• Tidak ada hasil yang ditemukan

Potensi Masyarakat Dalam Mengelola Koperasi Pertambangan Emas di Desa Keude Krueng Sabee, Kecamatan Krueng Sabee, Kabupaten Aceh Jaya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Potensi Masyarakat Dalam Mengelola Koperasi Pertambangan Emas di Desa Keude Krueng Sabee, Kecamatan Krueng Sabee, Kabupaten Aceh Jaya"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

POTENSI MASYARAKAT DALAM MENGELOLA KOPERASI PERTAMBANGAN EMAS DESA KEUDE KRUENG SABEE, KEC.

KRUENG SABEE, KAB. ACEH JAYA

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk

Memperoleh Gelar Sarjana

Oleh :

Riya Badriyah 090901016

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ABSTRAK

Koperasi pertambangan yaitu koperasi yang melakukan usaha dengan menggali atau memanfaatkan sumber-sumber alam secara langsung tanpa atau dengan sedikit mengubah bentuk dan sifat sumber-sumber alam tersebut. Termasuk dalam kelompok koperasi ini adalah koperasi yang melakukan usaha pendulangan emas dan koperasi yang melakukan usaha pengumpulan batu gunung. Koperasi pertambangan yang didirikan oleh masyarakat Desa Keude Krueng sabee, Kecamatan Krueng Sabee, Kabupaten Aceh Jaya, bertujuan untuk mensejahterakan kehidupan masyarakat desa dan ingin membantu pembangunan infrastruktur Desa Keude Krueng Sabee kearah yang lebih baik. Sebelum adanya koperasi pertambangan emas ini, pada tahun 2006 di Desa Keude Krueng Sabee pernah berdiri sebuah koperasi yang bergerak dibidang usaha simpan pinjam, koperasi tersebut bernama koperasi Komaksa dan setelah beberapa tahun koperasi komaksa berdiri, pada awal tahun 2012 akhirnya koperasi tersebut terpaksa dibubarkan. Penyebab dari dibubarkan koperasi komaksa karena para pengurus tidak sanggup untuk menagih tagihan kepada anggota koperasi. Menurut para petugas anggota koperasi komaksa sangat sulit untuk diminta setoran, dengan berbagai alasan, sehingga para pengurus membubarkan koperasi tersebut. Dalam hal ini, tujuan peneliti adalah untuk mengetahui dan menganalisa potensi yang dimiliki oleh masyarakat dalam mengelola koperasi pertambangan emas di Desa Keude Krueng Sabee, Kecamatan Kreung Sabee, Kabupaten Aceh Jaya..

Jenis Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif, yang bertujuan untukmengetahui sejauh mana kontribusi koperasi Pesaho Rakan terhadap perkembangan masyarakat di Desa Keude Krueng Sabee. Adapun teknik pengambilan data dalam penelitan ini yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi, yang kemudian data dari ketiga sumber tersebut, diinterprestasikan ke dalam bentuk narasi. Informan dalam penelitian ini berjumlah 9 orang yang terdiri dari, pengurus koperasi 3 orang, anggota koperasi 3 orang, toke pertambangan emas 2 orang dan ketua adat 1 orang yang berada di Desa Keude Krueng Sabee.

(3)

berani menggambil keputusan dan kurang tegas terhadap para anggota koperasi atas peraturan-peraturan yang telah mereka buat dan sepakati bersama. Koperasi pertambangan pesahoe rakan juga tidak memberikan pendidikan khusus untuk para pengurus dan anggota koperasi, padahal di dalam akta pendirian koperasi ada menyebutkan bagi para pengurus dan anggota koperasi wajib diberikan pendidikan tentang perkoperasian. Sebelum koperasi pesahoe rakan ditutup sementara, koperasi pesahoe rakan telah membantu pembangunan infrastrukter Desa Keude Krueng Sabee dengan membantu pembangunan mesjid, membangun prasantren untuk anak-anak desa yang kurang mampu dan memperbaiki jalan menuju ke gunung emas, walaupun jalan yang diperbaiki belum menggunakan aspal setidak itu sudah mempermudah para penambang dalam menuju ke gunung emas.

(4)

KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan puji syukur

kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sebab atas berkat dan rahmatNya penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Potensi Masyarakat Dalam Mengelola

Koperasi Pertambangan emas di Desa Keude Krueng Sabee, Kecamatan Krueng

Sabee, Kabupaten Aceh Jaya”.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh

karena itu penulis dengan lapang dada menerima kritik dan saran yang bersifat

membangun demi perbaikan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat

memberikan manfaat bagi pembacanya.

Dengan selesainya penyusunan skripsi ini, penulis mengucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah membantu proses

penyusunan skripsi ini. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih

kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan FISIP USU

2. Ibu Dra. Lina Sudarwati, M.Si, selaku Ketua Departemen Sosiologi

FISIP USU.

3. Bapak Drs. Henry Sitorus, M.Si, selaku dosen wali pembimbing.

4. Ibu Dra. Linda Elida, M.Si, selaku Dosen Pembimbing, mengucapkan

terima kasih kepada beliau atas kesediaannya dalam memberikan

pengarahan-pengarahan ataupun masukkan bagi skripsi penulis.

5. Bapak Drs. Junjungan SBP. Simanjuntak, M.Si selaku dosen penguji

(5)

6. Bapak dan Ibu Dosen FISIP USU, khususnya Dosen Departemen

Sosiologi atas ilmu yang selama ini telah diberikan kepada penulis.

7. Kepada kedua orang tua ku tersayang mamak Dra. Misran Idris dan

ayah Syamsul Bahri terimakasi atas kasisayang yang tulus kepada saya

dari kecil sampai saat ini, tidak henti-hentinya memberikan semangat,

tidak pernah putus asa untuk mendorong saya menyelesaikan skripsi

yang sudah lama ini, terimakasi juga atas dukungannya, do’anya dan

dananya selama ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Semoga penulis dapat membanggakan kedua orangtua penulis.

8. Kepada kedua adik-adik saya tersayang Ridha Rouzah Sulmi dan Siti

Ayu pratiwi yang selalu memberikan semangatnya dan selalu

mengingatkan saya untuk mengerjakan skripsi ini.

9. Kepada Geuchik Keude Krueng Sabee yakni Bapak Julianto, yang

telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian di Desa Keude

Krueng Sabee.

10.Para Informan yang ada di Desa Keude Krueng Sabee yang bersedia

memberikan waktunya, untuk memberikan informasi mengenai

Potensi Masyarakat Dalam Mengelola Koperasi Pertambangan Emas,

terimakasih untuk pengertiannya yang telah bersedia menerima

kehadiran penulis selama proses penyelesaian skripsi ini.

11.Kepada teman dekat penulis M. Ridho Riyansyah dan keluarga, yang

(6)

12.Kepada wanita-wanita ku tersayang yakni Mai Yuliarti dan Nova

Puspita Sari yang selalu menemani penulis untuk mencari referensi

dalam penulis skripsi ini dan membantu dalam segala hal..

13.Buat teman-teman stambuk penulis di Departeman Sosiologi FISIP

USU yakni Mega Sari EKA, Siti Rukmana, Winda Kataren, Winda

purwani, Sauma Rahma, Elisabet Sitohang, Bertha, Irvin, Dede, Bima,

Dewi, Kiki, Nasrul, Tian dan semua teman-teman Sosiologi 09 yang

tidak biasa saya sebutkan namanya satu-persatu, yang selalu

memberikan semangat kepada penulis untuk dapat menyelasaikan

skripsi ini.

14.Semua pihak yang turut membantu yang tidak dapat disebutkan satu

persatu.

Atas dukungan berbagai pihak tersebut, penulis ucapkan terimakasih yang

sebesar-besarnya. Penulis berharap skripsi ini dapat berguna bagi berbagai pihak

yang membutuhkan.

Medan, 24 April 2015

Penulis

(7)

DAFTAR ISI

1.1.Latar Belakang Masalah ... 1

1.2.Rumusan Penelitian ... 12

2.2.Potensi Desa dan Koperasi Desa... 20

2.3. Proses Sosial ... 29

3.3. Unit Analisis dan Informan ... 40

3.4. Teknik pengumpulan Data ... 41

3.5. Interprestasi Data ... 43

3.6. Jadwal Penelitan... 44

3.7. Keterbatasan Peneliti ... 44

Bab IV Deskripsi Lokasi dan Informan Penelitian 4.1. Gambaran umum Desa Keude Kruweng Sabee… ... 46

4.2. Karakteristik Informan… ... 61

Bab V Hasil dan Pembahasan 5.1. Sejarah Penemuan Gunung Emas di Desa Panggong … ... 76

5.2. Sejarah Pendirian Koperasi Pertambangan Emas Pesahoe Rakan.. ... 82

5.3. Potensi Masyarakat Dalam Menggelola KPPR… ... 89

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Kelompok Sosial Masyarakat… ... 48

Tabel 4.2. Kegiatan Sosial Masyarakat... 49

Tabel 4.3. Fasilitas Umum… ... 50

Tabel 4.4. Potensi Sumber Daya Alam… ... 55

(9)

ABSTRAK

Koperasi pertambangan yaitu koperasi yang melakukan usaha dengan menggali atau memanfaatkan sumber-sumber alam secara langsung tanpa atau dengan sedikit mengubah bentuk dan sifat sumber-sumber alam tersebut. Termasuk dalam kelompok koperasi ini adalah koperasi yang melakukan usaha pendulangan emas dan koperasi yang melakukan usaha pengumpulan batu gunung. Koperasi pertambangan yang didirikan oleh masyarakat Desa Keude Krueng sabee, Kecamatan Krueng Sabee, Kabupaten Aceh Jaya, bertujuan untuk mensejahterakan kehidupan masyarakat desa dan ingin membantu pembangunan infrastruktur Desa Keude Krueng Sabee kearah yang lebih baik. Sebelum adanya koperasi pertambangan emas ini, pada tahun 2006 di Desa Keude Krueng Sabee pernah berdiri sebuah koperasi yang bergerak dibidang usaha simpan pinjam, koperasi tersebut bernama koperasi Komaksa dan setelah beberapa tahun koperasi komaksa berdiri, pada awal tahun 2012 akhirnya koperasi tersebut terpaksa dibubarkan. Penyebab dari dibubarkan koperasi komaksa karena para pengurus tidak sanggup untuk menagih tagihan kepada anggota koperasi. Menurut para petugas anggota koperasi komaksa sangat sulit untuk diminta setoran, dengan berbagai alasan, sehingga para pengurus membubarkan koperasi tersebut. Dalam hal ini, tujuan peneliti adalah untuk mengetahui dan menganalisa potensi yang dimiliki oleh masyarakat dalam mengelola koperasi pertambangan emas di Desa Keude Krueng Sabee, Kecamatan Kreung Sabee, Kabupaten Aceh Jaya..

Jenis Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif, yang bertujuan untukmengetahui sejauh mana kontribusi koperasi Pesaho Rakan terhadap perkembangan masyarakat di Desa Keude Krueng Sabee. Adapun teknik pengambilan data dalam penelitan ini yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi, yang kemudian data dari ketiga sumber tersebut, diinterprestasikan ke dalam bentuk narasi. Informan dalam penelitian ini berjumlah 9 orang yang terdiri dari, pengurus koperasi 3 orang, anggota koperasi 3 orang, toke pertambangan emas 2 orang dan ketua adat 1 orang yang berada di Desa Keude Krueng Sabee.

(10)

berani menggambil keputusan dan kurang tegas terhadap para anggota koperasi atas peraturan-peraturan yang telah mereka buat dan sepakati bersama. Koperasi pertambangan pesahoe rakan juga tidak memberikan pendidikan khusus untuk para pengurus dan anggota koperasi, padahal di dalam akta pendirian koperasi ada menyebutkan bagi para pengurus dan anggota koperasi wajib diberikan pendidikan tentang perkoperasian. Sebelum koperasi pesahoe rakan ditutup sementara, koperasi pesahoe rakan telah membantu pembangunan infrastrukter Desa Keude Krueng Sabee dengan membantu pembangunan mesjid, membangun prasantren untuk anak-anak desa yang kurang mampu dan memperbaiki jalan menuju ke gunung emas, walaupun jalan yang diperbaiki belum menggunakan aspal setidak itu sudah mempermudah para penambang dalam menuju ke gunung emas.

(11)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah.

Salah satu bentuk usaha pertambangan yang dinyatakan legal di Indonesia

adalah pertambangan yang di lakukan masyarakat melalui pertambangan skala

kecil (Small Scale Mining). Menurut Wiriousudarmo (1990), pertambangan skala kecil (PSK) diartikan sebagai operasi dan investor pertambangan dimana investor

maupun, operatornya adalah rakyat kecil atau masyarakat secara bersama-sama

(kolektif). Jadi, suatu operasi pertambangan yang secara fisik kecil, namun kalau

di miliki oleh pengusaha besar maka pertambangan tersebut tidak dapat

digolongkan sebagai PSK.

Pembentukan peraturan perundang-undangan di bidang pertambangan

mineral dan batubara adalah karena adanya kebutuhan masyarakat akan

perlindungan hak-hak mereka di dalam pengelolaan mineral dan batubara. Karena

dalam undang-undang Nomor 4 Tahun 2009, masyarakat, terutama penduduk

setempat diberi ruang yang cukup untuk mengelola pertambangan mineral dan

batubara. Masyarakat diberikan hak untuk mengajukan izin pertambangan rakyat

(IPR) dan izin usaha pertambangan (IUP). Dengan adanya izin tersebut, mereka

dapat melakukan kegiatan pertambangan dengan baik. Dan dengan adanya

kegiatan ini, maka masyarakat tersebut menjadi sejahtera, lahir dan batin.

Namun, dalam realitanya, kegiatan yang dilakukan oleh penduduk

setempat kurang mendapat perhatian dari pemerintah, terutama pemerintah daerah

karena banyak penduduk yang melakukan kegiatan pertambangan secara tidak sah

(12)

pengawasan. Akibatnya, penduduk setempat yang melakukan illegal mining banyak yang meninggal karena tertimbun longsor. Bahkan, dalam pelaksanaan

illegal mining tersebut berlaku hukum rimba, artinya siapa yang kuat, maka dialah yang menguasai sumur-sumur tambang yang telah digali oleh orang lain.

Apabila hal itu dibiarkan, maka akan menimbulkan persoalan dan kerugian yang

cukup besar, baik bagi masyarakat maupun pemerintah daerah (Salim 2012: 47).

Kehadiran pertambangan emas di suatu daerah dapat membawa dampak

positif dan dampak negatif bagi masyarakatnya. Dampak positifnya adalah

kehadiran pertambangan emas diharapkan akan meningkatkan kesejahteraan

masyarakat di daerah lingkar tambang. Peningkatan ini akibat keberadaan

pertambangan emas yang mampu mendorong dan menggerakkan sendi-sendi

ekonomi masyarakat. Struktur sosial di dalam masyarakat juga akan mengalami

perubahan, karena masyarakat sekitar pertambangan emas termotivasi untuk

mampu menyesuaikan perubahan struktur sosial yang disebabkan banyaknya

masyarakat pendatang yang berkerja sebagai penambang. Dampak negatif juga

terjadi diberbagai segi kehidupan masyarakat baik itu pada perubahan struktur

sosial, budaya, ekonomi masyarakat maupun pada kualitas lingkungan.

Begitu juga dengan penemuan tambang emas di Provinsi Aceh yang

terletak di Gunong Ujen Desa Panggong, Kab. Aceh Jaya. Sejak ditemukan

pertambangan emas di Provinsi Aceh ini, telah mempengaruhi berbagai aspek

kehidupan sosial masyarakat setempat. Seperti perubahan pada aspek kondisi

perekonomian masyarakat, adanya lapangan pekerjaan baru (bagi masyarakat

daerah tersebut dan mayarakat dari luar daerah seperti masyarakat Jawa, Bogor,

(13)

Gunong Ujen terletak di Desa Panggong Kec. Krueng Sabee, Kab. Aceh

Jaya. Sebelum terjadinya tsunami di Aceh pada tahun 2004, kondisi

perekonomian masyarakat Desa Panggong rata-rata menengah ke bawah dan

jarang sekali yang menengah ke atas. Kebanyakan masyarakat Desa Panggong

berkerja sebagai wirausaha, bertani dan sangat jarang yang berkerja di

pemerintahan.

Desa Panggong adalah salah satu desa diantara 17 Desa yang ada dalam

wilayah Kec. Krueng Sabee, Kab. Aceh Jaya. Terletak di sebelah Barat pusat

pemerintahan. Masyarakat Desa Panggong memiliki banyak sektor usaha ekonomi

misalnya, usaha warung kopi, jual beli sembako/kelontong, usaha peternakan,

penjual ikan keliling (mugee), usaha menjahit, usaha kue basah/kering, pertukangan, lahan pertanian (sawah tadah hujan) dengan luas 500 Ha tanaman

keras dan lain-lain. Dari banyaknya usaha ekonomi masyarakat yang paling

banyak dijadikan sebagai mata pencarian adalah sebagai petani.

Bagi masyarakat Desa Panggong dan desa-desa lainnya menjadi

penambang emas adalah pekerjaan yang sangat menjanjikan. Apalagi setelah

terjadinya tsunami banyak lahan-lahan pertanian yang rusak, kecuali lahan

pertanian yang ada di atas gunung. Kabupaten Aceh Jaya adalah salah satu

Kabupaten yang sangat parah kerusakannya akibat tsunami, sehingga banyak

masyarakat yang kehilangan pekerjaannya. Tetapi semenjak masyarakat

mengetahui bahwa di kampungnya terdapat pertambangan emas maka masyarakat

berlomba-lomba mengambilnya dengan harapan mendapatkan hasil yang banyak

sehingga dapat merubah perekonomian keluarga mereka. Hasil yang diperoleh

(14)

tetapi bagi yang tidak beruntung bisa mengalami kerugian yang sangat besar

karena emas yang didapatkan tidak sesuai dengan modal yang telah dikeluarkan.

Pada tahun 1990 masuklah orang asing mendirikan sebuah perusahaan

yang diberi nama PT.KTR (Kuta Raja Rakyat). Sekitar tahun 1997 pengeboran

dilakukan oleh PT.KTR dengan memperkerjakan penduduk setempat. Pada tahun

2000 bergejolaklah kembali konflik antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM)

dengan Pemerintahan R.I yang menimbulkan korban jiwa dari kedua belah pihak.

Saat itu banyak masyarakat setempat bergabung dengan GAM termasuk Pimpinan

daerah saat ini. Masyarakat yang berpihak kepada GAM tidak bebas beraktifitas

untuk mencari nafkah, bahkan ada yang bersembunyi di hutan karena takut

ditangkap oleh aparat keamanan. Hal tersebut membuat kondisi mencekam dan

tidak kondusif sehingga PT.KTR tersebut berhenti beroperasi dan mundur.

Konflik tersebut akhirnya berhenti setelah kedua belah pihak menandatangani

nota kesepakatan damai di Helsinki, Swiss pada tahun 2005. Nota kesepakatan

damai tersebut dikenal dengan nama MoU Helsinki.

Dalam mengelola pertambangan emas, masyarakat daerah sekitar dan

masyarakat Aceh lainnya bekerja sama dengan masyarakat luar kota. Hal ini

dikarenakan masyarakat lokal kurang berpengalaman dan tidak mengerti tentang

cara mengelola pertambangan emas yang baik sehingga mereka membutuhkan

bantuan dari masyarakat luar kota. Oleh sebab itulah penambang emas di Gunong

Ujen tersebut tidak hanya berasal dari penduduk setempat namun juga berasal

dari luar daerah seperti dari Bogor, Banten dan Bengkulu.

Untuk mendapatkan hasil yang baik mereka harus bersatu dalam mengelola

(15)

kesalahpahaman dan perbedaan pendapat di antara mereka, mereka tetap

berusaha menahan emosi atau keegoisan dari diri masing-masing dan mencoba

menyatukan pikiran. Walaupun sulit, semua itu tetap mereka lakukan untuk

kelancaran dalam mengelola pertambangan emas agar mendapatkan hasil seperti

yang diinginkan (informan awal).

Pembagian keuntungan dan pembayaran dilakukan dengan cara bagi hasil

antara toke(pemberi dan pemilik modal) dan pekerja. Untuk toke mendapat sebesar 60% persen dan para pekerja mendapat 40% persen dari keuntungan hasil

tambang. Beberapa tahun setelah di kelola secara pribadi oleh beberapa toke,

sekarang pengambilan emas di wilayah tersebut di ambil alih dan di kelola oleh

koperasi Gunong Ujen. Ini dilakukan untuk melegalkan/mensahkan usaha

masyarakat setempat dalam mengelola tambang emas yang ada di wilayah mereka

sesuai dengan UU No.11 tahun1967 tentang Pertambangan dan Qanun Provinsi

Aceh tahun 2002 tentang Pertambangan Umum, Minyak Bumi dan Gas Pasal 3.

Sebenarnya pada tahun 2006 di desa ini pernah di didirikan koperasi yang

bernama Komaksa yaitu koperasi masyarakat Krueng Sabee dengan jumlah

anggota 32 orang, dalam bentuk simpan pinjam. Setiap anggota koperasi harus

menyetor simpanan pokok sebesar 100 ribu simpanan wajib sebesar 20 ribu

perbulan. Setiap peminjam akan memberikan jasa pinjaman kepada koperasi

sebesar 1% dalam tempo pengembalian 1.5 tahun.

Sisa hasil usaha (SHU) yang pernah deberikan pada anggota yaitu akhir

tahun 2007, 2008, dan 2009, sedangkan 2010 sudah ada anggota koperasi yang

tidak menyetor, pengembalian pinjamannya kekoperasi. Menurut informasi

(16)

marah-marah”. Dan anggota yang tidak mau membayar pada akhir 2010

bertambah lagi sehingga SHU untuk 2010 tidak dapat dibagikan dan pada tahun

2011 anggota yang aktif hanya 7 orang sehingga pada awal tahun 2012 koperasi

Komaksa di bubarkan dengan mengembalikan uang kepada anggota yang aktif.

Sedangkan koperasi yang mengelola pertambangan emas di gunong ujen

didirikan pada tahun 2010 dan disahkan pada tahun 2011 oleh Menteri Negara

Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah R.I Dinas Perindustrian, Perdagangan

dan Koperasi Kabupaten Aceh Jaya. Jumlah koperasi yang mengelola

pertambangan emas di Desa Panggong sebanyak 19 unit koperasi yang tersebar di

dua Kecamatan yaitu di Kecamatan Krueng Sabee ada 11 unit koperasi dan di

Kecamatan Pangga ada 9 unit koperasi. Dari 11 unit koperasi yang ada di

kecamatan Krueng Sabee hanya 3 koperasi yang menjadi anggota dari koperasi

pesahoe rakan yaitu koperasi Keude Krueng Sabee dengan jumlah anggotanya 50

orang, koperasi Kabong beranggota 45 orang dan koperasi Paya Semantok

beranggotakan 48 orang. Jadi jumlah anggota koperasi pesahoe rakan sebanyak

143 orang.

Jika masyarakat yang menggambil emas di pertambangan tersebut ingin

bergabung menjadi anggota koperasi ini, masyarakat tersebut harus membayar

kartu anggota pertama Rp.100 ribu dengan masa aktif tiga bulan. Jika masa

aktifnya tidak berlaku lagi atau habis dan ingin memperpanjangnya, anggota

tinggal membayaran Rp.50 ribu. Uang tersebut digunakan untuk uang kas daerah

dan keperluan infrastruktur daerah seperti perbaikan jalan-jalan yang rusak,

membantu pembangunan mesjid, membangun prasantren, dan membangun

(17)

diterima koperasi melalui kartu anggota dengan jumlah anggota 143 orang, tidak

mungkin koperasi mampu membangun daerahnya, di karenakan dana untuk

membangun semua itu bukan hanya diperoleh dari kartu anggota tetapi dari

pengurus atau anggota yang mendapatkan rezeki yang banyak dari gunung emas

juga menyumbangkan melalui koperasi pesahoe rakan ini untuk dijadikan sumber

dana koperasi. Ini dilakukan karena koperasi pesahoe rakan belum ada bidang

usaha seperti koperasi pada umumnya untuk memperoleh dana.

Dari pengalaman dua koperasi ini, kita melihat adanya pesan-pesan moral

yang dapat di ambil untuk dijadikan sebagai pembelajaran bagi kita semua agar

setiap kegiatan yang dilakukan dapat bermanfaat untuk semua pihak. Masyarakat

sangat mengharapkan dengan adanya koperasi ini dapat terjadi pengembangan

masyarakat kearah yang lebih baik, sekaligus dapat membangun daerahnya kearah

yang lebih maju dan modern.

Sebagaimana kita ketahui bahwa moral itu merupakan ajaran tentang baik

buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, dan kewajiban. Maka

pesan moral pada koperasi komaksa adalah ajaran yang kurang baik dikarenakan

para anggotanya tidak melaksanakan kewajibannya sebagai anggota koperasi yang

baik, jujur, dan disiplin. Ini baru dilihat dari pihak anggotanya saja yang

berdasarkan informasi dari seorang pengurus koperasi tersebut. Dan mungkin

kekurangan kekurangan dari pihak penguruspun bisa terjadi kalau digali lagi dari

informasi anggota yang masi aktif sampai koperasi di bubarkan.

Selanjutnya pada koperasi pesahoe rakan pesan moral yang bisa dilihat

adalah adanya ajaran tentang kebaikan dimana dalam memperoleh dana koperasi,

(18)

gunung emas tersebut. Mereka mau menyumbangkan ke koperasi agar dana yang

disumbangkan itu dapat membangun desa kearah yang lebih baik. Disamping

pesan moral yang baik, yang kurang baik (buruk) pun bisa dilihat dimana koperasi

pesahoe rakan belum ada bidang-bidang usahanya, sehingga SHU belum bisa

diberikan kepada setiap anggota sampai akhir tahun 2013 yang lalu.

Mudah-mudahan dengan adanya penelitian ini, koperasi pesahoe rakan sudah memiliki

salah satu bidang usaha, sehingga dana yang diperoleh dapat dibagikan kepada

para anggota pada setiap akhir tahun. Dan dapat membantu para anggota yang

kurang beruntung dalam memperoleh hasil dari pertambangan emas tersebut.

Sebenarnya baik pengurus maupun anggota sangat diperlukan sikap jujur

dan tidak mementingkan diri sendiri dalam setiap kegiatan sebagai contoh apabila

mereka memilih salah satu bidang usaha misalnya konsumsi yaitu menyediakan

kebutuhan pokok anggota maka pembukuannya harus jelas, karena semakin

banyak anggota balanja di koperasi semakin besar jasa yang di dapat anggota

tersebut. Demikian juga dengan bidang-bidang usaha lainnya sikap jujur dan iklas

dalam berkerja sangat diperlukan. Kegiatan perekonomian rakyat ini (koperasi

pesahoe rakan) salah satu potensi yang ada pada masyarakat desa Keude Krueng

Sabee, usaha perekonomian lainnya yang ada pada masyarakat desa tersebut

seperti, usaha perkebunan kelapa sawit, kelapa (copra), coklat, perbengkelan,

perdagangan, nelayan, pertanian dan sebagai pemborong dalam perbaikan

infrastruktur, rumah ibadah ( mesjid/mushola), sekolah yang di kerjakan oleh

masyarakat desa itu sendiri.

Koperasi yang ada di Desa Keude Krueng Sabee yang beranggotakan

(19)

inimemiliki luas area yang dikelola ± 1000 hektar yang sudah dibagikan kepada

setiap koperasi yang ada di dua kecamatan yaitu di Kecamatan Krueng Sabee

sebanyak 11 unit koperasi desa dan di Kecamatan Panga sebanyak 9 unit koperasi

desa yang tunduk pada koperasi induk. Setiap koperasi desa mendapatkankan

lahan seluas 25 Ha. Jadi luas area yang sudah di ekploitasi sebesar 475 Ha. Sisa

area yang belum di ekploitasi atau area cadangan sebesar 525 Ha. Selain itu

menurut keterangan masyarakat setempat, masih ada area lain yang berpotensi

mengandung cadangan emas namun belum diketahui luas areanya karena belum

di teliti.

Dalam kegiatan mengelola koperasi dibutuhkan potensi-potensi yang dapat

digunakan sebagai kekuatan dan pendukung keberhasilan kegiatan tersebut.

Potensi merupakan suatu keadaan yang terdapat pada suatu daerah, dimana

keadaan tersebut dapat dikembangkan sehingga dapat memberikan mamfaat bagi

masyarakat dan daerah itu sendiri. Potensi yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah seluruh sumber daya yang tersimpan dalam masyarakat dan lingkungannya

yang dapat digunakan untuk kelangsungan hidup masyarakat dan pembangunan

desa. Hal ini menunjukan bahwa sebuah desa sangat tergantung pada potensi

sumber daya yang ada.

Potensi sumber daya yang dimaksud mencakup sumber daya alam yang

disebut dengan potensi fisik dan sumber daya manusia yang disebut potensi

non-fisik. Kedua potensi sumber daya tersebut saling mempengaruhi satu sama lain.

Potensi sumber daya alam adalah sumber daya yang berasal dari lingkungan

goegrafisnya seperti pertambangan emas, minyak, batu bara, nikel, keberagaman

(20)

pemandangan alam yang indah. Sedangkan potensi sumber daya manusia adalah

keseluruhan sumber daya yang berasal dari manusia itu sendiri seperti:

pengetahuan, kemampuan, keahlian, kecakapan, prilaku, norma dan nilai, lembaga

atau organisasi yang dibentuk, adat istiadat atau kondisi sosial-budayanya.

Desa Keude Krueng Sabee sendiri memiliki potensi sumber daya alam

yang cukup baik seperti pertambangan emas, hasil ikan yang melimpah di laut,

tanah yang subur dan hewan ternak. Dari sekian banyak potensi sumber daya alam

yang ada di Desa Krueng Sabee, pertambangan emas merupakan salah satu

potensi daerah yang sedang dikembangkan melalui pembentukan koperasi

Pesahoe Rakan.

Berkembangnya potensi sumber daya alam dan koperasi tambang emas di

daerah ini sangat di dukung oleh potensi sumber daya manusia termasuk peran

manusia sebagai sumber tenaga kerja yang memiliki pengetahuan, kemampuan,

keahlian, kecakapan, keterampilan dan nilai-nilai moral. Lembaga-lembaga sosial

yang ada dalam masyarakat dapat memberikan pembinaan dan arah bagi

pengembangan koperasi Pesahoe Rakan dan perkembangan serta pelaksanaan

pembangunan desa dalam meningkatkan taraf hidup warganya. Lembaga-lembaga

sosial tersebut antara lain: lembaga sosial pemerintahan desa; tokoh masyarakat,

Tuha Peut, lembaga pendidikan seperti; perpustakaan desa dan kelompok belajar,

lembaga agama; Alim ulama, kelompok pengajian, lembaga kesehatan seperti;

pukesmas , posyandu, lembaga keuangan seperti; koperasi dan bank.

Seperti yang kita ketahui bahwa masyarakat desa adalah masyarakat yang

memiliki semangat gotong royong yang tinggi dalam ikatan kekeluargaan yang

(21)

pembangunan. Gotong royong ini merupakan suatu kebiasaan (culture lokal) dari

dulu sampai sekarang yang menjadi salah satu ciri dari masyarakat desa ini, begitu

juga desa-desa lain di aceh, yang di dorong oleh masyarakat desa itu sendiri

seperti tokoh adat, cindikiawan alim ulama, dan pemuda. Masyarakat yang mudah

menerima kedatangan masyarakat lain dan mampu bekerja sama (kooperatif)

dengan pendatang baru serta kemampuan mengelola emosi juga sangat berperan

penting dalam proses pengelolaan koperasi. Salah satu landasan pengambilan

keputusan dalam koperasi adalah melalui proses musyarawarah. Sikap-sikap

masyarakat yang disebutkan di atas sangat mendukung proses musyawarah

tersebut.

Dengan jumlah penduduk yang seluruhnya beragama islam dan

mempunyai kesamaan suku serta adat, kebiasaan yang disebut dengan

homogenitas etnik juga diasumsikanmemudahkan pegembangkan dan

pengelolalaan koperasi. Diharapkan hasil pertambangan emas tersebut selain

dapat mensejahterakan masyarakat secara pribadi dapat juga digunakan untuk

keperluan infrastruktur daerah serta membangun dan memperbaiki tempat ibadah

dan pelayanan kesehatan.

Dilihat dari potensi sumber daya alam, emas yang ada cukup banyak untuk

dikelola dan juga dari sumber daya manusia termasuk lembaga-lembaga sosial

yang dibentuk pemerintah, maka dapat dijadikan sebagai pendorong untuk

peningkatan semangat kerja, baik bagi pekerja penambang emas, bagi toke, pengurus koperasi dan juga bagi individu atau kelompok-kelompok yang

menduduki lembaga-lembaga sosial yang ada. Namun sejauh mana masyarakat

(22)

pengetahuan (baik pengetahuan dalam mengelola koperasi, pengetahuan dalam

mengelola pertambangan emas, dan mengelola kelembagaan yang ada),

kemampuan, keahlian serta semangat kerja yang mereka miliki. Kurangnya

pengetahuan, kemampuan, keahlian serta semangat kerja ini bisa mengakibatkan

usaha mensejahterakan masyarakat kurang berhasil sebagaimana yang diharapkan.

Berdasarkan hal-hal di atas peneliti ingin mengetahui apakah pengetahuan,

kemampuan dan keahlian serta semangat kerja yang ada pada masyarakat desa

tersebut sudah mampu untuk mendukung pengembangan koperasi petambangan

Pesahoe Rakan ke arah yang lebih baik. Dari penjelasan yang dikemukakan di atas

maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai potensi-potensi yang

ada pada masyarakat desa Keude Kreung Sabee dalam mengelola koperasi

pertambangan emas Pesahoe Rakan.

1.2.Rumusan Masalah.

Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah potensi yang ada pada masyarakat Desa Keude Krueng Sabe

Kabupaten Aceh Jaya dapat mendukung pengembangan koperasi

Pertambangan Pesaho Rakan ?

2. Bagaimana pengaruh koperasi pertambangan Pesaho Rakan terhadap

perkembangan masyarakat di Desa Keude Krueng Sabe, Kabupaten Aceh

(23)

1.3.Tujuan Penelitian.

1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisa potensi yang

dimiliki oleh masyarakat dalam mengelola koperasi pertambangan emas di

Kecamatan Kreung Sabee.

2. Untuk mengetahui sejauh mana kontribusi koperasi Pesaho Rakan

terhadap perkembangan masyarakat di Desa Keude Krueng Sabee, Kab.

Aceh Jaya..

1.4.Manfaat Penelitian.

Adapun manfaat dari peneliti ini adalah sebagai berikut:

1.4.1. Manfaat Teoritis.

1. Untuk meningkatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan pada

umumnya dan ilmu sosiologi seperti kajian perubahan dan sosiologi

lingkungan.

2. Menambah hasil referensi hasil penelitian yang juga di jadikan sebagai

bahan rujukan untuk penelitian bagi mahasiswa sosiologi selanjutnya,

serta di harapkan dapat memberikan sumbang pemikiran dan

memperluas cakrawala pengetahuan.

1.4.2. Manfaat praktis

1. Menambah pengetahuan bagi penulis mengenai permasalahan yang

di teliti dan kemampuan untuk membuat karya tulis ilmiah.

2. Menjadi sumbangan pemikiran dan informasi kepada masyarakat

yang menggambil emas di pertambangan emas di Desa Panggong

Kecamatan krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya dan masyarakat di

(24)

Pertambangan Emas terhadap Proses sosial masyarakat di Desa

Keude Krueng Sabe Kecamatan Krueng Sabe Kabupaten Aceh Jaya.

1.5.Definisi Konsep. 1. Potensi Masyarakat

Merupakan kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dapat

dikembangkan pada suatu masyarakat. Potensi ini berupa pengetahuan

masyarakat, prilaku, adat istiadat, kebiasaan, norma dan nilai, lembaga

yang di bentuk (pemerintah/kepemimpinan, keagamaan, keuangan, dan

organisasi lokal ). Dalam penelitian ini potensi sumber daya alam yang

dimaksud adalah pertambangan emas dan potensi sumber daya manusia

berupa lembaga-lemabga yang dibentuk pemerintah/kepemimpinan,

organisasi sosial termasuk juga pengetahuan, kemampuan dan keahlian

yang dimiliki masyarakat Keude Krueng Sabae dalam mengegelola

koperasi tersebut.

2. Koperasi

Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau

badan hukum koperasi dengan melaksanakan kegiatannya berdasarkan

prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang

berdasarkan asas kekeluargaan. Koperasi Peusaho Rakan yang ada di Desa

Keude Kreung Sabee merupakan koperasi menyimpan uang melalui kartu

anggota dan uang tersebut digunakan untuk kepentingan masyarakat baik

sebagai uangkas daerah dan keperluan infrastuktur daerah. Koperasi

tersebut belum memiliki bidang usaha seperti usaha dibidang kosumsi,

(25)

untuk pengembangan koperasi ke arah yang lebih bermamfaat bagi

masyarakat maka kopersi perlu memiliki bidang-bidang usaha tersebut.

3. Proses sosial

Proses sosial adalah setiap interaksi sosial yang berlangsung dalam suatu

jangka waktu, sedemikian rupa hingga menunjukkan pola-pola

pengulangan hubungan perilaku dalam kehidupan masyarakat. Pola

hubungan tersebut membentuk kemajuan sosial yang berjalan terus

sehingga mempengaruhi interaksi pada masyarakat penambang emas

tersebut. Bentuk proses sosial dalam masyarakat ada dua yaitu: asosiatif

(penyatuan) dan disosiatif (perpecahan). Pada penelitian ini membahas

bentuk proses sosial yang asosiatif.

4. Pengaruh

Pengaruh adalah dampak yang dihasilkan oleh kegiatan pertambangan

yang di lakukan oleh para pengambil emas dan dampak koperasi terhadap

pengembangan masyarakat di desa tersebut baik secara langsung atau tidak

langsung yang mengakibatkan suatu perubahan terhadap perilaku dan

sikap orang atau kelompok. ..

5. Interaksi Sosial.

Interaksi sosial yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hubungan

timbal balik antara pemilik modal, pekerja dan koperasi-koperasi yang

saling mempengaruhi satu sama lain. Interaksi sosial dalam penelitian ini

terbagi dalam 3 jenis pola hubungan yaitu; hubungan antara individu

(26)

kelompok(pemilik modal dengan koperasi) dan antara kelompok dengan

kelompok (koperasi dengan koperasi).

6. Nilai Sosial.

Nilai atau value adalah keinginan yang relatif permanen tampaknya mempunyai sifat-sifat baik seperti damai atau kehendak baik, bersusila.

Dalam kebudayaan, nilai adalah wujud idiil budaya (unsur budaya adalah

nilai, norma, hukum dan peraturan). Nilai yang berkaitan dengan koperasi

pertambangan pesahoe rakan yaitu nilai, norma, hukum dan peraturan

dalam mengambil batu emas digunung emas, dimana didalam

menengambil batu emas ada nilai, norma, hukum dan peraturan yang tidak

boleh dilanggar oleh para penambang.

7. Pertambangan Emas di Desa Panggong

Pertambangan Emas di Desa Panggong merupakan pertambangan emas

yang terletak di Gunong Ujeen Kab. Aceh Jaya, Prov. Aceh.

Pertambangan emas ini baru di ekploitasi secara bersama-sama oleh

masyarakat pada tahun 2008 setalah tsunami. Sebelumnya pertambangan

tersebut hanya diketahui kehadirannya dan diekploitasi oleh perusahaan

milik asing dari Belanda. Tetapi pada saat itu perusahaan tersebut tidak

memberitahu kepada warga atau masyarakat lokal tentang keberadaan

gunung yang mengandung emas tersebut. Pertambangan emas ini

merupakan salah satu usaha pemberdayaan sumber daya alam yang

(27)

BAB 11

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu.

Penelitian-penelitian yang pernah dilakukan berhubungan dengan

pengaruh kehadiran pertambangan emas terhadap kehidupan sosial masyarakat:

Penelitian yang dilakukan oleh (Suriansyah: 2009) melakukan penelitian dengan

judul DampakPertambangan Terhadap Fungsi Ekonomi Lingkungan dan

PendapatanMasyarakat Kabupaten Aceh Barat Daya. Penelitian ini dilakukan

dengan metodesurvey yang merupakan kombinasi dari “descriptive research” dan

problemsolving research”. Jumlah responden sebanyak 91 orang yaitu

populasimenggunakan teknik triangulasi. Hasil penelitian menunjukkan

bahwapertambangan yang telah mengubah manfaat sumberdaya bersifat common

poolgoods yaitu sumberdaya yang dikuasai bersama yang mampu menghasilkantambahan pendapatan yang cukup nyata, menjadi sumberdaya alam

bersifatprivate goods yaitu sumberdaya apabila dimanfaatkan oleh individu-individu secara sendiri akan mengurangi jumlah yang tersedia bagi orang lain.

Denganberubahnya pemanfaatan sumberdaya alam tersebut sangat berpengaruh

terhadappendapatan masyarakat, hal ini terbukti sebelum adanya

pertambanganpendapatan rata-rata masyarakat Rp1.253.571/KK/bulan setelah

adanyapertambangan menjadi Rp1.193.565/KK/bulan, penurunan

pendapatanmasyarakat dikarenakan oleh hilangnya lahan perkebunan dan

(28)

Kenyataan menunjukkan bahwa konversi lahanperkebunan dan hutan

untuk KP Mining bagi masyarakat yang berdomisili di sekitar pertambangan

tidakmenguntungkan.Demikian juga dapat dilihat dari segi persepsi terhadap

kehadiranpertambangan, sebesar 56,1% masyarakat menunjukkan sikap setuju dan

35,2%masyarakat tidak setuju. Persepsi yang dikemukakan oleh masyarakat

sangattergantung pada dampak yang dirasakan dari hadirnya pertambangan.

Masyarakatyang setuju karena merasakan dampak positif, atau tidak merasa

dirugikan dengankehadiran pertambangan.Sedangkan yang tidak setuju karena

besarnya dampaknegatif yang mereka rasakan seperti hilangnya lahan perkebunan

dan pertanian,lapangan kerja serta akses ke hutan akibat dari kegiatan

pertambangan.

(Siregar: 2007) melakukan penelitian dengan judul Persepsi

MasyarakatTerhadap Pembukaan Pertambangan Emas di Hutan Batang Toru

Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan). Hasil penelitian

menunjukkan bahwa masyarakat Desa Aek Piningdan Desa Napa belum memiliki

pengetahuan yang cukup baik tentangpertambangan dan hutan. Masyarakat juga

memandang positif keberadaanpertambangan di Kecamatan Batang Toru karena

mampu meningkatkanpendapatan masyarakat, mengurangi pengangguran

meskipun hal tersebut barudirasakan sebagian masyarakat

(Silton, Ali:2011) yang melakukan penelitian mengenai dampak aktifitas

pertambangan bahan galian C terhadap kondisi kehidupan masyarakat desa.

Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif didukung oleh pendekatan

kualitatif. Kehadiran industri pertambangan pada umumnya memberikan dampak

(29)

kerja pertanian mengalami penurunan seiring dengan semakin menurunnya luas

lahan pertanian yang dimiliki oleh masyarakat, sedangkan kesempatan kerja non

pertanian meningkat seiring dengan terbukanya lapangan pekerjaan yang

disediakan oleh pihak industri pertambangan. Namun, kesempatan kerja dibidang

pertambangan belum mampu dijangkau oleh masyarakat lokal karena rendahnya

pendidikan. Masyarakat lokal hanya bekerja sebagai buruh kasar pertambangan,

sementara posisi karyawan swasta ditempati oleh penduduk pendatang.

Hal ini menimbulakan tingkat persaingan dan memicu terjadinya konflik

antara pihak masyarakat dengan perusahan pertambangan. Aspek sosio-ekologi

aktifitas pertambangan menyebabkan penurunan kualitas hidup seperti terjadinya

perubahan pada kondisi udara yang terasa semakin panas, berdebu dan terlihat

garsang. Umber air mengalami kekeringan pada saat kemarau aktifitas blasting dan kendaraan truk menimbulkan kebisingan dan keretakan pada bangun rumah.

Selain itu menimbulkan penyakit saluran pernafasanpada masyaraka.

2.2. Potensi Desa dan Koperasi Desa. 2.2.1. Potensi Desa.

Desa Keudee Krueng Sabee memiliki potensi yang dapat dikembangkan

dengan baik sehingga dapat memberikan mamfaat yang baik bagi masyarakatnya.

Potensi desa dibagi menjadi 2 macam yaitu:

1. Potensi fisik yang meliputi, tanah air, iklim dan cuaca, flora dan fauna,

sumber daya mineral dll.

2. Potensi non fisik, meliputi; masyarakat desa, lembaga-lembaga sosial

(30)

berkembang dan desa akan memiliki fungsi, bagi daerah lain maupun bagi

kota.

(sumber: http;//e-journal.org/desa/potensi/fisik non fisik/th6/6u../66.html)

Secara umum tingkat kemajuan suatu desa ditentukan oleh:

1. Potensi desa, yang mencakup potensi sumber daya alam, masyarakat

desa, dan aparatur desa.

2. Interaksi antara desa dan kota, antara desa satu dan desa yang lainnya,

serta perkembangan sarana trasportasi dan komunikasi antar wilayah.

3. Lokasi suatu desa terhadap daerah sekitarnya yang lebih maju

(sumber:http://www.ut.ac.id/html/suplemen/sosi4303/potensi_desa_dap

at_terbagi_dalam.ht)

Potensi fisik atau potensi alam yang dimiliki suatu daerah dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Tanah mencakup berbagai macam kandungan kekayaan yang terdapat di

dalamnyamisalnya kesuburantanah,bahan tambangdan mineral.

b. Air meliputi sumber air dan fungsinya sebagai pendukung kehidupan

manusia.air sangat dibutuhkan oleh setiap mahkluk hidup untuk bertahan

hidup dan juga aktivitas sehari-hari.

c. Iklim sangat erat kaitannya dengan temperatur dan curah hujan yang

sangat mempengaruhi setiap daerah, sehingga corak iklim sangat

mempengaruhi kehidupan masyarakat desa agraris.

d. Ternak berfungsi sebagai sumber tenaga dan sumber gizi bagi masyarakat

pedesaan.pada desa agraris, ternak juga dapat menjadi investasi dan

(31)

e. Flora fauna sebagai kekayaan dan keanekaragaman hewan/tumbuhan yang

menjadi daya tarik keindahan dan keseimbagan alam.

f. Laut dan hasilnya mencakup hasil ikan sebagai sumber gizi, tumbuhan

karang sebagai keindahan dasar laut.

g. Sumber daya minaral (tambang emas, batu bara dll)

Bedasarkan potensi yang disebutkan di atas, Sebenarnya desa kede

Krueng Sabee banyak memiliki potensi sumber daya alam yang dapat

dimamfaatkan untuk pengembangan desa seperti tanah, ikan laut, ternak

dan mineral. Disini peneliti hanya memfokuskan sumber daya mineral

yaitu tambang emas. Untuk mendukung sumber daya alam yang ada

dibutuhkan sumber daya non-fisik atau potensi sumber daya manusia

(masyarakat lokal), antara lain:

a).Lembaga-lembaga sosial, pendidikan, serta organisasi sosial desa. Lembaga-lembag

tersebut antara lain yaitu lembaga:

1. kepemerintahan/kepemimpinan.

-Geuchik adalah sebagai pemimpin desa dapat mengarahkan dan

berkerja sama dengan aparatur desa lainnya seperti tuha peut

kepala urusan dan lembaga-lembaga lainnya.

-Tuha Peut yaitu terdiri dari 4 golongan yang berjumlah 9 orang(1 orang ketua, 2 tokoh adat, 2 tokoh cendikiawan, 2 tokoh tokoh alim

(32)

 Ketua yaitu orang yang mengatur atau mengarahkan tugas

dari tokoh adat. Tokoh cendikiawan, tokoh-tokoh alim

ulama, tokoh pemuda dan perempuan.

 Tokoh adat adalah yang menangani adat istiada dalam suatu

desa seperti adat perkawinan, meninggal dan kenduri jeurat

(acara berdoa bersama di pemkaman).

 Cendikiawan adalah orang yang pandai, inteleg yang

memiliki sikap hidup yang terus menerus meningkatkan

kemampuan berfikirnya untuk mengetahui atau memahami

sesuatu. Orang seperti ini sangat di butuhkan dalam

memajukan sebuah desa. Misalnya dalam memikirkan

pendidikan dan kesehatan bagi anak-anak warga yang

kurang mampu.

 Tokoh alim ulama yaitu berperan sebagai penetapan

peraturan desa sesuai dengan sari’at islam.

 Tokoh pemuda dan perempuan sebagai penerus bangsa

sangat perlu di ikut sertakan dalam menentukan kegiatan

desa, karena anak muda ini memiliki wawasan yang luas

dan lagi giat-giatnya belajar. Misalnya remaja mesjid dan

kelompok kesenian.

- Secara umum tugas-tugas tuha peut sebagai berikut

1. Menetapkan peraturan desa bersama geuchik, menetapkan

(33)

2. Memberi persetujuan kerja sama antar desa atau dengan

pihak ketiga.

3. Mengawasi pelaksanaan tugas dan fungsi pemerintahan desa

atau geuchik.

-Kaur (kepala urusan) terdiri dari 3 orang : 1 kaur pembangunan, 1

kaur pemerintahan, dan 1 orang kaur kesra

2. lembaga pendidikan: Sekolah, pustaka desa dan kelompok belajar

3. lembaga kesehatan : Pukesmas dan posyandu

4. lembaga Ekonomiseperti Koperasi Unit Desa (KUD) dan Bank.

b) adat istiadat, kebiasaan, atau prilaku.

c) kondisi sosial budaya

d) semangat kegotongroyongan yang tinggi dalam ikatan kekeluargaan yang

erat

(gemeinschaft)

2.2.2. Koperasi.

Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau

badan hukum koperasi dengan melaksanakan kegiatannya berdasarkan prinsip

koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas

kekeluargaan. Koperasi Peusaho Rakan yang ada di Desa Keude Kreung Sabee

merupakan koperasi yang dibentuk atas inisitif masyarakat yang tergabung pada

(34)

Idealnya sebuah koperasi harus memiliki stuktur organisasi Sebagai

beriku.

Pada koperasi pesahoe rakan hanya memiliki stuktur pada tingkat

kepengurusan saja seperti: ketua, seketaris dan bendahara(Yudi,Informan awal).

Agar koperasi dapat berkembang ke arah yang lebih baik maka koperasi harus

memiliki stuktur yanglengakap dan memiliki bebabagai macam bidang usaha.

Wahyu adji(2005) mengatakan bahwa bidang usha terdiri dari 6 bidang yaitu:

1. Koperasi kosumsi yaitu koperasi yang bergebrak di bidang pemenuhan

barang-barang kebutuhan sehari-hari bagi anggotanya.

2. Koperasi produksi yaitu koperasi yang melakukan kegiatan dibidang

pembuatan barang seperti koperasi kerajinan, peternakan dan lain-lain

3. Koperasi simpan pinjam(KSP) yaitu koperasi yang bergerak dibidang

simpan pinjam sepeti KSP beranggotakan Petani, KSP beranggotangakan

Nelayan, Karyawan, Penambang emas dan lain-lain.

4. Koperasi jasa yaitu koperasi yang bergerak dibidang pelayanna jasa seperti

koperasi angkuatan umum.

RAPAT ANGGOTA PENASEHAT

PENGAWAS

PEMBINA PENGURUS

(35)

5. Koperasi pemasaran yaitu koperasi yang bergerak pada pemasaran barang

yang beranggotakan orang yang melakukan pemasaran seperti koperasi

pemasaran elektronim, alat tulis kantor dan lain-lain.

6. Koperasi serba usaha yaitu koperasi yang memiliki usaha

bermacam-macam baik kosumsi, produksi, jasa simpan-pinjam dan lain-lain.

Dari bidang usaha koperasi yang ada ini, koperasi Pesahoe Rakan dapat

memilih salah satu bidang usaha yang perlu dikembangkan sesuai dengan

kemampuan yang mereka miliki. Dikarenakan koperasi pesahoe rakan tidak

memiliki bidang-bidang usaha selayaknya koperasi pada umumnya. Di mana

seharusnya koperasi yang ideal itu harus memiliki bidang usaha sebagai sumber

dana untuk anggota yang pada setiap akhir tahun mereka membagikan hasil

tersebut, apakah bentuk usaha simpan pinjam, konsumsi produksi, jasa

pemasaran, dan serba usaha.

Sebuah koperasi yang baik disamping memiliki bidang usaha, koperasi

juga sangat perlu mengadakan Rapat Akhir Tahun (RAT). Salah satu agenda RAT

adalah menyampaikan pertanggungjawabaan pengurus tentang pelaporan

keuangan koperasi. Laporan keuangan ini pada dasarnya terdiri dari; laporan

perhitungan sisa hasil usaha(SHU), laporan perubahan posisi kekayaan bersih dan

neraca.

SHU merupakan pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu tahun

buku dikurangi dengan beban-beban, penyusutan dan kewajiban lain termasuk

pajak. Pendapatan koperasi adalah penerimaan koperasi atas kontribusi anggota

koperasi terhadap beban-beban koperasi. SHU dikatakan positif bila kontribusi

(36)

Kelebihan ini akan dikembalikan oleh koperasi kepada para anggotanya. SHU

dikatan negatif bila kontribusi anggota koperasi pada pendapatan koperasi lebih

kecil dari beban koperasi. Kekurangan kontribusi anggota tersebut akan ditutup

dengan dana cadangan. Dana cadanagn diperoleh dari penyisihan SHU untuk

menutup kerugian koperasi bila diperlukan

SHU harus dibagikan kepada para anggota sesuai dengan ketentuan yang

tecantum dalam Anggran Dasar Koperasi berdasarkan hasil rapat Anggota

Tahunan(RAT). SHU merupakan salah satu hal penting dalam pegelolaan

koperasi karena dibagikan kepadaanggota. Perhitungan SHU haruslah jelas dan

trasparan sehingga tidak ada pihak yang merasa dirugikan.

Pembahagian Shupada anggotakoperasi mencakup dua bahagian, sebagai

berikut:

1. Jasa modal/simpanan adalah bahgian SHU untuk diberikan kepada

anggota menurut besar simpanan mereka, semakin besar simpann sesorang

anggota koperasi maka semakin besar pula SHU yang mereka

perolehnantinya. Simpanan dalam hal ini adalah simpanan wajib dan

simpanan pokok.

2. Jasa anggota adalahbagian SHU untuk diberikan pada anggota menurut

jasa anggota yang diberikan kepada koperasi. Jasa anggota kepada

koperasi dapat dibedakan menurut jenis koperasi sebagai berikut,

contohnya:

a. Koperasi kosumsi. Jasa anggota ditentukan oleh jumlah belanja tiap

anggota pada koperasi.semakin sering berbelanja kepada koperasi

(37)

b. Koperasi simpan pinjam: jas anggota ditentukan oleh jumlah pinjaman

anggota pada koperasi. Semakin sering dan bayak meminjam pada

koperasi maka semakin besar pula anggota itu mendapatkankan jasa.

SHU jasa anggota peminjaman=

� �� �� �/ � � �

� � � � × pinjaman anggota

Perhitungan SHU ini sangat penting dilakukan karena kemajuan koperasi

dalam mencapai tujuannya sangat tergantung pada kesungguan pengurus koperasi

dalam melaporkan masalah keuangan koperasi. Untuk itu peneliti mencoba untuk

melakukan observasi tentang pelaksanaan ini di lapangan.

Selain dari penjelasan SHU juga perlu dijelaskan mengenai:

a. Bidang aadminitrasi dan pembukuaan

b. Bidang keanggotaan

c. Bidang pembinaan koperasi

d. Mamfaat koperasi

2.3. Proses Sosial.

Proses sosial adalah setiap interaksi sosial yang berlangsung dalam suatu

jangka waktu, sedemikian rupa hingga menunjukkan pola-pola pengulangan

hubungan perilaku dalam kehidupan masyarakat. Secara garis besar, proses sosial

bisa dibedakan ke dalam dua jenis, yaitu proses sosial yang asosiatif, dan proses

sosial yang disosiatif.

Dari kedua bentuk proses sosial tersebut, yang dibahas dalam penelitian

ini hanya proses sosial asosiatif karena proses asosiatif merupakan proses yang

mengindikasikan adanya gerak pendekatan dan penyatuan. Gerak pendekatan atau

(38)

ada di Desa keude Kreung Sabee selain itu kerja sama antara lembaga-lembaga

yang ada dalam stuktur masyarakat desa tersebut juga merupakan hal yang

penting dalam mengelola koperasi Pesahoe Rakan.

Proses sosial yang asosiatif yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu

kooperasi atau kerja sama (bentuk kelembagaan). Kooperasi merupakan

perwujudan minat dan perhatian orang untuk berkerja bersama-sama dalam suatu

kesepahaman, sekalipun motifnya sering atau bisa tertuju kepada kepentingan diri

sendiri.

Bentuk-bentuk kerja sama dapat kita jumpai dalam kelompok dan

masyarakat manusia mana pun, baik pada kelompok-kelompok yang kecil

maupun pada satuan-satuan kehidupan yang besar. Pada dasarnya, proses sosial

yang namanya kooperasi itu selalu sudah diperkenalkan kepada setiap anak

manusia sejak kecil, ketika dia masih hidup dalam keluarga orang tuanya. Dalam

keluarga-keluarga, dan juga dalam komunitas-komunitas tradisional yang

keci-kecil, bentuk-bentuk usaha kooperasi itu mungkin masih sederhana saja. Akan

tetapi, didalam masyarakat nasional atau kota yang serba kompleks, jalinan

kooperasi itu tidak bisa lagi di bilang sederhana.

Di dalam kelompok-kelompok kecil seperti keluarga dan

komunitas-komunitas tradisional proses sosial yang namanya kooperasi ini cenderung

bersifat spontan. Inilah kooperasi yang terbentuk secara wajar di dalam

kelompok-kelompok yang disebut kelompok-kelompok primer. Di dalam kelompok-kelompok-kelompok-kelompok ini

individu-individu cenderung membaur diri dengan sesamanya di dalam

(39)

muka seperti ini, orang perorangan cenderung lebih senang bekerja dalam tim

selaku anggota tim daripada bekerja sendiri sebagai perorangan.

Berbeda halnya dengan kooperasi yang terjadi di dalam

kelompok-kelompok skunder, kooperasi yang ada di dalam kelompok-kelompok sekunder itu lebih

bersifat di rencanakan secara rasional dan sengaja daripada bersifat spontan atau

berlandaskan emosi solidaritas. Kelompok-kelompok yang sedikit banyaknya

bersifat terencana dan diatur, dan pada umumnya bersifat tatap muka. Segala

bentuk kerja sama antara lembaga-lembaga yang ada dalam stuktur sosial

masyarakat Desa Keude Krueng Sabee merupakan contoh kerja sama kelompok

sekunder seperti: organisasi pemerintahan, organisasi sosial, pendidikan dan

agama. Kerja sama dalam organisasi-organisasi ini tidak hanya akan melibatkan

beberapa individu setempat saja, akan tetapi karena luas dan meluasnya akan

melibatkan individu-individu lain di tempat-tempat yang jauh yang melintasi

batas-batas daerah seperti kerjasaa dalam mengelola pertambangan emas di Desa

Keude Krueng Sabee yang terdiri dari individu-individu dari daerah lain yang

punya pengalam dalam mengelola tambang emas tersebut.

2.4.Interaksi Sosial.

Hubungan antara sesama dalam istilah sosiologi disebut relasi atau

relation. Interaksi sosial juga disebut hubungan sosial merupakan hasil dari interaksi (rangkaian tingkah laku) yang sistematik antara dua orang atau lebih.

Relasi sosial merupakan hubungan timbal balik antara individu yang satu dengan

individu yang lain dan saling mempengaruhi. Suatu relasi sosial atau hubungan

sosial akan ada jika tiap-tiap orang dapat meramalkan secara tepat macam

(40)

karena terjadinya secara teratur dan berulang kali dengan pola yang sama.

Menurut Spradley dan McCurdy dalam Ramadhan, relasi sosial atau hubungan

sosial yang terjalin antara individu yang berlangsung dalam waktu yang relatif

lama akan membentuk suatu pola, hubungan ini juga disebut sebagai pola

interaksi sosial. (Spradley dan McCurdy, 1975 dalam Ramadhan, 2009 :11).

Hubungan sosial yang terjadi antara anggota penambang emas dan antar anggota

koperasi juga membentuk pola interaksi sosial.

Manusia ditakdirkan sebagai makhluk pribadi dan sekaligus sebagai

makhlik sosial. Sebagai makhluk pribadi, manusia berusaha mencakupi semua

kebutuhannya untuk kelangsungan hidupnya. Dalam memenuhi kebutuhannya

manusia tidak mampu berusaha sendiri, mereka membutuhkan orang lain. Itulah

sebabnya manusia perlu berelasi atau berhubungan dengan orang lain sebagai

makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial dalam rangka menjalani kehidupannya

selalu melakukan relasi yang melibatkan dua orang atau lebih dengan tujuan

tertentu. Hubungan sosial merupakan interaksi sosial yang dinamis yang

menyangkut hubungan antar individu, antar kelompok, ataupun antar individu

dengan kelompok.

Dalam melakukan relasi antar masyarakat pendatang dan masyarakat lokal

baik relasi antar individu, individu dengan kelompok atau antar kelompok tentu

yang diingikan dalam bentuk interaksi sosial yang positif(asosiatif). Untuk

mencapai satu kesatuan pendapat sehingga tujuan bersama dapat tercapai dengan

baik.

Interaksi sosial terdiri dari stimulan, respon, aksi dan reaksi.(Budiati Atik,

(41)

faktor yang menjadi dasar terbentuknya proses interaksi sosial seperti imitasi,

sugesti, identifiksi, simpati dan empati. Diantara faktor tersebut baik dalam

kegiatan penambang emas atau dalam kerja sama koperasi berpengaruh terhadap

sikap dan prilaku mereka. Stimulan dalam proses interaksi sosial pada masyarakat

tersebut juga diperlukan karena stimulan merupakan sesuatu yang menjadi

perangsang bagi peningkatan prestasi kerja atau semangat kerja, sehingga

respon(tanggapan) terhadap stimulan dapat dijadikan sebagai pengerak ke arah

yang lebih baik.

Masyarakat sebagai suatu sistem sosial memiliki stuktur sosial (adanya

status dan peran) dan proses sosial(adanya sosialisasi dan pengendalian). Interaksi

sosila yang terjadi dalam stuktur sosial dalam masyarakat biasanya tidak terlepas

dari status dan peranan sosial yang dimiliki oleh masyarakat tersebut. Status sosial

atau kedudukan sosial adalah tempat dimana seseorang anggota masyarakat

berada dalam stuktur sosial atau lembaga sosial, seperti lembaga desa, organisasi

koperasi, sedangkankan peranan sosial adalah tingkah lakuyang diharapkan oleh

anggota masyarakat yang menduduki suatu jabatan dalam suatu lembaga atau

organisasi. Interaksi yang terjadi sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan

yang lebih baik karena tidak semua orang dapat memberi harapannya sesuai yang

diinginkan anggota masyarakat lainnya. Oleh sebab itu sangat diharapkan dalam

stuktur sosial akan terjadi proses sosial yang menunjukan pola

hubungan(interaksi) dalam membentuk kemajuan sosial yang bersifat asosiatif

baik antar masyarakat penambang emas, antar anggota koperasi, atau antar

(42)

Proses sosial ini dapat mewujudkan bentuk interaksi sosial asosiatif yang

dasar pembentukannya memerlukan sikap dan tinggkah laku seseorang, dimulai

dari proses sosialisasi dan pengendalian sosial. Proses sosialisasi sosial adalah

proses pembelajaran nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat yang

dimulai sejak lahir sampai akhir hayat. Jadi seseorang belajar norma(aturan)

bukan haya waktu kecil atau remaja tetapi sampai tua. Proses pembelajaran ini

terus berlansung hingga seseorang bisa bermamfaat bagi dirinya dan juga bagi

orang lain.

Dalam proses pebelajaran nilai dan norma ini juga dibutuhkan

pengendalian sosial untuk mengendalikan tingkah laku seseorang sehingga apa

yang diharapkan orag lain dapat sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam

masyarakat. Sejauh mana masyarakat Keude Krueng Sabee menyadari pentingnya

proses pembelajaran ini dapat diamati dari proses-proses sosial yang terjadi dalam

masyarakat tersebut. Untuk itu peneliti merasa perlu membahas tentang

masyarakat sebagai suatu sistem sosial.

2.5.Solidaritas Sosial.

Dalam hubungan atau organisasi yang menganut solidaritas mekanik, yang

diutamakan adalah persamaan perilaku dan sikap. Persamaan prilaku dan sikap ini

sangat ditentukan oleh proses sosialisasi dalam pembelajaran nilai dan norma

yang ada dalam masyarakat. Persamaan prilaku dan sikap sanggat mendukung

kerjasama yang baik dalam mengelola pertambangan emas dan koperasi pesahoe

rakan. Apabila prilaku dan sikap yang baik sudah dipelajari atau dibiasakan

semenjak kecil, maka apa yang di harapkan masyarakat akan lebih mudah

(43)

berkerja. Jadi kerjasama mengelola pertambangan emas dan koperasi yang ada di

desa Keude Krueng Sabee sebaiknya menganut solidaritas mekanik.

Para anggota organisasi yang diikat oleh apa yang dinamakan kesadaran

kolektif atau hati nurani kolektif (collective conscience) yang merupakan suatu kesadaran bersama yang mencakup keseluruhan kepercayaan dan perasaan

kelompok atau organisasi yang bersifat ekstren serta memaksa. Sedangkan

solidaritas organik merupakan solidaritas yang mengikat masyarakat kompleks

yang telah mengenal pembagian kerja yang rinci dan dipersatukan oleh

kesalingtergantungan antara bagian. Tiap anggota menjalankan peran berbeda dan

diantara berbagai peran yang ada terdapat kesalingtergantungan antara bagian

yang satu dengan bagian yang lainnya, karena adanya kesalingtergantungan ini

maka ketidak hadiran pemegang peran tertentu akan mengakibatkan gangguan

pada kelangsungan hidup masyarakat (Kamanto Sunarto, 2001 hal 134).

Masyarakat desa Keude Krueng Sabee belum termaksud masyarakat yang

modern (kompleks), maka kerjasama dalam mengelola pertambangan emas dan

koperasi ini tidak sepenuhnya menganut solidaritas organik tetapi sungguhpun

demikian pengaruh solidaritas organik ini juga ada, karena dari pembahagian kerja

dalam mengelola kegiatan tersebut, walaupun tidak serinci pembagian kerja yang

ada di masyarakat modern, kita juga melihat adanya saling ketergantungan

diantara mereka dalam bekerja, jadi jika ada ketidak hadiran (ketidak seriusan)

mengelola kegiatan tersebut dpt juga mengakibatkan gangguan pada

kelangsungan hidup proses pengendalian sosial (mengendalikan kemnali prilaku

dan sikap) itu perlu, agar gangguan (kekacauan, tidak berkepanjangan.

(44)

akomodasi yang diambil disesuaikan dengan akibat-akibat dari gangguan atau

kekacauan yang terjadi dalam masyarakat.

Berkaitan dengan perkembangan masyarakat, Durkheim melihat

masyaratkat berkembang dari masyarakat sederhana menuju masyarakat modern.

Salah satu komponen utama masyarakat yang menjadi pusat perhatian Durkheim

dalam memperhatikan perkembangan masyarakat adalah bentuk solidaritas

sosialnya. Masyarakat sederhana memiliki bentuk solidaritas sosial yang berbeda

dengan solidaritas sosial yang ada pada masyarakat modern. Masyarakat

sederhana mengembangkan bentuk solidaritas sosial mekanik, sedangkan pada

masyarakat modern mengembangkan bentuk solidaritas sosial organik. Jadi,

berdasarkan bentuknya, solidaritas sosial masyarakat terdiri dari dua bentuk,

yaitu: (1) solidaritas sosial mekanik, dan (2) solidaritas sosial organik.

Menurut Durkheim, berdasarkan hasilnya solidaritas dapat dibedakan

antara solidaritas positif dan solidaritas negatif. Solidaritas negatif tidak

menghasilkan integrasi apapun dan dengan demikian tidak memiliki kekhususan,

sedangkan solidaritas positif dpat dibedakan berdsarkan ciri-ciri:

1. Solidaritas positif meningkat individu pada masyarakat secara

langsung, tanpa perantara,. Pada solidaritas positif yang lainnya,

individu tergantung dari masyarakat tersebut.

2. Solidaritas positif yang kedua adalah suatu sistem fungsi-fungsi yang

berbeda dan khusus yang menyatukan hubungan-hubungan yang

tetap, walaupun sebenarnya kedua masyarakat tersebut hanya satu

saja. Keduanya hanya merupakan dua wajah dari satu kenyataan yang

(45)

3. Dari perbedaan yang kedua itu muncul perbedaan yang ketiga yang

akan memberi ciri dan nama kepada kedua solidaritas itu. Ciri-ciri

tipe kolektif tersebut adalah individu meruopakan bagian dari

masyarakat yang tidak terpisahkan, tetapi berbeda peranan dan

fungsinya didalam masyarakat, namun masih tetap dalam satu

kesatuan.

Dalam masyarakat, manusia hidup bersama dan berinteraksi sehingga

timbul rasa kebersamaan diantara mereka. Rasa kebersamaan ini milik masyarakat

yang secara sadar menimbulkan perasaan kolektif, selanjutnya, prasaan kolektif

yang merupakan akibat (resultant) dari kebersamaan merupakan hasil aksi dari reaksi diantara kesadaran individu. Jika setiap kesadaran individual itu

menggembangkan perasaan kolektif, hal itu bersumber dari dorongan khusus yang

berasal dari kesadaran kolektif tersebut. Pada saat solidaritas mekanik memainkan

peranannya, kepribadian tiap individu boleh dikatakan lenyap, karena ia bukanlah

diri individu lagi, melainkan hanya sekedar makhliuk sosial kolektif. Jadi,

masing-masing individu diserap dalam kepribadian kolektif.

Hal semacam ini sangat dibutuhkan dalam kerja sama mengelola suatu

usaha. Oleh karena itu solidaritas mekanik perlu dibentuk dalam kerja sama

tersebut agar timbul rasa kebersamaan dan rasa memiliki yang besar, sehingga

kepribadian atau perbedaan tiap individu dapat diperkecil dan bila perlu

dihilangkan , supaya gangguan-gangguan dapat diatasi.

Kesadaran kolektif itu mempunyai sifat keagamaan, karena mengharuskan

rasa hormat serta ketaatan. Individu-individu selalu tunduk kepada kolektivitas.

(46)

sesuai dengan keadaan dimana masyarakat itu ada. Melanggar

keyakinan-keyakinan bersama akan menimbulkan reaksi yang hebat dan emosional. Untuk

yang bersalah akan dihukum, ini termasuk contoh pengendalian sosial yang

bersifat represif yaitu mencegah setelah terjadinya pelanggaran agar dapat

memulihkan keadaan seperti sebelum pelanggaran terjadi, sebaiknya pengendalian

sosial yang diambil dalam kerja sama ini adalah pengendalian sosial yang bersifat

preventif yaitu salah satu cara yang dilakukan sebelum terjadinya pelanggaran

atau mencegah sebelum terjadi. dengan cara mensosialisasikan norma-norma yang

ada kepada anggota masyarakat, perlu diingat bahwa proses sosialisasi ini bukan

pada saat anggota masyarakat mulai bekerja, tapi jauh sebelum yang mulai sejak

lahir sudah dibiasakan hal-hal yang baik untuk di pelajari dan di jadikan sebagai

Gambar

Tabel 1. Kelompok Sosial Masyarakat
Tabel 2. Kegiatan sosial masyarakat.
Tabel 3. Fasilitas umum
Tabel 4. Potensi sumber daya alam
+2

Referensi

Dokumen terkait

Diperlukan adanya koordinasi dengan instansi lainnya yang sejalan untuk mendukung implementasi kebijakan pencegahan HIV/AIDS di Kabupaten Banyuwwangi, karena

Penelitian ini mengajukan permasalahan berkaitan kebijakan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi dalam mendorong pengelolaan RTH Maron, apa saja hal yang dilakukan

Penelitian ini mengajukan permasalahan berkaitan kebijakan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi dalam mendorong pengelolaan RTH Maron, apa saja hal yang dilakukan

Atresia bilier terjadi karena proses inflamasi berkepanjangan yang menyebabkan kerusakan progresif pada duktus bilier ekstrahepatik sehingga menyebabkan hambatan

tabel (5,455 > 3,481) dan p-value = 0,020 < 0,05, artinya ada perbedaan keikutsertaan responden yang diberikan penyuluhan dengan yang tidak diberikan

[r]

Puji Syukur kehadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ” Penerapan Pembelajaran

1) Motivasi positif, adalah pemberian motivasi yang dilakukan dengan cara memberikan harapan atau hadiah kepada karyawan yang mempunyai prestasi tinggi (menjalankan