• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRUKTUR ORGANISASI

4.2. Karakteristik Informan

4.2.2. Informan Berdasarkan Strata (pemilik modal/toke) 1). Bapak Amrizal

Sebelum tsunami bapak Amrizal adalah seorang petani. Kehidupannya sangat sederhana dengan berpenghasilan yang sangat pas-pasan untuk makan sehari-hari. Pak Amrizal menikah pada tahun 2005 setelah stunami. Disaat baru menikah pak amrizal masi tinggal di rumah mertuanya dikarenakan pak amrizal belum sanggup membangun rumah sendiri. Pak Amrizal tiga orang anak, ketiga anak pak Amrizal semuanya berjenis klamin perempuan, dan anak pak Amrizal yang pertama masi kelas 4 SD, yang kedua TK dan yang ke tiga masi belum sekolah.

Pak Amrizal adalah salah satu orang yang berhasil dalam menggambil emas di pertambangan emas tersebut dan sekarang menjadi toke yang memiliki 8 orang pekerja. Pak Amrizal menceritakan tentang kehidupannya sebelum dia bekerja mengambil emas tersebut. Kata pak Amrizal “Kehidupan saya dulu dengan sekarang sangat jauh berbeda karena hasil dari pertambangan emas tersebut sangat besar dari pada hasil menanam padi. Dan walaupun menambang bukan pekerjaan yang mudah.’

Pak Amrizal mulai pertama kali mengambil emas pada tahun 2009. Pada saat itu pak Ambrizal bekerja sendiri. Setiap harinya pak Ambrizal mengambil batu emas satu atau 2 goni untuk di bawa pulang dan diproses menjadi emas. Setelah batu-batu itu di proses dengan alat-alat yang sederhana pak Ambrizal mendapat 1 sampai 3 mayam emas setiap

harinya. Dan emas itu di jual ke toko-toko emas terdekat yang satu mayamnya dihargai 1 sampai 3 juta dan hasil dari penjualan itu pak Amrizal kumpulkan sampai akhir 2009.

Pada awal 2010 di saat uangnya sudah banyak terkumpul dan di jadikan modal. Barulah pak Amrizal mencari orang kerja agar dapat membantu dia untuk menggambil batu emas dan memproses nya menjadi emas. Dan pak Amrizal juga membeli alat-alat yang akan digunakan untuk memudahkan mengolah batu-batu tersebut menjadi emas. Pak Ambrizal sekarang dapat mempekerjakan 8 orang, 7 orang dari luar yaitu dari bogor dan jawa dan 1 orang dari daerah sendiri. Pak Amrizal lebih banyak memperkerjakan orang dari luar daerah dikarena mereka lebih mengerti tentang mengambil dan menggelola batu emas tersebut, dan menurut pak Ambrizal orang yang dari daerah luar kerjanya lebih giat dari pada orang dari daerah sendiri. Pada tahun 2010 juga pak Amrizal menyuruh para pekerjanya menjadi anggota koperasi.

Adapun sistem pembayaran pekerja yaitu dengan cara presentase atau membagi hasil 60 % untuk pengusaha 40 % untuk pekerja. Dari hasil 60 % tersebut pengusaha keluarkan lagi untuk, koperasi dan semua biaya untuk keperluan pekerja (misalnya untuk makan sehari-hari, pengobatan dan rokok).

Setelah mendapatkan pekerja dalam empat bulan mereka terus mengambil batu emas dan memperoleh hasil sebanyak 60 karung batu emas setelah di proses mendapatkan emas sebesar 3 kilo 3 ons dan di jual ketoko emas. Dari hasil tersebut pak Amrizal baru berinvestasi dengan membeli kebun sawit seluas 100 hektar, mendirikan pabrik padi, tetapi kurang berjalan dikarenakan kurangnya petani yang menggolah padinya, di karenakan banyak petani sudah beralih pekerjaan menjadi penambang dan lahan pertanian pun tidak seluas dulu sebelum terjadinya tsunami dan pak Amrizal pun mendirikan sebuah rumah yang berkonsep mini malis yang sangat nyaman dari pada rumah sebelumnya.

Menurut pak Amrizal kondisi sosial ekonomi masyarakat di sekitar tersebut sudah meningkat dari sebelumnya. Dikarenakan tidak hanya orang-orang yang bekerja di penambangan aja yang mendapatkan hasil tetapi orang-orang yang bekerja di sektor-sektor lain juga di untungkan. Seperti usaha penjualan sembako, sorum-sorum kereta, bengkel, dan toko-toko bangunan.

Pak Amrizal juga mengatakan “dengan ada atau di temukannya pertambangan emas tersebut sangat membawa dampak baik untuk kehidupan perekonomiannya dan perekonomian masyarakat di sekitar. Bahkan bukan saja orang yang dari daerah kampong sendiri yang mengambil emas tersebut melainkan banyak orang-orang yang bukan penduduk kampong tersebut yang mengambil emas tersebut. Dan banyak yang sudah berhasil. Tetapi tidak sedikit juga yang tidak berhasil dan tidak mendapatkan apa-apa dari pengambilan emas di pertambangan tersebut, di karenakan lokasinya kurang tepat dan tidak ada mengandung emasnya dan cara pengambilan orang kerja ada orang kerja kurang giat dan ada yang kurang ahli didalam mengebor batu.”

Pak Ambrizal sempat berenti dari bulan agustus sampai awal November 2012 untuk mengambil emas di karenakan tidak adanya dana untuk menggaji para pekerja, semua uang dari hasil penambangan sebelumnya sudah digunakan untuk investasi masa depan dan membuat rumah. Dan awal September 2012 pak Ambrizal melanjutkan lagi setelah mendapatkan uang dari usaha yang lainnya dan bisa membiayai para pekerja lagi. Tetapi sangat disayangkan dari awal tahun 2013 gunung emasnya tidak seperti tahun 2009-2011, sekarang hasil gunung emasnya sudah sangat berkurang. Sehingga banyak toke-toke yang sudah bangkrut.

2). Bapak M. Nazar

Pak M.Nazar adalah salah satu orang yang berhasil dalam pengambilan emas di gunung ujen dan sekarang menjadi toke yang memperkerjakan orang untuk menggambil

emas. Dia memiliki seorang istri yang bernama Rita Anggraini dan satu orang anak bernama Nazuwa Dwi Azzahra yang masi berumur 5 (lima tahun).

Pak Nazar berasal dari keluarga yang kurang mampu sehingga dia hanya bersekolah sampai SD saja dan tidak melanjutkan lagi sekolah karena tidak adanya biaya. Dia ingin mengubah nasibnya menjadi lebih baik dari yang dulu. Tetapi tetap saja setelah dia menikah dan punya keluarga pun dia masi hidup pas-pasan dengan gaji dari kened mobil angkutan barang kurang lebih sebesar 600.000 ribu perbulan.

Pada tahun 2009 setelah terjadinya tsunami di Aceh dan di temukannya pertambangan emas di gunong ujen, dia langsung beralih pekerjaan, yaitu mengambil emas digunung ujen. Pertama dia mengetahui bahwa di tempat tersebut ada pertambangan emas karena sudah banyak orang yang menggambilnya dan sudah sukses. Akhirnya dengan modal yang sangat sedikit dia tekat mengambil emas tersebut sendiri dengan niat agar dapat menggubah kehidupannya agar lebih baik lagi. Dan dia pun berhenti menjadi kened mobil angkutan barang.

Setiap harinya pak Nazar menggambil satu karung kecil batu emas dan di bawa pulang dengan kereta untuk diproses menjadi emas. Setelah diproses menjadi emas pak Nazar mendapatkan hasil 10 ons. Pak Nazar tidak kecewa walaupun mendapatkan emas hanya sedikit. Pak Nazar terus berusaha dan bekerja keras hingga pertengahan tahun 2009 pak Nazar mendapatkan modal dari hasil emas yang dia kumpulkan selama beberapa bulan. Dengan uang 10 juta rupiah pak Nazar mencoba mencari tenaga kerja sebanyak 4 (empat) orang dari daerah sendiri dan pak Nazarnya sebagai pengawasnya.

Dengan empat orang pekerja pak Nazar mendapatkan hasil dari emas tersebut sebesar 500 juta. Dengan dana tersebut pak Nazar menambah pekerja sebanyaka empat orang lagi sehingga menjadi delapan orang dan cari pengawas dua orang dari daerah lain.

Pak Nazar mengatakan “dari yang sebelum-sebelumnya pada awal tahun 2010 lah saya mendapatkan hasil yang sangat banyak yaitu mendapatkan emas sebanyak 50 kg dan saya terus menambah tenaga kerja dari delapan orang menjadi tiga puluh orang. Dan akhirnya sekarang saya mendapatkan hasil mencapai angka miliyaran. Sekarang saya sudah mempunyai tujuh puluh orang tenaga kerja. Hasil yang semulanya tidak pernah saya fikirkan”.

Sekarang pak Nazar menjadi orang yang sangat sukses dan berhasil dalam menggelola pertambangan emas tersebut. Dari hasil tersebut pak Nazar telah membuat toko tiga pintu di Banda Aceh, membuat rumah seharga 1,8 miliyar, POM bensin yang hamper beroprasi, menyumbang untuk koperasi dan membangun sebuah pabrik emas bersama pengusaha lainnya yang bernama PT. Ujung Sumatra dengan dana 45 miliyar. Pabrik ini bias menggolah, Emas, Besi, perunggu dan timah.

Menurut pak Nazar “pertambangan emas ini akan bertahan lama dikarenakan luasnya mencapai 1000 ha sedangkan lokasi yang sudah menjadi usaha koperasi untuk pertambangan rakyat hanya 30 ha. Selebihnya mungkin dapat digunakan untuk generasi selanjutnya, tetapi sekarang hasil yang saya dapatkan tidak seperti dulu lagi, dikarenakan sekarang hasil drai pertambangan mulai berkurang, sehingga POM bensin saya juga harus ditunda dulu”.