• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN ALOR

C. Struktur ekonomi

4.1.3.2. Infrastuktur ekonomi.

Pembangunan infrastruktur ekonomi suatu wilayah amat penting, untuk mendorong aliran sumber daya (informasi, barang dan jasa) yang efisien, meningkatkan produktivitas dan interaksi spasial yang saling memperkuat. Pembangunan infrastruktur ekonomi yang dimaksudkan adalah fasilitas pasar, tokoh, perusahaan, jaringan perhubungan dan obyek wisata yang mendorong interaksi dan keterkaitan ekonomi antar SWP dan antar regional. Perkembangan infrastruktur ekonomi antar SWP tersebut, dilihat pada Tabel 18.

Perkembangan infrastruktur ekonomi wilayah sebagaimana pada Tabel 18, menunjukkan bahwa terdapat 53 pasar yang telah dibangun di Kabupaten Alor, dan tersebar pada 52 desa/ Kelurahan. Dalam opersionalnya hanya 2 pasar yang beroperasi secara kontinue 7 hari, sedangkan pasar lainnya masih bersifat pasar mingguan yang beroperasi rata – rata 3 hari dalam seminggu, kecuali tokoh/kios rata-rata dibuka secara kontinue dalam seminggu; namun diantara 175 desa/kelurahan masih dijumpai 24 (13,71 %) desa yang belum ada toko atau kios yang menyediakan sembako bagi pemenuhan kebutuhan dasar. Desa-desa tersebut tergolong yang paling terisolasi.

Perkembangan pembangunan fasilitas Bank di Kabupaten Alor, mencakup 3 unit Bank (BNI 1946, BRI dan Bank Pembangunan Daerah NTT). Dari ketiga unit Bank tersebut, hanya Bank BRI yang sudah membuka tiga unit Cabang, 2 unit cabang berada di SWP B dan 1 unit cabang berada di SWP A. Dengan demikian

terdapat 6 unit Bank di Kabupaten Alor, yang memperkuat Struktur ekonomi wilayah. Demikian juga Lembaga keuangan lainnya (Nir Bank) terdiri dari 6 unit. Selain Bank dan Nir Bank, Koperasi sebagai salah satu Lembaga ekonomi masyarakat, yang berperan untuk memperkuat basis ekonomi masyarakat perdesaan, juga telah berkembang sebanyak 66 unit pada 47 desa/kelurahan, Tabel 18 Perkembangan pembangunan infrastruktur Ekonomi antar SWP di Kabupaten Alor Tahun 2003.

No Jenis Infrastruktur/ fasilitas sosek

Penyebaran jumlah jenis fasilitas antar SWP

SWP A SWP B SWP C Kabupaten unit desa unit desa unit desa unit Desa

A Pasar 13 13 24 24 16 15 53 52 B Bank 1 1 5 3 0 0 6 4 C Nir Bank 1 1 5 4 0 0 6 5 D Tokoh/Kios 88 29 764 86 74 36 926 151 E Koperasi/KUD 4 4 59 40 3 3 66 47 F Perusahan/Pabrik 0 0 11 6 0 0 11 6 G Restoran/R.makan 1 1 38 6 0 0 39 7 H Hotel/Wisma 1 1 5 4 0 0 6 5 I Obyek Wisata 0 0 7 6 2 1 9 7 J Depot pertamina 0 0 2 2 0 0 2 2 K Perhubungan darat 1 Jalan aspal 32 32 57 57 15 15 104 104 2 Kend.roda 4 penumpang 1 1 275 23 3 2 279 26 3 K.roda 4 non penumpang 6 6 56 10 25 12 87 28 4 Kendaraan roda dua 125 19 1520 55 35 13 1680 87

L Perhubungan laut

1 Pel. niaga/Pangkalan AL 0 0 1 1 1 1 2 2

2 Pelabuhan ferri (ASDP) 0 0 1 1 0 0 1 1

3 Pel. Tengker Pertamina 0 0 1 1 0 0 1 1

4 Pel. Pelayaran rakyat 2 2 0 0 1 1 0 0

5 Kapal niaga 0 0 4 4 0 0 4 4 6 Kapal Perintis 0 0 3 3 0 0 3 3 7 Kapal ferri 2 1 4 4 0 0 4 4 8 Perahu motor 89 30 137 36 13 4 239 70 9 Speadbood 0 0 4 2 0 0 4 2 M Perhubungan Udara 1 Bandara 0 0 1 1 0 0 1 1 2 Pesawat F 27 0 0 1 1 0 0 1 1 3 Pesawat cassa 0 0 1 1 0 0 1 1

Sumber : BPS, 2003 ( Alor Dalam Angka, 2003, Potensi dan Profil Desa 2003). kendatipun 89,40 persen masih berada di kota (Sub wilayah B). Dari 66 unit Koperasi tersebut, 18 unit diantaranya merupakan fasilitas pembangunan tempat pelayanan koperasi (TPK) unit desa dari 9 Koperasi Unit Desa di Kabupaten Alor. Akan tetapi dari 18 TPK unit desa yang tersedia, yang berfungsi hanya 55,56 persen, sedangkan 44,44 persen tidak berfungsi. Hal ini disebabkan oleh kendala organisasi dan manajemen.

Perkembangan suatu wilayah tidak bisa terlepas dari pembangunan fasilitas perusahaan/pabrik, restoran/rumah makan dan hotel/wisma, yang memperkuat keterkaitan struktur ekonomi wilayah. Terdapat 11 unit perusahaan/pabrik berskala mikro dan menengah di Kabupaten Alor, 39 unit Rumah makan/restoran

dan 6 unit Hotel/Wisma, dimana 97,44 persen ketiga pembangunan fasilitas tersebut masih terpusat di kota (Sub SWP B). Khusus perkembangan fasilitas hotel, rata-rata masih pada kelas melati, jumlah kamar tidur yang tersedia masih terbatas (87 unit) dengan rata–rata kunjungan tamu 166 orang perbulan pada tahun 2003. Dari rata-rata kunjungan tamu tersebut 8,35 persen merupakan tamu mancanegara, dan bila dibanding tahun 2002, jumlah kunjungan mancanegara meningkat 14,18 persen dari tahun 2002 sebanyak 134 pengunjung. Sedangkan pengunjung nusantara mengalami penurunan 0,76 persen pada tahun 2003 dari jumlah pengunjung nusantara tahun 2002 sebanyak 1 847 orang. Perkembangan jumlah pengunjung baik mancanegara maupun nusantara, terkait dengan daya tarik wilayah, antara lain potensi parawisata daerah. Terdapat 19 obyek parawisata daerah (wisata bahari, seni- budaya dan panorama alam), namun belum didukung dengan infrastruktur yang memadai. Pengelolaan obyek Parawisata daerah yang sudah dibangun fasilitas sederhana, baru mencapai 47,37 persen dari 19 obyek potensi wisata yang teridentifikasi.

Untuk melaksanakan semua aktivitas sosial ekonomi suatu wilayah, harus diimbangi dengan pasokan sumber energi yang cukup dan kontinue, maka fasilitas energi yang sudah dibangun berupa sebuah pelabuhan tengker pertamina dan sebuah Depot distribusi. Namun demikian Depot distribusi pertamina yang hanya satu, sering mnyebabkan kemacetan lalulintas setiap hari, pada saat antrian distribusi energi pada kendaraan dan tempayan untuk konsumsi rumah tangga penduduk.

Selain pembangunan infrastruktur ekonomi dan sosial sebagaimana pada Tabel 17 dan Tabel 18 yang diuraikan di atas, maka pembangunan infrastruktur perhubungan atau transportasi merupakan bagian pembangunan fasilitas pembangunan wilayah yang sangat vital dalam rangka membangun jaringan keterkaitan dan interaksi sosial ekonomi antar dan inter wilayah pembangunan. Perkembangan infrastruktur jaringan transportasi di Kabupaten Alor sebagaimana pada Tabel 18, pada umumnya menunjukkan perkembangan yang masih jauh dari optimal untuk membangun jaringan keterkaitan dan interaksi spasial yang kuat. Pembangunan jalan aspal yang menghubungkan kota hirarki utama dan kota-kota hinterland (kota kecamatan) baru menjangkau 59,43 persen dari 175 desa/kelurahan di Kabupaten Alor. Dari 59, 43 persen desa/kelurahan yang telah dijangkau jalan aspal tersebut, 33,40 persen dari 463,18 Km panjang

jalan beraspal di Kabupaten Alor adalah berkualitas jelek (rusak). Rata-rata klasifikasi jalan di Kabupaten Alor adalah jalan kelas III, dengan rincian: panjang jalan negara 95,20 Km dari total panjang jalan di Kabupaten Alor (1 432,33 Km), jalan propinsi 172 Km dan jalan kabupaten 1 164,93 Km (Gambar 8 Peta penyebaran jalan di Kabupaten Alor). Selain itu penyediaan kendaraan roda 4 dan roda 2 juga masih sangat terbatas antar satuan wilayah pengembangan.

0 8.56 17.12

P E T A J A R IN GA N J A LA N D I K A B U PATEN A L OR

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN ALOR “ B A P P E D A “ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH Jl . El Tari No. 19 Tel epon (0386) 21378

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN ALOR DATA DASAR 25.68 34.24 Km 1 : 856.000 Ibukota Kabupaten Ibukota Kecamatan Jalan Negara Jalan Propinsi Jalan Kabupaten Jalan Desa B T U S

Gambar 8. Peta penyebaran jalan di Kabupaten Alor

Kabupaten Alor sebagai salah satu Kabupaten kepulauan, maka pembangunan infrastruktur transportasi laut dan udara, memiliki peran strategis dalam membangun keterkaitan dan interaksi spasial antar regional dan inter wilayah Pembangunan. Untuk antar regional Kabupaten Alor sudah memiliki 2 Pelabuhan niaga, dengan lokasi Kalabahi dan Maritaing (berperan pula sebagai pangkalan Angkatan Laut) untuk menjaga teritorial wilayah NKRI dengan negara Timor Leste, dan satu unit pelabuhan ferri di Kalabahi. Sedangkan antar inter wilayah pembangunan di Kabupaten Alor sudah di bangun 3 unit pelabuhan pelayaran rakyat (PELRA) yakni 1 unit pada SWP C di Marataing dan 2 unit pada SWP A masing-masing di Bakalang dan Baranusa dan sejumlah pembangunan tambatan perahu pada pulau-pulau kecil dan jalur selatan pulau Alor. Dari 3 unit PELRA tersebut, yang sudah secara kontinue disinggahi Kapal niaga dan kapal

ferri adalah pelabuhan Baranusa (untuk kapal ferri 2 kali seminggu sebagai pelabuhan transit jalur Kalabahi – Leoleba-Larantuka Flores PP). Sedangkan pelabuhan Bakalang dan Marataing masih insedentil, untuk disinggahi kapal ferri maupun niaga. Jumlah kapal yang secara kontinue menyinggahi Pelabuhan Kalabahi, terdiri dari 4 unit Kapal ferri, dengan jalur pelayaran sebagai berikut : 2 unit jalur Kupang – Kalabahi- Baa Rote PP) dan 2 unit jalur Kalabahi-Baranusa- Leoleba-Larantuka PP dan Kalabahi–Atapupu Kabupaten Belu, PP). 3 Kapal perintis yakni Awu, Serimau dan Tatamaulau yang menyinggahi pelabuhan Kalabahi 2 minggu sekali secara kontinue serta 4 kapal niaga yang masuk pelabuhan Kalabahi seminggu sekali secara bergantian.

Selain Pelabuhan laut, Kabupaten Alor juga sudah miliki 1 unit Bandara dengan panjang landasan 1 450 M, yang sudah disinggahi 1 unit Pesawat Cassa dan 1 unit Pesawat sejenis Foker 27 secara kontinue dalam seminggu dengan jalur penerbangan Kupang-Kalabahi PP dan Kupang–Maumere–Kalabahi PP, dan Kalabahi–Kupang-Denpasar ( 2 X seminggu).

4.2. Analisis Kesenjangan Pembangunan Antar Satuan Wilayah