KEUANGAN PEMERINTAH
2.1. Realisasi APBD Triwulan III 2016
Secara nominal, realisasi pendapatan dan belanja pemerintah pada triwulan III 2016 mengalami peningkatan dibandingkan tahun lalu. Realisasi pendapatan triwulan III 2016 tercatat sebesar Rp14,26 triliun, meningkat 12,35% dibandingkan realisasi pendapatan periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp12,69 triliun. Sementara itu, realisasi belanja juga meningkat sebesar 9,29% pada triwulan III 2016 dari sebelumnya Rp11,05 triliun menjadi Rp12,07 triliun pada triwulan laporan.
Dengan kondisi tersebut, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (Pemprov Jateng) mencatatkan surplus sebesar Rp2,18 triliun pada triwulan III 2016. Surplus ini lebih tinggi dibandingkan surplus pada triwulan III 2015 yang sebesar Rp1,64 triliun atau meningkat sebesar 32,89% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
KAJIAN EK ONOMI D AN KEU ANGAN RE GIONAL PRO VINSI J A W A TENGAH
Sumber: Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah APBD Provinsi Jawa Tengah T.A. 2015 dan T.A. 2016
Grafik 2.1 18,223 19,632 (1,409) 22,026 22,427 (401) (5,000) 5,000 10,000 15,000 20,000 25,000
PENDAPATAN BELANJA SURPLUS (DEFISIT)
RP MILIAR
T.A. 2015 T.A. 2016
Sumber: Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah Realisasi APBD Provinsi Jawa Tengah T.A. 2015 dan T.A. 2016
Grafik 2.2
PENDAPATAN BELANJA SURPLUS (DEFISIT)
III 2015 III 2016 RP MILIAR 12.695 11.052 1.643 14.263 12.079 2.184 2.000 4.000 6.000 8.000 10.000 12.000 14.000 16.000
Tabel 2.1 Anggaran & Realisasi APBD Jawa Tengah 2016 (Rp Miliar)
URAIAN APBD 2016 Realisasi III - 2016 % Realisasi
PENDAPATAN PAD
DANA PERIMBANGAN
TRANSFER PEMERINTAH PUSAT LAINNYA BELANJA
BELANJA TIDAK LANGSUNG BELANJA LANGSUNG SURPLUS/DEFISIT 22.026 13.811 8.153 62 22.427 16.039 6.388 (401) 14.263 8.302 5.907 54 12.079 8.937 3.142 2.184 64,75% 60,11% 72,45% 86,36% 53,86% 55,72% 49,19%
Postur APBD Provinsi Jawa Tengah pada 2016 meningkat dibandingkan tahun anggaran 2015. Anggaran pendapatan meningkat menjadi Rp22,03 triliun atau naik 20,87% dibandingkan tahun 2015. Begitu pula dengan anggaran belanja yang meningkat m e n j a d i R p 2 2 , 4 3 t r i l i u n a t a u n a i k 1 4 , 2 4 % dibandingkan tahun sebelumnya. Secara keseluruhan, defisit anggaran pada tahun 2016 mengalami pengurangan, dari sebelumnya defisit Rp1,41 triliun menjadi sebesar Rp401 miliar.
Ditinjau dari serapan terhadap anggaran, persentase realisasi pendapatan maupun belanja mengalami penurunan. Realisasi pendapatan triwulan laporan sebesar 64,75% dari APBD 2016, lebih rendah dibandingkan serapan pendapatan triwulan III 2015 yang sebesar 69,67%. Begitu pula realisasi belanja triwulan III 2016 sebesar 53,86% dari APBD 2016 yang lebih rendah dibandingkan triwulan III 2015 sebesar 56,30% dari APBD-P 2015.
2.1. Realisasi APBD Triwulan III 2016
Secara nominal, realisasi pendapatan dan belanja pemerintah pada triwulan III 2016 mengalami peningkatan dibandingkan tahun lalu. Realisasi pendapatan triwulan III 2016 tercatat sebesar Rp14,26 triliun, meningkat 12,35% dibandingkan realisasi pendapatan periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp12,69 triliun. Sementara itu, realisasi belanja juga meningkat sebesar 9,29% pada triwulan III 2016 dari sebelumnya Rp11,05 triliun menjadi Rp12,07 triliun pada triwulan laporan.
Dengan kondisi tersebut, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (Pemprov Jateng) mencatatkan surplus sebesar Rp2,18 triliun pada triwulan III 2016. Surplus ini lebih tinggi dibandingkan surplus pada triwulan III 2015 yang sebesar Rp1,64 triliun atau meningkat sebesar 32,89% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
KAJIAN EK ONOMI D AN KEU ANGAN RE GIONAL PRO VINSI J A W A TENGAH
Sumber: Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah APBD Provinsi Jawa Tengah T.A. 2015 dan T.A. 2016
Grafik 2.1 18,223 19,632 (1,409) 22,026 22,427 (401) (5,000) 5,000 10,000 15,000 20,000 25,000
PENDAPATAN BELANJA SURPLUS (DEFISIT)
RP MILIAR
T.A. 2015 T.A. 2016
Sumber: Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah Realisasi APBD Provinsi Jawa Tengah T.A. 2015 dan T.A. 2016
Grafik 2.2
PENDAPATAN BELANJA SURPLUS (DEFISIT)
III 2015 III 2016 RP MILIAR 12.695 11.052 1.643 14.263 12.079 2.184 2.000 4.000 6.000 8.000 10.000 12.000 14.000 16.000
Tabel 2.1 Anggaran & Realisasi APBD Jawa Tengah 2016 (Rp Miliar)
URAIAN APBD 2016 Realisasi III - 2016 % Realisasi
PENDAPATAN PAD
DANA PERIMBANGAN
TRANSFER PEMERINTAH PUSAT LAINNYA BELANJA
BELANJA TIDAK LANGSUNG BELANJA LANGSUNG SURPLUS/DEFISIT 22.026 13.811 8.153 62 22.427 16.039 6.388 (401) 14.263 8.302 5.907 54 12.079 8.937 3.142 2.184 64,75% 60,11% 72,45% 86,36% 53,86% 55,72% 49,19%
PAD
DANA PERIMBANGAN
TRANSFER PEMERINTAH PUSAT LAINNYA
58,21%
41,41%
0,38%
Grafik 2.5Kontribusi Pos Pendapatan Daerah Triwulan III 2016
Sumber: Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah
Grafik 2.6 Pertumbuhan Tahunan Pajak Daerah
dan Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah
Sumber: Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah
4 5 5 6 6 7 7 10 20 30 40 50 60 70 %, YOY %, YOY I II III IV II III IV I II III IV I 2012 2013 2014 I II 2015 III IV I 2016 II
PENDAPATAN PAJAK DAERAH PDRB - SKALA KANAN
III
KOMPONEN PENDAPATAN DAERAH III - 2015 III - 2016
Tabel 2.2 Realisasi Pendapatan Triwulan III 2015 & 2016
PENDAPATAN ASLI DAERAH
PAJAK DAERAH RETRIBUSI DAERAH
HASIL PENGELOLAAN KEKAYAAN DAERAH YG DIPISAHKAN LAIN-LAIN PAD YANG SAH
DANA PERIMBANGAN
DANA BAGI HASIL PAJAK/BUKAN PAJAK DANA ALOKASI UMUM
DANA ALOKASI KHUSUS
LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH
HIBAH
DANA PENYESUAIAN DAN OTONOMI KHUSUS DANA INSENTIF DAERAH
PENDAPATAN LAINNYA JUMLAH PENDAPATAN
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah
66,51% 62,59% 71,51% 100,06% 92,76% 78,01% 66,52% 83,33% 80,00% 74,45% 76,10% 74,25% 100,00% 100,20% 69,67% 60,11% 56,86% 75,28% 94,33% 79,66% 72,45% 68,42% 74,28% 72,51% 86,36% 63,74% 100,00% 160,10% -64,75%
Realisasi Belanja Daerah
Grafik 2.4
BELANJA LANGSUNG BELANJA TIDAK LANGSUNG 0 2 4 6 8 10 12 14 I II III IV II III IV I II III IV I 2012 2013 2014 I II2015III IV I 2016II
Sumber: Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah
RP TRILIUN
III
Realisasi Pendapatan Daerah
Grafik 2.3
PENDAPATAN ASLI DAERAH DANA PERIMBANGAN LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH
Sumber: Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 RP TRILIUN I II III IV II III IV I II III IV I 2012 2013 2014 I II 2015 III IV I 2016 II III
Sumber utama PAD berasal dari komponen pajak daerah, dengan peran sebesar 83% dari total PAD, diikuti oleh lain-lain PAD yang sah (12%), dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan (4%). Pada triwulan laporan, realisasi pajak daerah terbilang re n d a h s e h i n g g a m e n y e b a b k a n p e n u r u n a n pendapatan secara keseluruhan. Tercatat, realisasi pajak daerah sebesar 56,86%; lebih rendah dibandingkan triwulan III tahun lalu yang mencapai 62,59%. Rendahnya realisasi pajak daerah ini didorong oleh tiga hal; yakni i) perlambatan ekonomi yang mendorong masyarakat mengurangi pembelian kendaraan bermotor, ii) beralihnya preferensi pembelian mobil untuk tipe Low Cost Green Car (LCGC) yang memiliki pajak rendah, dan iii) sebagian warga atau perusahaan di Jawa Tengah lebih memilih membeli mobil di luar Jawa Tengah karena tarif pajak yang lebih rendah, sehingga penerimaan pajak berada di luar Jawa Tengah. Hal tersebut menyebabkan serapan pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) menjadi rendah.
2.1.1. Realisasi Pendapatan Triwulan III 2016
Realisasi pendapatan Provinsi Jawa Tengah sampai dengan triwulan III 2016 sebesar 64,75% dari APBD 2016, lebih rendah dibandingkan dengan triwulan III 2015 yang sebesar 69,67%. Realisasi pendapatan di triwulan ini masih juga lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata realisasi pendapatan lima tahun terakhir yang sebesar 74,44%. Namun demikian, penurunan persentase realisasi ini terjadi pada komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan (Daper).
Penurunan PAD dan Daper memengaruhi realisasi pendapatan daerah secara keseluruhan. Hal tersebut dikarenakan sumber utama pendapatan daerah Jawa Tengah berasal dari kedua pos tersebut. Pangsa PAD menurun menjadi 58,21% dari sebelumnya 63,22% pada triwulan III 2015. Peningkatan ini mengindikasikan menurunnya kemandirian fiskal Pemprov. Sementara itu, pangsa Daper meningkat menjadi 41,41% pada triwulan III 2016 dari sebelumnya 15,07% pada triwulan III 2015.
Sejalan dengan hal tersebut, pertumbuhan pajak daerah yang terkumpul pada triwulan III 2016 mengalami penurunan. Pajak daerah yang terkumpul turun 7,01% (yoy), mengalami kontraksi dibandingkan triwulan lalu yang tumbuh 27,63% (yoy). Hal ini sejalan dengan perlambatan pertumbuhan PDRB triwulan laporan. Berdasarkan informasi Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Aset Daerah (DPPAD), target pendapatan daerah diperkirakan tidak akan mencapai target dan mengalami penurunan sebesar Rp1,6 triliun pada akhir tahun 2016. Langkah yang ditempuh oleh Pemprov semenjak triwulan III 2016 untuk meningkatkan kesehatan fiskal daerah yakni optimalisasi penerimaan pajak kendaraan bermotor yang bekerja sama dengan Kepolisian RI hingga di tingkat kecamatan.
Komponen lain-lain PAD yang sah mengalami penurunan realisasi dari 92,76% pada triwulan III 2015 menjadi 79,66% pada triwulan laporan. Penurunan pendapatan ini sejalan dengan penurunan Dana Pihak Ketiga (DPK) pemerintah daerah dari sebelumnya 25,23% (yoy) pada triwulan III 2015 menjadi kontraksi 15,91% (yoy) pada triwulan III 2016, serta penurunan Suku Bunga Tertimbang (SBT) dari 3,83% pada triwulan III 2015 menjadi 3,46% pada triwulan laporan.
B e r d a s a r k a n k o m p o n e n D a p e r, s u m b e r pendapatan utamanya berasal dari Dana Alokasi
Khusus/DAK, dengan peran sebesar 66% dari total Daper, diikuti oleh Dana Alokasi Umum/DAU (23%), dan Dana Bagi Hasil/DBH (11%). Meningkatnya DAK ini sejalan dengan pemberian Bantuan Operasional Sekolah (BOS) di tahun 2016 yang mengalami peningkatan. Semenjak tahun ini anggaran bagi SMA/SMK dikelola Dinas Pendidikan (Dindik) Provinsi, yang sebelumnya dikelola oleh kabupaten/kota. Tercatat, realisasi pendapatan DAK sebesar 72,51%, melambat dibandingkan triwulan III 2015 yang sebelumnya sebesar 80%. Sementara itu, peningkatan persentase serapan terjadi pada Dana Bagi Hasil/DBH yang naik menjadi 68,42%, dari sebelumnya 66,52% di triwulan III 2015. Berbeda dengan pola historisnya yang selalu stabil, realisasi DAU tercatat menurun dengan realisasi sebesar 74,28%; meskipun secara nominal meningkat dari sebelumnya Rp1,35 triliun menjadi Rp1,38 triliun.
Lebih lanjut, komponen Lain-lain Pendapatan D a e r a h y a n g S a h t e r c a t a t m e n g a l a m i peningkatan. Pada triwulan laporan, realisasi pos ini tercatat sebesar 86,36%; meningkat dibandingkan triwulan yang sama di tahun 2015 sebesar 74,45%. Meningkatnya pendapatan dana insentif daerah mampu menopang perekonomian. Adapun realisasi pendapatan seluruhnya berasal dari pos hibah dan Dana Penyesuaian & Otonomi Khusus dengan masing-masing persentase realisasi sebesar 63,74% dan 100,00%. KAJIAN EK ONOMI D AN KEU ANGAN RE GIONAL PRO VINSI J A W A TENGAH KAJIAN EK ONOMI D AN KEU ANGAN RE GIONAL PRO VINSI J A W A TENGAH
PAD
DANA PERIMBANGAN
TRANSFER PEMERINTAH PUSAT LAINNYA
58,21%
41,41%
0,38%
Grafik 2.5Kontribusi Pos Pendapatan Daerah Triwulan III 2016
Sumber: Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah
Grafik 2.6Pertumbuhan Tahunan Pajak Daerah
dan Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah
Sumber: Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah
4 5 5 6 6 7 7 10 20 30 40 50 60 70 %, YOY %, YOY I II III IV II III IV I II III IV I 2012 2013 2014 I II 2015 III IV I 2016 II
PENDAPATAN PAJAK DAERAH PDRB - SKALA KANAN
III
KOMPONEN PENDAPATAN DAERAH III - 2015 III - 2016
Tabel 2.2 Realisasi Pendapatan Triwulan III 2015 & 2016
PENDAPATAN ASLI DAERAH
PAJAK DAERAH RETRIBUSI DAERAH
HASIL PENGELOLAAN KEKAYAAN DAERAH YG DIPISAHKAN LAIN-LAIN PAD YANG SAH
DANA PERIMBANGAN
DANA BAGI HASIL PAJAK/BUKAN PAJAK DANA ALOKASI UMUM
DANA ALOKASI KHUSUS
LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH
HIBAH
DANA PENYESUAIAN DAN OTONOMI KHUSUS DANA INSENTIF DAERAH
PENDAPATAN LAINNYA JUMLAH PENDAPATAN
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah
66,51% 62,59% 71,51% 100,06% 92,76% 78,01% 66,52% 83,33% 80,00% 74,45% 76,10% 74,25% 100,00% 100,20% 69,67% 60,11% 56,86% 75,28% 94,33% 79,66% 72,45% 68,42% 74,28% 72,51% 86,36% 63,74% 100,00% 160,10% -64,75%
Realisasi Belanja Daerah
Grafik 2.4
BELANJA LANGSUNG BELANJA TIDAK LANGSUNG 0 2 4 6 8 10 12 14 I II III IV II III IV I II III IV I 2012 2013 2014 I II2015III IV I 2016II
Sumber: Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah
RP TRILIUN
III
Realisasi Pendapatan Daerah
Grafik 2.3
PENDAPATAN ASLI DAERAH DANA PERIMBANGAN LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH
Sumber: Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 RP TRILIUN I II III IV II III IV I II III IV I 2012 2013 2014 I II 2015 III IV I 2016 II III
Sumber utama PAD berasal dari komponen pajak daerah, dengan peran sebesar 83% dari total PAD, diikuti oleh lain-lain PAD yang sah (12%), dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan (4%). Pada triwulan laporan, realisasi pajak daerah terbilang re n d a h s e h i n g g a m e n y e b a b k a n p e n u r u n a n pendapatan secara keseluruhan. Tercatat, realisasi pajak daerah sebesar 56,86%; lebih rendah dibandingkan triwulan III tahun lalu yang mencapai 62,59%. Rendahnya realisasi pajak daerah ini didorong oleh tiga hal; yakni i) perlambatan ekonomi yang mendorong masyarakat mengurangi pembelian kendaraan bermotor, ii) beralihnya preferensi pembelian mobil untuk tipe Low Cost Green Car (LCGC) yang memiliki pajak rendah, dan iii) sebagian warga atau perusahaan di Jawa Tengah lebih memilih membeli mobil di luar Jawa Tengah karena tarif pajak yang lebih rendah, sehingga penerimaan pajak berada di luar Jawa Tengah. Hal tersebut menyebabkan serapan pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) menjadi rendah.
2.1.1. Realisasi Pendapatan Triwulan III 2016
Realisasi pendapatan Provinsi Jawa Tengah sampai dengan triwulan III 2016 sebesar 64,75% dari APBD 2016, lebih rendah dibandingkan dengan triwulan III 2015 yang sebesar 69,67%. Realisasi pendapatan di triwulan ini masih juga lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata realisasi pendapatan lima tahun terakhir yang sebesar 74,44%. Namun demikian, penurunan persentase realisasi ini terjadi pada komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan (Daper).
Penurunan PAD dan Daper memengaruhi realisasi pendapatan daerah secara keseluruhan. Hal tersebut dikarenakan sumber utama pendapatan daerah Jawa Tengah berasal dari kedua pos tersebut. Pangsa PAD menurun menjadi 58,21% dari sebelumnya 63,22% pada triwulan III 2015. Peningkatan ini mengindikasikan menurunnya kemandirian fiskal Pemprov. Sementara itu, pangsa Daper meningkat menjadi 41,41% pada triwulan III 2016 dari sebelumnya 15,07% pada triwulan III 2015.
Sejalan dengan hal tersebut, pertumbuhan pajak daerah yang terkumpul pada triwulan III 2016 mengalami penurunan. Pajak daerah yang terkumpul turun 7,01% (yoy), mengalami kontraksi dibandingkan triwulan lalu yang tumbuh 27,63% (yoy). Hal ini sejalan dengan perlambatan pertumbuhan PDRB triwulan laporan. Berdasarkan informasi Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Aset Daerah (DPPAD), target pendapatan daerah diperkirakan tidak akan mencapai target dan mengalami penurunan sebesar Rp1,6 triliun pada akhir tahun 2016. Langkah yang ditempuh oleh Pemprov semenjak triwulan III 2016 untuk meningkatkan kesehatan fiskal daerah yakni optimalisasi penerimaan pajak kendaraan bermotor yang bekerja sama dengan Kepolisian RI hingga di tingkat kecamatan.
Komponen lain-lain PAD yang sah mengalami penurunan realisasi dari 92,76% pada triwulan III 2015 menjadi 79,66% pada triwulan laporan. Penurunan pendapatan ini sejalan dengan penurunan Dana Pihak Ketiga (DPK) pemerintah daerah dari sebelumnya 25,23% (yoy) pada triwulan III 2015 menjadi kontraksi 15,91% (yoy) pada triwulan III 2016, serta penurunan Suku Bunga Tertimbang (SBT) dari 3,83% pada triwulan III 2015 menjadi 3,46% pada triwulan laporan.
B e r d a s a r k a n k o m p o n e n D a p e r, s u m b e r pendapatan utamanya berasal dari Dana Alokasi
Khusus/DAK, dengan peran sebesar 66% dari total Daper, diikuti oleh Dana Alokasi Umum/DAU (23%), dan Dana Bagi Hasil/DBH (11%). Meningkatnya DAK ini sejalan dengan pemberian Bantuan Operasional Sekolah (BOS) di tahun 2016 yang mengalami peningkatan. Semenjak tahun ini anggaran bagi SMA/SMK dikelola Dinas Pendidikan (Dindik) Provinsi, yang sebelumnya dikelola oleh kabupaten/kota. Tercatat, realisasi pendapatan DAK sebesar 72,51%, melambat dibandingkan triwulan III 2015 yang sebelumnya sebesar 80%. Sementara itu, peningkatan persentase serapan terjadi pada Dana Bagi Hasil/DBH yang naik menjadi 68,42%, dari sebelumnya 66,52% di triwulan III 2015. Berbeda dengan pola historisnya yang selalu stabil, realisasi DAU tercatat menurun dengan realisasi sebesar 74,28%; meskipun secara nominal meningkat dari sebelumnya Rp1,35 triliun menjadi Rp1,38 triliun.
Lebih lanjut, komponen Lain-lain Pendapatan D a e r a h y a n g S a h t e r c a t a t m e n g a l a m i peningkatan. Pada triwulan laporan, realisasi pos ini tercatat sebesar 86,36%; meningkat dibandingkan triwulan yang sama di tahun 2015 sebesar 74,45%. Meningkatnya pendapatan dana insentif daerah mampu menopang perekonomian. Adapun realisasi pendapatan seluruhnya berasal dari pos hibah dan Dana Penyesuaian & Otonomi Khusus dengan masing-masing persentase realisasi sebesar 63,74% dan 100,00%. KAJIAN EK ONOMI D AN KEU ANGAN RE GIONAL PRO VINSI J A W A TENGAH KAJIAN EK ONOMI D AN KEU ANGAN RE GIONAL PRO VINSI J A W A TENGAH
BELANJA PEGAWAI BELANJA BARANG BELANJA MODAL BELANJA BANTUAN SOSIAL
Grafik 2.10Realisasi APBN Provinsi Jawa Tengah 2016
Berdasarkan Jenis Belanja
Sumber:DJPB Kanwil Jawa Tengah Kemenkeu, diolah
50,64% 31,96% 16,88% 0,52% BELANJA PEGAWAI BELANJA BARANG BELANJA MODAL BELANJA BANTUAN SOSIAL
Grafik 2.9Alokasi APBN Provinsi Jawa Tengah 2016
Berdasarkan Jenis Belanja
Sumber:DJPB Kanwil Jawa Tengah Kemenkeu, diolah
40,43%
34,93%
23,91%
0,73%
Grafik 2.8 Pertumbuhan Tahunan Belanja Bagi Hasil
Kepada Kabupaten/Kota dan PAD
Sumber: Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah
I II III IV II III IV I II III IV I 2012 2013 2014 I II 2015 III IV I 2016 II BELANJA BAGI HASIL KPD KAB/KOTA PAD
(15) (10) (5) 5 10 15 20 25 30 35 40 (100) (50) 50 100 150 200 %, YOY %, YOY III
2.1.2. Realisasi Belanja Triwulan III 2016
Pada triwulan III 2016, realisasi belanja Provinsi Jawa Tengah sebesar 53,86% dari total anggaran belanja 2016. Angka ini lebih rendah dibandingkan dengan persentase realisasi periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 56,30%. Menurunnya persentase realisasi ini terutama didorong oleh penghematan yang dilakukan Pemprov Jateng di tengah penerimaan pendapatan yang relatif rendah.
Realisasi belanja tidak langsung mengalami penurunan pada triwulan laporan. Realisasi pada