BAB III METODE PENELITIAN
C. Informan
Informan dalam penelitian ini yaitu orang-orang dengan kapasitas di bidangnya yang mampu memberikan informasi tentang kebijakan publik dan peran media massa dalam framing sebuah isu. Informan dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Informan yang dimaksud ialah beberapa pakar di bidang kebijakan dan komunikasi politik yang ada di Kota Makassar. Adapun yang menjadi informan-informan yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
Tabel 1
Gambaran Informan Penelitian
No. Kategori Institusi Jabatan Inisial
1. Buruh Gabungan Serikat
Buruh Nasional Ketua GSBN R
Selatan Komisioner KPID M
3. Akademisi
Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data diantaranya:
1. Wawancara Terstruktur (Structure Interview)
Wawancara terstruktur dilakukan dengan tujuan untuk menemukan permasalahan yang lebih terbuka. Meminta pendapat informan sesuai pertanyaan yang telah disusun terkait Kebijakan Omnibus law UU Cipta
Kerja. Hal ini dilakukan untuk memperoleh data pendukung yang relevan dengan objek penelitian.
2. Studi Dokumentasi
Mengumpulkan, mengkaji, mengenal, dan mempelajari sumber-sumber tertulis yang bersumber-sumber dari buku, jurnal, artikel, dan berita. Selain itu juga sumber utama terkait permasalahan yang diteliti yaitu pada Program Tv Mata Najwa.
E. Teknik Pengabsahan Data
Pengabsahan menjadi teknik penting untuk mengetahui kevalidan suatu data. Pengecekan data pada penelitian ini menggunakan dua teknik triangulasi yang sebagai berikut:
1. Triangulasi sumber dilakukan dengan melakukan pengecekan informasi yang diperoleh melalui wawancara beberapa informan dan hasil analisis kebijakan omnibus law pada Program Tv Mata Najwa.
2. Triangulasi teknik dilakukan dengan melakukan pengecekan informasi dari beberapa sumber yang menggunakan teknik berbeda. Hal ini dengan membandingkan antara hasil wawancara dengan dokumen.
F. Teknik Analisis Data
Menganalisis data menjadi bagian terpenting dalam penelitian ini.
Analisis data ialah proses mencari kemudian menyusun data hasil wawancara dan dokumen sehingga diperoleh data yang sistematis. Berikut tahapan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1. Reduksi data (data reduction)
Memilih, memusatkan perhatian terhadap penyederhanaan dan transformasi data mentah yang diperoleh dan dicatat dari hasil wawancara dan dokumentasi. Tahapan reduksi digunakan untuk memperoleh informasi yang menjawab pertanyaan penelitian terkait agenda setting pada kebijakan omnibus law yang ditayangkan dan dibahas dalam Program Tv Mata Najwa.
2. Penyajian data
Penyajian data ialah berbagai informasi hasil reduksi yang kemudian akan dijadikan sebagai gambaran penelitian secara menyeluruh. Penyajian data dalam penelitian kualitatif ini disusun dalam bentuk deskriptif atau uraian. Menyajikan data secara rinci dan menyeluruh ini dilakukan sehingga akan memberikan kemudahan dalam memahami permasalahan yang diteliti.
3. Penarikan kesimpulan
Tahapan terakhir dalam analisis data yang dilakukan dengan melakukan perbandingan dan menghubungkan semua data yang diperoleh baik itu data primer maupun sekunder. Hal tersebut dilakukan untuk dapat ditarik kesimpulan atau verification guna menjawab permasalahan dalam penelitian.
33 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini peneliti menguraikan berbagai hal mulai dari gambaran umum objek penelitian yaitu Program TV Mata Najwa. Disamping itu juga akan diuraikan hasil dan pembahasan terkait Agenda Setting Kebijakan Omnibus law yang telah peneliti analisis dengan menggunakan metode framing pada Program TV Mata Najwa dalam episode “Mereka-Reka Cipta Kerja” yang ditayangkan di Trans 7 pada Hari Rabu, Tgl 7 Oktober 2020 yang kemudian ditayangulangkan di Official YouTube Mata Najwa pada Hari Kamis, Tgl 8 Oktober 2020.
A. Gambaran Umum Program Tv Mata Najwa 1. Profil Program Tv Mata Najwa
Mata Najwa merupakan acara in depth talkshow unggulan yang dipandu oleh jurnalis, Najwa Shihab. Program tv dengan berdurasi satu jam dan tayang di setiap hari pada Rabu pukul 21.20-222.30 WIB. Mata Najwa pertama kali mengudara pada 25 November 2009. Mata Najwa merupakan salah satu program tayangan tv yang sering menampilkan tema politik di Indonesia. Program ini lebih tajam dipergunakan untuk memperdebatkan tema aktual yang dikupas secara lebih dalam, dan lebih berdiskusi dengan pembawa acaranya.
Mata Najwa merupakan sebuah acara talkshow yang ditayangkan di Trans 7 dengan pembahasan berbagai isu politik yang hangat dan terkini
serta diulas secara mendalam. Menurut Effendy (Petra & May, 2016) Mata Najwa adalah program televisi yang sering menghadirkan narasumber-narasumber termasuk diantaranya para pejabat pemerintahan yang berkompeten terhadap pembahasan topik. Dilansir dari akun youtube Najwa Shihab, diketahui bahwa Mata Najwa menjadi program tv yang membahas tentang topik-topik politik, hukum, sosial, religi, dan isu-isu aktual yang kemudian dikemas tidak hanya menghibur tetapi juga insightful atau berwawasan. Gaya bertanya Najwa Shihab yang tegas, menusuk dan kerap sedikit provokatif berpadu dengan treatment-treatment yang spesifik untuk mengakomodir karakter Bintang Tamu/Narasumber mampu menghadirkan show yang menarik.
Pandangan Santoso (2016) Mata Najwa menjadi program talkshow pertama di Indonesia yang telah mencatat rekor muri dengan jumlah penonton lebih dari 25.000 orang, dan berdasarkan hasil survey KPI pada tahun 2015 atas Najwa dinyatakan sebagai program televisi paling berkualitas. Lebih lanjut, dikutip dari www.trans7.co.id, Mata Najwa merupakan progrm talkshow yang dipandu oleh Najwa Shihab dengan karakter cerdas, lugas, dan berani serta dengan karismanya yang kuat.
Program yang memiliki brand image yang kuat sebagai salah satu talkshow yang dijadikan referensi terkait isu nasional/fenomena yang menjadi trending topic.
Gambar 3
Program Mata Najwa di Trans 7 (Sumber: youtube.com)
Tabel 2
Profil Program Tv Mata Najwa
Negara Indonesia
Presenter Najwa Shihab No. Episode Variatif
Bahasa Asli Bahasa Indonesia Produksi
Durasi 90 Menit
Rumah Produksi Metro TV dialihkan ke Trans 7 Rilis
Jaringan Penyiar Metro TV (Musim pertama, 2009-2017) Trans 7 (Musik kedua, 2018-sekarang)
Tayang Perdana Rabu, 25 November 2009 (Musim pertama di Metro TV)
Rabu, 10 Januari 2018 (Musim kedua di Trans 7) Tanggal Rilis Rabu, 25 November 2009 – Rabu, 30 Agustus
2017
Rabu, 10 Januari 2018 – Sekarang Sumber: Hermawida (2020)
2. Penghargaan yang Dicapai
Program TV yang bertahan hingga saat ini tentunya dengan segudang prestasi yang telah diraih, diantaranya:
Tabel 3
Penghargaan Program Tv Mata Najwa
No. Penghargaan Kategori Hasil
1. Dompet Dhuafah
TV Program of the Year Menang
6. Indonesian Choice Awardss 2017
TV Program of the Year Menang
7. Indonesian Choice Awardss 2018
TV Program of the Year Menang
8. Indonesian Television Awardss 2018
Program Insfiratif Terpopuler
Menang
9. KPI Awards 2018 Program Televisi Talk Show Berita
Menang
10. Panasonic Gobel Awards 2019
Program Talk Show Berita Menang
11. Panasonic Gobel
B. Hasil Penelitian
Framing Robert N. Entman dalam empat elemen pada Tayangan
Program Tv Mata Najwa Episode Mereka-Reka Cipta Kerja, diantaranya sebagai berikut:
1. Define Problem (Pendefinisian Masalah)
Define Probem merupakan elemen pertama dan berperan sebagai
tahapan pendefinisian masalah. Define Problem yang ingin ditampilkan dalam tayangan Mata Najwa pada Episode Mereka-Reka Cipta Kerja ialah polemik yang timbul dari adanya kebijakan omnibus law beserta dampaknya bagi publik. Selain itu juga Define Problem yang ditemukan yaitu upaya pemerintah dalam pengesahan kebijakan omnibus law yang dinilai terburu-buru dan kurang transparansi di tengah-tengah kasus covid-19 yang melonjak. Hal tersebut diungkapkan dalam pernyataan berikut:
“Perdebatan hingga aksi turun ke jalan mewarnai perdebatan soal Undang- Undang Cipta kerja yang disahkan dalam sidang paripurna DPR RI dua hari lalu. Publik mungkin bertanya-tanya, ada apa dibalik proses kilat omnibus law ini dan apa dampaknya (Najwa Shihab dalam tayangan Mata Najwa Mereka-Reka Cipta Kerja, pada menit ke 2:13)”.
Berdasarkan pernyataan tersebut, diketahui bahwa Najwa Shihab sebagai pembawa acara dalam Program Tv Mata Najwa secara lugas membuat statement akan kebingungan dari publik mengenai pengesahan kebijakan omnibus law yang dinilai dilakukan oleh pemerintah secara tiba-tiba dan mendadak sehingga mengakibatkan penolakan keras dari kalangan publik dengan melakukan demonstrasi secara besar-besaran. Adapun
masalah lainnya dilihat dari pernyataan salah satu Anggota Baleg dari Fraksi PKS yaitu Ledia Hanifah sebagai berikut:
“Ini persoalan yang sangat penting, karena kemudian mengatur, mengelola 79 UU ini gak gampang Mbak Nana, karena banyak hal yang harus terkait satu sama lain, bersinergi dan lain sebagainya.
Memang menjadi kesulitan yang besar buat kita semua, karena misalnya kita di dalam Rapat Pembahasan Tingkat I, pengambilan keputusan belum juga menerima draft bersihnya pada saat sebelum membuat pandangan fraksi (Ledia Hanifa, Anggota Baleg DPR dalam tayangan Mata Najwa Mereka-Reka Cipta Kerja pada menit ke 3:40)”.
Melalui pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa menurut Ledia Hanifah salah satu masalah yang ditemukan ialah sampai tahapan pembahasan rancangan undang-undang omnibus law, para anggota baleg belum juga menerima draft bersih dari DPR RI sehingga menurutnya, hal itu menjadi indikator kesulitan dalam menjalankan tugasnya. Dari puluhan undang-undang yang termuat dalam omnbus law memerlukan kejelian dan ketelitian yang penuh sehingga meminimalisir pasal yang mungkin saja bisa terlewat dalam tahapan pembahasan.
“Kita merasa ini masih perlu lebih banyak lagi konsultasi-konsultasi dalam waktu dimana terjadi pandemi covid ini memang menjadi kesulitan, keterbatasan karena ada 79 UU. Maka harus diakui bahwa konsultasi publiknya juga minimal dilakukan setidaknya 79 kali, karena dalam satu isu itu sebetulnya harus lebih dari itu. Merasa tidak dilibatkan wajar kalau merasa suara suaranya tidak didengar (Ledia Hanifa, Anggota Baleg DPR dalam tayangan Mata Najwa Mereka-Reka Cipta Kerja pada menit ke 18:09)”.
Lebih lanjut diketahui bahwa satu hal lainnya yang menjadi masalah dalam pembahasan omnnibus law ialah keterbatasan dalam melakukan konsultas-konsultasi kepada publik terhadap keseluruhan undang-undang yang termuat dalam omnibus law. Hal tersebut dikarenakan kondisi covid
yang masih intensnya melanda Indonesia, sehingga menimbulkan perdebatan dari masyarakat akan perasaan minimnya keterlibatan mereka dalam hal penyusunan kebijakan tersebut.
“yah, ini sebetulnya adalah fraud legislation process, jadi kecurangan proses legislasi. Kenapa sejak awal tidak memenuhi prinsip-prinsip, tata cara penyusunan peraturan perundang-undangan. Kita punya aturan- aturan hukum, aturan main soal itu.
Salah satunya soal harus berkonsultasi, naskah akademik harus ada, mengukur faktor sosiologi, mengukur nilai yang harus digali dan itu harus turun ke masyarakat dan itu harus ketemu dengan para ahli dan itu harus mengumbar, harus royal, membagi-bagikan apa namanya naskahnya, idenya, mengambil dari masyarakat. Yang terjadi adalah sampai beberapa bulan sejak mulai diluncurkan bahwa akan ada ide soal omnibus law, yang muncul adalah ketertutupan (Hariz Azhar, Direktur Eksekutif Lokataru dalam tayangan Mata Najwa Mereka-Reka Cipta Kerja pada menit ke 5:37)”.
Hariz Ashar, Direktur Eksekutif Lokataru kemudian berpendapat bahwa omnibus law ada karena adanya kecurangan proses legislasi dari pihak pemerintah. Hal tersebut diungkapkan karena kemunculan omnibus law yang dilakukan secara tiba-tiba, naskah yang kejelasannya bersifat
tertutup dan konsultasi-konsutasi kepada publik yang dianggap masih kurang. Menurutnya, suara rakyat sudah tidak dianggga dan didengar lagi oleh pemerintah terbukti dengan minimnya keterbukaan selama proses penyusunan omnibus law.
Berdasarkan beberapa pernyataan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa yang menjadi define problem melalui tayangan Mata Najwa dalam episode “Mereka-Reka Cipta Kerja” adalah ha-hal yang dianggap oleh publik tidak terbuka dalam penyusunan kebijakan omnibus law. Hal tersebut yakni minimnya keterbukaan pemerintah, keterlibatan masyarakat yang
dianggap masih kurang perihal konsultasi pasal yang termuat dalam kebijakan tersebut, dan konflik internal pemerintah yang memicu munculnya kecurigaan akan adanya kepentingan dalam proses penyusunan omnibus law yang dianggap terburu-buru dalam situasi pandemi saat itu.
2. Diagnose Causes (Memperkirakan Masalah yang Ada)
Diagnose Causes merupakan elemen yang digunakan untuk
membingkai siapa saja yang dianggap sebagai aktor dan memiliki keterlibatan di dalamnya. Disamping itu juga ini merupakan elemen dalam memperkirakan masalah apa yang ada dan dari mana sumber masalah tersebut berasal. Diagnose Causes yang ingin ditampilkan dalam tayangan Mata Najwa pada Episode Mereka-Reka Cipta Kerja ialah pemerintah, Joko Widodo selaku Presiden RI beserta DPR RI yang turut andil dalam mengusulkan serta membuat dan mengesahkan kebijakan omnibus law.
Keputusan tersebutlah yang menimbulkan sembrawut pro dan kontra dari berbagai elemen masyarakat. Hal tersebut diungkapkan dalam pernyataan berikut:
“Sama saya tidak ingin mencampuri urusan penyusunan undang-undang. Karena ini adalah inisiatif pemerintah di wilayah domainnya pemerintah untuk menjelaskan itu. Kami di badan legislasi di tingkat panja itu terkait dengan pembahasan. Oleh karena itu saya ingin menyampaikan terlebih dahulu apresiasi kepada Presiden Jokowi yang telah dengan berani mengambil sebuah metode atau yang kita kenal dengan omnibus law. Dalam rangka mengharmonisasi dan sinkronisasi terhadap keseluruhan regulasi kita yang memang di berbagai macam produk undang-undang di sektor-sektor kl itu, itu saling tumpang tindih dan ini adalah sebuah pengakuan yang jujur dari negara bahwa selama ini proses legislasi kita dari tahap perencanaan itu hanya kurang lebih kita berpikir sektoral. Oleh karena itu, momentum ini saya apresiasi maka saya
mengajak kepada Presiden Jokowi untuk memulai bahkan saya sudah sampaikan Kemenkumham bersama dengan badan legislasi untuk kita menginisiasi omnibus-omnibus berikutnya karena ini adalah satu-satunya cara untuk menyelesaikan sengkarut perencanaan politik hukum nasional kita dalam perbankan sektor yang saya katakan (Supratman Andi Agtas, Ketua Baleg DPR dalam tayangan Mata Najwa Mereka-Reka Cipta Kerja pada menit ke 7:38)”.
Berdasarkan pernyataan tersebut diketahui bahwa Supratman Andi Agtas selaku Ketua Badan Legislasi DPR RI mengatakan secara lugas bahwa kebijakan omnibus law merupakan ide dari Presiden Jokowi dengan keterlibatan DPR RI selaku badan legslatif dalam rangka mengharmonisasi dan sinkronisasi terhadap keseluruhan regulasi yang dalam sektor-sektor tertentu saling tumpang tindih melalui pembentukan undang-undang baru.
Pernyataan itu sejalan dengan penelitian Rafikoh (2021) bahwa omnibus law menjadi jawaban atas persoalan-persoalan komplek serta tumpang
tindihnya aturan atau regulasi yang ada di Indonesia.
“…Setelah covid sekarang saudara-saudara kita yang tidak beruntung mendapat phk, data kurang lebih sekitar 7 juta. Hampir sekitar 16 juta lebih Mbak Nana yang sekarang siap rakyat Indonesia untuk mencari lapangan pekerjaan. Pertanyaan berikut adalah, 16 juta lebih membutuhkan pekerjaan termasuk anak-anak mahasiswa baru selesai kuliah ini, apakah PNS atau pegawai BUMN atau TNI Polri saya pikir nggak akan cukup. Maka instrumen masuk untuk menciptakan lapangan pekerjaan itu adalah investasi. Namun, atas dasar evaluasi total kondisi objektif kita sekarang kan yang pertama investasi masuk itu kan problem kita itu adalah terjadi apa yang disebut dengan ego sektoral. Harus kita akui bahwa terjadi ego sektoral antar kementerian lembaga. Aturannya tumpang tindih antara kabupaten, kota, provinsi dan persoalan lahan dan mohon maaf harga upah, buruh yang memang tingkat kenaikannya per tahun tinggi. Tapi Itu nggak masalah bisa kita bicarakan, itu salah satu kenapa undang-undang omnibus law cipta lapangan kerja.
Undang-undang ini melakukan sinkronisasi lewat norma standar pelayanan yang ada mbak... (Bahlil Lahadalia, Kepala BKPM dalam tayangan Mata Najwa Mereka-Reka Cipta Kerja pada menit ke 30:37)”.
Melalui pernyataan tersebut diketahui bahwa menurut Bahlil Lahadalia selaku Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal atau BPKM beranggapan omnibus law ada untuk membuka lapangan pekerjaan melalui peluang investasi sebesar-besarnya di Indonesia. Dengan adanya omnibus law akan diperoleh kemudahan dalam perizinan karena melalui kebijakan
tersebut akan terjalin singkronisasi norma standar pelayanan yang sebelumnya saling tumpang tindih kemudian lebih dipermudah. Pernyataan tersebut sejalan penelitian Mayasari (2020) yaitu omnibus law dijadikan sebagai terobosan hukum pemerintah mengatasi obesitas regulasi berkaitan dengan perizinan berusaha dengan tujuan sebagai upaya pertumbuhan ekonomi melalui peningkatkan iklim berinvestasi di Indonesia.
“Kalau harus berbicara memuaskan seluruh rakyat dengan materi yang sangat rakus sampai 70 lebih dimasukkan ke dalam sini yaitu memang harus harus membahas memuaskan semua orang. Jangan menganggap enteng, terus mengatakan bahwa ini karena covid, justru karena covid harusnya energinya dibuang ke sana. Bukan memaksakan omnibus Memukul orang supaya disweeping, memukul orang supaya diam di rumah nggak bisa keluar tapi DPR nya diam-diam apa namanya menyelundupkan berbagai pembahasan tiba-tiba mengesahkan prosedur yang kotor akan menghasilkan materi yang jelek dan kotor dan rakus, itu yang terjadi sama omnibus hari ini (Haris Azhar, Direktur Eksekutif Lokataru dalam tayangan Mata Najwa Mereka-Reka Cipta Kerja pada menit ke 21:25)”.
Bertentangan dengan pendapat ketua baleg, Haris Azhar selaku Direktur Eksekutif Lokataru mengungkapkan bahwa penyusunan undang-undang hingga pengesahan yang dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini DPR RI pada masa pandemi covid merupakan suatu hal yang dianggap kurang tepat yang seharusnya pemerintah lebih berfokus pada penanganan
sembrawut masalah covid. Beliau beranggapan bahwa pemerintah memanfaat situasi tersebut untuk mengesahkan omnibus law yang dinilainya sebagai kebijakan yang tidak transparan dan menghasilkan materi jelek, rakus bahkan kotor.
“Begini Nana, kita nggak pernah kita dan nggak ada dasar hukum untuk membahas omnibus ya. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang tata cara pembentukan peraturan perundang-undangan tidak mengakomodir tata cara pembuatan itu. Jadi sebetulnya kalau memang mau membahas omnibus ya perbaiki dulu alat masaknya maka itu di undang-undang 12 tahun 2011 tersebut. Terus itu hari ini malam ini detik- detik beberapa detik yang lalu kita dengarkan dari apa yang dijelaskan Bang Supratman, lempar ke Bu Ledia, praktik ini 70 ini, udah konsultasi ya sampai acara malam ini pun nggak bisa dijelaskan bagaimana repotnya mana dan hasilnya mana.
Nah itu kenapa, karena memang alat masaknya gak ada. Yang kedua omnibus ini tidak berangkat dari gagasan, tetapi dari satu kepanikan negara mengelola negaranya, pemerintahannya akhirnya maka muncullah omnibus ini yang dimunculkan di sidang umum MPR (Hariz Azhar, Direktur Eksekutif Lokataru dalam tayangan Mata Najwa Mereka-Reka Cipta Kerja pada menit ke 29:08)”.
Lebih lanjut Haris Azhar bahwa berdasarkan pernyataan tersebut diketahui yang menjadi sumber banyaknya masalah yang timbul akibat perdebatan mengenai omnibus law ialah dikarenakan pembentukannya yang tidak sesuai dengan regulasi yang ada sebelumnya. Bahwasanya uu tersebut dibentuk tidaklah sesuai dengan UU No.12 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku di Indonesia.
Beliau beranggapan munculnya omnibus law ini muncul bukan karena matangnya sebuah gagasan menyelesaikan masalah publik akan tetapi ada dikarenakan bentuk perwujudan kepanikan dalam mengelola negara.
3. Make Moral Judgement (Membuat Pilihan Moral)
Make Moral Judgement merupakan elemen yang digunakan untuk
membenarkan dan memberi argumentasi pada pendefinisian masalah yang telah dibuat sebelumnya. Make Moral Judgement yang ingin ditampilkan dalam tayangan Mata Najwa pada Episode Mereka-Reka Cipta Kerja ialah pembelaan Supratman Andi Agtas dari pernyataan yang dilontarkan oleh Najwa Shihab bahwa politik hukum tidak menempatkan buruh pada marwahnya dalam kebijakan omnibus law dan terkait kepercayaan masyarakat kepada wakilnya di pemerintah yang mulai goyah karena diterpa isu Cipta Kerja. Pembelaan yang dilontarkan ialah:
“Kami melahirkan sebuah kesepakatan bahwa kami dengan bersungguh-sungguh akan mempertahankan semua yang menjadi tuntutan buruh. Tuntutan buruh itu sederhana Bagaimana undang-undang 13 itu tetap dipertahankan Dan itu menjadi komitmen kami semua di seluruh anggota Panja karena ketika tim perumus dan seluruh perwakilan fraksi saya undang masing-masing kapoksi untuk hadir, itu satu. Yang kedua, dari seluruh 9 bahkan kalau kita kerucutkan menjadi 7 masalah utama soal isi masalah buruh, 95%
itu tetap seperti undang-undang yang diatur dalam undang-undang 13. Apa itu Mbak Nana yang kita sepakati pertama yang menjadi tuntutan kawan- kawan buruh soal rptka rencana penggunaan tenaga kerja asing yang katanya sekarang lewat omnibus tenaga asing itu bebas masuk sama sekali tidak benar. Karena yang terkait dengan rencana penggunaan tenaga kerja asing itu kembali ke undang-undang 13. Kedua terkait dengan sanksi pidana tapi di tingkat panjang kembali ke undang-undang existing undang-undang nomor 13 terkait dengan PKWT maupun outsourcing sebagian besar itu kembali kepada apa yang telah menjadi Putusan Mahkamah Konstitusi. Oke berikutnya terkait dengan adanya Usulan pemerintah yang mengenal dikenal dengan istilah upah minimum Padat Karya di dalam rancangan undang-undang omnibus law itu ada buruh meminta itu dihapus kami hapuskan. Berikutnya terkait dengan Upah Minimum Kabupaten Kota di mana rancangan undang-undang omnibus law yang hanya mengenal satu jenis pepaya upah minimum provinsi kami tidak setuju dengan pemerintah dan mengembalikan Upah Minimum Kabupaten Kota
itu tetap ada dengan formula yang baru.... (Supratman Andi Agtas, Ketua Baleg DPR dalam tayangan Mata Najwa Mereka-Reka Cipta
itu tetap ada dengan formula yang baru.... (Supratman Andi Agtas, Ketua Baleg DPR dalam tayangan Mata Najwa Mereka-Reka Cipta