• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keragaan penilaian nilai manfaat pilihan, warisan, dan keberadaan sumberdaya HTI Inhutani III diukur berdasarkan nilai flora dan fauna yang ada saat ini, endemik dan habitat satwa. Hasil survei dan wawancara dengan masyarakat sekitar jenis-jenis flora yang ditemukan antara lain: tanaman obat (kerabun, empoyit, dan mali-mali). Sementara untuk jenis fauna terdapat 15 jenis antara lain: babi hutan, tupai dan jenis-jenis burung (punai, prenjak kuning dan tekukur) dengan potensi individu 0,35 – 2,3 ekor/jenis/5 hektar. Kesediaan membayar masyarakat terhadap nilai pilihan (option value) flora tumbuhan obat dan getah pinus yaitu Rp. 1.500 – Rp. 5.000, sedang untuk jenis-jenis fauna nilai pilihan masyarakat bervariasi antara: Rp. 5.000 – Rp. 150.000/ekor dengan nilai pilihan tertinggi yaitu babi hutan dan terendah jenis burung Cinenen Kelabu. Nilai kesediaan membayar yang dikonversi ke satuan luas dikethaui nilai pilihan flora fauna sebesar Rp. 28.417,-/ha (1997) dengan total nilai pilihan sebesar Rp. 353 juta,-. Sedang kesediaan membayar nilai pilihan flora fauna pada tahun 2003

meningkat yaitu Rp. 34.256/ha dengan total nilai Rp. 426 juta (Tabel 28).

Tabel 28. Kerugian Ekonomi Berdasarkan Nilai Pilihan, Warisan dan Keberadaan Keanekaragaman Hayati dan Habitat HTI Inhutani III

N

o Manfaat Keanekaragaman Hayati

Luas Terbakar (ha) WTP Perhektar (1997) (Rp/ha) WTP Total (1997) (Rp) WTP Perhektar (2003) (Rp/ha) WTP Total (2003) (Rp)

1 Nilai Manfaat Pilihan Flora Fauna 12.452,12 28.417 353.844.333 34.256 426.553.325

2 Nilai Manfaat Warisan 12.452,12 36.000 448.272.000 54.660 680.624.452

a. Habitat 22.497 280.132.644 31.157 387.965.096

b. Flora Fauna 13.503 168.139.356 23.503 292.659.356

3 Nilai Manfaat Keberadaan 12.452,12 42.167 525.059.333 76.949 958.174.240

a. Habitat Satwa 26.617 331.430.733 45.409 565.438.160

b. Flora Fauna Dilindungi 15.550 193.628.600 31.540 392.736.080

Total (1+2+3) 12.452,12 106.583 1.327.175.667 165.865 2.065.352.018

Nilai manfaat pilihan flora fauna di Inhutani III dengan pendekatan WTP, lebih rendah dibandingkan metode transfer benefit biaya konservasi habitat yaitu

US$ 300 /km2/thn (Ruitenbeek, 1998 dalam Glover and Timothy, 1999), yaitu

nilai perhektar yaitu Rp. 171.000/ha (US$ 1 = Rp. 5.700 tahun 1997) dan pada tahun 2003 sebesar Rp. 255.000/ha (1US$ = Rp. 8500). Hal ini disebabkan 154

karena areal HTI diperuntukan untuk hutan produksi dan bukan sebagai kawasan pelestarian dan potensi keberadaan flora fauna lebih rendah dibanding kawasan hutan primer di daerah tropis persatuan luas.

Hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan membayar nilai pilihan flora fauna yang telah maupun belum dimanfaatkan saat ini menunjukkan bawah jenis pekerjaan, pendidikan dan pendapatan masyarakat berpengaruh positif terhadap kesediaan membayar (model fit = Uji F). Namun, tingkat pendidikan tidak nyata pengaruhnya pada taraf kepercayaan 95% (Uji t). Persamaan regresi antara ketiga variabel dengan kesediaan membayar masyarakat

diuraikan pada persamaan berikut dan Lampiran 12.

ƒ Ln WTP pilihan = 1,33 + 0,764 Ln Kerja + 0,259 Ln Didik + 0,569 Ln Income ... (1997)

R2 = 64% (t=0,53) (t=2,11) (t= 1,33) (t= 2,88)

ƒ Ln WTP pilihan = 2,00 + 0,786 Ln Kerja + 0,266 Ln Didik + 0,529 Ln Income ... (2003)

R2 = 64% (t=0,80) (t=2,16) (t= 1,35) (t= 2,75)

Dari persamaan tersebut menjelaskan makin beragam jenis pekerjaan serta makin tinggi pendidikan dan pendapatan masyarakat, maka WTP pilihan masyarakat akan semakin besar, dengan kemampuan ketiga variabel menjelaskan keragaman WTP pilihan masyarakat sebesar 64%, sedang sisanya 36% ditentukan oleh faktor lain. Jenis pekerjaan dan pendapatan berpengaruh nyata karena sebagian besar masyarakat memperoleh pekerjaan dan pendapatan dari adanya HTI, nilai yang diberikan oleh masyarakat sifatnya tidak langsung dan diduga

bias karena penilaian masyarakat selalu dikaitkan dengan keberadaan HTI. Hasil

penelitian menunjukkan masyarakat bersedia membayar sebesar 2,48% dari tingkat pendapatan tahun 1997 (Rp. 1,14 juta/thn) dan tahun 2003 (Rp. 1,62 juta/thn). Sementara faktor pendidikan diduga tidak signifikan karena masyarakat menilai berdasarkan manfaat yang diperoleh selama ini, artinya meskipun pendidikan masyarakat rendah (30%) tetapi mereka bersedia membayar tinggi karena adanya ketergantungan pada HTI (pekerjaan dan pendapatan ).

Nilai manfaat warisan (bequest value) keanekaragaman flora fauna dan habitat Inhutani III bagi masyarakat desa sekitar ditunjukkan oleh WTP rata-rata dari 30 responden tahun 1997 yaitu Rp. 36.000/ha (tertinggi Rp. 150.000/org/thn

dan terendah Rp. 10.000/org/thn) dengan total nilai sebesar Rp. 448 juta, sedang pada tahun 2003 meningkat sebesar Rp. 54.660/ha (naik 42%) dengan total

manfaat warisan Rp. 680 juta (Tabel 28). Keragaan WTP masyarakat

dipengaruhi oleh jenis dan jumlah flora fauna yang dapat diwariskan, serta pengetahuan responden terhadap fungsi habitat dan jenis flora fauna yang terdapat dalam areal Inhutani III. Hasil analisis regresi terhadap kesediaan membayar nilai warisan dari flora fauna dan habitat yang terdapat di Inhutani III dipengaruhi oleh pekerjaan, pendidikan dan pendapatan masyarakat. Hasilnya menunjukkan bahwa ketiga variabel berpengaruh positif, namun variabel pendapatan (income) tidak

nyata pengaruhnya pada taraf kepercayaan (Uji t α=0,05) dengan nilai R2 = 66%

(Lampiran 12), selengkapnya dijelaskan pada persamaan berikut:

ƒ Ln Warisan = 4,93 + 1,35 Ln Kerja + 0,526 Ln Didik + 0,287 Ln Income ... (1997)

R2 = 66% (t=1,75) (t=3,32) (t= 2,39) (t= 1,29)

ƒ Ln Warisan = 5,64 + 1,38 Ln Kerja + 0,537 Ln Didik + 0,249 Ln Income ... (2003)

R2 = 66,2% (t=2,02) (t=3,38) (t= 2,43) (t= 1,16)

Dari persamaan regresi tersebut, bahwa semakin besar ketergantungan pekerjaan masyarakat terhadap HTI, dan semakin tinggi tingkat pendidikan maka kesediaan membayar makin besar. Hal ini disebabkan sebagian besar masyarakat (65%) yang berprofesi petani dan pengumpul hasil hutan di dalam areal Inhutani III, dan 70% dari responden mengetahui manfaat dari habitat dan satwa, sehingga masyarakat yang bersedia membayar lebih tinggi justru adalah petani dan pengumpul hasil hutan (keragaman pekerjaan rendah) dibanding yang repsonden yang memiliki sumber matapencaharian lain (pegawai atau pedagang).

Pendugaan nilai keberadaan (existence value) keanekaragaman hayati yang termasuk kategori dilindungi (kijang, burung prenjak dan bondol perut putih) dan habitat satwa Inhutani III dengan menggunakan pendekatan WTP bervariasi mulai dari Rp. 10.000/org/thn sampai Rp. 125.000/org/thn, dengan nilai rata-rata WTP sebesar Rp. 42.167/ha dan total manfaat keberadaan sebesar Rp. 525 juta (tahun 1997). Sementara atas dasar harga tahun 2003, nilai manfaat keberadaan

meningkat sebesar Rp. 76.949/ha dengan total nilai sebesar Rp. 958 juta (Tabel

28). Penilaian hipotetik masyarakat terhadap manfaat keberadaan ini diduga over

value karena potensi satwa rendah yaitu rata-rata 0,35 – 2,3 ekor/5 ha dan potensi 156

flora tanaman obat (3 – 5 kg/ha) dan getah pinus (10-50 kg/ha). Hal ini diduga akibat adanya ketergantungan yang besar terhadap lahan Inhutani III.

Analisis terhadap WTP keberadaan Inhutani III, khususnya flora fauna dilindungi dan fungsi sebagai habitat satwa, diduga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan tingkat pendapatan. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa ketiga variabel berpengaruh positif dengan nilai koefisien regresi jenis pekerjaan, pendidikan dan tingkat pendapatan pada taraf kepercayaan

95% (Uji t dan F) dengan nilai R2 = 60% (Lampiran 12).

ƒ Ln Existing = 6,65 + 1,38 Ln Kerja + 0,539 Ln Didik + 0,173 Ln Income ... (1997) R2 = 60% (t=2,17) (t=3,13) (t= 2,26) (t= 0,72)

ƒ Ln Existing = 7,27 + 1,40 Ln Kerja + 0,548 Ln Didik + 0,145 Ln Income ... (2003) R2 = 59,8% (t=2,41) (t=3,18) (t= 2,29) (t= 0,63)

Dari ketiga variabel menunjukkan semakin tinggi tingkat pendapatan dan pendidikan serta jenis pekerjaan beragam, maka kesediaan membayar makin besar. Namun, pengaruh pendapatan kurang signifikan karena hanya 3,68% dari pendapatan (Rp. 1,14 juta – Rp. 1,62 juta/tahun) yang bersedia disumbangkan, sementara sebagian besar masyarakat (65%) adalah petani dan pengumpul hasil hutan yang tergantung kepada hasil hutan, justru bersedia membayar lebih tinggi, meskipun pendapatan mereka rendah. Keragaman ketiga variabel dalam menjelaskan kesediaan membayar manfaat keberadaan di Inhutani III ditunjukkan

oleh nilai R2 = 60%. Artinya ketiga varibel dapat menjelaskan kesediaan

membayar seseorang terhadap keberadaan flora fauna dilindungi dan fungsi habitat di Inhutani III sebesar 60%, sisanya (40%) dijelaskan oleh variabel lain.

Hasil analisis secara keseluruhan terhadap nilai kesediaan membayar masyarakat dari manfaat pilihan, manfaat warisan dan manfaat keberadaan flora fauna dan habitat di HTI Inhutani III menunjukkan kecenderungan yang semakin menurun dengan mengingkatnya kesediaan membayar masyarakat. Hal ini sesuai dengan hukum permintaan bahwa makin tinggi harga atau nilai suatu barang maka permintaannya akan semakin berkurang. Kurva permintaan masyarakat terhadap nilai kesediaan membayar nilai pilihan, warisan dan keberadaan flora fauna dan

Berdasarkan kurva permintaan masyarakat diketahui surplus konsumen masyarakat pada tahun 1997 dari nilai pilihan di HTI Inhutani III sebesar Rp. 85,40 juta/tahun (Qd= 3.625 org dan WTP rataan = Rp. 35.625/thn); nilai manfaat warisan Rp. 99,13 juta/tahun (Qd= 3.324 org dan WTP rataan = Rp. 56.111/thn); dan manfaat keberadaan flora fauna Rp. 112 juta (Qd= 3.664 org dan WTP rataan = Rp 55.000/thn). Sementara pada tahun 2003 diketahui surplus konsumen rata-rata meningkat (54%) yaitu nilai manfaat pilihan Rp. 119 juta/thn (Rp. 47.134/org/thn); manfaat warisan yaitu Rp. 162 juta/thn (Rp. 84.409/org/thn); dan nilai keberadaan sebesar Rp. 199 juta/thn (Rp. 97.004/org/thn).

Penilaian masyarakat diduga over value, karena bersifat jangka pendek yaitu apabila HTI tidak beroperasi akibat kebakaran hutan dan lahan maka mereka tidak dapat memanfaatkan flora fauna yang ada dalam kawasan HTI, selain itu kerusakan habitat akibat kebakaran dapat menyebabkan HTI tidak beroperasi dan apabila HTI ditutup mereka merasa akan sulit memperoleh pekerjaan maupun pendapatan.

(a) (b)

Gambar 17. Kurva Permintaan Masyarakat terhadap Nilai Pilihan, Warisan dan Keberadaan Flora Fauna dan Habitat di HTI Inhutani III,

tahun 1997 (a) dan tahun 2003 (b)

NP = nilai pilihan, NW = nilai warisan dan NK = nilai keberadaan