• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.5. Pengelolaan Modal Usaha Koperasi

5.5.2. Pendayagunaan Modal

Modal yang diperoleh koperasi hendaknya didayagunakan untuk memenuhi kebutuhan para anggota koperasi sesuai dengan bidang usaha yang dijalankan koperasi.

Pada berbagai jenis koperasi, pendayagunaan modal dibedakan oleh kebutuhan, kemanfaatan, dan kegunaanya bagi para anggotanya.

- Pada koperasi-koperasi yang bergerak dibidang jasa, seperti koperasi simpan pinjam, koperasi angkutan, dan lain-lain titik berat penggunaan modal yaitu untuk mempertinggi tingkat pelayanan jasa-jasa kepada anggotanya.

- Pada koperasi-koperasi produksi, titik berat penggunaan modal yaitu untuk mempertinggi produktivitas para anggotanya.

- Pada koperasi-koperasi yang bergerak di bidang pemasaran, titik berat pendayagunaan modal yaitu untuk mempertinggi kualitas hasil/produk para anggotanya agar para anggotanya dapat memperoleh harga layak dari jeripayahnya.

- Pada koperasi-koperasi konsumsi, titik berat penggunaan modal tertuju pada pemenuhan kebutuhan para anggotanya, terutama kebutiuhan sehari-hari.

- Pada koperasi-koperasi aneka usaha (multypurpose) modal koperasi didayagunakan untukberbagai kegiatan dengan titik berat pada kebutuhan utama para anggotanya, bukan pada yang paling menguntungkan koperasi.

Dari uraian tersebut jelas bahwa pengurus dalam mendayagunakan modal koperasinya harus bertitik berat pada usaha-usaha pemuasan kebutuhan/kepentingan para anggotanya, jadi berbeda dengan badan-badan usaha lain yang pendayagunaan modalnya dititik beratkan pada usaha yang paling menguntungkan, tidak peduli apakah dititik beratkan pada usaha yang paling menguntungkan, tidak peduli apakah usahanya itu

dalam pendayagunaan modal koperasi para pengurus dituntut untuk lebih mengarahkan kecerdasan, kejelian dan fleksibilitas mengutamakan usaha-usaha yang dapat memuaskan pemenuhan kebutuhan/ kepentingan para anggotanya, yang mana usaha-usaha tersebut dapat pula mendatangkan usaha-usaha yang wajar/layak (bukan usaha-usaha yang merugi).

Penggunaan modal dari simpanan sukarela secara giro sebaiknya digunakan untuk cadangan, itupun sebaiknya dilakukan kesepakatan dulu dengan penyimpannya agar dapat dipakai untuk suatu putaran usaha, dengan demikian penarikan dana tersebut secara mendadak sebelum putaran usaha selesai tidak akan terganti.

Dalam pendayagunaan modal kerja terdapat 3 konsep yang sebaiknya diketahui oleh para pengurus, yaitu:

a. Konsep kuantitatif.

Disini mendasarkan pada kuantitatif daripada dana yang tertanam dalam unsur-unsur aktiva lancar di mana aktiva tersebut merupakan aktiva yang sekali berputar kembali dalam bentuk semula atau akan terbebas lagi dalam waktu yang pendek.

b Konsep kualitatif.

Modal kerja disini dikaitkan dengan besarnya jumlah utang lancar/yang segera harus dikembalikan, dengan demikian maka setelah satu putaran usaha maka utang-utang itu segera harus disisihkan untuk dipersiapkan pengembalian bila ditagiholeh si pemberi pinjaman, dengan demikian maka usaha selanjutnya akan dibiayai dengan aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan tanpa mengganggu likuiditasnya.

Konsep ini mendasarkan pada fungsi dari pada dana dalam menghasilkan sesuatu (pelayanan, Produk, pemasaran dan lain-lain) yang memuaskan pemenuhan kepentingan para anggota sambil mendatangkan pendataan yang wajar.

Jika dalam mendayagunakan modal kerja yang menjadi pemikiran pengurus, seharusnya kalau modal tersebut digunakan dalam pembiayaan operasi akan kembali utuh disertai tujuan pemuasan dalam pemenuhan kepentingan para anggotanya dapat tercapai dan adanya perolehan/pendapatan yang wajar guna membiayai operasi selanjutnya. Dalam hal menggunakan pinjaman untuk membiayai operasi maka setelah putaran usaha selesai, dana dari pinjaman sedapat mungkin harus dijaga keutuhannya, sehingga sewaktu-waktu atau pada saat tertentu, pengembaliannya dapat dilakukan dengan memuaskan, dan dengan cara demikian koperasi akan tenang dalam melakukan operasi-operasi selanjutnya menuju pada perkembangan yanng diharapkan.

Pengurus harus pula berpikiran dalam pendayagunaan modal tersebut, bahwa betapapun menariknya dan kadang-kadang tidak dapat dihindarkan penggunaan modal ekstern, tetapi alangkah baik dan aman nya bagi tiap-tiap koperasi kalau menggunakan modal intern dengan berusaha memupuk modal ini dengan sebaik-baiknya sampai mencapai kuantitas yang besar, dan hal ini memang memungkinkan kalu terdapat memberrelationship yang sehat (melalui segala simpanan seperti yang telah dikemukakan) dan aktivitas serta pengelolaan usaha koperasi yang sehat pula. Dengan demikian koperasi dapat menghindarkan diri dari ketergantungan dari pihak luar. Lagi pula bantuan dari pihak luar itu haruslah dianggap sekedar sebagai suplemen belaka. Dalam jangkauan keadaan (scope) yang demikian maka dapat diharapkan koperasi akan menuju ke arah selffinancing, yang sekarang kita kenal dengan koperasi mandiri.

Menurut penjelasan pasal 34 UU No.12 Tahun 1967 sisa hasil usaha yang berasal dari usaha yang diselenggarakan untuk anggota koperasi itulah yang boleh dibagikan kepada para anggota, sedangkan sisa hasil usaha yang berasal dari usaha koperasi yang diselenggarakan untuk bukan anggota, misalnya dari hasil pelayanan terhadap pihak ketiga tidak boleh dibagikan kepada anggota karena bagian ini bukan diperoleh dari jasa anggota, sisa hasil usaha ini digunakan untuk pembiayaan tertentu lainnya.

Dengan demikian pembagian sisa hasil usaha koperasi supaya diatur sebagai berikut:

a. Sisa hasil usaha yang berasal dari usaha yang diselenggarakan untuk anggota, dibagikan untuk :

1. Cadangan koperasi,

2. Para anggota, bersanding dengan jasa yang diberikan masing-masing, 3. Dana pengurus

4. Dana pegawai/karyawan, 5. Dana pendidikan koperasi 6. Dana sosial,

7. Dana pembangunan daerah kerja.

b. Sisa hasil usaha yang berasal dari usaha yang diselenggarakan untuk bukan anggota, dibagikan untuk :

1. Cadangan koperasi, 2. Dana pengurus,

3. Dana pegawai/karyawan, 4. Dana pendidikankoperasi, 5. Dana sosial,

Cara penggunaan hasil usaha di atas, kecuali cadangan, diatur didalam Anggaran Dasar dengan mengutamakan kepentingan koperasi yang bersangkutan. Cadangan ini dimaksudkan untuk memupuk modal koperasi sendiri dan untuk menutup kerugian koperasi bila diperlukan, oleh karena nya cadangan tidak boleh dibagikan kepada anggota walaupun di waktu pembubaran.

Penggunaan Dana Sosial diatur oleh Rapat Anggota dan dapat diberikan antara lain fakir miskin, yaitu piatu atau usaha-usaha sosial lainnya. Perihal zakat dapat diatur oleh koperasi yang bersangkutan dalam Anggaran Dasar maupun ketentuan-ketentuan lain dari koperasi. Penggunaan Dana Pembangunan Daerah dilakukan setelah mengadakan konsultasi dengan pihak Pemerintah Daerah setempat.

Seperti yang dilakukan oleh koperasi pesahoe rakan yaitu dengan membangun daerah Keude Krueng Sabee dengan membantu perbaikan mesjid dan membangun prasantren, untuk anak-anak desa tersebut.