• Tidak ada hasil yang ditemukan

Informasi geospasial

Dalam dokumen BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang (Halaman 59-63)

BASIS DATA

III.3.1. Informasi geospasial

Salah satu IG yang memiliki peran penting dalam boundary making adalah peta.

1. Pengertian peta.

Peta adalah suatu penyajian grafis dari seluruh atau sebagaian permukaan bumi pada bidang datar dengan skala dan sistem proyeksi peta tertentu (Muehrcke, 1978; Maling, 1989; Soendjojo dan Riqqi, 2012). Peta merupakan model dua dimensi yang memiliki skala yang merepresentasikan permukaan bumi tiga demensi untuk menampilkan dan menggambarkan obyek-obyek yang dipilih. Selain menggambarkan fenomena unsur muka bumi yang bersifat alamiah dan buatan manusia, peta juga digunakan untuk menggambarkan fakta-fakta atau kejadian yang bersifat spasial termasuk fakta yang berasosiasi dengan politik seperti batas wilayah (Hyde, 1993).

Secara umum peta berfungsi untuk: (1) menyatakan posisi/lokasi suatu tempat di permukaan bumi yang dinyatakan dengan koordinat planimetris (X,Y) dan ketinggian dari suatu bidang referensi (muka laut), (2) memperlihatkan pola distribusi dan pola spasial dari fenomena alam, buatan manusia dan suatu peristiwa/kejadian, (3) merekam dan menyimpan data dan informasi muka bumi serta menvisualisasikan data dan informasi bumi menjadi peta (Soendjojo dan Riqqi, 2012).

Secara tradisi, peta dikelompokan menjadi dua yaitu peta dasar atau sering juga disebut peta topografi dan peta tematik. Peta dasar menyajikan gambaran umum muka bumi berupa unsur-unsur alam dan unsur-unsur buatan manusia (Soendjojo dan Riqqi, 2012). Mengacu kepada UU No.4 tahun 2011 tentang IG, peta dasar yang khusus menggambarkan unsur-unsur permukaan bumi yang terletak di darat disebut peta rupa bumi Indonesia (peta RBI), sedang yang

menggambarkan unsur-unsur permukaan bumi yang terletak di wilayah pesisir disebut peta Lingkungan Pantai Indonesia (peta LPI) dan yang menggambarkan unsur-unsur permukaan bumi wilayah laut disebut peta Lingkungan Laut Nasional (peta LLN) (Anonim, 2011b). Peta tematik menyajikan unsur-unsur tertentu dari permukaan bumi sesuai dengan tema dari peta yang bersangkutan. Peta batas wilayah termasuk dalam kelompok peta tematik karena yang disajikan adalah hanya unsur-unsur yang terkait tema batas wilayah. Peta tematik yang lain misalnya peta geologi, peta gayaberat, peta lereng, peta penggunaan lahan, peta kependudukan, peta rawan longsor dan peta rawan banjir.

Peta merupakan produk kartografi. Kartografi adalah pembuatan data spasial yang dapat diakses, menekankan visualisasinya dan memungkinkan berinteraksi dengannya, yang berhubungan dengan masalah-masalah geospasial, (Kraak dan Ormeling, 2013). Penyajian gambar permukaan bumi menjadi wujud peta dapat disajikan dalam bentuk grafis disebut peta garis dan dalam bentuk foto/citra yang disebut peta foto. Pada peta garis unsur-unsur muka bumi disajikan dengan cara menggunakan simbol titik, garis dan area. Penyajian simbol tersebut mengikuti kaidah generalisasi, yaitu ada unsur yang dipertahankan, dihilangkan, dan dieksagerasi (exaggeration) (Kraak dan Ormeling, 2013).

Simbol-simbol dalam peta garis dilengkapi dengan keterangan dalam bentuk teks untuk menjelaskan arti dari simbol-simbol yang digambarkan tersebut. Keterangan-keterangan tersebut diletakan di luar batas tepi peta yang dikenal sebagai informasi tepi peta. Pada bagian informasi tepi peta banyak keterangan-keterangan penting yang harus dicantumkan agar suatu peta dapat digunakan dengan mudah oleh pengguna peta. Keterangan pada informasi tepi peta ada yang bersifat wajib dan keterangan yang bersifat tambahan. Keterangan wajib merupakan keterangan penting dan harus dicantumkan, sedang keterangan tambahan adalah keterangan yang dianggap perlu dan sebaiknya dicantumkan apabila ruang masih memungkinkan (Soendjojo dan Riqqi, 2012).

2. Aspek geometrik peta.

Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa salah satu fungsi peta adalah untuk menyatakan posisi/lokasi suatu tempat di permukaan bumi. Oleh sebab itu

posisi di peta harus merepresentasikan posisi sebenarnya di muka bumi. Permasalahannya, muka bumi adalah bidang lengkung tiga dimensi sedangkan peta adalah bidang datar dua dimensi. Menggambarkan bidang lengkung ke dalam bidang datar terjadi penyimpangan yang disebut distorsi seperti diilustrasikan pada Gambar 3.6. (Schofield, 2002).

Pada Gambar 3.6, bila AB yang terletak pada area yang sempit di permukaan bumi diproyeksikan secara ortogonal ke bidang datar (peta) diperoleh ab. Panjang ab sama dengan AB sehingga pada area yang sempit terlihat tidak terjadi distorsi. Bila areanya semakin luas, maka proyeksi CD ke bidang datar menjadi cd. Dalam hal ini cd tidak sama dengan CD, berarti terjadi distorsi. Permasalahan yang harus diperhatikan dalam pemetaan adalah mereduksi distorsi menjadi sekecil mungkin (Schofield, 2002).

Untuk mereduksi distorsi dilakukan dengan cara: (a) membagi permukaan bumi menjadi bagian-bagian yang tidak terlalu luas, (b) menggunakan bidang datar atau bidang yang dapat didatarkan tanpa atau minim distorsi yang disebut bidang proyeksi. Secara keilmuan, cara (b) disebut sistem proyeksi peta. Proyeksi peta adalah metode penyajian permukaan bumi pada suatu bidang datar dari koordinat geografis pada bola atau koordinat geodetis pada elipsoid (Soendjojo dan Riqqi, 2012; Prihandito, 2010).

Gambar 3.6. Prinsip dasar pemetaan (Schofield, 2002) Bidang datar b a c d C Permukaan bumi A B D

Dalam pemetaan, tahapan konseptual pemetaan diawali dengan melakukan pengukuran posisi titik-titik di permukaan bumi, selanjutnya posisi titik-titik di muka yang berupa koordinat geodetis/geografis dipindahkan ke bidang datar (peta) seperti diilustrasikan pada Gambar 3.8.(Abidin, 2014). Pada Gambar 3.8., (ϕ, λ) adalah parameter lintang dan bujur geografis dan (x,y) adalah parameter koordinat kartesian pada bidang proyeksi.

Koordinat geodetik (ϕ,λ) dan koordinat peta (x,y) tergantung pada datum geodetik dan sistem proyeksi yang dipilih. Datum geodetik tersedia banyak baik yang lokal maupun yang global, demikian juga sistem proyeksi peta. Kebijakan pemilihan datum geodetik dan sistem proyeksi peta menjadi wewenang lembaga pemerintah yang bertanggung jawab di bidang pemetaan di suatu negara. Di Indonesia sesuai UU No.4 tahun 2011 tentang IG, lembaga yang berwenang menentukan pemakaian datum geodetik dan sistem proyeksi peta yang digunakan adalah BIG.

Gambar 3.7. Tahapan konseptual pemetaan (Abidin, 2014) Pendefinisian sistem referensi koordinat

(datum geodetik) Elipsoid referensi Bumi Proyeksi peta Domain pengukuran

Sistem koordinat geografis: lintang, bujur (ϕ, λ)

y

x

Sistem koordinat proyeksi: utara,timur (x, y), Domain

hitungan

Mengacu Gambar 3.7, aspek geometrik peta adalah berhubungan dengan transformasi matematis dari koordinat geodetis/geografis di permukaan bumi ke koordinat proyeksi di bidang datar, hal tersebut meliputi: datum geodetik, proyeksi peta, koordinat, orientasi dan skala.

Dalam dokumen BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang (Halaman 59-63)

Dokumen terkait