• Tidak ada hasil yang ditemukan

INKONTINENSIA URIN (KENCING TIDAK TERKONTROL)

Dalam dokumen Scanned by CamScanner (Halaman 83-92)

Pada usia senja, kemampuan kontrol berkemih juga bisa menurun. Saat seseorang berusia 25 tahun, kemampuan kontrol berkemih dalam kondisi normal. Namun, setelah mencapai usia 65 tahun, kapasitas serta kemampuan menampung urin berkurang menjadi separuh atau hanya mampu menampung dua cangkir. Pengecilan kapasitas kantong kemih dan penurunan fungsinya karena perubahan dalam fisiologis dari sistem struktur otot tubuh akibat penuaan. Hal ini menyebabkan tingginya angka mengompol atau istilah medisnya inkontinensia urin. Penelitian telah menunjukkan bahwa antara 10-58% perempuan dan 6-28% laki-laki mengalami

inkontinensia urin setiap hari. Cara menghambatnya

adalah dengan mengurangi konsumsi alkohol atau kafein yang biasanya mengakibatkan iritasi kantong kemih. Lelaki dan perempuan dianjurkan berolahraga

~ 62 ~

pinggul untuk mengencangkan kandung kemih dan frekuensi berkemih teratur.

SARKOPENIA (KEHILANGAN MASSA

OTOT)

Kehilangan massa otot merupakan salah satu proses penuaan yang mengancam kemampuan manusia untuk tetap dapat beraktivitas dan menjaga kualitas hidup yang baik. Setelah melewati usia tiga puluhan tahun atau awal empat puluhan tahun yang merupakan puncak massa otot saat dewasa, massa otot akan mulai menurun secara perlahan sehingga kekuatan dan fungsi otot melemah. Kondisi ini disebut sarkopenia.

Sarkopenia berasal dari kata Yunani yaitu Sarx yang artinya daging dan Penias yang berarti kehilangan. Sarkopenia sebenarnya adalah kumpulan gejala yang diakibatkan oleh penurunan massa otot, penurunan kekuatan otot atau penurunan kemampuan aktifitas fisik. Dasar dari sarkopenia adalah penurunan massa otot yang berkaitan dengan proses penuaan. Data menyebutkan bahwa jumlah kejadian sarkopenia di benua Asia sebanyak 56,6%

~ 63 ~

pada pria dan 33,6% pada perempuan yang berusia diatas 60 tahun. Jumlah kejadian yang tinggi ini menjadikannya salah satu masalah kesehatan yang serius di usia senja. Perlu diketahui bahwa sarkopenia dapat menyebabkan penurunan kualitas hidup dan kematian.

Banyak faktor yang dapat menyebabkan sarkopenia seperti proses penuaan itu sendiri, gaya hidup, genetik, perubahan hormonal dan penyakit kronis. Jika terdapat kombinasi dari faktor-faktor ini maka sarkopenia lebih mudah dan lebih cepat terjadi.

Saat memasuki pertengahan usia, massa otot tubuh mulai mengalami penurunan. Hal ini terus berlangsung dan akan semakin parah seiring bertambahnya usia walaupun tanpa faktor penyebab lainnya. Tubuh dapat kehilangan massa otot mencapai 1-2% per tahun setelah seseorang mencapai usia lima puluh tahun. Sarkopenia biasanya bertangsung sangat cepat setelah seseorang menginjak usia sekitar 75 tahun.

Faktor penting lainnya adalah gaya hidup. Gaya hidup termasuk aktifitas fisik dan makanan. Orang-orang yang jarang bergerak aktif dapat kehilangan

~ 64 ~

massa otot sebesar 3-5% dari jumlah massa otot yang seharusnya berdasarkan usia. Bahkan penurunan massa otot ini dapat terjadi pada usia yang lebih muda. Faktor makanan yang penting adalah kurangnya asupan protein dan vitamin D.

Faktor genetik atau keturunan dikatakan juga berkontribusi terhadap terjadinya sarkopenia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 36%-65% kekuatan otot, 57% kemampuan fisik dan 34% kemampuan fungsional memiliki faktor keturunan. Faktor keturunan ini masih sedang dalam penelitian lebih lanjut.

Faktor hormonal yang dianggap berperan adalah penurunan kadar hormon pertumbuhan (growth hormone), testosterone dan estrogen. Sama seperti faktor keturunan, hormon-hormon tersebut masih memerlukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruhnya terhadap sarkopenia.

Berbagai penyakit kronis dapat menyebabkan sarkopenia melalui kondisi yang dinamakan cachexia.

cachexia adalah suatu keaadaan kurus kekurangan

nutrisi. Penyakit kronis menyebabkan peningkatan zat-zat radang dalam tubuh sehingga terjadi proses

~ 65 ~

radang kronis pada tubuh. Radang kronis pada tubuh ini menyebabkan terjadinya katabolisme yang tinggi memecahkan protein dan lemak sehingga muncul

cachexia dan kemudian menurunkan massa otot.

Seseorang yang menderita cachexia dan sarkopenia berisiko lebih tinggi terhadap terjadinya infeksi, kejadian jatuh dan bahkan kematian.

Secara garis besar untuk mencegah sarkopenia disarankan untuk melakukan 2 hal yaitu olahraga teratur dan nutrisi yang cukup. Kedua hal ini jika dilakukan bersama-sama akan mampu meningkatkan jumlah massa otot yang jauh lebih banyak dibandingkan jika hanya melakukan olahraga ataupun dengan nutrisi saja. Jenis olahraga yang disarankan adalah aerobik (jalan kaki, jogging atau berenang) dan resistant training. Berdasarkan penelitian ditemukan bahwa resistant training akan meningkatkan massa otot hanya dalam kurun waktu dua minggu. Disarankan untuk melakukan olahraga secara TERATUR selama 30 MENIT setiap 5-7 HARI/MINGGU.

Nutrisi yang baik untuk mencegah sarkopenia adalah dengan mengkonsumsi protein dan vitamin D secukupnya. Kurangi jumlah kalori yang dikonsumsi.

~ 66 ~

Apabila sudah terkena sarkopenia maka disarankan mengkonsumsi protein terutama leusin. Berdasarkan penelitian, dengan hanya menambahkan senyawa Leusin atau asam amino esensial dalam menu makan, kondisi otot-otot lansia akan stabil. Asam amino leusin banyak terdapat dalam daging, kedelai, dan kacang-kacangan.

FRAILTY (RAPUH, RENTA)

Frailty yang sering juga disebut dengan

kerapuhan adalah suatu keadaan yang menyebabkan lansia “rentan” memiliki gangguan kesehatan. Kerapuhan juga bisa dikatakan suatu keadaan penurunan fungsi multi sistem dalam tubuh lansia. Kerapuhan saat ini semakin menjadi perhatian tim medis dikarenakan seseorang yang mengalami kerapuhan, mempunyai risiko besar untuk terserang penyakit, gangguan melakukan kegiatan sehari-hari dan bahkan kematian.

Angka kejadian kerapuhan semakin meningkat seiring dengan pertambahan usia. Pada penelitian di Eropa, didapatkan kejadian kerapuhan sebesar 7%-17% pada usia 65 tahun dan meningkat sampai ke

~ 67 ~

angka 30% pada usia diatas 80 tahun. Di Indonesia sendiri didapatkan angka kejadian kerapuhan sebesar 27,4%. Besarnya angka kejadian ini menjadikan kerapuhan sebagai salah satu keadaan yang perlu dicegah dan dintervensi sebaik mungkin.

Dokter mendiagnosis kerapuhan apabila terdapat gejala-gejala seperti kelemahan, kelelahan, ketidakmampuan untuk melakukan aktfitas fisik normal, penurunan berat badan yang tidak direncanakan dan gangguan berjalan (kecepatan berjalan lebih lambat dari yang seharusnya).

Penyebab dari timbulnya kerapuhan merupakan hal yang kompleks, dalam arti penyebabnya banyak dan biasanya saling tumpang tindih. Salah satu penyebab kerapuhan paling sering adalah sarkopenia. Bahkan dikatakan bahwa sarkopenia merupakan bagian dari sindrom kerapuhan itu sendiri. Penyebab lainnya yaitu gangguan hormonal dan radikal bebas. Gangguan hormonal meliputi penurunan estrogen, penurunan testosterone dan peningkatan kadar kortisol dalam darah. Radikal bebas masih dalam penelitian lebih lanjut untuk mengetahui perannya dalam kejadian kerapuhan. Beberapa penelitian pada hewan tikus

~ 68 ~

menunjukkan adanya kadar radikal bebas yang tinggi pada tikus yang mengalami penurunan massa otot (salah satu gejala dari sarcopenia dan kerapuhan).

Bagaimana cara mencegah sindrom kerapuhan ? Tentu untuk mencegah terjadinya kerapuhan akibat sarkopenia, diperlukan tindakan pencegahan dan terapi untuk sarkopenia itu sendiri (Lihat Penjelasan Sub-bab Sarkopenia). Secara garis besarnya adalah dengan melakukan olahraga yang teratur dan konsumsi nutrisi yang cukup (terutama protein). Satu hal lagi yang jangan dilupakan adalah memliki pikiran yang baik seperti selalu ber-Syukur, Ikhlas dan Positif (disingkat SIP). Penjelasan lebih lanjut tentang SIP akan diuraikan pada bagian berikutnya.

~ 69 ~

BAGIAN 3

SAHAJA

~ 70 ~

KONSEP MENUA YANG

Dalam dokumen Scanned by CamScanner (Halaman 83-92)

Dokumen terkait