• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAN PENAWARAN JAGUNG DI PROVINSI SUMATERA UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAN PENAWARAN JAGUNG DI PROVINSI SUMATERA UTARA"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

Oleh:

WAHYUNITA SITINJAK 117039012/MAG

PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2015

(2)

TESIS

Tesis Sebagai Salah Satu Syarat untuk Dapat Memperoleh Gelar Magister Pertanian pada Program Studi Magister Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Oleh:

WAHYUNITA SITINJAK 117039012/MAG

PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2015

(3)

Nama : Wahyunita Sitinjak

NIM : 117039012/MAG

Program Studi : Magister Agribisnis

Menyetujui Komisi Pembimbing,

(Dr. Ir Rahmanta Ginting, M.Si) Ketua

(Ir. Iskandarini, MM, PhD) Anggota

Ketua Program Studi, Dekan,

(Dr. Ir. Tavi Supriana, MS) (Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS)

(4)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAN PENAWARAN JAGUNG DI PROVINSI SUMATERA UTARA

Adalah benar hasil karya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, Agustus 2014

Yang Membuat Pernyataan

Wahyunita Sitinjak

NIM : 117039012/MAG

(5)

bimbingan Rahmanta Ginting dan Iskandarini).

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan jagung di Provinsi Sumatera Utara dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran jagung di Provinsi Sumatera Utara.

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis regresi linier berganda menggunakan model OLS (Ordinary Least Squares) dengan menggunakan perangkat lunak eviews 8.0. Data yang digunakan yaitu data time series triwulan mulai dari tahun 1999-2013.

Hasil analisis menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan jagung Provinsi Sumatera Utara adalah harga jagung, jumlah penduduk, dan pendapatan per kapita. Harga jagung berpengaruh negatif terhadap permintaan jagung, sedangkan jumlah penduduk dan pendapatan per kapita berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan jagung. Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran jagung Provinsi Sumatera Utara adalah harga jagung, harga jagung periode sebelumnya, dan luas areal panen jagung. Harga jagung berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap penawaran jagung, harga jagung pada periode sebelumnya dan luas areal panen jagung berpengaruh positif dan signifikan terhadap penawaran jagung.

Kata Kunci : Permintaan dan Penawaran Jagung, Harga jagung, Jumlah penduduk, Luas areal panen.

(6)

Ginting Rahmanta and Mrs. Iskandiri.

The purpose of this study was to analyze the factors that influence the demand for corn in the Province of North Sumatra and analyze the factors that affect the supply of corn in North Sumatra Province. The analysis method used in this research is the method of multiple linear regression analysis using a model of OLS (Ordinary Least Square) by using software eviews 8.0. The data used are quarterly time series data from the years 1999-2013.

The analysis showed the factors that influence the demand for corn in North Sumatra Province is the price of corn, population, and per capita income.

Corn prices and a significant negative effect on the demand for corn. Population and per capita income and a significant positive effect on the demand for corn.

Factors that affect the supply of corn in North Sumatra Province is the price of corn, corn prices the previous period, and the total area of corn harvested. Corn prices and not significant positive effect on supply for corn. Corn prices the previous period and the total area of corn harvested a significant positive effect on supply for corn.

Keywords: Supply and Demand of Corn, Corn Prices, Population, Corn Prices Period Previous, Area of Corn Harvest.

(7)

WAHYUNITA SITINJAK, lahir di Pematangsiantar pada tanggal 8 Juni 1988 dari ayah Humala Sitinjak M.Div, MH dan ibu Dra. Betty Sirait. Penulis merupakan putri pertama dari dua bersaudara.

Tahun 2006 penulis lulus dari SMA Negeri 3 Pematangsiantar dan pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur PMDK. Penulis memilih program studi Agribisnis, Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, dan menamatkan sarjana pertanian dari Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Universitas Sumatera Utara pada tahun 2011. Pada tahun 2012 melanjutkan pendidikan S2 di Program Magister Agribisnis Universitas Sumatera Utara.

Karya ilmiah penulis yang lain adalah Skripsi berjudul Dampak Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan Terhadap Produktivitas Jagung (Studi Kasus : Kelurahan Tigabinanga, Kecamatan Tigabinanga, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara) tahun 2011.

(8)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis

”Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Dan Penawaran Jagung di Provinsi Sumatera Utara”. Tulisan ini menjadi salah satu syarat kelulusan pada jenjang pendidikan Program Magister Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan pernyataan terima kasih sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian tesis ini antara lain:

1. Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Ir Rahmanta Ginting, M.Si selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Ir.

Iskandarini, MM, PhD selaku anggota komisi pembimbing yang telah membimbing penulis dalam penyusunan tesis ini.

3. Prof. Dr. Ir. Kelin Tarigan, MS dan Dr. Ir. Tavi Supriana, MS sebagai penguji dan memberikan saran-saran perbaikan untuk tesis ini.

4. Kedua orang tua penulis Bapak Humala Sitinjak M.Div, MH dan Ibu Dra.

Betty Sirait yang telah membesarkan, memelihara dan mendidik penulis selama ini.

(9)

6. Ady Putra Simanungkalit, S.Pd yang telah memberi dukungan kepada penulis.

7. Semua staf pengajar dan pegawai di Program Magister Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

8. Semua rekan mahasiswa terutama sahabat – sahabat penulis Abednego Suranta Karosekali, MP; Boanerger Sipayung, MP; Melly Sitorus, MP; Yuda, MP; dan seluruh teman-teman di Program Magister Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara atas segala bantuan, dukungan, dan semangat yang diberikan selama proses penulisan skripsi sampai dengan selesai.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyususun tesis ini.

Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya, membangun demi kesempurnaan tesis ini ke depan.

Akhir kata penulis berharap tesis ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Terimakasih.

Medan, Mei 2015

Penulis

(10)

Hal

ABSTRAK ... i

ABSRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Kegunaan Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Peranan Jagung Pada Masyarakat ... 8

2.2 Perkembangan Ekspor dan Impor Jagung Indonesia ... 16

2.3 Konsep Permintaan Dan Penawaran ... 17

2.3.1 Konsep Permintaan ... 17

2.3.2 Konsep Penawaran ... 22

2.4 Penelitian Terdahulu ... 26

2.5 Kerangka Pemikiran ... 30

2.6 Hipotesis Penelitian ... 31

III. METODE PENELITIAN ... 32

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 32

3.2 Metode Penentuan Sampel ... 33

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 34

3.4 Metode Analisis Data ... 34

3.4.1 Spesifikasi Model ... 34

3.4.1.1 Spesifikasi Fungsi Permintaan Jagung di Provinsi Sumatera Utara ... 35

3.4.1.2 Spesifikasi Fungsi Penawaran Jagung di Provinsi Sumatera Utara ... 36

(11)

3.4.2.4 Uji Multikolinearitas ... 40

3.4.3 Interpretasi Evaluasi Model ... 41

3.4.3.1 Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 41

3.4.3.2 Uji F-Statistik (Uji-F) ... 42

3.4.3.3 Uji t-statistik (Uji t) ... 42

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional ... 43

3.5.1 Defenisi Operasional ... 43

3.5.2 Batasan Operasional ... 44

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 45

4.1 Deskripsi Variabel... 45

4.1.1 Perkembangan Harga Nominal Jagung Sumatera Utara ... 45

4.1.2 Perkembangan Jumlah Penduduk Sumatera Utara ... 46

4.1.3 Perkembangan Pendapatan Per kapita Sumatera Utara ... 47

4.1.4 Perkembangan Luas Panen Jagung Sumatera Utara ... 48

4.1.5 Perkembangan Permintaan Jagung Sumatera Utara ... 49

4.1.6 Perkembangan Penawaran Jagung Sumatera Utara ... 50

4.2 Analisis Model Permintaan Jagung... 51

4.2.1 Uji Asumsi Klasik Permintaan Jagung ... 51

4.2.1.1 Pengujian Normalitas Permintaan ... 51

4.2.1.2 Pengujian Multikolinearitas Permintaan ... 51

4.2.1.3 Pengujian Autokorelasi Permintaan ... 52

4.2.1.4 Pengujian Heterokedastisitas Permintaan ... 53

4.2.2 Interpretasi Model Persamaan Permintaan Jagung ... 54

4.2.2.1 Interpretasi Koefisien Determinasi (R2) ... 54

4.2.2.2 Interpretasi Uji Serempak (Uji F) ... 55

4.2.2.3 Interpretasi Hasil Estimasi Permintaan Jagung ... 55

4.3 Analisis Model Penawaran Jagung ... 59

4.3.1 Uji Asumsi Klasik Penawaran Jagung ... 59

4.3.1.1 Pengujian Normalitas Penawaran ... 59

4.3.1.2 Pengujian Multikolinearitas Penawaran ... 60

4.3.1.3 Pengujian Autokorelasi Penawaran ... 60

4.3.1.4 Pengujian Heteroskedastisitas Penawaran ... 61

4.3.2 Interpretasi Model Persamaan Penawaran Jagung ... 62

4.3.2.1 Interpretasi Koefisien Determinasi (R2) ... 62

4.3.2.2 Interpretasi Uji Serempak (Uji F) ... 63

4.3.2.3 Interpretasi Hasil Estimasi Penawaran Jagung ... 63

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 67

5.1 Kesimpulan ... 67

5.2 Saran... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 69

(12)
(13)

No Judul Hal

1. Pohon Industri Jagung ... 15

2. Ekspor dan Impor Jagung Indonesia ... 16

3. Kurva Permintaan ... 18

4. Kurva Penawaran ... 23

5. Sistematika Penelitian... 31

6. Perkembangan Harga Jagung Provinsi Sumatera Utara 1999-2013 ... 45

7. Perkembangan Jumlah Penduduk Provinsi Sumatera Utara 1999-2013 ... 46

8. Perkembangan Pendapatan Per kapita Provinsi Sumatera Utara 1999-2013 . 47 9. Perkembangan Luas Panen Jagung Provinsi Sumatera Utara 1999-2013 ... 48

10. Perkembangan Permintaan Jagung Provinsi Sumatera Utara 1999-2013 ... 49

11. Perkembangan Penawaran Jagung Provinsi Sumatera Utara 1999-2013 ... 50

(14)

No Judul Hal

1. Kandungan Gizi Jagung per 100 gram ... 9

2. Komposisi / Unsur Pangan Fungsional Jagung Dan Manfaatnya Bagi Kesehatan... 12

3. Perbandingan Kandungan Gizi Nasi Putih Dengan Jagung ... 13

4. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Jagung Pada Tahun 2013 ... 32

5. Hasil Uji Normalitas Permintaan Jagung Sumatera Utara ... 51

6. Hasil Uji Multikolinearitas Permintaan Jagung Sumatera Utara ... 52

7. Hasil Uji Autokorelasi Permintaan Jagung Sumatera Utara. ... 53

8. Hasil Uji Heteroskedastisitas Permintaan Jagung Sumatera Utara ... 54

9. Hasil Estimasi Permintaan Jagung ... 54

10. Hasil Uji Normalitas Penawaran Jagung Sumatera Utara ... 60

11. Hasil Uji Multikolinearitas Penawaran Jagung Sumatera Utara ... 60

12. Hasil Uji Autokorelasi Penawaran Jagung Sumatera Utara ... 61

13. Hasil Uji Heteroskedastisitas Penawaran Jagung Sumatera Utara ... 61

14. Hasil Estimasi Penawaran Jagung ... 62

(15)

No Judul Hal 1. Data-Data yang Dipakai untuk Mengestimasi Permintaan dan

Penawaran Jagung Sumatera Utara ... 73 2. Data-Data PKP Nominal, Inflasi, dan Index Harga Konsumen

Sumatera Utara ... 75 3. Hasil Estimasi Permintaan Jagung Sumatera Utara ... 77 4. Hasil Pengujian Normalitas Permintaan Jagung Sumatera Utara. ... 78 5. Hasil Uji Multikolinearitas Harga Jagung Terhadap Variabel Independen

Lain Untuk Persamaan Permintaan Jagung Sumatera Utara ... 79 6. Hasil Uji Multikolinearitas Pendapatan Per Kapita Terhadap Variabel

Independen Lain Untuk Persamaan Permintaan Jagung Sumatera Utara .... 80 7. Hasil Uji Multikolinearitas Jumlah Penduduk Terhadap Variabel

Independen Lain Untuk Persamaan Permintaan Jagung Sumatera Utara .... 81 8. Hasil Uji Autokorelasi Persamaan Permintaan Jagung Sumatera Utara ... 82 9. Hasil Uji Heteroskedastisitas Persamaan Permintaan Jagung

Sumatera Utara ... 83 10. Hasil Estimasi Penawaran Jagung Sumatera Utara... 84 11. Hasil Pengujian Normalitas Penawaran Jagung Sumatera Utara ... 85 12. Hasil Uji Multikolinearitas Harga Jagung Terhadap Variabel Independen

Lain Untuk Persamaan Penawaran Jagung Sumatera Utara ... 86 13. Hasil Uji Multikolinearitas Harga Jagung Tahun Sebelumnya

Terhadap Variabel Independen Lain Untuk Persamaan Penawaran

Jagung Sumatera Utara ... 87 14. Hasil Uji Multikolinearitas Luas Panen Jagung Terhadap

Variabel Independen Lain Untuk Persamaan Penawaran Jagung

Sumatera Utara ... 88 15. Hasil Uji Autokorelasi Persamaan Penawaran Jagung Sumatera Utara ... 89

16. Hasil Uji Heteroskedastistas Persamaan Penawaran Jagung

Sumatera Utara ... 90

(16)
(17)

bimbingan Rahmanta Ginting dan Iskandarini).

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan jagung di Provinsi Sumatera Utara dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran jagung di Provinsi Sumatera Utara.

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis regresi linier berganda menggunakan model OLS (Ordinary Least Squares) dengan menggunakan perangkat lunak eviews 8.0. Data yang digunakan yaitu data time series triwulan mulai dari tahun 1999-2013.

Hasil analisis menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan jagung Provinsi Sumatera Utara adalah harga jagung, jumlah penduduk, dan pendapatan per kapita. Harga jagung berpengaruh negatif terhadap permintaan jagung, sedangkan jumlah penduduk dan pendapatan per kapita berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan jagung. Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran jagung Provinsi Sumatera Utara adalah harga jagung, harga jagung periode sebelumnya, dan luas areal panen jagung. Harga jagung berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap penawaran jagung, harga jagung pada periode sebelumnya dan luas areal panen jagung berpengaruh positif dan signifikan terhadap penawaran jagung.

Kata Kunci : Permintaan dan Penawaran Jagung, Harga jagung, Jumlah penduduk, Luas areal panen.

(18)

Ginting Rahmanta and Mrs. Iskandiri.

The purpose of this study was to analyze the factors that influence the demand for corn in the Province of North Sumatra and analyze the factors that affect the supply of corn in North Sumatra Province. The analysis method used in this research is the method of multiple linear regression analysis using a model of OLS (Ordinary Least Square) by using software eviews 8.0. The data used are quarterly time series data from the years 1999-2013.

The analysis showed the factors that influence the demand for corn in North Sumatra Province is the price of corn, population, and per capita income.

Corn prices and a significant negative effect on the demand for corn. Population and per capita income and a significant positive effect on the demand for corn.

Factors that affect the supply of corn in North Sumatra Province is the price of corn, corn prices the previous period, and the total area of corn harvested. Corn prices and not significant positive effect on supply for corn. Corn prices the previous period and the total area of corn harvested a significant positive effect on supply for corn.

Keywords: Supply and Demand of Corn, Corn Prices, Population, Corn Prices Period Previous, Area of Corn Harvest.

(19)

1.1 Latar Belakang

Pangan memiliki peran strategis dengan dimensi yang sangat luas dan komplek. Ketersediaan dan distribusi pangan serta keterjangkauan daya beli masyarakat bahkan menjadi issue sentral dalam kebijakan pembangunan nasional dan daerah. Jaminan ketersediaan pangan bagi seluruh masyarakat berperan penting bagi terciptanya stabilitas ekonomi, sosial, dan politik nasional. Oleh karena itu, suatu upaya pemenuhan kebutuhan pangan dan penciptaan ketahanan pangan selalu mendapat prioritas dan kebijakan Pembangunan Nasional (Badan Bimas Ketahanan Pangan, 2002).

Menurut UU RI No. 7 Tahun 1996 Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia paling utama, karena itu pemenuhan pangan merupakan bagian dari hak asasi individu. Pemenuhan pangan juga sangat penting sebagai komponen dasar untuk membentuk sumber daya manusia berkualitas untuk melaksanakan pembangunan. Pangan yang aman, bermutu, bergizi, beragam dan tersedia cukup merupakan persyaratan utama yang harus dipenuhi dalam upaya terselenggaranya suatu sistem pangan yang memberikan perlindungan bagi kepentingan kesehatan serta berperan dalam meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.

Bahan pangan penduduk sehari-hari hendaknya memenuhi dua kriteria kecukupan, yaitu kecukupan kalori dan protein. Kebutuhan kalori biasanya diperoleh dari konsumsi pangan pokok (karbohidrat) seperti padi, jagung dan ubi.

(Syarif, 1997)

(20)

Saat ini pemenuhan kebutuhan makanan pokok diberbagai daerah di Indonesia bertumpu pada beras. Ketergantungan masyarat terhadap beras menimbulkan masalah-masalah seperti permasalahan ketersediaan pagan, terbatasnya perkembangan produktivitas dan tidak terkontrolnya faktor pembatas seperti cuaca dan iklim. Oleh karena itu, Indonesia harus melakukan diversifikasi pangan.

Diversifikasi pangan menjadi salah satu pilar utama dalam mewujudkan ketahanan pangan. Diversifikasi konsumsi pangan tidak hanya sebagai upaya mengurangi ketergantungan pada beras tetapi juga peningkatan gizi untuk mendapatkan manusia yang berkualitas dan mampu berdaya saing dalam percaturan globalisasi (Himagizi, 2009).

Diversifikasi pangan adalah sebuah program yang mendorong masyarakat untuk memvariasikan makanan pokok yang dikonsumsinya sehingga tidak terfokus pada satu jenis. Di Indonesia, diversifikasi pangan dimaksudkan untuk memvariasikan konsumsi masyarakat Indonesia agar tidak terfokus pada nasi.

Indonesia memiliki beragam hasil pertanian yang sebenarnya bisa difungsikan sebagai makanan pokok seperti jagung, sukun, ubi, talas, dan sebagainya yang dapat menjadi faktor pendukung utama diversifikasi pangan. Definisi diversifikasi pangan tertuang dalam Peraturan Pemerintah No 68 tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan.

Ketahanan pangan merupakan salah satu faktor penentu dalam stabilitas nasional suatu negara baik dalam bidang ekonomi, keamanan, politik, dan sosial, Oleh sebab itu, ketahanan pangan merupakan program utama dalam pembangunan pertanian saat ini dan masa mendatang. Kementrian Pertanian mentargetkan

(21)

pencapaian swasembada, dan swasembada berkelanjutan atas tanaman pangan pada tahun 2010-2014 yakni padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kacang hijau, dan kedelai (BKP, 2012).

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2005) menyatakan bahwa prospek bisnis komoditas unggulan tanaman lainnya adalah jagung, karena merupakan salah satu komoditas utama tanaman pangan yang mempunyai peranan strategis dalam pembangunan pertanian dan perekonomian Indonesia, mengingat komoditas ini mempunyai fungsi multiguna, baik untuk konsumsi langsung maupun sebagai bahan baku utama industri pakan serta industri pangan.

Selanjutnya, Husodo dan Muchtadi (2004) menyatakan bahwa produksi pangan penting yang terdiri dari pangan nabati dan hewani yang mencakup kelompok tanaman pangan, perkebunan, hortikultura dan hasil peternakan, yaitu padi/beras, jagung, kedelai, kacang tanah, ubi kayu, minyak sawit, minyak kelapa, gula, sayuran buah-buahan, daging ruminansia, daging unggas, telur, susu, ikan budidaya, ikan tangkap dan ikan. Bahan pangan utama di Indonesia sebenarnya tidak selalu tepat diidentikkan dengan beras. Sebab selain beras, penduduk di daerah-daerah tertentu juga mengkonsumsi jagung, sagu atau gandum.

Fakta menunjukan bahwa ketergantungan pada satu jenis karbohidrat melemahkan ketahanan pangan. Oleh karena itu diperlukan sumber karbohidrat lain yang berbasis pada sumber daya lokal. Pangan lokal adalah pangan yang diproduksi didaerah setempat untuk dikonsumsi dan atau tujuan ekonomi. Dengan demikian pangan lokal adalah pangan yang bukan hasil impor. Jagung merupakan salah satu jenis bahan pangan yang berpotensi dikembangkan sebagai pangan lokal (Husodo dan Muchtadi, 2004).

(22)

Jagung sebagai komoditi penting dalam perekonomian dunia adalah salah satu tanaman pangan yang memiliki nilai gizi tinggi. Di Indonesia jagung sebagai bahan pangan adalah sumber karbohidrat kedua setelah beras. Pangan sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia, sangat berkaitan erat dengan kualitas sumber daya manusia. Dalam pemenuhan kebutuhan pangan, perlu diperhatikan jumlah, mutu dan gizi keamanannnya (Hidayat, 2006).

Jagung bisa dipilih sebagai pengganti beras karena nilai gizinya tinggi dalam 100 gram jagung terdapat energi 154 kilokalori. Jagung juga mengandung antioksidan dan kaya betakaroten sebagai pembentuk vitamin A. Tak hanya itu, jagung merupakan sumber asam lemak esensial linolenat yang penting untuk pertumbuhan dan kesehatan kulit, dan juga kaya akan serat. (Suprapto & Marzuki, 2002).

Jagung saat ini sering dikonsumsi oleh sebagian masyarakat Indonesia sebagai pengganti nasi, dalam berpartisipasi untuk pelaksanaan diversifikasi pangan yang dicanangkan oleh pemerintah dan lembaga-lembaga yang terkait.

Itulah sebabnya mengapa akhir-akhir ini banyak petani yang menanam jagung sebagai alternatif pengganti makanan pokok berupa nasi yang sering dikonsumsi oleh orang Indonesia. Budidaya tanaman jagung tidaklah sulit dan tidak begitu membutuhkan perlakuan ekstra seperti yang dilakukan pada budidaya tanaman padi (Adisarwanto dan Erna, 2000).

Permintaan jagung Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun, hal ini disebabkan pertambahan populasi dan perubahan pola pangan yang sejalan dengan pertumbuhan ekonomi. Peningkatan jumlah penduduk di Provinsi Sumatera Utara secara langsung mempengaruhi pertumbuhan permintaan

(23)

makanan. Perekonomian Indonesia yang sedang berkembang menyebabkan pendapatan per kapita Indonesia juga meningkat setiap tahun. Dampak dari peningkatan pendapatan adalah perubahan pola pangan dari pola pangan karbohidrat tinggi protein rendah menjadi pangan karbohidrat rendah dengan protein tinggi hal ini juga mempengaruhi permintaan jagung. Sejalan dengan kebutuhan jagung di Indonesia, kebutuhan jagung di Provinsi Sumatera Utara terus meningkat, dipicu jumlah industri kecil makanan berbahan baku komoditas tersebut yang bertambah banyak.

Banyak orang memperkirakan bahwa dengan laju pertumbuhan penduduk di dunia yang tetap tinggi setiap tahun, sementara lahan yang tersedia untuk kegiatan-kegiatan pertanian semakin sempit, maka pada suatu saat dunia akan mengalami krisis pangan atau kekurangan stok seperti juga diprediksi oleh teori Malthus. Dalam teori Malthus, pengertian krisis pangan adalah persediaan terbatas sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan pangan bagi semua dunia.

Keterbatasan stok pangan bisa diakibatkan ole dua hal, yakni volume rendah (yang disebabkan oleh faktor cuaca atau lainnya), sementara permintaan besar karena jumlah penduduk bertambah, atau akibat distribusi yang tidak merata (Tambunan, 2003).

Permintaan jagung yang terus meningkat tidak sejalan dengan penawaran jagung dalam negeri. Peningkatan permintaan jagung di Indonesia dan Provinsi Sumatera Utara seharusnya diikuti dengan peningkatan penawaran. Namun yang terjadi pada saat jumlah permintaan pada tahun 2013 menurun 36.708 ton jagung dan jumlah penawaran jagung pada tahun yang sama menurun 164.113 ton jagung. Hal ini menunjukkan terjadinya permasalahan dimana peningkatan

(24)

permintaan jagung tidak sebanding dengan peningkatan penawaran jagung di Provinsi Sumatera Utara.

Penelitian yang terkait dengan masalah penawaran dan permintaan sangat penting untuk dilakukan karena hasil kajiannya dapat digunakan untuk mengestimasi besaran parameter permintaan dan penawaran serta perilakunya yang sangat diperlukan bagi para pengambil kebijakan untuk memprediksi kebutuhan pangan penduduk, jumlah ketersediaan dan tingkat harga yang sesuai pada suatu daerah. Informasi mengenai parameter penawaran dan permintaan komoditas dapat dipakai para pengambil keputusan untuk melakukan perencanaan alokasi dan distribusi pangan dari wilayah yang memiliki surplus pangan ke wilayah yang defisit pangan dan wilayah-wilayah yang tidak mempunyai keunggulan komperatif dalam memproduksi bahan pangan untuk memenuhi kebutuhan pangan bagi penduduknya.

Berdasarkan fakta-fakta tersebut dapat disimpulkan bahwa Indonesia secara umum terutama di Provinsi Sumatera Utara secara khusus harus meningkatkan penawaran untuk memenuhi permintaan jagung. Berdasarkan hal itu maka perlu untuk dianalisis faktor faktor apa yang mempengaruhi permintaan dan penawaran serta sejauh mana pengaruhnya terhadap permintaan dan penawaran jagung yang ada di Provinsi Sumatera Utara.

(25)

1.2 Identifikasi Masalah

Beberapa permasalahan sehubungan dengan topik yang perlu di teliti adalah:

a) Faktor apa saja yang mempengaruhi permintaan jagung di Provinsi Sumatera Utara?

b) Faktor apa saja yang mempengaruhi penawaran jagung di Provinsi Sumatera Utara?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

a) Menganalisis faktor apa saja yang mempengaruhi permintaan jagung di Provinsi Sumatera Utara.

b) Menganalisis faktor apa saja yang mempengaruhi penawaran jagung di Provinsi Sumatera Utara.

1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah :

a) Sebagai bahan informasi bagi petani jagung di Provinsi Sumatera Utara.

b) Sebagai bahan informasi bagi pembuat kebijaksanaan (policy maker) yang berhubungan dengan komoditas jagung.

c) Sebagai bahan studi dan referensi bagi pihak yang membutuhkan.

(26)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Peranan Jagung Pada Masyarakat

Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman familia poaceae (Graminae).

Berwarna kuning, batang bulat, masif, tidak bercabang, tinggi kurang lebih 1,5 meter. Bunga majemuk berumah satu, bunga jantan dan betina bentuk bulir, di ujung batang dan di ketiak daun, warna putih. Buah berbentuk tongkol, panjang 8- 20 cm, warna hijau kekuningan.

Daerah pertumbuhan jagung meliputi skala lingkungan yang sangat luas, yaitu antara 580 LU – 400 LS. Tanaman ini dapat tumbuh di daerah dengan ketinggian 0 - 1300 meter di atas permukaan laut dengan curah hujan tahunan 250-10,000 mm. Jagung dapat hidup di daerah yang beriklim panas dan di daerah yang beriklim sedang, yaitu pada temperatur 23 - 270 C. Jagung dapat tumbuh pada semua jenis tanah seperti tanah berpasir maupun tanah liat berat. Tanaman ini akan tumbuh lebih baik pada tanah yang gembur dan kaya akan humus dengan pH tanah (keasaman tanah) antara 5,5 - 7 (Suprapto dan Marzuki, 2002). Pupuk urea dari beberapa pupuk yang digunakan untuk budidaya tanaman jagung. Hal ini dikarenakan pada umumya pupuk urea memiliki volume yang dominan dalam budidaya tanaman jagung. Dimana dosis pemupukan jagung untuk setiap hektarnya adalah pupuk urea sebanyak 300kg/ha, pupuk SP-36 sebanyak 100kg/ha dan KCl sebanyak 50kg/ha (Warisno, 1998).

Biji jagung kaya akan kandungan karbohidrat. Kandungan karbohidrat dapat mencapai 80% dari seluruh bahan kering biji. Karbohidrat dalam bentuk pati umumnya berupa campuran amilosa dan amilopektin. Sebagian besar berada pada

(27)

endospermium. Pada jagung ketan, sebagian besar atau seluruh patinya merupakan amilopektin. Jagung manis diketahui mengandung amilopektin lebih rendah tetapi mengalami peningkatan fitoglikogen dan sukrosa.

Tabel 1. Kandungan Gizi Jagung per 100 gram :

Kandungan Gizi Nilai Kadar Gizi

Kalori 355 kalori

Protein 9,2 gr

Lemak 3,9 gr

Karbohidrat 73,7 gr

Kalsium 10 mg

Fosfor 256 mg

Ferrum 2,4 mg

Vitamin A 510 SI

Vitamin B1 0,38 mg

Air 12 gr

Sumber : http://pangan.litbang.pertanian.go.id

Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari biji), dibuat tepung (dari biji, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari tepung biji dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural (furfural termasuk dalam sakarida dan merangsang saraf lidah merasakan manis). Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi.

(28)

Zat gizi dan Manfaat yang terdapat pada jagung : 1. Serat

Memakan jagung yang masih segar, atau yang masih terdapat bonggolnya, memberikan kepuasaan tersendiri. Selain rasa kenyang, rasa puas ini juga karena kandungan serat yang tinggi pada jagung. Serat yang terdapat pada jagung membantu memlihara kesehatan pencernaan. Penelitian terbaru menyebutkan bahwa jagung mendukung pertumbuhan bakteri baik dalam usus besar, serta dapat diubah menjadi asam lemak rantai pendek. Asam lemak rantai pendek ini memberi energi pada sel–sel usus sehingga dapat menurunkan risiko yang berhubungan dengan masalah pencernaan termasuk kanker usus besar. Untuk mendapatkan manfaat serat, konsumsi jagung yang segar lebih disarankan dibandingkan dengan jagung yang sudah dikalengkan.

2. Gula

Jagung memiliki kandungan yang rendah terhadap gula, selain itu indeks glikemik untuk jagung sekitar 60 yang tergolong Indeks Glikemik sedang. Oleh karena itu, konsumsi jagung bagi diabetisi tidak mempengaruhi kadar glukosa darah. Konsumsi 1-2 cup jagung menunjukkan hasil yang baik terhadap glukosa darah baik pada pada diabetisi tipe 1 maupun tipe 2. Hal ini juga dapat dipengaruhi kandungan serat, protein, vitamin B kompleks yang terdapat pada jagung, dimana zat-zat gizi tersebut bekerja sinergis menjaga kadar gula darah.

3. Magnesium dan Fosfor

Kandungan mineral magnesium dan fosfor pada jagung sangat baik untuk mencegah kerusakan gigi. Magnesium menahan kalsium di dalam email gigi sehingga gigi tetap kuat, sedangkan fosfor merupakan endapan awal untuk

(29)

membentuk gigi. Kedua mineral ini juga memegang peranan penting terhadap metabolisme di dalam tubuh. Fosfor dalam bentuk fosfat merupakan bagian esensial dari DNA dan RNA , pembawa gen /keturunan di dalam inti sel.

Sementara itu magnesium bertindak sebagai katalisator (mempercepat) reaksi yang berkaitan dengan sintesis, degradasi, dan stabilisasi bahan gen DNA.

4. Antioksidan

Antioksidan merupakan zat yang mampu memperlambat atau mencegah proses oksidasi. Antioksidan juga didefinisikan sebagai senyawa-senyawa yang melindungi sel dari efek berbahaya radikal bebas oksigen reaktif jika berkaitan dengan penyakit, radikal bebas ini dapat berasal dari metabolisme tubuh maupun faktor eksternal lainnya. Radikal bebas adalah spesies yang tidak stabil karena memiliki elektron yang tidak berpasangan dan mencari pasangan elektron dalam makromolekul biologi

Warna kuning yang menjadi warna alami pada jagung mengandung senyawa fitokimia yang berfungsi sebagai antioksidan, yaitu lutein and zeaxanthin. Lutein and zeaxanthin dapat mengurangi risiko kanker dan tumor.

Kandungan mineral selenium dan mangan sangat berpotensi menangkal radikal bebas yang menyerang tubuh.

(30)

Tabel 2. Komposisi / Unsur Pangan Fungsional Jagung Dan Manfaatnya Bagi Kesehatan.

Komposisi / Unsur Pangan Fungsional

Jagung

Manfaat Bagi kesehatan

Serat pangan/

dietary fiber

Mengantisipasi kanker, menjaga kolesterol dan gula darah, menurunkan hipertensi, Mengantisipasi obesitas, dll.

Asam lemak esensial Tumbuhkembang sistem syaraf termasuk otak, dll.

β-karoten Antikanker, antipenuaan, antihiperlipidemia, antithrombotik, antivirus, antiangiogenic

(pro vitamin A)

Antosianin Terkait pada penyakit jantung koroner, stroke, dll.

Asam amino esensial

Membangun hubungan silang protein (Lisin dan Triptofan) (kolagen, elastin) dan biosintetis karnitin Prekusor serotonin / nikotinamid (vit.B,) dll

Mineral

Ferum Pembentukan sel darah merah, dll.

Calium Pembentukan tulang, dll

Phosphor Pemeliharaan pertumbuhan, kesehatan tulang, kesehatan tulang normal

Magnesium Mempertahankan denyut jantung normal dan kekuatan tulang Vitamin

B/Thiamin Menjaga kesehatan syaraf dan fungsi kognutif B/Niacin Mengantisipasi penyakit pellagra

E Antioksidan dan membantu pertumbuhan

Asam folat Mengantisipasi kelahiran bayi tidak normal

B12 Mencegah anemia

Sumber : Suarni dan Yasin; Jagung sebagai Sumber Pangan Fungsional.

Jagung (Zea mays. L.) merupakan kebutuhan yang cukup penting bagi kehidupan manusia dan hewan. Jagung mempunyai kandungan gizi dan serat kasar yang cukup memadai sebagai bahan makanan pokok pengganti beras.

Jagung bisa menjadi bahan makanan pokok pengganti beras karena mempunyai kandungan gizi yang hampir sama dengan beras. Beberapa olahan makanan yang terbuat dari jagung : jagung rebus, jagung bakar, pop corn, pergedel jagung, brondong jagung, kolak jagung, kripik jagung, sayur janten (jagung masih muda), cake jagung, bubur jagung, puding jagung.

(31)

Tabel 3. Perbandingan Kandungan Gizi Nasi Putih Dengan Jagung

Kandungan Gizi Nasi Putih Jagung

Nilai Nutrisi per 100 gram Energi 130 kilokalori Energi 150 kilokalori

Karbohidrat 28,59 g 11,4 g

Serat 0,3 g 0,4 g

Lemak 0,21 g 0,6 g

Protein 8,7 g 6,8 g

Vitamin A 0 30 RE (retional equivalent)

Thiamin (Vit. B1) 0,167 mg 0,07 mg

Riboflavin (Vit. B2) 0,016 mg 0,04 mg

Niacin (Vit. B3) 1,835 mg 60 mg

Vitamin C 0 mg 3 mg

Calcium 3 mg 2 mg

Iron 1,49 mg 0,3 mg

Phosphorus 37 mg 47 mg

Sumber : http://oxycjdw.co.id/artikel_kesehatan.php?no=23

Secara umum, memang kandungan gizi nasi putih dan jagung tidak memiliki selisih yang banyak. Namun jika dibandingkan jenis kandungan gizinya, jagung memiliki jenis nutrisi yang lebih lengkap dibandingkan nasi putih. Jagung kaya akan vitamin A dan vitamin C yang tidak terkandung di dalam nasi putih.

Serat yang terkandung di dalam jagung juga lebih tinggi sehingga lebih bermanfaat untuk kesehatan pencernaan. Lemak di dalam jagung sangat dianjurkan untuk para penderita penyakit kardiovaskular termasuk hipertensi.

Jagung di Indonesia belum sepenuhnya menjadi komoditas yang dapat diandalkan, karena petani jagung masih menerapkan sistem pengolahan lahan secara tradisional, serta harga dan pasar jagung masih jauh dari yang diharapkan oleh petani. Di sisi lain, jagung masih banyak dibutuhkan untuk bahan baku berbagai industri. Jagung banyak dibutuhkan untuk industri pakan ternak.

Indonesia akhir-akhir ini mampu menyerap kurang lebih 120.000 ton jagung pipilan kering setiap bulannya. Menurut survei dilapangan, penggunaan jagung

(32)

sebagai pakan ternak terus meningkat dengan kenaikan sekitar 10% untuk setiap tahun. Sementara itu industri lain khususnya industri makanan, juga masih banyak membutuhkan jagung. Misalnya industri minyak jagung, industri gula jagung, tepung maizena, industri rumah tangga, industri farmasi, dan sebagainya (Martodireso dan Widada, 2002).

Menurut Kartasapoetra, G (1985), pemasaran jagung terus mengalami peningkatan, hal ini dapat dilihat dari semakin berkembangnya industri peternakan yang pada akhirnya akan meningkatkan permintaan jagung sebagai campuran pakan ternak. Selain bahan pakan ternak, saat ini juga berkembang produk pangan dari jagung dalam bentuk tepung jagung di kalangan masyarakat.

Produk tersebut banyak dijadikan bahan baku untuk pembuatan produk pangan.

Dengan gambaran potensi pasar jagung tersebut tentu membuka peluang bagi petani untuk menanam jagung atau meningkatkan produksi jagungnya. Potensi pasar jagung di Indonesia pun semakin terbuka luas setelah adanya larangan impor jagung dari beberapa negara karena terindikasi membawa bibit penyakit (Purwono dan Rudi, 2005).

Usaha peningkatan produksi jagung nasional dilakukan dengan upaya penambahan luas tanam dan peningkatan produktivitas melalui pengenalan varietas unggul. Upaya peningkatan produksi jagung juga dapat dilakukan dengan penggunaan pupuk yang tepat waktu, tepat dosis, dan tepat komposisi dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi (BKP, 2011). Semua bagian jagung sangat berfungsi untuk dikonsumsi oleh masyarakat. Dapat dilihat dari pohon industri jagung pada Gambar 1.

(33)

Sumber : Anggiat, 2013

Gambar 1. Pohon Industri Jagung

DAUN

1. PAKAN 2. KOMPOS

RAMBUT

JAGUNG

1. PAKAN 2. KOMPOS 3. INDUSTRI

ROKOK KULIT

KELOBOT

1. PAKAN 2. PANGAN 3. POP CORN 4. PUFF CORN GRIT

JAGUNG PIPILAN

1. PAKAN 2. PANGAN

3. BAHAN BAKU INDUSTRI TEPUNG

1. PAKAN 2. PANGAN

3. BAHAN BAKU INDUSTRI 4. GULA RENDAH KALORI 5. SIRUP

PATI BUAH

JAGUNG

MINYAK LEMBAGA

BAHAN BAKU INDUSTRI KULIT API

1. PAKAN 2. KOMPOS 3. BAHAN BAKAR 4. PULP

5. ARANG

6. TEPUNG ( UNTUK BAHAN BAKU INDUSTRI

7. PENTOSA (BAHAN BAKU FURFURIAL)

TONGKOL

1. PAKAN 2. PULP 3. KERTAS 4. BAHAN

BAKAR BATANG

(34)

2.2 Perkembangan Ekspor dan Impor Jagung Indonesia

Pada perkembangannya, Indonesia masih belum dapat memenuhi permintaan akan jagung. Berdasarkan data yang dihimpun dari Uncomtrade, pada rentang waktu 1997 hingga 2013 Indonesia selalu melakukan import terhadap jagung kecuali pada tahun 1998 seperti yang disajikan pada gambar 2.

Sumber : Lampiran 17

Gambar 2. Ekspor dan Impor Jagung Indonesia

Berdasarkan data tersaji dapat disimpulkan bahwa Indonesia belum mampu untuk memenuhi kebutuhan nasional. Indonesia rata-rata mengimport 1,224,268 ton pada rentang 1997 hingga 2013. Import tertinggi pada tahun 2011 sebesar 3,207,657 dan import jagung terendah pada tahun 2005 sebesar 185,597 ton. Hampir sebagian besar jagung yang dihasilkan digunakan untuk bahan makanan manusia, terutama dalam bentuk tepung, digiling atau dimasak seperti beras atau dicampur dengan beras. Persentase kegunaan jagung di Indonesia adalah 71,7 persen untuk bahan makanan manusia, 15,5 persen untuk makanan ternak, 0,8 persen untuk industri, 0,1 persen untuk diekspor dan 11,9 persen untuk kegunaan lain (Sudjana dkk.,1991).

(35)

2.3 Konsep Permintaan dan Penawaran

2.3.1 Konsep Permintaan

Menurut Swastika. D. (1999), permintaan masyarakat terhadap barang tertentu berarti ketersediaan masyarakat untuk membeli sejumlah barang tertentu, pada tingkat harga tertentu pula. Dengan demikian, kalau tingkat harga barang tertentu terlalu tinggi maka masyarakat hanya bersedia membeli barang tersebut relatif sedikit dibandingkan kesediaan masyarakat untuk membeli barang tersebut pada tingkat harga yang rendah. Hukum permintaan oleh Desmizar dan Kasir, (2003), menyebutkan bahwa bila harga turun jumlah barang akan bertambah dan sebaliknya bila harga naik, jumlah yang diminta berkurang dengan anggapan lainnya tetap. Hukum permintaan menurut Mankiw (2003), menyatakan bahwa bila harga barang naik/tinggi, maka jumlah barang yang dibeli akan menurun, sedangkan bila harga rendah/turun maka jumlah barang yang dibeli akan bertambah. Unit dasar dari teori permintaan adalah konsumen individu atau rumah tangga. Masing-masing individu dihadapkan pada sebuah pilihan dimana keinginan individu yang tidak terbatas dibatasi oleh sumber daya yang terbatas sehingga masing-masing individu melakukan pilihan untuk memaksimumkan kepuasan.

Menurut Chiang. A. (2005), kurva permintaan dapat dibuat grafik seperti yang ditunjukan gambar 3. Bentuk kurva permintaan di samping memiliki kemiringan (slope) negatif atau bergerak dari kiri atas ke kanan bawah. Artinya apabila harga turun, jumlah barang yang diminta bertambah atau sebaliknya (ceteris paribus).

(36)

Gambar 3. Kurva Permintaan

Gorman (2009), menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan yaitu harga barang itu sendiri, harga barang dan jasa lainnya, pendapatan, preferensi dan persepsi akan harga dimasa depan. Dalam teori permintaan dikemukakan Umar. H. (2008), bahwa tingkat permintaan suatu barang dipengaruhi oleh tingkat pendapatan, harga barang tersebut (relatif terhadap harga barang-barang lainnya), dan selera. Seperti di kemukakan sebelumnya, tingkat partisipasi konsumsi jagung menurun dengan meningkatnya pendapatan.

Sukirno Sudono (2005), menyebutkan permintaan seseorang atau sesuatu masyarakat ke atas suatu barang ditentukan oleh banyak faktor.

Di antara faktor-faktor tersebut yang terpenting adalah :

1. Harga barang itu sendiri: Harga barang akan memengaruhi jumlah barang yang diminta. Jika harga naik jumlah permintaan barang tersebut akan meningkat, sedangkan jika harga turun maka jumlah permintaan barang akan menurun.

Q1 P1

Q2 Harga (P)

Jlh barang (Q) Kurva permintaan (D)

P2

0

(37)

2. Harga barang-barang lain yang mempunyai kaitan erat dengan barang tersebut.

3. Pendapatan rumah tangga: Besar kecilnya pendapatan yang diperoleh seseorang turut menentukan besarnya permintaan akan barang dan jasa.

Apabila pendapatan yang diperoleh tinggi maka permintaan akan barang dan jasa juga semakin tinggi, Sebaliknya jika pendapatannya turun, maka kemampuan untuk membeli barang juga akan turun. Akibatnya jumlah barang akan semakin turun.

4. Selera masyarakat: Selera konsumen terhadap barang dan jasa dapat memengaruhi jumlah barang yang diminta. Jika selera konsumen terhadap barang tertentu meningkat maka permintaan terhadap barang tersebut akan meningkat pula.

5. Jumlah penduduk: Pertambahan penduduk akan mempengaruhi jumlah barang yang diminta. Jika jumlah penduduk dalam suatu wilayah bertambah banyak, maka barang yang diminta akan meningkat.

6. Perkiraan harga di masa depan: Apabila konsumen memperkirakan bahwa harga akan naik maka konsumen cenderung menambah jumlah barang yang dibeli karena ada kekhawatiran harga akan semakin mahal. Sebaliknya apabila konsumen memperkirakan bahwa harga akan turun, maka konsumen cenderung mengurangi jumlah barang yang dibeli. (Sukirno, 2005).

Menurut Pratama & Mandala (2002), teori permintaan bertujuan menentukan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap permintaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan pada tingkat harga yang tidak berubah adalah:

1. Adanya perubahan tingkat pendapatan konsumen dimana dengan meningkatnya pendapatan akan menyebabkan permintaan terhadap suatu

(38)

barang bertambah. Sebaliknya dengan menurunnya pendapatan konsumen maka permintaan untuk barang tersebut berkurang.

2. Peningkatan jumlah penduduk akan menyebabkan jumlah permintaan terhadap suatu komoditi akan meningkat.

3. Harga komoditi lain. Dilihat dari keeratan hubungan antar komoditi, komoditi dapat digolongkan menjadi dua yaitu komoditi subsitusi dan komoditi komplemen. Suatu kenaikan harga komoditi subsitusi dari suatu komoditi akan membuat permintaan terhadap komoditi tersebut meningkat, dan sebaliknya. Suatu penurunan harga komoditi komplemen dari suatu komoditi akan menyebabkan jumlah permintaan komoditi tersebut meningkat dan sebaliknya.

4. Selera konsumen terhadap suatu barang dapat mengalami perubahan yang disebabkan oleh berubahnya pendapatan, umur, lingkungan dan sebagainya.

Perubahan tersebut dapat berupa bertambahnya kegemaran konsumen akan suatu barang, sehingga permintaan meningkat, dapat pula berupa menurunnya kegemaran sehingga permintaan berkurang.

Menurut Desai (2010) terdapat empat faktor penting yang mempengaruhi permintaan untuk komoditas pertanian, yaitu:

1. Harga Komoditas

Permintaan untuk produk permintaan dipengaruhi oleh harga komoditas.

Secara umum semakin tinggi harga semakin rendah jumlah yang diminta.

2. Pendapatan

Pendapatan untuk komoditas pertanian juga dipengaruhi oleh pendapatan rumah tangga. Dalam banyak kasus semakin besar pendapatan akan semakin

(39)

besar jumlah yang diminta. Namun tidak selalu benar dalam komoditas- komoditas pertanian. Hal ini disebabkan sebagian besar produk pertanian merupakan kebutuhan hidup dan permintaan dibatasi oleh perut. Peningkatan pendapatan dapat saja tidak meningkatkan permintaan komoditas. Disisi lain, peningkatan pendapatan diatas tingkat tertentu akan membuat penurunan pada permintaan produk-produk pertanian.

3. Harga barang-barang terkait

Permintaan juga dipengaruhi oleh perubahan harga pada komoditas yang terkait. Pada beberapa kasus permintaan untuk suatu komoditas akan meningkat dikarenakan meningkatnya harga komoditas lain (pada kasus subsitusi yang dekat) pada kasus lain permintaan suatu komoditas dapat menurun disebabkan harga komoditas lain meningkat (pada kasus barang komplementer).

4. Rasa, kebiasaan, dan trend

Permintaan untuk barang-barang pertanian juga dipengaruhi oleh rasa, kebiasaan dan trend yang berkembang di masyarakat pada suatu waktu yang bersifat sementara.

Apabila dinyatakan dalam bentuk matematis menurut Dowling. E, (1980) dapat ditulis :

Qd = f (H, Hs, Hk, Y, t) ... ( 1) dimana :

Qd = Jumlah barang yang diminta.

H = Harga barang yang bersangkutan.

Hs = Harga barang substitusi.

(40)

Hk = Harga barang komplementer.

Y = Pendapatan konsumen.

t = Selera (taste), biasanya faktor ini dihilangkan karena sulit untuk mengukurnya secara kuantitatif.

Dalam sistem dinamis hubungan antara variabel-variabel relevan nilainya tidak berhubungan dengan waktu yang sama atau periode waktu yang sama.

Diasumsikan bahwa permintaan sebuah rumah tangga untuk barang tertentu pada periode yang akan datang (ceteris paribus), bukan saja tergantung dari harga barang tersebut pada periode yang akan datang, tetapi juga pada harga-harga yang dipekirakan pada periode-periode sebelum. Maka terdapat suatu hubungan antara variabel-variabel yang berhubungan dengan berbagai periode waktu (Winardi, 1976).

Sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan komoditas yaitu harga komoditas itu sendiri, jumlah penduduk, dan pendapatan per kapita.

2.3.2 Konsep Penawaran

Penawaran ialah fungsi yang menyatakan hubungan harga dari suatu barang dengan jumlah barang tersebut yang ditawarkan. Hukum penawaran menyebutkan bahwa bila harga naik, jumlah barang yang ditawarkan bertambah sebaliknya bila harga turun jumlah yang ditawarkan bertambah dan sebaliknya bila harga turun jumlah yang ditawarkan akan turun pula (Desmizar dan Kasir, 2013). Menurut Pratama & Mandala (2002) penawaran merupakan jumlah barang yang produsen tawarkan pada berbagai tingkat harga selama satu periode tertentu. Menurut Suryana (2003), hukum penawaran menunjukkan bahwa semakin tinggi harga

(41)

suatu komoditas, semakin besar jumlah komoditas yang akan ditawarkan, sebaliknya semakin rendah harga suatu komoditas, semakin sedikit pula jumlah komoditas.

Kurva penawaran adalah suatu kurva yang menunjukkan hubungan antara harga barang dengan jumlah barang yang ditawarkan. Contoh dari kurva penawaran disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4. Kurva Penawaran

Kurva penawaran bergeser ke kiri, artinya jumlah penawarannya mengalami kenaikan. Namun, ketika kurva penawaran barang bergeser ke kiri, berarti terjadi penurunan penawaran barang. Kenaikan harga menyebabkan penurunan penawaran. Sehingga ketika diperkirakan harga di masa depan naik, maka penjual akan mengurangi jumlah barang yang dijualnya.

Menurut Agus (2011), secara matematis, fungsi penawaran dapat ditulis sbb:

Qs = f (H1, H2, B, t) ... (2)

dimana :

Qs = jumlah barang yang ditawarkan H1 = harga barang yang ditawarkan

(42)

H2 = harga barang lain B = budget (anggaran) t = teknologi

Menurut Pratama & Mandala (2002), Beberapa faktor yang mempengaruhi penawaran suatu barang antara lain: harga barang itu sendiri, harga barang lain yang terkait, harga faktor produksi, biaya produksi, tekonologi produksi, jumlah pedagang/penjual, tujuan perusahaan, kebijakan pemerintah. Menurut Sukirno (2005), sampai dimana keinginan para penjual menawarkan barangnya pada berbagai tingkat harga ditentukan oleh berbagai faktor. Diantaranya yang terpenting adalah :

a) Harga barang itu sendiri: apabila harga barang yang ditawarkan mengalami kenaikan, maka jumlah barang yang ditawarkan juga akan meningkat.

Sebaliknya jika barang yang ditawarkan turun jumlah barang yang ditawarkan penjual juga akan turun.

b) Harga barang-barang lain: apabila harga barang pengganti meningkat maka penjual akan meningkatkan jumlah barang yang ditawarkan. Penjual berharap, konsumen akan beralih dari barang pengganti ke barang lain yang ditawarkan, karena harganya lebih rendah.

c) Biaya produksi: biaya produksi berkaitan dengan biaya yang digunakan dalam proses produksi, seperti biaya untuk membeli bahan baku, biaya untuk gaji pegawai, biaya untuk bahan-bahan penolong, dan sebagainya. Apabila biaya-biaya produksi meningkat, maka harga barang-barang diproduksi akan tinggi. Akibatnya produsen akan menawarkan barang produksinya dalam jumlah yang sedikit. Hal ini disebabkan karena produsen tidak mau rugi.

(43)

Sebaliknya jika biaya produksi turun, maka produsen akan meningkatkan produksinya. Dengan demikian penawaran juga akan meningkat.

d) Tujuan-tujuan dari perusahaan tersebut: perusahaan yang bertujuan mencari keuntungan sebesar-besarnya (profit oriented) akan menjual produknya dengan marjin keuntungan yang besar sehingga harga jual jadi tinggi. Jika perusahaan ingin produknya laris dan menguasai pasar maka perusahaan menetapkan harga yang rendah dengan tingkat keuntungan yang rendah sehingga harga jual akan rendah untuk menarik minat konsumen.

e) Tingkat teknologi yang digunakan: kemajuan teknologi sangat berpengaruh terhadap besar kecilnya barang yang ditawarkan. Adanya teknologi yang lebih modern akan memudahkan produsen dalam menghasilkan barang dan jasa.

Selain itu dengan menggunakan mesin-mesin modern akan menurunkan biaya produksi dan akan memudahkan produsen untuk menjual barang dengan jumlah yang banyak, Nachrowi dan Usman, ( 2006).

Swastika (1999), penawaran secara dinamis dipengaruhi oleh penawaran tahun sebelumnya, harga komoditi tahun sebelumnya, dan harga pupuk urea tahun sebelumnya. Tambunan (2003) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran adalah luas areal panen, cuaca dan faktor-faktor lain.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran komoditas yaitu harga komoditas itu sendiri, harga jagung periode sebelumnya, dan luas areal panen.

(44)

2.4 Penelitian Terdahulu

Prayudi (2009). “Analisis Penawaran dan Permintaan Jagung di Sulawesi Selatan”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku penawaran dan permintaan jagung di Sulawesi Selatan terutama. Penelitian ini dilakukan di Provinsi Sulawesi Selatan dengan mengambil sampel 12 kabupaten sebagai wilayah sentra dan wilayah pengembangan produksi jagung. Perilaku luas areal jagung pada wilayah pengembangan lebih dipengaruhi oleh tingkat fluktuasi harga jagung yang dihadapinya, sedangkan pada wilayah sentra lebih dipengaruhi oleh luas panen tahun sebelumnya. Sebaliknya terjadi pada perilaku produktivitas jagung dimana peubah utama yang berpengaruh pada wilayah sentra adalah harga jagung, sedangkan pada wilayah pengembangan adalah tingkat produktivitas tahun sebelumnya. Permintaan jagung untuk konsumsi langsung masyarakat dipengaruhi oleh harga jagung, jumlah penduduk, krisis moneter, serta tingkat permintaan tahun sebelumnya. Sedangkan permintaan jagung untuk pakan ternak hanya dipengaruhi oleh harga dedak. Perilaku harga jagung di Sulsel dipengaruhi oleh harga ekspor jagung dan harga jagung tahun sebelumnya. Luas areal jagung di wilayah sentra tidak responsif terhadap harganya dalam jangka pendek, namun responsif dalam jangka panjang.

Sedangkan pada wilayah pengembangan responsif baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Perilaku produktivitas pada kedua wilayah tidak responsif terhadap perubahan harganya. Penawaran jagung di Sulsel cukup responsif terhadap perubahan harga jagung baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Diperkirakan di masa depan tingkat penawaran jagung lebih tinggi dibanding tingkat permintaannya.

(45)

Isna (2010). “Analisis Permintaan Jagung Di Kabupaten Klaten”. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian adalah deskriptif analitis. Pengambilan lokasi penelitian secara sengaja (purposive). Kabupaten Klaten digunakan sebagai lokasi penelitian didasarkan pada permintaan jagung yang selalu meningkat.

Model ini memiliki nilai R2 sebesar 0.884 yang berarti sebesar 88,4% permintaan jagung di Kabupaten Klaten dapat dijelaskan oleh variabel harga jagung, beras, ketela pohon, kedelai, pendapatan perkapita dan jumlah penduduk, sedangkan sisanya 11,6% dijelaskan oleh variabel lain diluar penelitian. Berdasarkan uji F variabel harga jagung,beras, ketela pohon, kedelai, pendapatan perkapita dan jumlah penduduk secara bersama berpengaruh nyata terhadap permintaan jagung di Kabupaten Klaten. Berdasarkan uji t variabel harga jagung dan jumlah penduduk berpengaruh nyata terhadap permintaan jagung pada tingkat kepercayaan 99%. Variabel harga ketela pohon dan pendapatan perkapita berpengaruh nyata terhadap permintaan jagung pada tingkat kepercayaan 95%.

Sedangkan variabel harga beras dan kedelai tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan jagung di Kabupaten Klaten. Jumlah penduduk merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap permintaan jagung di Kabupaten Klaten.

Claudya (2008), melakukan analisis permintaan jagung di Kabupaten Blora , Jawa Tengah menggunakan metode kuadrat terkecil (OLS). Dimana mempelajari hubungan harga jagung, harga ubi kayu, dan jumlah penduduk. Kesimpulan yang didapat adalah harga jagung, harga ubi kayu dan jumlah penduduk berpengaruh nyata terhadap permintaan jagung di Kabupaten Blora, Jawa Tengah.

Susanto (1999). “Analisis penawaran dan permintaan jagung di Indonesia tahun 1976-1997”. Penelitian yang dilakukan oleh bertujuan untuk mempelajari

(46)

faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran dan permintaan jagung di Indonesia.

Melalui pendekatan ekonometrika yang dirumuskan dalam model linier persamaan yang terdiri dari 5 persamaan struktural yaitu : (1). Persamaan luas areal jagung, (2). Persamaan harga provenue, (3). Persamaan produksi jagung, (4).

Persamaan Import dan, (5). Persamaan permintaan jagung serta persamaan keseimbangan yaitu jumlah permintaan sama dengan jumlah produksi dalam negeri ditambah impor.

Maina (2014). “Permintaan dan penawaran jagung di Provinsi Aceh”.

Permintaan jagung di Provinsi Aceh mempunyai potensi yang terus meningkat.

Hal tersebut dapat dilihat dari kecenderungan peningkatan konsumsi jagung seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan adanya peningkatan industri pakan ternak. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan jagung di Provinsi Aceh adalah harga jagung itu sendiri, harga beras, jumlah penduduk dan pendapatan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah harga jagung, luas areal dan produktivitas jagung dapat mempengaruhi penawaran jagung di Provinsi Aceh. Metode analisis data yang digunakan yaitu menggunakan model persamaan regresi linier berganda dengan bantuan Software SPSS versi 16.0. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa secara serempak variabel dependen jumlah penawaran jagung (Qsj) dan jumlah permintaan jagung (Qdj) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel independent harga jagung (Pj). Luas areal panen jagung (La) dan harga jagung periode sebelumnya (pt), mempengaruhi penawaran jagung. Pendapatan per kapita (lk), jumlah penduduk (Jp) mempunyai pengaruh signifikan terhadap permintaan jagung.

(47)

Naomi (2010), melakukan penelitian permintaan jagung di Kabupaten Buro Provinsi Maluku. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan jagung di Kabupaten Buro Provinsi Maluku dengan metode regresi berganda. Berdasarkan hasil penelitiaannya di dapat bahwa harga jagung, dan pendapatan per kapita, jumlah penduduk berpengaruh nyata terhadap permintaan jagung di Kabupaten Buro Provinsi Maluku. Permintaan jagung hanya tidak dipengaruhi oleh impor jagung.

Swastika (1999), “Penerapan Model Dinamis dalam Sistem Penawaran dan Permintaan Jagung di Indonesia”. Penawaran secara dinamis dipengaruhi oleh harga jagung periode sebelumnya, harga komoditi tahun sebelumnya, dan harga pupuk urea tahun sebelumnya. Permintaan dipengaruhi oleh permintaan sebelumnya, harga komoditi tahun sekarang, pendapatan per kapita tahun sekarang, jumlah penduduk tahun sekarang. Keseimbangan penawaran dan permintaan beras di Indonesia adalah konvergen atau stabil.

Astria (2014). “Permintaan dan Penawaran Jagung di Indonesia periode 1990-2005”. Dalam penelitian ini akan dianalisa: (1) faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi permintaan dan penawaran jagung di Indonesia; (2) seberapa besar dampak faktor-faktor tersebut terhadap permintaan dan penawaran jagung di Indonesia. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah jumlah permintaan jagung, jumlah penawaran jagung, harga jagung, harga beras, pendapatan perkapita, luas areal, dan upah buruh. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder periode 1990-2005 yang diperoleh dari BPS, FAO dan sumber-sumber lainnya. Metode penelitian yang digunakan untuk mempelajari pola permintaan dan penawaran ini menggunakan metode

(48)

ekonometrik TSLS. Pengujian statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji koefisien determinasi (R2), uji t-statisik, uji f-statisik, uji multikolinearitas, uji Durbin-Waston. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa variabel harga jagung berpengaruh negatif dan signifikan terhadap permintaan jagung dan berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap penawaran jagung.

Harga beras sebagai produk substitusi berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan jagung. Variabel pendapatan perkapita juga berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan jagung. Variabel luas areal jagung berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap penawaran jagung. Sedangkan variabel upah buruh berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap penawaran jagung.

2.5 Kerangka Pemikiran

Komoditas jagung sebagai komoditas ekonomis mempunyai sistem permintaan jagung dan sistem penawaran jagung di Provinsi Sumatera Utara, Permintaan dan penawaran disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi masing-masing. Kedua hal ini sangat terkait satu dengan yang lainnya, permintaan jagung menunjukkan hubungan antara jumlah barang yang diminta oleh para konsumen pada berbagai tingkat harga dimana permintaan dipengaruhi oleh harga jagung, jumlah penduduk, dan pendapatan per kapita di Sumatera Utara.

Penawaran jagung menunjukkan hubungan antara jumlah barang yang ditawarkan oleh para produsen pada berbagai tingkat harga. Penawaran dipengaruhi harga jagung, harga jagung pada tahun sebelumnya dan luas panen Jagung. Secara sistematis kerangka pemikiran disajikan pada Gambar 5.

(49)

Keterangan : : Variabel Terikat : Variabel Bebas

: Mempengaruhi

Gambar 5. Sistematika Penelitian

2.6 Hipotesis Penelitian

1. Harga Jagung, Jumlah Penduduk dan Pendapatan per kapita Mempengaruhi Permintaan Jagung Provinsi Sumatera Utara. Harga jagung berpengaruh negatif terhadap permintaan. Jumlah penduduk, dan pendapatan per kapita berpengaruh positif terhadap permintaan jagung di Provinsi Sumatera Utara.

2. Harga Jagung, harga jagung priode sebelumnya dan luas areal panen jagung berpengaruh terhadap penawaran jagung Provinsi Sumatera Utara Harga jagung berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap penawaran, harga jagung periode sebelumnya dan luas panen jagung berpengaruh positif dan signifikan terhadap penawaran jagung di Provinsi Sumatera Utara.

a. Harga jagung (HJG) b. Jumlah penduduk

(JPSU)

c. Pendapatan per kapita (PKP)

a. Harga jagung (HJG) b. Harga jagung periode

sebelumnya (HJG (-1)) c. Luas areal panen (LPJ) Permintaan

Jagung (Qd)

Penawaran Jagung

(Qs)

Gambar

Gambar 1. Pohon Industri Jagung
Gambar 2. Ekspor dan Impor Jagung Indonesia
Gambar 3. Kurva Permintaan
Gambar 4. Kurva Penawaran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Nilai kegigihan K.H. Berdasarkan hasil temuan penelitian bahwa terdapat nilai kegigihan yang tercermin dari K.H. Sjam’un sebagai basis karakter yang baik. Secara kodrati,

VOC yang berkebangsaan Belanda masuk ke Sunda kelapa dengan kepentingan perdagangan dan ekspansi daerah koloni, dengan mengalahkan Portugis .Dibawah kepemimpinan Jan

JUDUL : UPAYA PENANGANAN LEBIH BAIK MEDIA : TRIBUN JOGJA. TANGGAL : 18

Kalo secara teoritis bahwa pembelajaran kooperatif dalam hal ini sama dengan konsep pembelajaran sabilulungan yaitu di dalamnya terdapat kegiatan kerjasama, saling tolong

Dengan didasari hal-hal tersebut diatas maka dengan ini penulis mencoba untuk memberikan informasi mengenai penjualan pada Toko Tugu Sepeda yang ditampilkan dalam bentuk aplikasi

[r]

Dengan adanya pembuatan Web Site ini maka informasi tentang daerah pariwisata di Sumatera Utara sangatlah mudah diketahui, cukup dengan hanya membukanya

[r]