BAB III METODE PENELITIAN
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan tes akhir (post test). Tes merupakan alat atau prosedur yang
41
46
digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. Tes ini berupa tes akhir (post test), berbentuk uraian essay sebanyak 10 butir soal pada pokok bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel. Tes berupa soal-soal pemecahan masalah yang berguna untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.
Tes uraian disusun berdasarkan konsep tes pemecahan masalah yang memenuhi tahapan-tahapan polya, yaitu kemampuan: (a) memahami masalah, (b) membuat rencana pemecahan masalah, (c) melakukan perhitungan, (d) memeriksa kembali jawaban.
Untuk mengukur kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah digunakan aturan penskoran model Schoen dan Oehmka yang dikemukakan oleh Utari-Sumarmo seperti pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.3
Pedoman Penskoran Kemampuan Pemecahan Masalah Skor Memahami Masalah Membuat Rencana Pemecahan Melakukan Perhitungan Memeriksa Kembali Hasil 0 Salah menginterpretasikan/ salah sama sekali
Tidak ada rencana, membuat rencana yang tidak relevan Tidak melakukan perhitungan Tidak ada pemeriksaan atau tidak ada keterampilan lain 1 Salah menafsirkan masalah, mengabaikan kondisi soal Membuat rencana pemecahan soal yang tidak dapat dilaksanakan Melaksanakan prosedur yang benar, mungkin menghasilkan jawaban yang benar, tetapi salah perhitungan
Ada pemeriksaan tetapi tidak tuntas
2 Memahami masalah soal selengkapnya Membuat rencana yang benar, tetapi salah dalam hasil/tidak ada hasil Melakukan proseadur yang benar dan mendapatkan hasil yang benar
Pemeriksaan dilaksanakan untuk melihat kebenaran proses 3 - Membuat rencana yang benar, tetapi belum lengkap - -
47 4 - Membuat rencana sesuai dengan prosedur dan memperoleh jawaban yang benar - -
Skor maksimal 2 Skor maksimal 4 Skor maksimal 2 Skor maksimal 2 Untuk mengetahui persyaratan tes yang baik, sebelum digunakan instrumen penelitian tersebut perlu diujicobakan terlebih dahulu agar ketetapan alat penilaian terhadap konsep yang dinilai sesuai, sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai.
Sebuah tes yang dapat dikatakan baik sebagai alat pengukur harus memenuhi persyaratan tes. Maka sebelum soal tersebut diberikan kepada siswa, soal itu harus dianalisis validitas, reliabilitasnya dan daya pembeda serta indeks kesukaran soal. Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Reliabilitas berkaitan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Sehingga kedua hal tersebut sangat penting diuji terlebih dahulu, agar hasil yang didapatkan dapat memenuhi standar penilaian. 1. Validitas
Validitas digambarkan sebagai “suatu penetapan evaluasi terintegrasi tentang derajat bukti empiris dan dasar teoritis yang mendukung ketercukupan dan kesesuaian tindakan dan kesimpulan yang berdasarkan pada skor tes atau model-model lain dari penilaian”.42
Tes disebut valid apabila memiliki tingkat ketepatan yang tinggi dalam mengungkap aspek yang hendak diukur.
Pengujian validitas dilakukan menggunakan rumus Product Moment Pearson:43
∑ ∑ ∑
√ ∑ ∑ ∑ ∑
42
Harun Rasyid, Penilaian Hasil Belajar, (Bandung: Wacana Prima, 2009), h. 134. 43
H. M. Subana, Sudrajat, Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah, (Bandung: Pustaka Setia, 2005), h. 130
48 Keterangan:
: Koefisien korelasi variabel X dan Y N : Banyaknya peserta tes
X : Skor item soal Y : Skor total
Untuk mengetahui valid atau tidaknya butir soal, maka harus mengetahui hasil perhitungan rhit dibandingkan rtabelProduct Moment pada
dan derajat kebebasan (dk) = n-2. Jika hasil perhitungan maka soal tersebut valid. Jika hasil penelitian maka soal tersebut dinyatakan tidak valid.Setelah dihitung uji validitasnya, diperoleh dari 10 butir soal yang diujicobakan, dihasilkan 7 butir soal yang valid dan 3 butir soal yang tidak valid. (Terlampir)
2. Reliabilitas
Reliabilitas adalah ketetapan atau ketelitian suatu alat evaluasi. Dalam konsep reliabilitas suatu instrumen, suatu instrumen yang telah memiliki sifat kesahihan dan keandalan, maka instumen itu harus memberikan hasil yang konsisten atau stabil jika digunakan beberapa kali pada objek yang sama, sepanjang materi yang dikukur tidak berubah.44 Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap.45 Untuk menentukan reliabilitas soal uraian, penulis menggunakan rumus Koefisien Alpha (Alpha Cronbach), yaitu:46
∑ Keterangan:
: Koefisien reliabilitas
: Banyaknya butir soal yang valid
44
Harun Rasyid, Mansur, op. cit., h.146-147. 45
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h. 86
46
49
∑ : Jumlah varians skor tiap-tiap item soal : Varians skor total
Setelah dilakukan perhitungan uji reliabilitas, diperoleh hasil reliabilitasnya sebesar 0,7881 dan itu berarti bahwa taraf kepercayaan instrumen tersebut sebesar 78,81%. (Terlampir)
3. Taraf Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang memuat ketiga kriteria, yaitu: sukar, sedang, dan mudah. Bilangan yang menunjukkan sukar, sedang, dan mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran (difficulty index). Untuk mengukur taraf kesukaran soal digunakan rumus:
∑
Keterangan:
: Tingkat kesukaran
∑ : Jumlah skor butir i yang dijawab oleh kelompok atas dan bawah : Jumlah siswa kelompok atas dan bawah
: Skor maksimal soal yang bersangkutan
Tolak ukur untuk menginterpretasikan taraf kesukaran tiap butir soal digunakan kriteria sebagai berikut:47
Tabel 3.4
Klasifikasi Interpretasi Taraf Kesukaran Nilai TK Interpretasi Sangat sukar Sukar Sedang Mudah 47
H. M. Subana, Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah, (Bandung: Pustaka Setia, 2005), h.134
50
Setelah dilakukan perhitungan uji taraf kesukaran, diperoleh 2 butir soal dengan kriteria mudah, 4 butir soal dengan kriteria sedang, dan 4 butir soal dengan kriteria sukar. (Terlampir)
4. Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah).48 Semakin tinggi koefisien daya pembeda suatu butir soal, semakin mampu butir soal tersebut membedakan antara peserta didik yang menguasai kompetensi dengan peserta didik yang kurang menguasai kompetensi.Untuk mengetahui daya pembeda tiap butir soal digunakan rumus:49
Keterangan:
: Indeks daya pembeda suatu butir soal
: Banyaknya siswa kelompok atas yang menjawab benar : Banyaknya siswa kelompok bawah yang menjawab benar : Banyaknya siswa pada kelompok atas
: Banyaknya siswa pada kelompok bawah
Tolak ukur untuk menginterpretasikan daya pembeda tiap butir soal digunakan kriteria sebagai berikut:50
Tabel 3.5
Klasifikasi Interpretasi Daya Pembeda
Nilai Interpretasi
Sangat jelek
Jelek
48
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Ervaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, Cet. 5, 2005), h. 211.
49
Ibid., h. 213-214. 50
51
Cukup
Baik Sangat baik
Setelah dilakukan perhitungan uji daya pembeda, diperoleh 3 butir soal dengan kriteria jelek, 3 butir soal dengan kriteria cukup, dan 4 butir soal dengan kriteria baik. (Terlampir)