• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tata Cara Investasi Bidang Pertambangan

Dari uraian diatas, dapat dilihat bahwa sumber-sumber hukum investasi di bidang pertambangan sudah ada sejak masa kolonial Belanda. Mulai dari Indische Mijn Wet 1899 pada masa kolonial Belanda, pembentukan Undang-Undang Nomor 78 Tahun 1958, Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 yang kemudian diubah menjadi Undang-Undang No 11 Tahun 1967, hingga sekarang yakni Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 Tentang Penanaman Modal.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 inilah yang sekarang menjadi dasar hukum investasi di Indonesia, termasuk dalam bidang pertambangan.

Sejak pertama kali diundangkan undang-undang penanaman modal baik asing maupun dalam negeri, maka pelaksanaan penanaman modal di Indonesia mengalami pasang surut. Hal itu dapat dilihat dari laporan perkembangan penanaman modal pusat. Data dari tahun 1995 sampai dengan tahun 2000 menunjukkan adanya fluktuasi perkembangan penanaman modal asing maupun dalam negeri.41

Pasang surutnya pelaksanaan penanaman modal di Indonesia memungkinkan pemerintah unutk tetap berupaya melakukan usaha guan menarik minat penanam modal semaksimal mungkin sesuai dengan laju pertumbuhan

40 H. Salim HS, Hukum Pertambangan Mineral dan Batubara, (Jakarta: Sinar Grafika, 2014), hal 70.

41 Aminuddin Ilmar, Op. cit., hal. 123

ekonomi Indonesia.42

1. Perusahaan penanaman modal asing yang dijalankan untuk seluruhnya atau bagian terbesar di Indonesia sebagai kesatuan perusahaan tersendiri harus berbentuk dan berkedudukan di wilayah Indonesia.

Untuk mencapai hal tersebut, maka pemerintah telah mengeluarkan berbagai macam aturan yang terkait dengan pengaturan penanaman modal di Indonesia.

Sebelum melakukan investasi, para investor asing yang akan menanamkan modalnya di bidang pertambangan diharuskan terlebih dahulu untuk membentuk suatu badan hukum seperti yang diisyaratkan dalam ketentuan pasal 3 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 Tentang Penanaman Modal Asing yang pada prinsipnya menetapkan sebagai berikut:

2. Pemerintah menetapkan apakah suatu perusahaan dijalankan untuk seluruhnya atau bagia terbesar di Indonesia sebagai kesatuan perusahaan tersendiri.43

Adanya pengaturan seperti pasal 3 tersebut sangat diharapkan agar penanam modal asing yang akan melakukan investasi di Indonesia tunduk kepada peraturan yang berlaku. Selain itu, pembentukan badan hukum Indonesia sebelum melakukan kegiatan investasi bidang pertambangan sangat diperlukan apabila dikemudian hari terdapat sengketa perihal investasi tersebut. Apabila terdapat sengketa, maka akan lebih mudah untuk memberlakukan yurisdiksi.

42Ibid, hal. 125

43 Aminuddin Ilmar. Hukum Penanaman Modal, (Jakarta:Fajar Interpretama Offset), hal. 127

Selain itu, pembentukan badan hukum Indonesia juga dapat mencegah ketidakpastian hukum. 44

Secara Umum, para investor asing yang akan melakukan investasi bidang pertambangan harus mengajukan permohonan pendaftaran ke PTSP BKPM.

PTSP BKPM ialah Pelayanan Terpadu Satu Pintu Badan Koordinasi Penanaman Modal. BKPM ialah Badan Koordinasi Penanaman Modal yang bergerak sebagai penghubung utama antara dunia usaha dan pemerintah. Selain itu, BKPM diberi mandat untuk mendorong investasi langsung, baik dalam negeri maupun luar negeri. Permohonan yang diajukan ke PKPM ini harus dilakukan oleh investor asing baik sebelum berstatus badan hukum maupun sebelum berstatus badan hukum.45

Survey pendahuluan merupakan kegiatan yang meliputi pengumpulan, analisi, dan penyajian data yang berhubungan dengan informasi kondisi geologi dan geokimia untuk memperkirakan letak dan adanya sumber daya panas bumi serta wilayah kerja.

Dalam investasi pertambangan, dilakukan beberapa tahapan yang meliputi survey pendahuluan, penetapan wilayah kerja pertambangan panas bumi (WKP), pelelangan WKP, eksploirasi, studi kelayakan, eksploitasi, dan pemanfaatan.

46

44 Tri Hayati, Op. cit., hal 56

45 IBR Supancana dan I B Wyasa Putra, dkk., Ikhtisar Ketentuan Penanaman Modal.( Jakarta:

Nasional Legal Reform Program, 2010), hal.137

46 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Minerba, pasal 1 angka 16

Pelaksanaan survey ini dilakukan secara terkoordinasi.

Menteri dapat menugaskan survey pendahuluan kepada pihak lain melalui

penawaran, dengan cara pengumuman melalui media elektronik maupun promosi melalui berbagai forum, baik itu bersifat nasional maupun internasional.

Wilayah kerja pertambangan merupakan wilayah dimana badan hukum asing itu akan melakukan kegiatan investasi nya. Dalam hal ini, penetapan wilayah kerja pertambangan direncanakan dan disiapkann oleh menteri ESDM.

Penetapan wilayah kerja ini dilakukan berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan sebelumnya.47

Penawaran wilayah kerja oleh Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota kepada Badan Usaha dilakukan dengang cara lelang melalui media elektronik ataupun media lainnya. Dalam pelelangan, harus diadakan evaluasi terhadap penawaran yang masuk melalu dua tahap yakni :48

a. Evaluasi Tahap Kesatu, didasarkan pada evaluasi administrasi, teknis, dan keuangan.

i. Evaluasi administrasi, meliputi evaluasi terhadap kelengkapan:

1. Surat permohonan IUP kepada Menteri, Gubernur atau Bupati/

Walikota sesuai dengan kewenangannya.

2. Identitas permohonan/ akta sesuai dengan kewenangannya 3. Profil perusahaan

4. Nomor Pokok Wajib Pajak

47Ibid, angka 29

48 Salim HS dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2008), hal 235.

5. Surat pernyataan kesanggupan membayar harga dasar data Wilayah Kerja atau bonus

6. Surat pernyataan kesanggupan membayar konpensasi data

ii. Evaluasi teknis, meliputi evaluasi terhadap pengalaman perusahaan, kualifikasi tenaga ahli, struktur organisasi proyek dan program kerja.

Evaluasi program kerja ini meliputi:49 1. Pola pengusahaan total proyek

2. Jadwal eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi dan development serta eksploitasi dan pemanfaatan

3. Rencana teknis eksplorasi, studi kelayakan, kontruksi, dan development serta eksplorasi dan pemanfaatan

4. Perhitungan harga listrik

5. Waktu penentuan komitmen pengembangan

6. Rencana pengembangan lapangan yang meliputi sumur produksi, sumur injeksi dan sumur yang akan dikembangkan dan rencana biaya\

7. Kapasitas yang akan dikembangkan

8. Tahapan pengembangan pambangkit listrik tenaga panas bumi

9. Factor kapasitas pembangkit listrik tenaga panas buimi yang akan dikembangkan

iii. Evaluasi keuangan yang meliputi:50

49Ibid, hal. 242

50Ibid, hal. 254

1. Kesehatan uang perusahaan

2. Bukti penempatan jaminan lelang minimal 2.5% dari rencana biaya eksplorasi tahun pertama

3. Bukti penempatan dana jaminan pelaksanaan eksplorasi 4. Sumber pendanaan untuk pengembangan proyek

b. Evaluasi tahap kedua, didasarkan pada evaluasi harga uap atau harga tenaga listrik yang paling rendah yang dikaitkan dengan evaluasi teknis khususnya program kerja dan keuangan tahap kesatu.

Eksplorasi adalah rangkaian kegiatan yang meliputi penyelidikan geologi, geofisikal, geokimia, pengeboran uji dan pengeboran eksplorasi yang bertujuan untuk menambah informasi kondisi wilayah yang akan menjadi tempat kerja.51

Studi kelayakan adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan panas bumi untuk memperoleh informasi secara rinci seluruh aspek yang berkaitan untuk menentukan kelayakan usaha pertambangan panas bumi, termasuk pemboran sumur.52 Studi kelayakan tersebut meliputi :53

a. Penentuan cadangan layak tambang di seluruh wilayah kerja

b. Penerapan teknologi yang tepat untuk ekslpoitasi dan penangkapan uap dari sumur produksi

c. Lokasi sumur produksi

51 Undang-Undang Nomor 4 tahun 2009, Op. cit., pasal 1 angka 15

52Ibid, pasal 1 angka 16

53 Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral, Peluang Investasi Sektor ESDM, (Jakarta:

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, 2011), hal. 216

d. Rancangan sumur produksi dan injeksi e. Rancangan pemipaan sumur produksi

f. Perencanaan kapaasitas produksi jangka pendek dan jangka panjang g. Sistem pembangkit listrik dan sistem pemanfaatan langsung

h. Upaya konservasi dan kesinambungan sumber daya panas bumi

i. Rencana keselamatan dan kesehatan kerja, perlindungan dan teknis pertambangan panas bumi

j. Rencana pasca tambang sementara

Eksploitasi adalah rangkaian kegiatan pada suatu wilayah kerja tertentu yang meliputi pengeboran sumur pengembangan, pembangunan fasilitas lapangan dan operasi produksi sumber daya panas bumi.54

Pemanfaatan panas bumi dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Pemanfaatan panas bumi secara langsung adalah kegiatan usaha pemanfaatan energi untuk keperluan nonlistrik, baik untuk kepentingan umum maupun untuk kepentingan sendiri. Sedangkan pemanfaatan tidak langsung untuk tenaga listrik adalah kegiatan usaha pemanfaatan energy panas bumi untuk pembangkit tenaga listrik, baik untuk kepentingan umum maupun kepentingan sendiri.55

54 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009, Op. cit., pasal 1 angka 21

55 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Op.cit., hal. 216

Dalam ketentuan Keppres Nomor 33 Tahun 1922 pasal 2 telah disebutkan bagaimana tata cara penanaman modal dilakukan, termasuk dalam bidang pertambangan. Adapun tata cara yang disebutkan sesuai dengan pasal 3 Keppres Nomor 33 Tahun 1992 antara lain:56

1. Bahwa calon penanam modal asing yang akan melaksanakan investasi harus terlebih dahulu mempelajari daftar bidang-bidang usaha yang tertutup bagi penanaman modal. Dalam hal ini, untuk bidang pertamabangan merupakan bidang yang sangat terbuka bagi investoer asing sehingga penanam modal asing tidak perlu mempelajari dengan teliti ketentuan awal ini.

2. Setelah mengetahui bidang usaha dan lokasi proyek yang dibuktikan dengan surat konfirmasi pencadangan tanah dari Gubernur Provinsi serta kentuan-ketentuan lain yang bersangkutan, calon penanam modal mengajukan permohonan penanaman modal kepada ketua BKPM.

3. Berdasarkan penilaian terhadap permohonan penanam modal, ketua BKPM menyampaikan permohonan tersebut kepada presiden disertai dengan pertimbangan guna memperoleh keputusan.

4. Ketua BKPM menyampaikan tembusan surat permohonan dan pertimbangan tersebut kepada :

a. Departemen yang membina usaha penanaman mdoal yang bersangkutan b. Departemen keuangan

56 Anmiruddin Ilmar, Op.cit., hal 135

5. Persetujuan/ penolakan presiden mengenai suatu permohonan modal disampaikan kepada ketua BKPM.

6. Ketua BKPM menyampaikan pemberitahuan tentang keputusan presiden tersebut kepada calon penanam modal.

7. Ketua BKPM menyampaikan tembusan surat pemberitahuan keputusan presiden yang berlaku juga sebagai persetujan prisnip atau izin usaha sementara kepada:

a. Departemen yang membidangi bidang usaha penanam modal yang bersangkutan

b. Departemen keuangan RI

c. Kepala Badan Pertanahan Nasional untuk menyelesaikan hak-hak atas tanah

d. Gubernur Provinsi yang bersangkutan untuk koordinasi penyelesaian izin lokasi

8. Apabila penanam modal telah memperoleh keputusa presiden berupa persetujuan penanaman modal setelah dipenuhi persyaratan yang ditetapkan, maka ketua BKPM, atas nama menteri yang bersangkutan mengeluarkan:

i. Angka pengenal importer terbatas

ii. Keputusan pemberian fasilitas/ keringanana pajak dan bea masuk iii. Izin kerja bagi tenaga kerja asing pendatang yang diperlukan iv. Izin usaha tetap

9. Setelah memperoleh surat pemberitahuan persetujuan presiden dari ketua BKPM, penanam modal dalam waktu yang ditetapkan menyampaikan kepada BKPM daftar induk barang-barang modal, serta bahan baku dan bahan penolong yang akan diimpor.

10. Berdasarkan penilaian terhadap daftar induk yang akan diimpor, ketua BKPM mengeluarkan ketetapan mengenai fasilitas/ keringanan bea masuk dana pungutan impor lainnya

11. Permohonan untuk perubahan rencana penanaman modal yang telah memperoleh persetujuan dari presiden, termasuk perluasan proyek, disampaikan oleh penanam modal kepada BKPM untuk mendapatkan persetujuan dengan mempergunakan tata cara yang ditetapkan oleh BKPM.

12. Setelah memperoleh semua persetujuan baik dari presiden dan ketua BKPM, maka penanam modal asing dapat melakukan kegiatan investasi bidang pertambangan.57

Dalam menunjang kegiatan penanaman modal di Indonesia, tercipta suatu sistem pelayanan yang dikhususkan kepada para penanam modal. Sistem ini dikenal dengan Sistem Pelayanan Satu Pintu (one door system). Sistem itu melalui Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) pusat sebagaimana diatur dalam Keppres Nomor 33 Tahun 1981 tentang Pembentukan Badan Koordinasi Penanaman Modal yang mencabut Keppres Nomor 286 Tahun 1968 tentang Panitia Teknis Penanaman Modal. Pelayanan terpadu satu pintu merupakan

57 Amiruddin Ilmar, Op. cit..hal. 135

pelayanan yang dilakukan oleh pemerintah baik perizinan maupun non perizinan, yang proses pengelolaannya dimulai dari tahap permohonan sampai terbitnya sebuah dokumen dilakukan suatu tempat.58

C. Kontrak Karya Dalam Bidang Pertambangan