POTENSI MASYARAKAT DALAM MENGELOLA KOPERASI PERTAMBANGAN EMAS DESA KEUDE KRUENG SABEE, KEC.
KRUENG SABEE, KAB. ACEH JAYA
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk
Memperoleh Gelar Sarjana
Oleh :
Riya Badriyah 090901016
DEPARTEMEN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ABSTRAK
Koperasi pertambangan yaitu koperasi yang melakukan usaha dengan menggali atau memanfaatkan sumber-sumber alam secara langsung tanpa atau dengan sedikit mengubah bentuk dan sifat sumber-sumber alam tersebut. Termasuk dalam kelompok koperasi ini adalah koperasi yang melakukan usaha pendulangan emas dan koperasi yang melakukan usaha pengumpulan batu gunung. Koperasi pertambangan yang didirikan oleh masyarakat Desa Keude Krueng sabee, Kecamatan Krueng Sabee, Kabupaten Aceh Jaya, bertujuan untuk mensejahterakan kehidupan masyarakat desa dan ingin membantu pembangunan infrastruktur Desa Keude Krueng Sabee kearah yang lebih baik. Sebelum adanya koperasi pertambangan emas ini, pada tahun 2006 di Desa Keude Krueng Sabee pernah berdiri sebuah koperasi yang bergerak dibidang usaha simpan pinjam, koperasi tersebut bernama koperasi Komaksa dan setelah beberapa tahun koperasi komaksa berdiri, pada awal tahun 2012 akhirnya koperasi tersebut terpaksa dibubarkan. Penyebab dari dibubarkan koperasi komaksa karena para pengurus tidak sanggup untuk menagih tagihan kepada anggota koperasi. Menurut para petugas anggota koperasi komaksa sangat sulit untuk diminta setoran, dengan berbagai alasan, sehingga para pengurus membubarkan koperasi tersebut. Dalam hal ini, tujuan peneliti adalah untuk mengetahui dan menganalisa potensi yang dimiliki oleh masyarakat dalam mengelola koperasi pertambangan emas di Desa Keude Krueng Sabee, Kecamatan Kreung Sabee, Kabupaten Aceh Jaya..
Jenis Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif, yang bertujuan untukmengetahui sejauh mana kontribusi koperasi Pesaho Rakan terhadap perkembangan masyarakat di Desa Keude Krueng Sabee. Adapun teknik pengambilan data dalam penelitan ini yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi, yang kemudian data dari ketiga sumber tersebut, diinterprestasikan ke dalam bentuk narasi. Informan dalam penelitian ini berjumlah 9 orang yang terdiri dari, pengurus koperasi 3 orang, anggota koperasi 3 orang, toke pertambangan emas 2 orang dan ketua adat 1 orang yang berada di Desa Keude Krueng Sabee.
berani menggambil keputusan dan kurang tegas terhadap para anggota koperasi atas peraturan-peraturan yang telah mereka buat dan sepakati bersama. Koperasi pertambangan pesahoe rakan juga tidak memberikan pendidikan khusus untuk para pengurus dan anggota koperasi, padahal di dalam akta pendirian koperasi ada menyebutkan bagi para pengurus dan anggota koperasi wajib diberikan pendidikan tentang perkoperasian. Sebelum koperasi pesahoe rakan ditutup sementara, koperasi pesahoe rakan telah membantu pembangunan infrastrukter Desa Keude Krueng Sabee dengan membantu pembangunan mesjid, membangun prasantren untuk anak-anak desa yang kurang mampu dan memperbaiki jalan menuju ke gunung emas, walaupun jalan yang diperbaiki belum menggunakan aspal setidak itu sudah mempermudah para penambang dalam menuju ke gunung emas.
KATA PENGANTAR
Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan puji syukur
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sebab atas berkat dan rahmatNya penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Potensi Masyarakat Dalam Mengelola
Koperasi Pertambangan emas di Desa Keude Krueng Sabee, Kecamatan Krueng
Sabee, Kabupaten Aceh Jaya”.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis dengan lapang dada menerima kritik dan saran yang bersifat
membangun demi perbaikan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi pembacanya.
Dengan selesainya penyusunan skripsi ini, penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah membantu proses
penyusunan skripsi ini. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan FISIP USU
2. Ibu Dra. Lina Sudarwati, M.Si, selaku Ketua Departemen Sosiologi
FISIP USU.
3. Bapak Drs. Henry Sitorus, M.Si, selaku dosen wali pembimbing.
4. Ibu Dra. Linda Elida, M.Si, selaku Dosen Pembimbing, mengucapkan
terima kasih kepada beliau atas kesediaannya dalam memberikan
pengarahan-pengarahan ataupun masukkan bagi skripsi penulis.
5. Bapak Drs. Junjungan SBP. Simanjuntak, M.Si selaku dosen penguji
6. Bapak dan Ibu Dosen FISIP USU, khususnya Dosen Departemen
Sosiologi atas ilmu yang selama ini telah diberikan kepada penulis.
7. Kepada kedua orang tua ku tersayang mamak Dra. Misran Idris dan
ayah Syamsul Bahri terimakasi atas kasisayang yang tulus kepada saya
dari kecil sampai saat ini, tidak henti-hentinya memberikan semangat,
tidak pernah putus asa untuk mendorong saya menyelesaikan skripsi
yang sudah lama ini, terimakasi juga atas dukungannya, do’anya dan
dananya selama ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Semoga penulis dapat membanggakan kedua orangtua penulis.
8. Kepada kedua adik-adik saya tersayang Ridha Rouzah Sulmi dan Siti
Ayu pratiwi yang selalu memberikan semangatnya dan selalu
mengingatkan saya untuk mengerjakan skripsi ini.
9. Kepada Geuchik Keude Krueng Sabee yakni Bapak Julianto, yang
telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian di Desa Keude
Krueng Sabee.
10.Para Informan yang ada di Desa Keude Krueng Sabee yang bersedia
memberikan waktunya, untuk memberikan informasi mengenai
Potensi Masyarakat Dalam Mengelola Koperasi Pertambangan Emas,
terimakasih untuk pengertiannya yang telah bersedia menerima
kehadiran penulis selama proses penyelesaian skripsi ini.
11.Kepada teman dekat penulis M. Ridho Riyansyah dan keluarga, yang
12.Kepada wanita-wanita ku tersayang yakni Mai Yuliarti dan Nova
Puspita Sari yang selalu menemani penulis untuk mencari referensi
dalam penulis skripsi ini dan membantu dalam segala hal..
13.Buat teman-teman stambuk penulis di Departeman Sosiologi FISIP
USU yakni Mega Sari EKA, Siti Rukmana, Winda Kataren, Winda
purwani, Sauma Rahma, Elisabet Sitohang, Bertha, Irvin, Dede, Bima,
Dewi, Kiki, Nasrul, Tian dan semua teman-teman Sosiologi 09 yang
tidak biasa saya sebutkan namanya satu-persatu, yang selalu
memberikan semangat kepada penulis untuk dapat menyelasaikan
skripsi ini.
14.Semua pihak yang turut membantu yang tidak dapat disebutkan satu
persatu.
Atas dukungan berbagai pihak tersebut, penulis ucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya. Penulis berharap skripsi ini dapat berguna bagi berbagai pihak
yang membutuhkan.
Medan, 24 April 2015
Penulis
DAFTAR ISI
1.1.Latar Belakang Masalah ... 11.2.Rumusan Penelitian ... 12
2.2.Potensi Desa dan Koperasi Desa... 20
2.3. Proses Sosial ... 29
3.3. Unit Analisis dan Informan ... 40
3.4. Teknik pengumpulan Data ... 41
3.5. Interprestasi Data ... 43
3.6. Jadwal Penelitan... 44
3.7. Keterbatasan Peneliti ... 44
Bab IV Deskripsi Lokasi dan Informan Penelitian 4.1. Gambaran umum Desa Keude Kruweng Sabee… ... 46
4.2. Karakteristik Informan… ... 61
Bab V Hasil dan Pembahasan 5.1. Sejarah Penemuan Gunung Emas di Desa Panggong … ... 76
5.2. Sejarah Pendirian Koperasi Pertambangan Emas Pesahoe Rakan.. ... 82
5.3. Potensi Masyarakat Dalam Menggelola KPPR… ... 89
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Kelompok Sosial Masyarakat… ... 48
Tabel 4.2. Kegiatan Sosial Masyarakat... 49
Tabel 4.3. Fasilitas Umum… ... 50
Tabel 4.4. Potensi Sumber Daya Alam… ... 55
ABSTRAK
Koperasi pertambangan yaitu koperasi yang melakukan usaha dengan menggali atau memanfaatkan sumber-sumber alam secara langsung tanpa atau dengan sedikit mengubah bentuk dan sifat sumber-sumber alam tersebut. Termasuk dalam kelompok koperasi ini adalah koperasi yang melakukan usaha pendulangan emas dan koperasi yang melakukan usaha pengumpulan batu gunung. Koperasi pertambangan yang didirikan oleh masyarakat Desa Keude Krueng sabee, Kecamatan Krueng Sabee, Kabupaten Aceh Jaya, bertujuan untuk mensejahterakan kehidupan masyarakat desa dan ingin membantu pembangunan infrastruktur Desa Keude Krueng Sabee kearah yang lebih baik. Sebelum adanya koperasi pertambangan emas ini, pada tahun 2006 di Desa Keude Krueng Sabee pernah berdiri sebuah koperasi yang bergerak dibidang usaha simpan pinjam, koperasi tersebut bernama koperasi Komaksa dan setelah beberapa tahun koperasi komaksa berdiri, pada awal tahun 2012 akhirnya koperasi tersebut terpaksa dibubarkan. Penyebab dari dibubarkan koperasi komaksa karena para pengurus tidak sanggup untuk menagih tagihan kepada anggota koperasi. Menurut para petugas anggota koperasi komaksa sangat sulit untuk diminta setoran, dengan berbagai alasan, sehingga para pengurus membubarkan koperasi tersebut. Dalam hal ini, tujuan peneliti adalah untuk mengetahui dan menganalisa potensi yang dimiliki oleh masyarakat dalam mengelola koperasi pertambangan emas di Desa Keude Krueng Sabee, Kecamatan Kreung Sabee, Kabupaten Aceh Jaya..
Jenis Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif, yang bertujuan untukmengetahui sejauh mana kontribusi koperasi Pesaho Rakan terhadap perkembangan masyarakat di Desa Keude Krueng Sabee. Adapun teknik pengambilan data dalam penelitan ini yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi, yang kemudian data dari ketiga sumber tersebut, diinterprestasikan ke dalam bentuk narasi. Informan dalam penelitian ini berjumlah 9 orang yang terdiri dari, pengurus koperasi 3 orang, anggota koperasi 3 orang, toke pertambangan emas 2 orang dan ketua adat 1 orang yang berada di Desa Keude Krueng Sabee.
berani menggambil keputusan dan kurang tegas terhadap para anggota koperasi atas peraturan-peraturan yang telah mereka buat dan sepakati bersama. Koperasi pertambangan pesahoe rakan juga tidak memberikan pendidikan khusus untuk para pengurus dan anggota koperasi, padahal di dalam akta pendirian koperasi ada menyebutkan bagi para pengurus dan anggota koperasi wajib diberikan pendidikan tentang perkoperasian. Sebelum koperasi pesahoe rakan ditutup sementara, koperasi pesahoe rakan telah membantu pembangunan infrastrukter Desa Keude Krueng Sabee dengan membantu pembangunan mesjid, membangun prasantren untuk anak-anak desa yang kurang mampu dan memperbaiki jalan menuju ke gunung emas, walaupun jalan yang diperbaiki belum menggunakan aspal setidak itu sudah mempermudah para penambang dalam menuju ke gunung emas.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah.
Salah satu bentuk usaha pertambangan yang dinyatakan legal di Indonesia
adalah pertambangan yang di lakukan masyarakat melalui pertambangan skala
kecil (Small Scale Mining). Menurut Wiriousudarmo (1990), pertambangan skala kecil (PSK) diartikan sebagai operasi dan investor pertambangan dimana investor
maupun, operatornya adalah rakyat kecil atau masyarakat secara bersama-sama
(kolektif). Jadi, suatu operasi pertambangan yang secara fisik kecil, namun kalau
di miliki oleh pengusaha besar maka pertambangan tersebut tidak dapat
digolongkan sebagai PSK.
Pembentukan peraturan perundang-undangan di bidang pertambangan
mineral dan batubara adalah karena adanya kebutuhan masyarakat akan
perlindungan hak-hak mereka di dalam pengelolaan mineral dan batubara. Karena
dalam undang-undang Nomor 4 Tahun 2009, masyarakat, terutama penduduk
setempat diberi ruang yang cukup untuk mengelola pertambangan mineral dan
batubara. Masyarakat diberikan hak untuk mengajukan izin pertambangan rakyat
(IPR) dan izin usaha pertambangan (IUP). Dengan adanya izin tersebut, mereka
dapat melakukan kegiatan pertambangan dengan baik. Dan dengan adanya
kegiatan ini, maka masyarakat tersebut menjadi sejahtera, lahir dan batin.
Namun, dalam realitanya, kegiatan yang dilakukan oleh penduduk
setempat kurang mendapat perhatian dari pemerintah, terutama pemerintah daerah
karena banyak penduduk yang melakukan kegiatan pertambangan secara tidak sah
pengawasan. Akibatnya, penduduk setempat yang melakukan illegal mining banyak yang meninggal karena tertimbun longsor. Bahkan, dalam pelaksanaan
illegal mining tersebut berlaku hukum rimba, artinya siapa yang kuat, maka dialah yang menguasai sumur-sumur tambang yang telah digali oleh orang lain.
Apabila hal itu dibiarkan, maka akan menimbulkan persoalan dan kerugian yang
cukup besar, baik bagi masyarakat maupun pemerintah daerah (Salim 2012: 47).
Kehadiran pertambangan emas di suatu daerah dapat membawa dampak
positif dan dampak negatif bagi masyarakatnya. Dampak positifnya adalah
kehadiran pertambangan emas diharapkan akan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat di daerah lingkar tambang. Peningkatan ini akibat keberadaan
pertambangan emas yang mampu mendorong dan menggerakkan sendi-sendi
ekonomi masyarakat. Struktur sosial di dalam masyarakat juga akan mengalami
perubahan, karena masyarakat sekitar pertambangan emas termotivasi untuk
mampu menyesuaikan perubahan struktur sosial yang disebabkan banyaknya
masyarakat pendatang yang berkerja sebagai penambang. Dampak negatif juga
terjadi diberbagai segi kehidupan masyarakat baik itu pada perubahan struktur
sosial, budaya, ekonomi masyarakat maupun pada kualitas lingkungan.
Begitu juga dengan penemuan tambang emas di Provinsi Aceh yang
terletak di Gunong Ujen Desa Panggong, Kab. Aceh Jaya. Sejak ditemukan
pertambangan emas di Provinsi Aceh ini, telah mempengaruhi berbagai aspek
kehidupan sosial masyarakat setempat. Seperti perubahan pada aspek kondisi
perekonomian masyarakat, adanya lapangan pekerjaan baru (bagi masyarakat
daerah tersebut dan mayarakat dari luar daerah seperti masyarakat Jawa, Bogor,
Gunong Ujen terletak di Desa Panggong Kec. Krueng Sabee, Kab. Aceh
Jaya. Sebelum terjadinya tsunami di Aceh pada tahun 2004, kondisi
perekonomian masyarakat Desa Panggong rata-rata menengah ke bawah dan
jarang sekali yang menengah ke atas. Kebanyakan masyarakat Desa Panggong
berkerja sebagai wirausaha, bertani dan sangat jarang yang berkerja di
pemerintahan.
Desa Panggong adalah salah satu desa diantara 17 Desa yang ada dalam
wilayah Kec. Krueng Sabee, Kab. Aceh Jaya. Terletak di sebelah Barat pusat
pemerintahan. Masyarakat Desa Panggong memiliki banyak sektor usaha ekonomi
misalnya, usaha warung kopi, jual beli sembako/kelontong, usaha peternakan,
penjual ikan keliling (mugee), usaha menjahit, usaha kue basah/kering, pertukangan, lahan pertanian (sawah tadah hujan) dengan luas 500 Ha tanaman
keras dan lain-lain. Dari banyaknya usaha ekonomi masyarakat yang paling
banyak dijadikan sebagai mata pencarian adalah sebagai petani.
Bagi masyarakat Desa Panggong dan desa-desa lainnya menjadi
penambang emas adalah pekerjaan yang sangat menjanjikan. Apalagi setelah
terjadinya tsunami banyak lahan-lahan pertanian yang rusak, kecuali lahan
pertanian yang ada di atas gunung. Kabupaten Aceh Jaya adalah salah satu
Kabupaten yang sangat parah kerusakannya akibat tsunami, sehingga banyak
masyarakat yang kehilangan pekerjaannya. Tetapi semenjak masyarakat
mengetahui bahwa di kampungnya terdapat pertambangan emas maka masyarakat
berlomba-lomba mengambilnya dengan harapan mendapatkan hasil yang banyak
sehingga dapat merubah perekonomian keluarga mereka. Hasil yang diperoleh
tetapi bagi yang tidak beruntung bisa mengalami kerugian yang sangat besar
karena emas yang didapatkan tidak sesuai dengan modal yang telah dikeluarkan.
Pada tahun 1990 masuklah orang asing mendirikan sebuah perusahaan
yang diberi nama PT.KTR (Kuta Raja Rakyat). Sekitar tahun 1997 pengeboran
dilakukan oleh PT.KTR dengan memperkerjakan penduduk setempat. Pada tahun
2000 bergejolaklah kembali konflik antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM)
dengan Pemerintahan R.I yang menimbulkan korban jiwa dari kedua belah pihak.
Saat itu banyak masyarakat setempat bergabung dengan GAM termasuk Pimpinan
daerah saat ini. Masyarakat yang berpihak kepada GAM tidak bebas beraktifitas
untuk mencari nafkah, bahkan ada yang bersembunyi di hutan karena takut
ditangkap oleh aparat keamanan. Hal tersebut membuat kondisi mencekam dan
tidak kondusif sehingga PT.KTR tersebut berhenti beroperasi dan mundur.
Konflik tersebut akhirnya berhenti setelah kedua belah pihak menandatangani
nota kesepakatan damai di Helsinki, Swiss pada tahun 2005. Nota kesepakatan
damai tersebut dikenal dengan nama MoU Helsinki.
Dalam mengelola pertambangan emas, masyarakat daerah sekitar dan
masyarakat Aceh lainnya bekerja sama dengan masyarakat luar kota. Hal ini
dikarenakan masyarakat lokal kurang berpengalaman dan tidak mengerti tentang
cara mengelola pertambangan emas yang baik sehingga mereka membutuhkan
bantuan dari masyarakat luar kota. Oleh sebab itulah penambang emas di Gunong
Ujen tersebut tidak hanya berasal dari penduduk setempat namun juga berasal
dari luar daerah seperti dari Bogor, Banten dan Bengkulu.
Untuk mendapatkan hasil yang baik mereka harus bersatu dalam mengelola
kesalahpahaman dan perbedaan pendapat di antara mereka, mereka tetap
berusaha menahan emosi atau keegoisan dari diri masing-masing dan mencoba
menyatukan pikiran. Walaupun sulit, semua itu tetap mereka lakukan untuk
kelancaran dalam mengelola pertambangan emas agar mendapatkan hasil seperti
yang diinginkan (informan awal).
Pembagian keuntungan dan pembayaran dilakukan dengan cara bagi hasil
antara toke(pemberi dan pemilik modal) dan pekerja. Untuk toke mendapat sebesar 60% persen dan para pekerja mendapat 40% persen dari keuntungan hasil
tambang. Beberapa tahun setelah di kelola secara pribadi oleh beberapa toke,
sekarang pengambilan emas di wilayah tersebut di ambil alih dan di kelola oleh
koperasi Gunong Ujen. Ini dilakukan untuk melegalkan/mensahkan usaha
masyarakat setempat dalam mengelola tambang emas yang ada di wilayah mereka
sesuai dengan UU No.11 tahun1967 tentang Pertambangan dan Qanun Provinsi
Aceh tahun 2002 tentang Pertambangan Umum, Minyak Bumi dan Gas Pasal 3.
Sebenarnya pada tahun 2006 di desa ini pernah di didirikan koperasi yang
bernama Komaksa yaitu koperasi masyarakat Krueng Sabee dengan jumlah
anggota 32 orang, dalam bentuk simpan pinjam. Setiap anggota koperasi harus
menyetor simpanan pokok sebesar 100 ribu simpanan wajib sebesar 20 ribu
perbulan. Setiap peminjam akan memberikan jasa pinjaman kepada koperasi
sebesar 1% dalam tempo pengembalian 1.5 tahun.
Sisa hasil usaha (SHU) yang pernah deberikan pada anggota yaitu akhir
tahun 2007, 2008, dan 2009, sedangkan 2010 sudah ada anggota koperasi yang
tidak menyetor, pengembalian pinjamannya kekoperasi. Menurut informasi
marah-marah”. Dan anggota yang tidak mau membayar pada akhir 2010
bertambah lagi sehingga SHU untuk 2010 tidak dapat dibagikan dan pada tahun
2011 anggota yang aktif hanya 7 orang sehingga pada awal tahun 2012 koperasi
Komaksa di bubarkan dengan mengembalikan uang kepada anggota yang aktif.
Sedangkan koperasi yang mengelola pertambangan emas di gunong ujen
didirikan pada tahun 2010 dan disahkan pada tahun 2011 oleh Menteri Negara
Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah R.I Dinas Perindustrian, Perdagangan
dan Koperasi Kabupaten Aceh Jaya. Jumlah koperasi yang mengelola
pertambangan emas di Desa Panggong sebanyak 19 unit koperasi yang tersebar di
dua Kecamatan yaitu di Kecamatan Krueng Sabee ada 11 unit koperasi dan di
Kecamatan Pangga ada 9 unit koperasi. Dari 11 unit koperasi yang ada di
kecamatan Krueng Sabee hanya 3 koperasi yang menjadi anggota dari koperasi
pesahoe rakan yaitu koperasi Keude Krueng Sabee dengan jumlah anggotanya 50
orang, koperasi Kabong beranggota 45 orang dan koperasi Paya Semantok
beranggotakan 48 orang. Jadi jumlah anggota koperasi pesahoe rakan sebanyak
143 orang.
Jika masyarakat yang menggambil emas di pertambangan tersebut ingin
bergabung menjadi anggota koperasi ini, masyarakat tersebut harus membayar
kartu anggota pertama Rp.100 ribu dengan masa aktif tiga bulan. Jika masa
aktifnya tidak berlaku lagi atau habis dan ingin memperpanjangnya, anggota
tinggal membayaran Rp.50 ribu. Uang tersebut digunakan untuk uang kas daerah
dan keperluan infrastruktur daerah seperti perbaikan jalan-jalan yang rusak,
membantu pembangunan mesjid, membangun prasantren, dan membangun
diterima koperasi melalui kartu anggota dengan jumlah anggota 143 orang, tidak
mungkin koperasi mampu membangun daerahnya, di karenakan dana untuk
membangun semua itu bukan hanya diperoleh dari kartu anggota tetapi dari
pengurus atau anggota yang mendapatkan rezeki yang banyak dari gunung emas
juga menyumbangkan melalui koperasi pesahoe rakan ini untuk dijadikan sumber
dana koperasi. Ini dilakukan karena koperasi pesahoe rakan belum ada bidang
usaha seperti koperasi pada umumnya untuk memperoleh dana.
Dari pengalaman dua koperasi ini, kita melihat adanya pesan-pesan moral
yang dapat di ambil untuk dijadikan sebagai pembelajaran bagi kita semua agar
setiap kegiatan yang dilakukan dapat bermanfaat untuk semua pihak. Masyarakat
sangat mengharapkan dengan adanya koperasi ini dapat terjadi pengembangan
masyarakat kearah yang lebih baik, sekaligus dapat membangun daerahnya kearah
yang lebih maju dan modern.
Sebagaimana kita ketahui bahwa moral itu merupakan ajaran tentang baik
buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, dan kewajiban. Maka
pesan moral pada koperasi komaksa adalah ajaran yang kurang baik dikarenakan
para anggotanya tidak melaksanakan kewajibannya sebagai anggota koperasi yang
baik, jujur, dan disiplin. Ini baru dilihat dari pihak anggotanya saja yang
berdasarkan informasi dari seorang pengurus koperasi tersebut. Dan mungkin
kekurangan kekurangan dari pihak penguruspun bisa terjadi kalau digali lagi dari
informasi anggota yang masi aktif sampai koperasi di bubarkan.
Selanjutnya pada koperasi pesahoe rakan pesan moral yang bisa dilihat
adalah adanya ajaran tentang kebaikan dimana dalam memperoleh dana koperasi,
gunung emas tersebut. Mereka mau menyumbangkan ke koperasi agar dana yang
disumbangkan itu dapat membangun desa kearah yang lebih baik. Disamping
pesan moral yang baik, yang kurang baik (buruk) pun bisa dilihat dimana koperasi
pesahoe rakan belum ada bidang-bidang usahanya, sehingga SHU belum bisa
diberikan kepada setiap anggota sampai akhir tahun 2013 yang lalu.
Mudah-mudahan dengan adanya penelitian ini, koperasi pesahoe rakan sudah memiliki
salah satu bidang usaha, sehingga dana yang diperoleh dapat dibagikan kepada
para anggota pada setiap akhir tahun. Dan dapat membantu para anggota yang
kurang beruntung dalam memperoleh hasil dari pertambangan emas tersebut.
Sebenarnya baik pengurus maupun anggota sangat diperlukan sikap jujur
dan tidak mementingkan diri sendiri dalam setiap kegiatan sebagai contoh apabila
mereka memilih salah satu bidang usaha misalnya konsumsi yaitu menyediakan
kebutuhan pokok anggota maka pembukuannya harus jelas, karena semakin
banyak anggota balanja di koperasi semakin besar jasa yang di dapat anggota
tersebut. Demikian juga dengan bidang-bidang usaha lainnya sikap jujur dan iklas
dalam berkerja sangat diperlukan. Kegiatan perekonomian rakyat ini (koperasi
pesahoe rakan) salah satu potensi yang ada pada masyarakat desa Keude Krueng
Sabee, usaha perekonomian lainnya yang ada pada masyarakat desa tersebut
seperti, usaha perkebunan kelapa sawit, kelapa (copra), coklat, perbengkelan,
perdagangan, nelayan, pertanian dan sebagai pemborong dalam perbaikan
infrastruktur, rumah ibadah ( mesjid/mushola), sekolah yang di kerjakan oleh
masyarakat desa itu sendiri.
Koperasi yang ada di Desa Keude Krueng Sabee yang beranggotakan
inimemiliki luas area yang dikelola ± 1000 hektar yang sudah dibagikan kepada
setiap koperasi yang ada di dua kecamatan yaitu di Kecamatan Krueng Sabee
sebanyak 11 unit koperasi desa dan di Kecamatan Panga sebanyak 9 unit koperasi
desa yang tunduk pada koperasi induk. Setiap koperasi desa mendapatkankan
lahan seluas 25 Ha. Jadi luas area yang sudah di ekploitasi sebesar 475 Ha. Sisa
area yang belum di ekploitasi atau area cadangan sebesar 525 Ha. Selain itu
menurut keterangan masyarakat setempat, masih ada area lain yang berpotensi
mengandung cadangan emas namun belum diketahui luas areanya karena belum
di teliti.
Dalam kegiatan mengelola koperasi dibutuhkan potensi-potensi yang dapat
digunakan sebagai kekuatan dan pendukung keberhasilan kegiatan tersebut.
Potensi merupakan suatu keadaan yang terdapat pada suatu daerah, dimana
keadaan tersebut dapat dikembangkan sehingga dapat memberikan mamfaat bagi
masyarakat dan daerah itu sendiri. Potensi yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah seluruh sumber daya yang tersimpan dalam masyarakat dan lingkungannya
yang dapat digunakan untuk kelangsungan hidup masyarakat dan pembangunan
desa. Hal ini menunjukan bahwa sebuah desa sangat tergantung pada potensi
sumber daya yang ada.
Potensi sumber daya yang dimaksud mencakup sumber daya alam yang
disebut dengan potensi fisik dan sumber daya manusia yang disebut potensi
non-fisik. Kedua potensi sumber daya tersebut saling mempengaruhi satu sama lain.
Potensi sumber daya alam adalah sumber daya yang berasal dari lingkungan
goegrafisnya seperti pertambangan emas, minyak, batu bara, nikel, keberagaman
pemandangan alam yang indah. Sedangkan potensi sumber daya manusia adalah
keseluruhan sumber daya yang berasal dari manusia itu sendiri seperti:
pengetahuan, kemampuan, keahlian, kecakapan, prilaku, norma dan nilai, lembaga
atau organisasi yang dibentuk, adat istiadat atau kondisi sosial-budayanya.
Desa Keude Krueng Sabee sendiri memiliki potensi sumber daya alam
yang cukup baik seperti pertambangan emas, hasil ikan yang melimpah di laut,
tanah yang subur dan hewan ternak. Dari sekian banyak potensi sumber daya alam
yang ada di Desa Krueng Sabee, pertambangan emas merupakan salah satu
potensi daerah yang sedang dikembangkan melalui pembentukan koperasi
Pesahoe Rakan.
Berkembangnya potensi sumber daya alam dan koperasi tambang emas di
daerah ini sangat di dukung oleh potensi sumber daya manusia termasuk peran
manusia sebagai sumber tenaga kerja yang memiliki pengetahuan, kemampuan,
keahlian, kecakapan, keterampilan dan nilai-nilai moral. Lembaga-lembaga sosial
yang ada dalam masyarakat dapat memberikan pembinaan dan arah bagi
pengembangan koperasi Pesahoe Rakan dan perkembangan serta pelaksanaan
pembangunan desa dalam meningkatkan taraf hidup warganya. Lembaga-lembaga
sosial tersebut antara lain: lembaga sosial pemerintahan desa; tokoh masyarakat,
Tuha Peut, lembaga pendidikan seperti; perpustakaan desa dan kelompok belajar,
lembaga agama; Alim ulama, kelompok pengajian, lembaga kesehatan seperti;
pukesmas , posyandu, lembaga keuangan seperti; koperasi dan bank.
Seperti yang kita ketahui bahwa masyarakat desa adalah masyarakat yang
memiliki semangat gotong royong yang tinggi dalam ikatan kekeluargaan yang
pembangunan. Gotong royong ini merupakan suatu kebiasaan (culture lokal) dari
dulu sampai sekarang yang menjadi salah satu ciri dari masyarakat desa ini, begitu
juga desa-desa lain di aceh, yang di dorong oleh masyarakat desa itu sendiri
seperti tokoh adat, cindikiawan alim ulama, dan pemuda. Masyarakat yang mudah
menerima kedatangan masyarakat lain dan mampu bekerja sama (kooperatif)
dengan pendatang baru serta kemampuan mengelola emosi juga sangat berperan
penting dalam proses pengelolaan koperasi. Salah satu landasan pengambilan
keputusan dalam koperasi adalah melalui proses musyarawarah. Sikap-sikap
masyarakat yang disebutkan di atas sangat mendukung proses musyawarah
tersebut.
Dengan jumlah penduduk yang seluruhnya beragama islam dan
mempunyai kesamaan suku serta adat, kebiasaan yang disebut dengan
homogenitas etnik juga diasumsikanmemudahkan pegembangkan dan
pengelolalaan koperasi. Diharapkan hasil pertambangan emas tersebut selain
dapat mensejahterakan masyarakat secara pribadi dapat juga digunakan untuk
keperluan infrastruktur daerah serta membangun dan memperbaiki tempat ibadah
dan pelayanan kesehatan.
Dilihat dari potensi sumber daya alam, emas yang ada cukup banyak untuk
dikelola dan juga dari sumber daya manusia termasuk lembaga-lembaga sosial
yang dibentuk pemerintah, maka dapat dijadikan sebagai pendorong untuk
peningkatan semangat kerja, baik bagi pekerja penambang emas, bagi toke, pengurus koperasi dan juga bagi individu atau kelompok-kelompok yang
menduduki lembaga-lembaga sosial yang ada. Namun sejauh mana masyarakat
pengetahuan (baik pengetahuan dalam mengelola koperasi, pengetahuan dalam
mengelola pertambangan emas, dan mengelola kelembagaan yang ada),
kemampuan, keahlian serta semangat kerja yang mereka miliki. Kurangnya
pengetahuan, kemampuan, keahlian serta semangat kerja ini bisa mengakibatkan
usaha mensejahterakan masyarakat kurang berhasil sebagaimana yang diharapkan.
Berdasarkan hal-hal di atas peneliti ingin mengetahui apakah pengetahuan,
kemampuan dan keahlian serta semangat kerja yang ada pada masyarakat desa
tersebut sudah mampu untuk mendukung pengembangan koperasi petambangan
Pesahoe Rakan ke arah yang lebih baik. Dari penjelasan yang dikemukakan di atas
maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai potensi-potensi yang
ada pada masyarakat desa Keude Kreung Sabee dalam mengelola koperasi
pertambangan emas Pesahoe Rakan.
1.2.Rumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah potensi yang ada pada masyarakat Desa Keude Krueng Sabe
Kabupaten Aceh Jaya dapat mendukung pengembangan koperasi
Pertambangan Pesaho Rakan ?
2. Bagaimana pengaruh koperasi pertambangan Pesaho Rakan terhadap
perkembangan masyarakat di Desa Keude Krueng Sabe, Kabupaten Aceh
1.3.Tujuan Penelitian.
1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisa potensi yang
dimiliki oleh masyarakat dalam mengelola koperasi pertambangan emas di
Kecamatan Kreung Sabee.
2. Untuk mengetahui sejauh mana kontribusi koperasi Pesaho Rakan
terhadap perkembangan masyarakat di Desa Keude Krueng Sabee, Kab.
Aceh Jaya..
1.4.Manfaat Penelitian.
Adapun manfaat dari peneliti ini adalah sebagai berikut:
1.4.1. Manfaat Teoritis.
1. Untuk meningkatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan pada
umumnya dan ilmu sosiologi seperti kajian perubahan dan sosiologi
lingkungan.
2. Menambah hasil referensi hasil penelitian yang juga di jadikan sebagai
bahan rujukan untuk penelitian bagi mahasiswa sosiologi selanjutnya,
serta di harapkan dapat memberikan sumbang pemikiran dan
memperluas cakrawala pengetahuan.
1.4.2. Manfaat praktis
1. Menambah pengetahuan bagi penulis mengenai permasalahan yang
di teliti dan kemampuan untuk membuat karya tulis ilmiah.
2. Menjadi sumbangan pemikiran dan informasi kepada masyarakat
yang menggambil emas di pertambangan emas di Desa Panggong
Kecamatan krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya dan masyarakat di
Pertambangan Emas terhadap Proses sosial masyarakat di Desa
Keude Krueng Sabe Kecamatan Krueng Sabe Kabupaten Aceh Jaya.
1.5.Definisi Konsep. 1. Potensi Masyarakat
Merupakan kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dapat
dikembangkan pada suatu masyarakat. Potensi ini berupa pengetahuan
masyarakat, prilaku, adat istiadat, kebiasaan, norma dan nilai, lembaga
yang di bentuk (pemerintah/kepemimpinan, keagamaan, keuangan, dan
organisasi lokal ). Dalam penelitian ini potensi sumber daya alam yang
dimaksud adalah pertambangan emas dan potensi sumber daya manusia
berupa lembaga-lemabga yang dibentuk pemerintah/kepemimpinan,
organisasi sosial termasuk juga pengetahuan, kemampuan dan keahlian
yang dimiliki masyarakat Keude Krueng Sabae dalam mengegelola
koperasi tersebut.
2. Koperasi
Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau
badan hukum koperasi dengan melaksanakan kegiatannya berdasarkan
prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang
berdasarkan asas kekeluargaan. Koperasi Peusaho Rakan yang ada di Desa
Keude Kreung Sabee merupakan koperasi menyimpan uang melalui kartu
anggota dan uang tersebut digunakan untuk kepentingan masyarakat baik
sebagai uangkas daerah dan keperluan infrastuktur daerah. Koperasi
tersebut belum memiliki bidang usaha seperti usaha dibidang kosumsi,
untuk pengembangan koperasi ke arah yang lebih bermamfaat bagi
masyarakat maka kopersi perlu memiliki bidang-bidang usaha tersebut.
3. Proses sosial
Proses sosial adalah setiap interaksi sosial yang berlangsung dalam suatu
jangka waktu, sedemikian rupa hingga menunjukkan pola-pola
pengulangan hubungan perilaku dalam kehidupan masyarakat. Pola
hubungan tersebut membentuk kemajuan sosial yang berjalan terus
sehingga mempengaruhi interaksi pada masyarakat penambang emas
tersebut. Bentuk proses sosial dalam masyarakat ada dua yaitu: asosiatif
(penyatuan) dan disosiatif (perpecahan). Pada penelitian ini membahas
bentuk proses sosial yang asosiatif.
4. Pengaruh
Pengaruh adalah dampak yang dihasilkan oleh kegiatan pertambangan
yang di lakukan oleh para pengambil emas dan dampak koperasi terhadap
pengembangan masyarakat di desa tersebut baik secara langsung atau tidak
langsung yang mengakibatkan suatu perubahan terhadap perilaku dan
sikap orang atau kelompok. ..
5. Interaksi Sosial.
Interaksi sosial yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hubungan
timbal balik antara pemilik modal, pekerja dan koperasi-koperasi yang
saling mempengaruhi satu sama lain. Interaksi sosial dalam penelitian ini
terbagi dalam 3 jenis pola hubungan yaitu; hubungan antara individu
kelompok(pemilik modal dengan koperasi) dan antara kelompok dengan
kelompok (koperasi dengan koperasi).
6. Nilai Sosial.
Nilai atau value adalah keinginan yang relatif permanen tampaknya mempunyai sifat-sifat baik seperti damai atau kehendak baik, bersusila.
Dalam kebudayaan, nilai adalah wujud idiil budaya (unsur budaya adalah
nilai, norma, hukum dan peraturan). Nilai yang berkaitan dengan koperasi
pertambangan pesahoe rakan yaitu nilai, norma, hukum dan peraturan
dalam mengambil batu emas digunung emas, dimana didalam
menengambil batu emas ada nilai, norma, hukum dan peraturan yang tidak
boleh dilanggar oleh para penambang.
7. Pertambangan Emas di Desa Panggong
Pertambangan Emas di Desa Panggong merupakan pertambangan emas
yang terletak di Gunong Ujeen Kab. Aceh Jaya, Prov. Aceh.
Pertambangan emas ini baru di ekploitasi secara bersama-sama oleh
masyarakat pada tahun 2008 setalah tsunami. Sebelumnya pertambangan
tersebut hanya diketahui kehadirannya dan diekploitasi oleh perusahaan
milik asing dari Belanda. Tetapi pada saat itu perusahaan tersebut tidak
memberitahu kepada warga atau masyarakat lokal tentang keberadaan
gunung yang mengandung emas tersebut. Pertambangan emas ini
merupakan salah satu usaha pemberdayaan sumber daya alam yang
BAB 11
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu.
Penelitian-penelitian yang pernah dilakukan berhubungan dengan
pengaruh kehadiran pertambangan emas terhadap kehidupan sosial masyarakat:
Penelitian yang dilakukan oleh (Suriansyah: 2009) melakukan penelitian dengan
judul DampakPertambangan Terhadap Fungsi Ekonomi Lingkungan dan
PendapatanMasyarakat Kabupaten Aceh Barat Daya. Penelitian ini dilakukan
dengan metodesurvey yang merupakan kombinasi dari “descriptive research” dan
“problemsolving research”. Jumlah responden sebanyak 91 orang yaitu
populasimenggunakan teknik triangulasi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwapertambangan yang telah mengubah manfaat sumberdaya bersifat common
poolgoods yaitu sumberdaya yang dikuasai bersama yang mampu menghasilkantambahan pendapatan yang cukup nyata, menjadi sumberdaya alam
bersifatprivate goods yaitu sumberdaya apabila dimanfaatkan oleh individu-individu secara sendiri akan mengurangi jumlah yang tersedia bagi orang lain.
Denganberubahnya pemanfaatan sumberdaya alam tersebut sangat berpengaruh
terhadappendapatan masyarakat, hal ini terbukti sebelum adanya
pertambanganpendapatan rata-rata masyarakat Rp1.253.571/KK/bulan setelah
adanyapertambangan menjadi Rp1.193.565/KK/bulan, penurunan
pendapatanmasyarakat dikarenakan oleh hilangnya lahan perkebunan dan
Kenyataan menunjukkan bahwa konversi lahanperkebunan dan hutan
untuk KP Mining bagi masyarakat yang berdomisili di sekitar pertambangan
tidakmenguntungkan.Demikian juga dapat dilihat dari segi persepsi terhadap
kehadiranpertambangan, sebesar 56,1% masyarakat menunjukkan sikap setuju dan
35,2%masyarakat tidak setuju. Persepsi yang dikemukakan oleh masyarakat
sangattergantung pada dampak yang dirasakan dari hadirnya pertambangan.
Masyarakatyang setuju karena merasakan dampak positif, atau tidak merasa
dirugikan dengankehadiran pertambangan.Sedangkan yang tidak setuju karena
besarnya dampaknegatif yang mereka rasakan seperti hilangnya lahan perkebunan
dan pertanian,lapangan kerja serta akses ke hutan akibat dari kegiatan
pertambangan.
(Siregar: 2007) melakukan penelitian dengan judul Persepsi
MasyarakatTerhadap Pembukaan Pertambangan Emas di Hutan Batang Toru
Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa masyarakat Desa Aek Piningdan Desa Napa belum memiliki
pengetahuan yang cukup baik tentangpertambangan dan hutan. Masyarakat juga
memandang positif keberadaanpertambangan di Kecamatan Batang Toru karena
mampu meningkatkanpendapatan masyarakat, mengurangi pengangguran
meskipun hal tersebut barudirasakan sebagian masyarakat
(Silton, Ali:2011) yang melakukan penelitian mengenai dampak aktifitas
pertambangan bahan galian C terhadap kondisi kehidupan masyarakat desa.
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif didukung oleh pendekatan
kualitatif. Kehadiran industri pertambangan pada umumnya memberikan dampak
kerja pertanian mengalami penurunan seiring dengan semakin menurunnya luas
lahan pertanian yang dimiliki oleh masyarakat, sedangkan kesempatan kerja non
pertanian meningkat seiring dengan terbukanya lapangan pekerjaan yang
disediakan oleh pihak industri pertambangan. Namun, kesempatan kerja dibidang
pertambangan belum mampu dijangkau oleh masyarakat lokal karena rendahnya
pendidikan. Masyarakat lokal hanya bekerja sebagai buruh kasar pertambangan,
sementara posisi karyawan swasta ditempati oleh penduduk pendatang.
Hal ini menimbulakan tingkat persaingan dan memicu terjadinya konflik
antara pihak masyarakat dengan perusahan pertambangan. Aspek sosio-ekologi
aktifitas pertambangan menyebabkan penurunan kualitas hidup seperti terjadinya
perubahan pada kondisi udara yang terasa semakin panas, berdebu dan terlihat
garsang. Umber air mengalami kekeringan pada saat kemarau aktifitas blasting dan kendaraan truk menimbulkan kebisingan dan keretakan pada bangun rumah.
Selain itu menimbulkan penyakit saluran pernafasanpada masyaraka.
2.2. Potensi Desa dan Koperasi Desa. 2.2.1. Potensi Desa.
Desa Keudee Krueng Sabee memiliki potensi yang dapat dikembangkan
dengan baik sehingga dapat memberikan mamfaat yang baik bagi masyarakatnya.
Potensi desa dibagi menjadi 2 macam yaitu:
1. Potensi fisik yang meliputi, tanah air, iklim dan cuaca, flora dan fauna,
sumber daya mineral dll.
2. Potensi non fisik, meliputi; masyarakat desa, lembaga-lembaga sosial
berkembang dan desa akan memiliki fungsi, bagi daerah lain maupun bagi
kota.
(sumber: http;//e-journal.org/desa/potensi/fisik non fisik/th6/6u../66.html)
Secara umum tingkat kemajuan suatu desa ditentukan oleh:
1. Potensi desa, yang mencakup potensi sumber daya alam, masyarakat
desa, dan aparatur desa.
2. Interaksi antara desa dan kota, antara desa satu dan desa yang lainnya,
serta perkembangan sarana trasportasi dan komunikasi antar wilayah.
3. Lokasi suatu desa terhadap daerah sekitarnya yang lebih maju
(sumber:http://www.ut.ac.id/html/suplemen/sosi4303/potensi_desa_dap
at_terbagi_dalam.ht)
Potensi fisik atau potensi alam yang dimiliki suatu daerah dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Tanah mencakup berbagai macam kandungan kekayaan yang terdapat di
dalamnyamisalnya kesuburantanah,bahan tambangdan mineral.
b. Air meliputi sumber air dan fungsinya sebagai pendukung kehidupan
manusia.air sangat dibutuhkan oleh setiap mahkluk hidup untuk bertahan
hidup dan juga aktivitas sehari-hari.
c. Iklim sangat erat kaitannya dengan temperatur dan curah hujan yang
sangat mempengaruhi setiap daerah, sehingga corak iklim sangat
mempengaruhi kehidupan masyarakat desa agraris.
d. Ternak berfungsi sebagai sumber tenaga dan sumber gizi bagi masyarakat
pedesaan.pada desa agraris, ternak juga dapat menjadi investasi dan
e. Flora fauna sebagai kekayaan dan keanekaragaman hewan/tumbuhan yang
menjadi daya tarik keindahan dan keseimbagan alam.
f. Laut dan hasilnya mencakup hasil ikan sebagai sumber gizi, tumbuhan
karang sebagai keindahan dasar laut.
g. Sumber daya minaral (tambang emas, batu bara dll)
Bedasarkan potensi yang disebutkan di atas, Sebenarnya desa kede
Krueng Sabee banyak memiliki potensi sumber daya alam yang dapat
dimamfaatkan untuk pengembangan desa seperti tanah, ikan laut, ternak
dan mineral. Disini peneliti hanya memfokuskan sumber daya mineral
yaitu tambang emas. Untuk mendukung sumber daya alam yang ada
dibutuhkan sumber daya non-fisik atau potensi sumber daya manusia
(masyarakat lokal), antara lain:
a).Lembaga-lembaga sosial, pendidikan, serta organisasi sosial desa. Lembaga-lembag
tersebut antara lain yaitu lembaga:
1. kepemerintahan/kepemimpinan.
-Geuchik adalah sebagai pemimpin desa dapat mengarahkan dan
berkerja sama dengan aparatur desa lainnya seperti tuha peut
kepala urusan dan lembaga-lembaga lainnya.
-Tuha Peut yaitu terdiri dari 4 golongan yang berjumlah 9 orang(1 orang ketua, 2 tokoh adat, 2 tokoh cendikiawan, 2 tokoh tokoh alim
Ketua yaitu orang yang mengatur atau mengarahkan tugas
dari tokoh adat. Tokoh cendikiawan, tokoh-tokoh alim
ulama, tokoh pemuda dan perempuan.
Tokoh adat adalah yang menangani adat istiada dalam suatu
desa seperti adat perkawinan, meninggal dan kenduri jeurat
(acara berdoa bersama di pemkaman).
Cendikiawan adalah orang yang pandai, inteleg yang
memiliki sikap hidup yang terus menerus meningkatkan
kemampuan berfikirnya untuk mengetahui atau memahami
sesuatu. Orang seperti ini sangat di butuhkan dalam
memajukan sebuah desa. Misalnya dalam memikirkan
pendidikan dan kesehatan bagi anak-anak warga yang
kurang mampu.
Tokoh alim ulama yaitu berperan sebagai penetapan
peraturan desa sesuai dengan sari’at islam.
Tokoh pemuda dan perempuan sebagai penerus bangsa
sangat perlu di ikut sertakan dalam menentukan kegiatan
desa, karena anak muda ini memiliki wawasan yang luas
dan lagi giat-giatnya belajar. Misalnya remaja mesjid dan
kelompok kesenian.
- Secara umum tugas-tugas tuha peut sebagai berikut
1. Menetapkan peraturan desa bersama geuchik, menetapkan
2. Memberi persetujuan kerja sama antar desa atau dengan
pihak ketiga.
3. Mengawasi pelaksanaan tugas dan fungsi pemerintahan desa
atau geuchik.
-Kaur (kepala urusan) terdiri dari 3 orang : 1 kaur pembangunan, 1
kaur pemerintahan, dan 1 orang kaur kesra
2. lembaga pendidikan: Sekolah, pustaka desa dan kelompok belajar
3. lembaga kesehatan : Pukesmas dan posyandu
4. lembaga Ekonomiseperti Koperasi Unit Desa (KUD) dan Bank.
b) adat istiadat, kebiasaan, atau prilaku.
c) kondisi sosial budaya
d) semangat kegotongroyongan yang tinggi dalam ikatan kekeluargaan yang
erat
(gemeinschaft)
2.2.2. Koperasi.
Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau
badan hukum koperasi dengan melaksanakan kegiatannya berdasarkan prinsip
koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas
kekeluargaan. Koperasi Peusaho Rakan yang ada di Desa Keude Kreung Sabee
merupakan koperasi yang dibentuk atas inisitif masyarakat yang tergabung pada
Idealnya sebuah koperasi harus memiliki stuktur organisasi Sebagai
beriku.
Pada koperasi pesahoe rakan hanya memiliki stuktur pada tingkat
kepengurusan saja seperti: ketua, seketaris dan bendahara(Yudi,Informan awal).
Agar koperasi dapat berkembang ke arah yang lebih baik maka koperasi harus
memiliki stuktur yanglengakap dan memiliki bebabagai macam bidang usaha.
Wahyu adji(2005) mengatakan bahwa bidang usha terdiri dari 6 bidang yaitu:
1. Koperasi kosumsi yaitu koperasi yang bergebrak di bidang pemenuhan
barang-barang kebutuhan sehari-hari bagi anggotanya.
2. Koperasi produksi yaitu koperasi yang melakukan kegiatan dibidang
pembuatan barang seperti koperasi kerajinan, peternakan dan lain-lain
3. Koperasi simpan pinjam(KSP) yaitu koperasi yang bergerak dibidang
simpan pinjam sepeti KSP beranggotakan Petani, KSP beranggotangakan
Nelayan, Karyawan, Penambang emas dan lain-lain.
4. Koperasi jasa yaitu koperasi yang bergerak dibidang pelayanna jasa seperti
koperasi angkuatan umum.
RAPAT ANGGOTA PENASEHAT
PENGAWAS
PEMBINA PENGURUS
5. Koperasi pemasaran yaitu koperasi yang bergerak pada pemasaran barang
yang beranggotakan orang yang melakukan pemasaran seperti koperasi
pemasaran elektronim, alat tulis kantor dan lain-lain.
6. Koperasi serba usaha yaitu koperasi yang memiliki usaha
bermacam-macam baik kosumsi, produksi, jasa simpan-pinjam dan lain-lain.
Dari bidang usaha koperasi yang ada ini, koperasi Pesahoe Rakan dapat
memilih salah satu bidang usaha yang perlu dikembangkan sesuai dengan
kemampuan yang mereka miliki. Dikarenakan koperasi pesahoe rakan tidak
memiliki bidang-bidang usaha selayaknya koperasi pada umumnya. Di mana
seharusnya koperasi yang ideal itu harus memiliki bidang usaha sebagai sumber
dana untuk anggota yang pada setiap akhir tahun mereka membagikan hasil
tersebut, apakah bentuk usaha simpan pinjam, konsumsi produksi, jasa
pemasaran, dan serba usaha.
Sebuah koperasi yang baik disamping memiliki bidang usaha, koperasi
juga sangat perlu mengadakan Rapat Akhir Tahun (RAT). Salah satu agenda RAT
adalah menyampaikan pertanggungjawabaan pengurus tentang pelaporan
keuangan koperasi. Laporan keuangan ini pada dasarnya terdiri dari; laporan
perhitungan sisa hasil usaha(SHU), laporan perubahan posisi kekayaan bersih dan
neraca.
SHU merupakan pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu tahun
buku dikurangi dengan beban-beban, penyusutan dan kewajiban lain termasuk
pajak. Pendapatan koperasi adalah penerimaan koperasi atas kontribusi anggota
koperasi terhadap beban-beban koperasi. SHU dikatakan positif bila kontribusi
Kelebihan ini akan dikembalikan oleh koperasi kepada para anggotanya. SHU
dikatan negatif bila kontribusi anggota koperasi pada pendapatan koperasi lebih
kecil dari beban koperasi. Kekurangan kontribusi anggota tersebut akan ditutup
dengan dana cadangan. Dana cadanagn diperoleh dari penyisihan SHU untuk
menutup kerugian koperasi bila diperlukan
SHU harus dibagikan kepada para anggota sesuai dengan ketentuan yang
tecantum dalam Anggran Dasar Koperasi berdasarkan hasil rapat Anggota
Tahunan(RAT). SHU merupakan salah satu hal penting dalam pegelolaan
koperasi karena dibagikan kepadaanggota. Perhitungan SHU haruslah jelas dan
trasparan sehingga tidak ada pihak yang merasa dirugikan.
Pembahagian Shupada anggotakoperasi mencakup dua bahagian, sebagai
berikut:
1. Jasa modal/simpanan adalah bahgian SHU untuk diberikan kepada
anggota menurut besar simpanan mereka, semakin besar simpann sesorang
anggota koperasi maka semakin besar pula SHU yang mereka
perolehnantinya. Simpanan dalam hal ini adalah simpanan wajib dan
simpanan pokok.
2. Jasa anggota adalahbagian SHU untuk diberikan pada anggota menurut
jasa anggota yang diberikan kepada koperasi. Jasa anggota kepada
koperasi dapat dibedakan menurut jenis koperasi sebagai berikut,
contohnya:
a. Koperasi kosumsi. Jasa anggota ditentukan oleh jumlah belanja tiap
anggota pada koperasi.semakin sering berbelanja kepada koperasi
b. Koperasi simpan pinjam: jas anggota ditentukan oleh jumlah pinjaman
anggota pada koperasi. Semakin sering dan bayak meminjam pada
koperasi maka semakin besar pula anggota itu mendapatkankan jasa.
SHU jasa anggota peminjaman=
� �� �� �/ � � �
� � � � × pinjaman anggota
Perhitungan SHU ini sangat penting dilakukan karena kemajuan koperasi
dalam mencapai tujuannya sangat tergantung pada kesungguan pengurus koperasi
dalam melaporkan masalah keuangan koperasi. Untuk itu peneliti mencoba untuk
melakukan observasi tentang pelaksanaan ini di lapangan.
Selain dari penjelasan SHU juga perlu dijelaskan mengenai:
a. Bidang aadminitrasi dan pembukuaan
b. Bidang keanggotaan
c. Bidang pembinaan koperasi
d. Mamfaat koperasi
2.3. Proses Sosial.
Proses sosial adalah setiap interaksi sosial yang berlangsung dalam suatu
jangka waktu, sedemikian rupa hingga menunjukkan pola-pola pengulangan
hubungan perilaku dalam kehidupan masyarakat. Secara garis besar, proses sosial
bisa dibedakan ke dalam dua jenis, yaitu proses sosial yang asosiatif, dan proses
sosial yang disosiatif.
Dari kedua bentuk proses sosial tersebut, yang dibahas dalam penelitian
ini hanya proses sosial asosiatif karena proses asosiatif merupakan proses yang
mengindikasikan adanya gerak pendekatan dan penyatuan. Gerak pendekatan atau
ada di Desa keude Kreung Sabee selain itu kerja sama antara lembaga-lembaga
yang ada dalam stuktur masyarakat desa tersebut juga merupakan hal yang
penting dalam mengelola koperasi Pesahoe Rakan.
Proses sosial yang asosiatif yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu
kooperasi atau kerja sama (bentuk kelembagaan). Kooperasi merupakan
perwujudan minat dan perhatian orang untuk berkerja bersama-sama dalam suatu
kesepahaman, sekalipun motifnya sering atau bisa tertuju kepada kepentingan diri
sendiri.
Bentuk-bentuk kerja sama dapat kita jumpai dalam kelompok dan
masyarakat manusia mana pun, baik pada kelompok-kelompok yang kecil
maupun pada satuan-satuan kehidupan yang besar. Pada dasarnya, proses sosial
yang namanya kooperasi itu selalu sudah diperkenalkan kepada setiap anak
manusia sejak kecil, ketika dia masih hidup dalam keluarga orang tuanya. Dalam
keluarga-keluarga, dan juga dalam komunitas-komunitas tradisional yang
keci-kecil, bentuk-bentuk usaha kooperasi itu mungkin masih sederhana saja. Akan
tetapi, didalam masyarakat nasional atau kota yang serba kompleks, jalinan
kooperasi itu tidak bisa lagi di bilang sederhana.
Di dalam kelompok-kelompok kecil seperti keluarga dan
komunitas-komunitas tradisional proses sosial yang namanya kooperasi ini cenderung
bersifat spontan. Inilah kooperasi yang terbentuk secara wajar di dalam
kelompok-kelompok yang disebut kelompok-kelompok primer. Di dalam kelompok-kelompok-kelompok-kelompok ini
individu-individu cenderung membaur diri dengan sesamanya di dalam
muka seperti ini, orang perorangan cenderung lebih senang bekerja dalam tim
selaku anggota tim daripada bekerja sendiri sebagai perorangan.
Berbeda halnya dengan kooperasi yang terjadi di dalam
kelompok-kelompok skunder, kooperasi yang ada di dalam kelompok-kelompok sekunder itu lebih
bersifat di rencanakan secara rasional dan sengaja daripada bersifat spontan atau
berlandaskan emosi solidaritas. Kelompok-kelompok yang sedikit banyaknya
bersifat terencana dan diatur, dan pada umumnya bersifat tatap muka. Segala
bentuk kerja sama antara lembaga-lembaga yang ada dalam stuktur sosial
masyarakat Desa Keude Krueng Sabee merupakan contoh kerja sama kelompok
sekunder seperti: organisasi pemerintahan, organisasi sosial, pendidikan dan
agama. Kerja sama dalam organisasi-organisasi ini tidak hanya akan melibatkan
beberapa individu setempat saja, akan tetapi karena luas dan meluasnya akan
melibatkan individu-individu lain di tempat-tempat yang jauh yang melintasi
batas-batas daerah seperti kerjasaa dalam mengelola pertambangan emas di Desa
Keude Krueng Sabee yang terdiri dari individu-individu dari daerah lain yang
punya pengalam dalam mengelola tambang emas tersebut.
2.4.Interaksi Sosial.
Hubungan antara sesama dalam istilah sosiologi disebut relasi atau
relation. Interaksi sosial juga disebut hubungan sosial merupakan hasil dari interaksi (rangkaian tingkah laku) yang sistematik antara dua orang atau lebih.
Relasi sosial merupakan hubungan timbal balik antara individu yang satu dengan
individu yang lain dan saling mempengaruhi. Suatu relasi sosial atau hubungan
sosial akan ada jika tiap-tiap orang dapat meramalkan secara tepat macam
karena terjadinya secara teratur dan berulang kali dengan pola yang sama.
Menurut Spradley dan McCurdy dalam Ramadhan, relasi sosial atau hubungan
sosial yang terjalin antara individu yang berlangsung dalam waktu yang relatif
lama akan membentuk suatu pola, hubungan ini juga disebut sebagai pola
interaksi sosial. (Spradley dan McCurdy, 1975 dalam Ramadhan, 2009 :11).
Hubungan sosial yang terjadi antara anggota penambang emas dan antar anggota
koperasi juga membentuk pola interaksi sosial.
Manusia ditakdirkan sebagai makhluk pribadi dan sekaligus sebagai
makhlik sosial. Sebagai makhluk pribadi, manusia berusaha mencakupi semua
kebutuhannya untuk kelangsungan hidupnya. Dalam memenuhi kebutuhannya
manusia tidak mampu berusaha sendiri, mereka membutuhkan orang lain. Itulah
sebabnya manusia perlu berelasi atau berhubungan dengan orang lain sebagai
makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial dalam rangka menjalani kehidupannya
selalu melakukan relasi yang melibatkan dua orang atau lebih dengan tujuan
tertentu. Hubungan sosial merupakan interaksi sosial yang dinamis yang
menyangkut hubungan antar individu, antar kelompok, ataupun antar individu
dengan kelompok.
Dalam melakukan relasi antar masyarakat pendatang dan masyarakat lokal
baik relasi antar individu, individu dengan kelompok atau antar kelompok tentu
yang diingikan dalam bentuk interaksi sosial yang positif(asosiatif). Untuk
mencapai satu kesatuan pendapat sehingga tujuan bersama dapat tercapai dengan
baik.
Interaksi sosial terdiri dari stimulan, respon, aksi dan reaksi.(Budiati Atik,
faktor yang menjadi dasar terbentuknya proses interaksi sosial seperti imitasi,
sugesti, identifiksi, simpati dan empati. Diantara faktor tersebut baik dalam
kegiatan penambang emas atau dalam kerja sama koperasi berpengaruh terhadap
sikap dan prilaku mereka. Stimulan dalam proses interaksi sosial pada masyarakat
tersebut juga diperlukan karena stimulan merupakan sesuatu yang menjadi
perangsang bagi peningkatan prestasi kerja atau semangat kerja, sehingga
respon(tanggapan) terhadap stimulan dapat dijadikan sebagai pengerak ke arah
yang lebih baik.
Masyarakat sebagai suatu sistem sosial memiliki stuktur sosial (adanya
status dan peran) dan proses sosial(adanya sosialisasi dan pengendalian). Interaksi
sosila yang terjadi dalam stuktur sosial dalam masyarakat biasanya tidak terlepas
dari status dan peranan sosial yang dimiliki oleh masyarakat tersebut. Status sosial
atau kedudukan sosial adalah tempat dimana seseorang anggota masyarakat
berada dalam stuktur sosial atau lembaga sosial, seperti lembaga desa, organisasi
koperasi, sedangkankan peranan sosial adalah tingkah lakuyang diharapkan oleh
anggota masyarakat yang menduduki suatu jabatan dalam suatu lembaga atau
organisasi. Interaksi yang terjadi sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan
yang lebih baik karena tidak semua orang dapat memberi harapannya sesuai yang
diinginkan anggota masyarakat lainnya. Oleh sebab itu sangat diharapkan dalam
stuktur sosial akan terjadi proses sosial yang menunjukan pola
hubungan(interaksi) dalam membentuk kemajuan sosial yang bersifat asosiatif
baik antar masyarakat penambang emas, antar anggota koperasi, atau antar
Proses sosial ini dapat mewujudkan bentuk interaksi sosial asosiatif yang
dasar pembentukannya memerlukan sikap dan tinggkah laku seseorang, dimulai
dari proses sosialisasi dan pengendalian sosial. Proses sosialisasi sosial adalah
proses pembelajaran nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat yang
dimulai sejak lahir sampai akhir hayat. Jadi seseorang belajar norma(aturan)
bukan haya waktu kecil atau remaja tetapi sampai tua. Proses pembelajaran ini
terus berlansung hingga seseorang bisa bermamfaat bagi dirinya dan juga bagi
orang lain.
Dalam proses pebelajaran nilai dan norma ini juga dibutuhkan
pengendalian sosial untuk mengendalikan tingkah laku seseorang sehingga apa
yang diharapkan orag lain dapat sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam
masyarakat. Sejauh mana masyarakat Keude Krueng Sabee menyadari pentingnya
proses pembelajaran ini dapat diamati dari proses-proses sosial yang terjadi dalam
masyarakat tersebut. Untuk itu peneliti merasa perlu membahas tentang
masyarakat sebagai suatu sistem sosial.
2.5.Solidaritas Sosial.
Dalam hubungan atau organisasi yang menganut solidaritas mekanik, yang
diutamakan adalah persamaan perilaku dan sikap. Persamaan prilaku dan sikap ini
sangat ditentukan oleh proses sosialisasi dalam pembelajaran nilai dan norma
yang ada dalam masyarakat. Persamaan prilaku dan sikap sanggat mendukung
kerjasama yang baik dalam mengelola pertambangan emas dan koperasi pesahoe
rakan. Apabila prilaku dan sikap yang baik sudah dipelajari atau dibiasakan
semenjak kecil, maka apa yang di harapkan masyarakat akan lebih mudah
berkerja. Jadi kerjasama mengelola pertambangan emas dan koperasi yang ada di
desa Keude Krueng Sabee sebaiknya menganut solidaritas mekanik.
Para anggota organisasi yang diikat oleh apa yang dinamakan kesadaran
kolektif atau hati nurani kolektif (collective conscience) yang merupakan suatu kesadaran bersama yang mencakup keseluruhan kepercayaan dan perasaan
kelompok atau organisasi yang bersifat ekstren serta memaksa. Sedangkan
solidaritas organik merupakan solidaritas yang mengikat masyarakat kompleks
yang telah mengenal pembagian kerja yang rinci dan dipersatukan oleh
kesalingtergantungan antara bagian. Tiap anggota menjalankan peran berbeda dan
diantara berbagai peran yang ada terdapat kesalingtergantungan antara bagian
yang satu dengan bagian yang lainnya, karena adanya kesalingtergantungan ini
maka ketidak hadiran pemegang peran tertentu akan mengakibatkan gangguan
pada kelangsungan hidup masyarakat (Kamanto Sunarto, 2001 hal 134).
Masyarakat desa Keude Krueng Sabee belum termaksud masyarakat yang
modern (kompleks), maka kerjasama dalam mengelola pertambangan emas dan
koperasi ini tidak sepenuhnya menganut solidaritas organik tetapi sungguhpun
demikian pengaruh solidaritas organik ini juga ada, karena dari pembahagian kerja
dalam mengelola kegiatan tersebut, walaupun tidak serinci pembagian kerja yang
ada di masyarakat modern, kita juga melihat adanya saling ketergantungan
diantara mereka dalam bekerja, jadi jika ada ketidak hadiran (ketidak seriusan)
mengelola kegiatan tersebut dpt juga mengakibatkan gangguan pada
kelangsungan hidup proses pengendalian sosial (mengendalikan kemnali prilaku
dan sikap) itu perlu, agar gangguan (kekacauan, tidak berkepanjangan.
akomodasi yang diambil disesuaikan dengan akibat-akibat dari gangguan atau
kekacauan yang terjadi dalam masyarakat.
Berkaitan dengan perkembangan masyarakat, Durkheim melihat
masyaratkat berkembang dari masyarakat sederhana menuju masyarakat modern.
Salah satu komponen utama masyarakat yang menjadi pusat perhatian Durkheim
dalam memperhatikan perkembangan masyarakat adalah bentuk solidaritas
sosialnya. Masyarakat sederhana memiliki bentuk solidaritas sosial yang berbeda
dengan solidaritas sosial yang ada pada masyarakat modern. Masyarakat
sederhana mengembangkan bentuk solidaritas sosial mekanik, sedangkan pada
masyarakat modern mengembangkan bentuk solidaritas sosial organik. Jadi,
berdasarkan bentuknya, solidaritas sosial masyarakat terdiri dari dua bentuk,
yaitu: (1) solidaritas sosial mekanik, dan (2) solidaritas sosial organik.
Menurut Durkheim, berdasarkan hasilnya solidaritas dapat dibedakan
antara solidaritas positif dan solidaritas negatif. Solidaritas negatif tidak
menghasilkan integrasi apapun dan dengan demikian tidak memiliki kekhususan,
sedangkan solidaritas positif dpat dibedakan berdsarkan ciri-ciri:
1. Solidaritas positif meningkat individu pada masyarakat secara
langsung, tanpa perantara,. Pada solidaritas positif yang lainnya,
individu tergantung dari masyarakat tersebut.
2. Solidaritas positif yang kedua adalah suatu sistem fungsi-fungsi yang
berbeda dan khusus yang menyatukan hubungan-hubungan yang
tetap, walaupun sebenarnya kedua masyarakat tersebut hanya satu
saja. Keduanya hanya merupakan dua wajah dari satu kenyataan yang
3. Dari perbedaan yang kedua itu muncul perbedaan yang ketiga yang
akan memberi ciri dan nama kepada kedua solidaritas itu. Ciri-ciri
tipe kolektif tersebut adalah individu meruopakan bagian dari
masyarakat yang tidak terpisahkan, tetapi berbeda peranan dan
fungsinya didalam masyarakat, namun masih tetap dalam satu
kesatuan.
Dalam masyarakat, manusia hidup bersama dan berinteraksi sehingga
timbul rasa kebersamaan diantara mereka. Rasa kebersamaan ini milik masyarakat
yang secara sadar menimbulkan perasaan kolektif, selanjutnya, prasaan kolektif
yang merupakan akibat (resultant) dari kebersamaan merupakan hasil aksi dari reaksi diantara kesadaran individu. Jika setiap kesadaran individual itu
menggembangkan perasaan kolektif, hal itu bersumber dari dorongan khusus yang
berasal dari kesadaran kolektif tersebut. Pada saat solidaritas mekanik memainkan
peranannya, kepribadian tiap individu boleh dikatakan lenyap, karena ia bukanlah
diri individu lagi, melainkan hanya sekedar makhliuk sosial kolektif. Jadi,
masing-masing individu diserap dalam kepribadian kolektif.
Hal semacam ini sangat dibutuhkan dalam kerja sama mengelola suatu
usaha. Oleh karena itu solidaritas mekanik perlu dibentuk dalam kerja sama
tersebut agar timbul rasa kebersamaan dan rasa memiliki yang besar, sehingga
kepribadian atau perbedaan tiap individu dapat diperkecil dan bila perlu
dihilangkan , supaya gangguan-gangguan dapat diatasi.
Kesadaran kolektif itu mempunyai sifat keagamaan, karena mengharuskan
rasa hormat serta ketaatan. Individu-individu selalu tunduk kepada kolektivitas.
sesuai dengan keadaan dimana masyarakat itu ada. Melanggar
keyakinan-keyakinan bersama akan menimbulkan reaksi yang hebat dan emosional. Untuk
yang bersalah akan dihukum, ini termasuk contoh pengendalian sosial yang
bersifat represif yaitu mencegah setelah terjadinya pelanggaran agar dapat
memulihkan keadaan seperti sebelum pelanggaran terjadi, sebaiknya pengendalian
sosial yang diambil dalam kerja sama ini adalah pengendalian sosial yang bersifat
preventif yaitu salah satu cara yang dilakukan sebelum terjadinya pelanggaran
atau mencegah sebelum terjadi. dengan cara mensosialisasikan norma-norma yang
ada kepada anggota masyarakat, perlu diingat bahwa proses sosialisasi ini bukan
pada saat anggota masyarakat mulai bekerja, tapi jauh sebelum yang mulai sejak
lahir sudah dibiasakan hal-hal yang baik untuk di pelajari dan di jadikan sebagai