• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Variabel

4.2.2 Interpretasi Model Persamaan Permintaan Jagung

Hasil estimasi pada persamaan permintaan jagung di Provinsi Sumatera Utara (Qd) dengan variabel independen harga riil jagung (HJG), jumlah penduduk (JPSU), pendapatan per kapita (PKP) dengan metode OLS. Model persamaan permintaan disajikan pada lampiran 3. Hasil estimasi permintaan jagung di Provinsi Sumatera Utara ditunjukan pada persamaan berikut :

Qd = 45124.15 – 253.0106 HJG + 27715.41 JPSU + 0.129813 PKP Tabel 9. Hasil Estimasi Permintaan Jagung .

Variable Coefficient Prob

Probability F-statistic 0.0000

Sumber : Lampiran 3

4.2.2.1 Interpretasi Koefisien Determinasi (R2)

Uji R2 bertujuan untuk mengetahui besaran pengaruh variabel bebas yang terdapat dalam model permintaan jagung terhadap variabel terikat. Berdasarkan hasil estimasi yang telah dilakukan dapat dilihat nilai dari koefisien determinasi dari persamaan permintaan bernilai 0.83. Nilai ini mengandung arti bahwa jumlah permintaan jagung Provinsi Sumatera Utara (Qd) mampu dijelaskan oleh variasi faktor-faktor bebas yaitu harga riil jagung (HJG), pendapatan per kapita

diwakili oleh faktor-faktor lain yaitu selera, ramalan masa depan.

4.2.2.2 Interpretasi Uji Serempak (Uji F)

Uji F adalah untuk mengetahui apakah variabel bebas dalam model persamaan permintaan jagung memiliki pengaruh secara serempak terhadap variabel terikat. Nilai dari Prob F lebih kecil dari signifikansi α sebesar 0.05 yakni 0.000. Hal ini dapat diartikan bahwa secara serempak variabel-variabel bebas dalam persamaan model yakni harga riil jagung (HJG), jumlah penduduk (JPSU), dan pendapatan per kapita (PKP) memiliki pengaruh nyata terhadap variabel terikat permintaan jagung Provinsi Sumatera Utara (Qd) dengan signifikan α = 5%.

4.2.2.3 Interpretasi Hasil Estimasi Permintaan Jagung

A. Pengaruh Harga Riil Jagung (HJG) Terhadap Permintaan Jagung

a1. Harga riil jagung (HJG) berpengaruh negatif terhadap permintaan jagung di Provinsi Sumatera Utara (Qd). Pengaruh negatif ini dapat dilihat dari nilai koefisien regresi yang lebih kecil dari nol yaitu -253.0106.

Berdasarkan koefisien regresi dapat disimpulkan bahwa harga riil jagung (HJG) naik sebesar seratus rupiah akan menurunkan permintaan jagung di Provinsi Sumatera Utara (Qd) sebesar 25301.06 ton. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Desai (2010) dimana permintaan untuk produk pertanian dipengaruhi oleh harga komoditas. Secara umum semakin tinggi harga, semakin rendah jumlah yang diminta.

jagung di Provinsi Sumatera Utara (Qd) pada taraf kepercayaan α = 5%.

Kesimpulan ini dapat dilihat dari prob-t harga riil jagung (HJG) yang bernilai lebih kecil dari 0.05 yaitu 0.000. Harga riil jagung mempengaruhi naik turunnya permintaan terjadi akibat sifat jagung merupakan bahan makanan pokok utama di Indonesia sehingga kenaikan atau penurunan harga terlalu mempengaruhi permintaan terhadap komoditas jagung. Selain itu, sebagai bahan baku pakan untuk industri dan bahan pangan pokok seperti tepung, minyak jagung, pakan ternak sehingga harga mengalami kenaikan maka kebutuhan permintaan jagung harus tetap dipenuhi. Hal ini membuat jagung dipengaruhi harga hingga pada tingkat harga tertentu. Hasil harga jagung yang signifikan terhadap permintaan terjadi di Kabupaten Blora, Jawa Tengah (Claudya, 2008), dan Naomi (2010) di Kabupaten Buro, Provinsi Maluku.

B. Pengaruh Jumlah Penduduk (JPSU) Terhadap Permintaan Jagung

b1. Jumlah penduduk (JPSU) berpengaruh positif terhadap permintaan jagung di Provinsi Sumatera Utara (Qd) sesuai dengan hipotesis. Pengaruh positif ini dapat dilihat dari nilai koefisien regresi yang lebih besar dari nol yaitu 27715.41. Berdasarkan koefisien regresi dapat disimpulkan bahwa apabila jumlah penduduk (JPSU) naik sebesar seribu jiwa akan meningkatkan permintaan jagung Provinsi Sumatera Utara sebesar 27715410 ton. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Pratama & Mandala (2002), dimana pada suatu tingkat harga, penigkatkan jumlah penduduk akan

meningkat.

b2. Jumlah penduduk (JPSU) berpengaruh signifikan terhadap permintaan jagung Sumatera Utara (Qd) pada taraf kepercayaan α = 5%. Kesimpulan ini dapat dilihat dari prob-t jumlah penduduk (JPSU) yang bernilai lebih kecil dari 0.05 yaitu 0.0005. Hal ini sesuai dengan keadaan nyata dimana pada dasarnya setiap orang membutuhkan pangan untuk memenuhi kebutuhan pokoknya. Jagung sangat dikonsumsi dalam banyak varian produk utama bagi masyarakat golongan bawah sehingga pertambahan dan penurunan jumlah penduduk sangat mempengaruhi banyaknya permintaan jagung di Provinsi Sumatera Utara (Qd). Hal ini juga dikemukakan oleh Prayudi (2009).

C. Pengaruh Pendapatan Per Kapita (PKP) Terhadap Permintaan Jagung

c1. Pendapatan per kapita (PKP) berpengaruh positif terhadap permintaan jagung Provinsi Sumatera Utara (Qd) sesuai dengan hipotesis. Pengaruh positif ini dapat dilihat dari nilai koefisien regresi yang lebih besar dari nol yaitu 0.129813. Berdasarkan koefisien regresi dapat disimpulkan bahwa apabila pendapatan per kapita (PKP) naik sebesar satu juta rupiah akan meningkatkan permintaan jagung Provinsi Sumatera Utara (Qd) sebesar 129813 ton. Hasil ini sesuai dengan beberapa pendapat Gorman (2009), menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan adalah pendapatan, harga jagung itu sendiri, harga barang dan jasa lainnya, dan persepsi akan harga barang itu dimasa depan. Menurut Pratama & Mandala (2002) juga berpendapat bahwa peningkatan

pendapatan konsumen dimana dengan meningkatnya pendapatan akan menyebabkan permintaan terhadap suatu barang bertambah. Sebaliknya dengan menurunnya pendapatan konsumen maka permintaan untuk barang tersebut berkurang. Pada produk-produk pertanian seperti jagung, Desai (2010) menjelaskan salah satu faktor penting yang mempengaruhi permintaan untuk komoditas pertanian adalah pendapatan rumah tangga.

Ketika pendapatan per kapita mengalami peningkatan, masyarakat cenderung akan menambah konsumsinya sehingga kebutuhan akan bahan pangan seperti jagung akan meningkat.

c2. Pendapatan per kapita (PKP) berpengaruh signifikan terhadap permintaan jagung Provinsi Sumatera Utara (Qd) pada taraf kepercayaan α = 5%.

Kesimpulan ini dapat dilihat dari prob-t pendapatan per kapita (PKP) yang bernilai lebih kecil dari 0.05 yaitu 0.0000. Ketika pendapatan mengalami peningkatan, masyarakat cenderung akan menambah komsumsinya baik secara kuantitas maupun kualitasnya penambahan kuantitas secara langsung keragaman produk-produk berbasis jagung dan penambahan kualitas membuat perubahan pola pangan dari pola pangan karbohidrat tinggi menjadi pangan karbohidrat rendah, hal ini juga mempengaruhi permintaan jagung. Hal ini membuat peningkatan pendapatan per kapita berpengaruh signifikan terhadap permintaan jagung di Provinsi Sumatera Utara. Pendapatan per kapita mempengaruhi permintaan jagung secara signifikan juga dikemukakan oleh Maina (2014) dan Astria (2014).

menyebabkan peningkatan permintaan jagung adalah harga jagung, jumlah penduduk dan pendapatan masyarakat di Provinsi Sumatera Utara. Permintaan pada hakekatnya merupakan peluang dan potensi yang harus disikapi positif.

Permintaan yang meningkat dari tahun ke tahun harus disikapi dengan perlakuan untuk memenuhi permintaan tersebut dengan strategi peningkatan penawaran dengan menjaga tingkat harga yang sesuai. Harga merupakan faktor pembatas dan tantangan yang harus diatasi dimana harga jagung harus dijaga pada tingkat yang dapat bersaing pada tingkat nasional maupun internasional. Hal ini dikarenakan harga jagung berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan jagung. Faktor-faktor lain seperti jumlah penduduk dan pendapatan merupakan Faktor-faktor external sehingga tidak mudah dikontrol dan dipandang sebagai peluang dalam mengembangkan produksi suatu komoditas.

4.3 Analisis Model Penawaran Jagung

Dokumen terkait