ini didorong oleh turunnya tarif angkutan antarkota paska hari Raya Idul Fitri dan liburan. Sementara itu, inflasi

KAJIAN EK ONOMI D AN KEU ANGAN RE GIONAL PRO VINSI J A W A TENGAH KAJIAN EK ONOMI D AN KEU ANGAN RE GIONAL PRO VINSI J A W A TENGAH

Disagregasi Inflasi Tahunan Tegal

Grafik 3.36

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Disagregasi Inflasi Triwulanan Tegal

Grafik 3.37

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah -3,00 -2,00 -1,00 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 %, QTQ %, YOY 0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00 VF AP CI CI VF AP I II III IV I 2015 2016 II III I II III IV I 2015 2016 II III

Disagregasi Inflasi Tahunan Semarang

Grafik 3.34

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Disagregasi Inflasi Triwulanan Semarang

Grafik 3.35

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah -4,00 -3,00 -2,00 -1,00 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 %, QTQ %, YOY 0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00 VF AP CI CI VF AP I II III IV I 2015 2016 II III I II III IV I 2015 2016 II III

8,52% (yoy). Penurunan inflasi pada kelompok ini didorong oleh komoditas telur ayam ras dan cabai rawit, sayur mayur, dan buah-buahan yang mengalami penurunan harga sejalan dengan terjaganya pasokan di tengah musim penghujan.

Sementara itu, inflasi tahunan kelompok inti mengalami penurunan. Inflasi tahunan kelompok inti pada triwulan III 2016 turun menjadi 2,22% (yoy) dari 2,47% (yoy) pada triwulan II 2016. Adapun inflasi triwulanan mencatatkan kenaikan menjadi 0,70% (qtq) dari sebelumnya 0,60% (qtq) pada triwulan lalu.

Inflasi tahunan kelompok administered prices mengalami peningkatan menjadi deflasi 0,85% (yoy) pada triwulan III 2016 dari sebelumnya deflasi sebesar 2,26% (yoy) pada triwulan II 2016. Inflasi triwulanan juga mengalami peningkatan. Pada triwulan laporan, kelompok ini mencatatkan inflasi sebesar 1,63% (qtq), setelah sebelumnya mencatatkan deflasi sebesar 1,52% (qtq). Inflasi pada komoditas ini didorong oleh penyesuaian tarif listrik pada September 2016 dan kenaikan harga rokok.

3.4.6. Disagregasi Inflasi Tegal

Kota Tegal mengalami penurunan inflasi pada kelompok inti dan volatile food pada triwulan III 2016. Berbeda dengan dua kelompok tersebut, kelompok

administered prices mengalami peningkatan inflasi

dibandingkan triwulan II 2016. triwulanan menunjukkan kenaikan pada kelompok ini.

Pada triwulan II 2016, kelompok ini mencatatkan deflasi sebesar 1,38% (qtq), namun berbalik arah pada triwulan ini, kelompok ini mengalami inflasi sebesar 0,94% (qtq).

Inflasi tahunan kelompok inti menurun. Inflasi tahunan kelompok inti pada triwulan III 2016 turun menjadi 2,86% (yoy) dari 3,21% (yoy) pada triwulan II 2016. Sementara itu, inflasi triwulanan juga memiliki pola yang sama yaitu mengalami penurunan menjadi 0,44% (qtq) dari 0,63% (qtq) pada triwulan lalu.

Inflasi tahunan volatile food mengalami peningkatan pada triwulan III 2016. Inflasi volatile food tercatat sebesar 6,78% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan lalu sebesar 6,53% (yoy). Peningkatan pada kelompok ini terutama didorong oleh naiknya harga komoditas seperti cabai merah, aneka bawang, dan kentang seiring momen Idul Fitri dan liburan.

3.4.5. Disagregasi Inflasi Semarang

Serupa dengan Purwokerto,inflasi kelompok volatile

food dan inti pada triwulan III 2016 menurun

dibandingkan triwulan II 2016. Sedangkan inflasi kelompok administered price justru mengalami peningkatan dibandingkan triwulan II 2016.

Inflasi tahunan volatile food menurun pada triwulan III 2016. Inflasi volatile food tercatat sebesar 7,47% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan II 2016 sebesar

Inflasi tahunan volatile food menurun pada triwulan III 2016. Inflasi volatile food tercatat sebesar 6,81% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan II 2016sebesar 6,92% (yoy). Perbaikan ini didorong oleh penurunan harga komoditas seperti daging ayam ras, cabai merah, d a n b a w a n g m e r a h y a n g d i s e b a b k a n o l e h terkendalinya permintaan serta kondisi pasokan yang cukup pasca musim panen.

Sementara itu, inflasi tahunan kelompok administered

prices mengalami peningkatan menjadi 2,36% (yoy)

pada triwulan III 2016 dari sebelumnya 1,91% (yoy) pada triwulan II 2016. Kondisi serupa juga dialami pada inflasi triwulanan yang turut meningkat. Pada triwulan laporan, kelompok ini mencatatkan inflasi sebesar 2,25% (qtq), setelah sebelumnya mencatatkan deflasi sebesar 0,83% (qtq). Selain itu, peningkatan inflasi juga disumbang oleh naiknya harga rokok pada akhir triwulan laporan yang disebabkan adanya isu kebijakan kenaikan harga rokok pada bulan September 2016.

Inflasi tahunan kelompok inti mengalami penurunan. Inflasi tahunan kelompok inti pada triwulan III 2016 turun menjadi 3,29% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan II 2016 yang 3,46% (yoy). Inflasi triwulanan kelompok inti juga mengalami penurunan menjadi 0,85% (qtq) pada triwulan III 2016 lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 1 , 0 7 % ( q t q ) . S a l a h s a t u k o m o d i t a s y a n g menyumbangkan kenaikan inflasi kelompok inti adalah harga kontrak rumah.

3.5.1. Inflasi Oktober 2016

Secara bulanan, pada Oktober 2016 Provinsi Jawa Tengah mengalami inflasi sebesar 0,05% (mtm) lebih rendah dibandingkan dengan inflasi September 2016 sebesar 0,09% (mtm). Demikian pula apabila dibandingkan dengan historis lima tahun terakhir yang sebesar 0,14% (mtm), capaian inflasi bulan ini juga lebih rendah. Dengan perkembangan tersebut, secara tahunan inflasi tercatat sebesar 2,81% (yoy), dan secara tahun kalender inflasi tercatat 1,57% (ytd). Sementara itu, inflasi Jawa Tengah masih tercatat lebih rendah dari inflasi nasional yang sebesar 0,14% (mtm) atau 3,31% (yoy).

Meredanya tekanan harga di bulan laporan

Dokumen terkait