• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA

2.5. Solidaritas Sosial

Dalam hubungan atau organisasi yang menganut solidaritas mekanik, yang diutamakan adalah persamaan perilaku dan sikap. Persamaan prilaku dan sikap ini sangat ditentukan oleh proses sosialisasi dalam pembelajaran nilai dan norma yang ada dalam masyarakat. Persamaan prilaku dan sikap sanggat mendukung kerjasama yang baik dalam mengelola pertambangan emas dan koperasi pesahoe rakan. Apabila prilaku dan sikap yang baik sudah dipelajari atau dibiasakan semenjak kecil, maka apa yang di harapkan masyarakat akan lebih mudah terwujud, karena proses pembelajaran prilaku dan sikap ini tidak dimulai saat

berkerja. Jadi kerjasama mengelola pertambangan emas dan koperasi yang ada di desa Keude Krueng Sabee sebaiknya menganut solidaritas mekanik.

Para anggota organisasi yang diikat oleh apa yang dinamakan kesadaran kolektif atau hati nurani kolektif (collective conscience) yang merupakan suatu kesadaran bersama yang mencakup keseluruhan kepercayaan dan perasaan kelompok atau organisasi yang bersifat ekstren serta memaksa. Sedangkan solidaritas organik merupakan solidaritas yang mengikat masyarakat kompleks yang telah mengenal pembagian kerja yang rinci dan dipersatukan oleh kesalingtergantungan antara bagian. Tiap anggota menjalankan peran berbeda dan diantara berbagai peran yang ada terdapat kesalingtergantungan antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya, karena adanya kesalingtergantungan ini maka ketidak hadiran pemegang peran tertentu akan mengakibatkan gangguan pada kelangsungan hidup masyarakat (Kamanto Sunarto, 2001 hal 134).

Masyarakat desa Keude Krueng Sabee belum termaksud masyarakat yang modern (kompleks), maka kerjasama dalam mengelola pertambangan emas dan koperasi ini tidak sepenuhnya menganut solidaritas organik tetapi sungguhpun demikian pengaruh solidaritas organik ini juga ada, karena dari pembahagian kerja dalam mengelola kegiatan tersebut, walaupun tidak serinci pembagian kerja yang ada di masyarakat modern, kita juga melihat adanya saling ketergantungan diantara mereka dalam bekerja, jadi jika ada ketidak hadiran (ketidak seriusan) mengelola kegiatan tersebut dpt juga mengakibatkan gangguan pada kelangsungan hidup proses pengendalian sosial (mengendalikan kemnali prilaku dan sikap) itu perlu, agar gangguan (kekacauan, tidak berkepanjangan. Pengendalian sosial ini bisa ditempuh melalui bentuk-bentuk akomodasi, bentuk

akomodasi yang diambil disesuaikan dengan akibat-akibat dari gangguan atau kekacauan yang terjadi dalam masyarakat.

Berkaitan dengan perkembangan masyarakat, Durkheim melihat masyaratkat berkembang dari masyarakat sederhana menuju masyarakat modern. Salah satu komponen utama masyarakat yang menjadi pusat perhatian Durkheim dalam memperhatikan perkembangan masyarakat adalah bentuk solidaritas sosialnya. Masyarakat sederhana memiliki bentuk solidaritas sosial yang berbeda dengan solidaritas sosial yang ada pada masyarakat modern. Masyarakat sederhana mengembangkan bentuk solidaritas sosial mekanik, sedangkan pada masyarakat modern mengembangkan bentuk solidaritas sosial organik. Jadi, berdasarkan bentuknya, solidaritas sosial masyarakat terdiri dari dua bentuk, yaitu: (1) solidaritas sosial mekanik, dan (2) solidaritas sosial organik.

Menurut Durkheim, berdasarkan hasilnya solidaritas dapat dibedakan antara solidaritas positif dan solidaritas negatif. Solidaritas negatif tidak menghasilkan integrasi apapun dan dengan demikian tidak memiliki kekhususan, sedangkan solidaritas positif dpat dibedakan berdsarkan ciri-ciri:

1. Solidaritas positif meningkat individu pada masyarakat secara langsung, tanpa perantara,. Pada solidaritas positif yang lainnya, individu tergantung dari masyarakat tersebut.

2. Solidaritas positif yang kedua adalah suatu sistem fungsi-fungsi yang berbeda dan khusus yang menyatukan hubungan-hubungan yang tetap, walaupun sebenarnya kedua masyarakat tersebut hanya satu saja. Keduanya hanya merupakan dua wajah dari satu kenyataan yang sama, namun perlu dibedakan,

3. Dari perbedaan yang kedua itu muncul perbedaan yang ketiga yang akan memberi ciri dan nama kepada kedua solidaritas itu. Ciri-ciri tipe kolektif tersebut adalah individu meruopakan bagian dari masyarakat yang tidak terpisahkan, tetapi berbeda peranan dan fungsinya didalam masyarakat, namun masih tetap dalam satu kesatuan.

Dalam masyarakat, manusia hidup bersama dan berinteraksi sehingga timbul rasa kebersamaan diantara mereka. Rasa kebersamaan ini milik masyarakat yang secara sadar menimbulkan perasaan kolektif, selanjutnya, prasaan kolektif yang merupakan akibat (resultant) dari kebersamaan merupakan hasil aksi dari reaksi diantara kesadaran individu. Jika setiap kesadaran individual itu menggembangkan perasaan kolektif, hal itu bersumber dari dorongan khusus yang berasal dari kesadaran kolektif tersebut. Pada saat solidaritas mekanik memainkan peranannya, kepribadian tiap individu boleh dikatakan lenyap, karena ia bukanlah diri individu lagi, melainkan hanya sekedar makhliuk sosial kolektif. Jadi, masing-masing individu diserap dalam kepribadian kolektif.

Hal semacam ini sangat dibutuhkan dalam kerja sama mengelola suatu usaha. Oleh karena itu solidaritas mekanik perlu dibentuk dalam kerja sama tersebut agar timbul rasa kebersamaan dan rasa memiliki yang besar, sehingga kepribadian atau perbedaan tiap individu dapat diperkecil dan bila perlu dihilangkan , supaya gangguan-gangguan dapat diatasi.

Kesadaran kolektif itu mempunyai sifat keagamaan, karena mengharuskan rasa hormat serta ketaatan. Individu-individu selalu tunduk kepada kolektivitas. Isinya yang kongret berbeda-beda dari masyarakat satu dan masyarakat lainya

sesuai dengan keadaan dimana masyarakat itu ada. Melanggar keyakinan-keyakinan bersama akan menimbulkan reaksi yang hebat dan emosional. Untuk yang bersalah akan dihukum, ini termasuk contoh pengendalian sosial yang bersifat represif yaitu mencegah setelah terjadinya pelanggaran agar dapat memulihkan keadaan seperti sebelum pelanggaran terjadi, sebaiknya pengendalian sosial yang diambil dalam kerja sama ini adalah pengendalian sosial yang bersifat preventif yaitu salah satu cara yang dilakukan sebelum terjadinya pelanggaran atau mencegah sebelum terjadi. dengan cara mensosialisasikan norma-norma yang ada kepada anggota masyarakat, perlu diingat bahwa proses sosialisasi ini bukan pada saat anggota masyarakat mulai bekerja, tapi jauh sebelum yang mulai sejak lahir sudah dibiasakan hal-hal yang baik untuk di pelajari dan di jadikan sebagai prilaku dan sikap sehari-hari.

BAB IIl