• Tidak ada hasil yang ditemukan

Instrumen penelitian

Dalam dokumen KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN ADDIE BER (Halaman 80-88)

BAB III METODE PENELITIAN

G. Instrumen penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 192), “instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan untuk memperoleh data penelitian sesuai dengan metode yang digunakan”. Jadi, instrumen penelitian yang akan digunakan di sini harus sesuai dengan metode pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Tes

Instrumen tes yang digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa berupa soal tes prestasi. Tes prestasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis untuk mengetahui skor peningkatan prestasi individu. Tes diberikan pada akhir pembelajaran kepada masing-masing siswa. Tes dikerjakan secara individu.

Soal tes tersebut adalah tes yang diberikan setelah materi pokok bahasan mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar selesai disampaikan dengan menggunakan model pembelajaran ADDIE berbantuan media miniatur bangun datar. Prosedur yang akan ditempuh dalam pengadaan instrumen adalah:

a. Mengadakan pembatasan terhadap materi yang akan diteskan. b. Menentukan tipe soal yaitu pilihan ganda.

c. Menentukan jumlah butir soal dan waktu yang disediakan untuk menyelesaikan soal-soal tes.

e. Penulisan butir soal.

f. Melengkapi instrumen dengan petunjuk dan kunci jawaban.

g. Uji coba soal tes, soal tes diujicobakan dahulu dengan melakukan try-out di kelas lain.

h. Penganalisaan hasil yaitu menganalisa item soal yang diujicobakan. Penganalisaan hasil ini dilakukan dengan cara mengukur dan menghitung validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembedanya. Secara umum diuraikan sebagai berikut:

1) Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat validitas suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid mempunyai validitas yang tinggi, sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti mempunyai validitas rendah. Validitas berkenaan dengan ketepatan alat penilai (instrumen) terhadap aspek yang dinilai sehingga benar- benar menilai apa yang seharusnya dinilai.

Validitas empiris dari tes ini dicari validitasnya butir soal dengan menggunakan korelasi antara skor butir soal tersebut dengan skor total. Untuk menghitung validitas butir soal digunakan rumus

korelasi product moment, sebagai berikut:

Rumus Korelasi Product Moment

∑ (∑ )(∑ )

√* ∑ (∑ ) +* ∑ (∑ ) +

Keterangan :

N = Jumlah subjek atau siswa yang diteliti ΣX = Skor tiap butir soal

ΣY = Skor total

2

X

= Jumlah kuadrat skor butir soal

2

Y

= Jumlah kuadrat skor total

Setelah didapat harga , kemudian dikonsultasikan dengan harga ktitik yang ada pada tabel dengan taraf nyata 5%. Apabila

lebih besar dari harga tabel, maka butir soal tersebut valid. Namun,

apabila lebih kecil dari harga tabel, maka butir soal tersebut dinyatakan tidak valid (Arikunto, 2010: 213).

Berdasarkan hasil analisis uji coba instrumen dari 40 soal yang diujikan, diperoleh 30 soal dinyatakan valid. Validitas tiap-tiap item dihitung dengan menggunakan rumus korelasi product moment kemudian dikonsultasikan dengan tabel r product moment dengan n = 20 dan α = 0,05 sehingga diperoleh r tabel= 0,444. Apabila rhitung > rtabel

maka item soal dikatakan valid dan apabila sebaliknya, maka dikatakan item soal tidak valid. Berdasarkan hasil analisis tes uji coba instrumen, diperoleh bahwa soal yang tidak valid adalah soal nomor 1, 9, 16, 17, 19, 24, 25, 28, 35, dan 40. Oleh karena itu, soal tersebut tidak digunakan lagi. Perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada lampiran 24.

2) Reliabilitas

Reliabilitas artinya dapat dipercaya atau diandalkan. Menurut Arikunto (2010: 221), “suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang

tetap”. Untuk keperluan mencari reliabilitas butir soal pilihan ganda, maka rumus yang digunakan adalah rumus Spearman-Brown, dimana jumlah soal pilihan ganda ini ada 30 butir soal yang akan diuji reliabilitasnya dengan uji belah ganjil-genap. Menurut Arikunto (2010: 223-224), langkah-langkah uji reliabilitas dengan rumus Spearman- Brown (belah ganjil-genap) adalah sebagai berikut:

a) Membuat tabel analisis butir soal atau butir pertanyaan.

b) Mengelompokkan skor-skor menjadi dua belahan bagian ganjil dan bagian genap.

c) Belahan bagian yang bernomor ganjil sebagai belahan pertama dan belahan bagian yang bernomor genap sebagai belahan kedua.

d) Mengkorelasikan skor belahan pertama dengan skor belahan kedua sehingga diperoleh harga .

e) Harga merupakan indeks korelasi yang diperoleh baru menunjukkan hubungan antara dua belahan instrumen, maka untuk memperoleh indeks reliabilitas soal masih harus menggunakan rumus Spearman-Brown, yaitu:

Rumus Spearman-Brown

( )

Keterangan:

= reliabilitas instrumen

= yang disebutkan sebagai indeks korelasi antara dua

f) Mengkonsultasikan harga dengan tabel . Jika harga kurang dari (taraf kesukaran 5%), maka instrumen dinyatakan tidak reliabel. Tetapi apabila harga lebih dari harga , maka instrumen dinyatakan reliabel.

Berdasarkan hasil analisis uji instrumen diperoleh hasil r11 =

0,879. Harga tersebut dikonsultasikan dengan r tabel dengan n = 20, diperoleh r tabel = 0,444. Jadi r11 > r tabel. Dengan demikian dapat

dikatakan alat ukur tersebut adalah reliabel. Perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada lampiran 26.

3) Tingkat Kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk meningkatkan usaha menyelesaikannya, soal yang terlalu sukar atau menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauan. Indeks kesukaran soal adalah bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal. Menurut Arikunto (2008: 207-210), untuk menghitung tingkat kesukaran soal pilihan ganda, yang digunakan adalah rumus:

Rumus Mencari Tingkat Kesukaran

Keterangan:

P = Indeks kesukaran

B = Banyaknya siswa yang menjawab benar JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes

Untuk menginterprestasikan nilai tingkat kesukaran itemnya dapat digunakan kriteria sebagai berikut:

a) Jika soal dengan P adalah 0,00 sampai 0,30 maka soal sukar. b)Jika soal dengan P adalah 0,30 sampai 0,70 maka soal sedang. c) Jika soal dengan P adalah 0,70 sampai 1,00 maka soal mudah.

Soal-soal yang diujicobakan memiliki tingkat kesukaran yang berbeda-beda. Hasil dari uji coba instrumen menunjukkan bahwa soal yang berkriteria mudah adalah soal nomor 17, 24, 25, dan 35. Soal yang berkriteria sukar adalah soal nomor 9 dan 40. Sedangkan soal yang lainnya berkriteria sedang. Perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada lampiran 24.

4) Daya Pembeda

Daya pembeda adalah pengukuran sejauh mana suatu soal mampu membedakan antara siswa yang pandai (kelompok atas) dengan siswa yang kurang pandai (kelompok bawah). Suatu soal dianggap baik bila siswa yang pandai dapat menjawab dengan benar dan siswa yang kurang pandai menjawab salah, semakin besar daya pembeda soal maka soal tersebut semakin baik. Teknik yang digunakan untuk menghitung daya pembeda bentuk soal pilihan ganda adalah sebagai berikut:

Rumus Mencari Daya Pembeda

Keterangan :

D = Daya pembeda soal

= Banyaknya siswa kelompok atas yang menjawab benar = Banyaknya siswa kelompok atas

= Banyaknya siswa kelompok bawah yang menjawab benar = Banyaknya siswa kelompok bawah

= Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Untuk menginterprestasikan nilai tingkat kesukaran itemnya dapat digunakan kriteria sebagai berikut:

a) Jika D ≤ 0,00 adalah soal sangat jelek, tidak baik. b) Jika 0,00 < D ≤ 0,20 adalah soal jelek.

c) Jika 0,20 < D ≤ 0,40 adalah soal cukup baik. d) Jika 0,40 < D ≤ 0,70 adalah soal baik.

e) Jika 0,70 < D ≤ 1,00 adalah soal sangat baik. (Arikunto, 2008: 211- 214).

Untuk menganalisa daya pembeda pada soal-soal uji coba digunakan lima kriteria yaitu sangat jelek, jelek, cukup, baik, dan sangat baik. Berdasarkan analisis tes uji coba diperoleh bahwa soal yang berkriteria cukup baik adalah soal nomor 1, 4, 16, 19, 21, 24, 27, 28, 29, 33, 37, dan 40. Sedangkan soal yang berkriteria baik adalah soal nomor 2, 3, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 18, 20, 22, 23, 26, 30, 31, 32, 34, 36, 38, dan 39. Soal yang berkriteria jelek adalah soal nomor 9, 17, 25, dan 35, maksudnya adalah soal tersebut kurang baik

untuk dapat membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai. Perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada lampiran 24.

2. Non Tes

a. Lembar Observasi (Check-list)

Lembar observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran matematika. Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran matematika berbentuk check-list dengan pilihan jawaban “ya” atau “tidak”, sehingga pengamat hanya tinggal membubuhkan tanda centang (√) pada tempat yang disediakan. Lembar observasi digunakan untuk mengetahui kemampuan belajar siswa dalam pembelajaran matematika dengan model pembelajaran ADDIE berbantuan media miniatur bangun datar. Dari hasil observasi selanjutnya dibuat kesimpulan berdasarkan data dari lembar observasi.

b. Pedoman Dokumentasi

Dokumentasi dalam penelitian ini berbentuk catatan lapangan yang merupakan catatan tertulis tentang segala sesuatu yang berisi hal-hal yang terjadi selama proses pembelajaran di kelas. Hal-hal yang dicatat antara lain suasana kelas, pengelolaan kelas, interaksi guru dengan siswa, dan peningkatan prestasi belajar siswa yang ditunjukkan dengan aktivitas siswa yang aktif dalam proses pembelajaran.

Dalam dokumen KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN ADDIE BER (Halaman 80-88)

Dokumen terkait