• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kontrak Karya Dalam Bidang Pertambangan A. Pengertian Kontrak

Dalam kegiatan investasi di bidang pertambangan, dikenal suatu kontrak yakni kontrak karya. Sebelum membahas mengenai kontrak karya, ada baiknya membahas mengenai gambaran umum mengenai kontrak di Indonesia. Di Indonesia, kontrak/ hukum kontrak sering kali disamakan dengan hukum perikatan. Hal ini jelas terlihat dari pasal 1233-1234 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang berbunyi

“Tiap-tiap perikatan dilahirkan baik karena persetujuan, baik karena undang-undang”

“Tiap-tiap perikatan adalah untuk memberikan sesuatu, untuk berbuat sesuatu, atau untuk tidak berbuat sesuatu”

Perikatan berasal dari bahasa Belanda “Verbintenis” atau dalam bahasa Inggris “Binding”. Verbintenis berasal dari bahasa Prancis “Obligation” yagn terdapat dalam code civil Prancis, yang selanjutnya merupakan terjemahan dari kata “Obligation” yang terdapat dalam Hukum Romawi “Corpus iuris Civilis”.59

Menurut Hoffman, perikatan adalah suatu hubungan hukum antara sejumlah terbatas subyek-subyek hukum, sehubungan dengan ini, seseorang

58Ibid., hal. 131

59 Nanik Trihastuti, Hukum Kontrak Karya.( Malang: Setara Press, 2013), hal. 15

mengikatkan dirinya untuk bersikap menurut cara-cara tertentu terhadap pihak lain, yang berhak atas sikap yang sedemikian rupa.60

Subekti memberikan defenisi dari perikatan sebagai suatu hubungan antara dua orang atau dua pihak berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak yang lain dan pihak yang lainnya berkewajiban untuk memenuhi prestasi tersebut.61

Dari pengertian diatas, dapat dilihat bahwa unsur-unsur perikatan terdiri sebagai berikut :

Dalam Buku III kitab Undang-Undang Hukum Perdata tidak disebutkan secara gamblang pengertian dari perikatan. Tetapi secara ilmu pengetahuan, dianut rumusan perikatan adalah hubungan antara dua orang atau lebih, dimana satu pihak berhak untuk menuntut suatu hak dan pihak lain berkewajiban untuk memenuhi prestasi.

62

a. Hubungan hukum. Dalam hal ini, hubungan hukum yang dimaksud ialah suatu hubungan dimana satu pihak melekatkan hak dan pihak lain melekatkan kewajiban.

b. Kekayaan, yang dimaksud dengan kekayaan dalam kriteria perikatan ialah bahwa kekayaan tersebut merupakan ukuran yang dipergunakan terhadap suatu hubungan hukum tersebut.

60Ibid, hal. 16

61 Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Perikatan Pada Umumnya, ( Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2004), hal. 10

62 Nanik Trihastuti, Op. cit,. hal. 17

c. Para pihak, yakni tiap-tiap pihak yang saling mengikatkan diri. Biasanya para pihak bertindak sebagai objek hukum yang saling memiliki hubungan hukum.

d. Prestasi adalah macam-macam dari pelaksanaan perikatan tersebut, dan yang menurut pasal 1234 KUH perdata, dibedakan menjadi memberikan sesuatu, berbuat sesuatu, dan tidak berbuat sesuatu.

B. Syarat Sahnya Suatu Kontrak

Dalam perikatan/ perjanjian, harus ada syarat yang menentukan sah atau tidaknya suatu perjanjian tersebut. Dalam pasal 1320 KUH Perdata disebutkan bahwa ada 4 yang menjadi syarat sahnya suatu perjanjian, antara lain :

a. Sepakat mereka untuk mengikatkan dirinya

Dalam tiap perjanjian, kata sepakat merupakan unsur yang sangat diperlukan serta dibutuhkan. Jika tidak ada kata sepakat, maka mustahil suatu perjanjian itu muncul. Dalam menetukan kata sepakat, kedudukan para pihak harus seimbang. Dengan kata lain, tidak ada pihak yang lebih tinggi, dan tidak ada pihak yang lebih rendah. Sepakat juga dapat menjadi tidak sah apabila sepakat itu diberikan karena kekhilafan, atau diperoleh dengan paksaan atau ancaman.63

b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan

Kecakapan yang dimaksudkan disini ialah kemampuan seseorang untuk melakukan suatu perikatan. Dalam membuat perikatan. Kecakapan dinilai dari

63 J. Satrio, Hukum Perikatan (Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian-Buku I), (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1955), hal. 164

kedewasaaan seseorang. Dalam KUH perdata, dewasa dikatakan jika telah berumur 21 tahun. Dalam pasal 1329 KHUPerdata dikatakan bahwa setiap orang cakap dalam membuat perikatan-perikatan, kecuali oleh undang-undang dinyatakan tidak cakap. Dengan kata lain, ada ketentuan bagi orang yang tidak cakap dalam melakukan perjanjian, seperti:

i. Orang orang yang belum dewasa

Orang-orang yang belum dewasa menurut hukum ialah orang orang yang belum berumur 21 tahun dan belum menikah.

ii. Mereka yang ditaruh dalam pengampuan

Orang orang yang ditaruh dalam pengampuan ialah orang orang yang telah dewasa tetapi memiliki kelainan seperti cacat. Lain lagi jika orang yang mengalami pailit juga akan dimasukkan dalam kategori dibawah pengampuan karena dianggap tidak mampu untuk mengelola keuangan.64

Buku III KUHPerdata tidak menentukan tolok ukur kedewasaan tersebut.

Ketentuan tentang batasan ditemukan dalam Buku I KUHPerdata tentang orang.

Berdasarkan Buku I Pasal 330 KUHPerdata, seseorang dianggap dewasa jika telah berusia 21 tahun atau kurang dari 21 tahun tetapi telah menikah. Anak-anak adalah mereka yang belum dewasa yang menurut pasal 330 KUHPerdata belum berumur 21 tahun. Namun demikian, meskipun nbelum berumur 21 tahun apabila

64 Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum Dalam Bisnis, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hal. 29

seseorang telah atau pernah menikah dan dicatat maka dianggap sudah dewasa, berarti cakap untuk membuat perjanjian.65

c. Suatu hal tertentu

Dalam setiap perjanjian, pastinya harus ada hal yang menjadi objek dari suatu perjanjian. Tanpa adanya objek perjanjian, maka perjanjian tersebut dikatakan dapat batal demi hukum. Dalam pasal 1333 KUH Perdata menyatakan bahwa:

“suatu persetujuan harus mempunyai pokok suatu barang yang paling sedikit ditentukan jenisnya. Tidaklah menjadi halangan bahwa jumlah barang tidak tentu, asal saja jumlah itu terkemudian dapat ditentukan atau dihitung.”

Objek dalam perjanjian itu dapat berupa benda, yang sekarang ada, maupun nanti akan ada, kecuali warisan. Warisan tidak dapat dijadikan sebagai objek dari perjanjian karena telah disebutkan dalam pasal 1334 KUH Perdata bahwa tidak diperkenankan untuk melepaskan suatu warisan yang belum terbuka, ataupun untuk diminta diperjanjikan sesuatu hal mengenai warisan itu sekalipun dengan sepakatnya orang yang nantinya akan meninggalkan warisan yang menjadi pokok persetujuan itu. 66

d. Adanya sebab (causa) yang halal

Dalam bahasa Belanda, kata sebab disebut dengan oorzaak dan dalam bahasa Latin disebut dengan causa. Sebab yang halal merupakan syarat dari

65 Sonya Evalin Silalahi, Perlindungan Hukum Terhadap Mitra Usaha Dalam Perusahaan Berbasis Distribusi Penjualan Langsung Atas Tuntutan Ganti Rugi Oleh Konsumen Yang Disebabkan Karena Kegagalan Produk: Skripsi, (Medan: Universitas Sumatera Utara, 2016), hal. 35

66 I Ketut Okta Setiawan, Hukum Perikatan.(Jakarta: Sinar Grafika, 2016), hal. 68

sahnya suatu perjanjian menurut pasal 1320 KUH Perdata. Causa dalam hal ini tidak berhubungan dengan hubungan sebab akibat. Yurisprudensi menafsirkan causa sebagai isi atau maksud dari perjanjian. Causa menempatkan perjanjian dibawah pengawasan hakim. 67

Tetapi, ada kalanya suatu perjanjian itu muncul tanpa sebab atau dibuat karena sesuatu sebab palsu atau terlarang. Sebab terlarang disini maksudnya ialah dilarang oleh Undang_Undang, kesusilaan, atau ketertiban umum. Perjanjian yang muncul dari sebab yang tidak hala atau terlarang tidak mempunyai kekuatan dan dapat dibatalkan demi hukum.68

C. Kontrak Karya Dalam Pertambangan Di Indonesia

Kontrak karya merupakan kontrak yang dikenal di dalam pertambangan umum. Istilah kontrak karya merupakan terjemahan bahasa Inggris yakni work of contract. Ismail Sunny mengartikan kontrak karya sebagai kerja sama modal asing dalam bentuk kontrak karya terjadi apabila penanaman modal asing berbentuk badan hukum Indonesia dan badan hukum ini mengadakan kerjasama dengan satu badan hukum yang mempergunakan modal nasional.69

Kontrak karya dalam hukum pertambangan di Indonesia dimulai sejak dicantumkannya pola kontrak karya dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 pasal 8 Tentang Penanaman Modal Asing. Pasal 8 undang-undang inilah

67Ibid, hal. 69

68 J. Satrio, Op.cit., hal. 109

69 Kontrak Karya dan Jenisnya, https://Jhonnix.blogspot.com>2015/04>pengertian-kontrak-karya-dan-jenis-jenis-kontrak-karya , diakses pada tanggal 08 Juli 2017.

yang menjadi dasar hukumnya diberlakukannya kontrak karya dalam pertambangan di Indonesia.

Sebuah perusahaan swasta dapat memperoleh izin pengesahaan pertambangan dengan pola kontrak karya setelah perusahaan tersebut mengajikan permohonan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan oleh Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral. Perusahaan Kontrak Karya adalah suatu badan hukum yang didirikan berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia dan berkedudukan di Indonesia, yang biasanya memiliki kewenangan hukum atas perusahaan-perusahaan yang melakukan kegiatan usaha yang didirikan di dalamnya. Perusahaan harus mendirikan satu kantor pusatnya di Jakarta.70

Dalam mengajukan permohonan kontrak karya, maka investor sebagai pemohon harus mangajukan permohonan kontrak karya sebagai berikut :71

1. Peta wilayah yang dimohon ke Unit Pelayanan Informasi Pencadangan Wilayah Wilayah Pertambangan (UPIPWP).

2. Salinan tanda bukti penyetoran uang jaminan.

3. Laporan tahunan perusahaan 3 tahun terakhir.

4. Surat kuasa direksi atau komisaris utama perusahaan.

5. Perjanjian kesepakatan bersama (memorandum of understanding) bagi perusahaan joint venture.

6. Tanda terima SPT tahun terakhir/ NPWP.

70 Nanik Trihastuti, Op. cit. hal. 34

71 Salim HS, Perkembangan Hukum Kontrak Innominat Di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2003), hal. 71

7. Setelah keluar izin prinsip, harus melampirkan rencana kerja sampai tahap penyelidikan umum.

8. Akta pendirian perusahaan.

9. Joint venture agreement.

10. Bila ada kuasa pertambangan, harus dilampirkan persetujuan dari pemegang kuasa pertambagan dan salinan kuasa pertambangan.

Setelah investor menyelesaikan pemohonan kontrak karya, maka investor selanjutnya investor harus memperoleh izin pengusahaan pertambangan dengan pola kontrak karya. Adapun prosedur yang harus ditempuh para investor agar mendapatkan izin pegusahaan pertambangan dengan pola kontrak karya antara lain:72

1. Pemohon meminta pencadangan wilayah kepada unit pelayanan informasi dan pencadangan wilayah pertambangan.

2. Pemohon menyetor uang jaminan kesungguhan kepada bank dagang negara dengan melampirkan bukti penyetoran pada permohonan kontrak karya.

3. Pemohon mengajukan permohonan kepada Direktur Jenderal Geologi dan Sumber Daya Mineral dengan melampirkan persyaratan yang harus dipenuhi.

4. Direktur Jenderan Geologi dan Sumber Daya Mineral menyampaikan hasil pemrosesan Direktorat Pembinaan Pengusahaan Pertambangan apakah disetujui atau tidak.

72 Nanik Trihastuti, Op.cit., hal. 35

5. Direktur Jenderal Geologi dan Sumber Daya Mineral menugaskan Tim Perundingan untuk mengadakan perundingan naskah kontrak karya dengan pemohon.

6. Ketua Tim Perunding menyampaikan hasil perundingan yang telah diparaf bersama pemohon kepada Direktur Geologi dan Sumber Daya Mineral.

7. Direktur Geologi dan Sumber Daya Mineral menyampaikan naskah kontrak karya kepada menteri untuk diproses lebih lanjut.

8. Menteri menyampaikan naskah kontrak karya kepada DPR untuk dikonsultasikan dan kepada BKPM untuk mendapatkan rekomendasi.

9. DPR menyampaikan tanggapan terhadap naskah kontrak karya kepada menteri dan BKPM menyampaikan rekomendasi kontrak karya kepada presiden.

10. Menteri mengajukan permohonan kepada presiden untuk mendapatkan persetujuan.

11. Presiden memberikan persetujuan sekaligus memberiikan wewenang kepada menteri untuk dan atas nama pemerintah menandatangani kontrak karya.

12. Penandatanganan kontrak karya antara pemerintah dengan pemohon.

Setelah penandatanganan kontrak karya antara pemerintah dan pemohon, maka sah pula lah suatu perusahaan itu mengusahakan pertambangan dengan pola kontrak karya. Dalam pelaksanaan kontrak karya, ada 5 tahapan-tahapan dalam kontrak karya selama pelaksanaan kontrak karya tersebut, antara lain:

1. Tahap Penyelidikan Umum 2. Tahap Eksplorasi

3. Tahap Studi Kelayakan 4. Tahap Konstruksi

5. Tahap Operasi Produksi73

Dalam kontrak karya, diatur juga didalamnya berbagai kewajiban serta hak kontraktor yang dalam hal ini adalah perusahaan. Kewajiban dan hak ini diatur secara jelas dalam kontrak dan disetujui oleh para pihak. Ketentuan yang diatur itu berlaku selama masa berlakunya kontrak dan tidak akan berubah selama para pihak tidak menginginkan itu berubah.74

A. Kewajiban Kontraktor

Adapun kewajiban kontraktor adalah melaksanakan segala sesuatu yang telah disetujui sebelumnya, diantaranya:

1. Menyediakan seluruh biaya dan menanggung seluruh resiko pelaksanaan usaha pertambangan.

2. Kontraktor harus sanggup menyerahkan sejumlah uang sebagai jaminan dan disimpan pada sebuah bank di Indonesia yang disetujui pemerintah.

3. Kontraktor membayar jenis pajak, pungutan daerah yang telah disahkan oleh pemerintah pusat.

4. Menciutkan wilayah kontrak karya secara bertahap.

73 Salim HS, Op.cit. hal. 78

74 Salim HS, Hukum Penyelesain Sengketa Pertambangan Di Indonesia, (Bandung: Pustaka Reka Cipta, 2013), hal. 57

5. Melaksanakan pencegahan dan penanggulangan pencemaran dan pengrusakan lingkungan.

6. Menggunakan tenaga kerja Indonesia dengan mengutamakan sebanyak mungkin tenaga kerja setempat.

7. Mengikutsertakan unsure nasional, yaitu dengan menjual sebagian sahamnya kepada peserta Indonesia sesuai peraturan yang berlaku.

8. Menyampaikan laporan tertulis secara berkala kepada pemerintah mengenai perkembangan usaha pertambangannya.

9. Membantu pengembangan daerah di sekitar lokasi perusahaan.75 B. Hak-hak Kontraktor

Disamping adanya kewajiban-kewajiban kontraktor, tentu ada pula yang menjadi hak-hak kontraktor, diantaranya :

1. Kotraktor diangkat menjadi kontraktor tunggal untuk melakukan eksplorasi sesuatu mineral di wilayah kontrak karya.

2. Perusahaan memiliki hak kendali dan manajemen tunggal atas semua kegiatannya berdasarkan ketentuan kontrak karya.

3. Kontraktor berhak mengembalikan sebagian atau seluruh wilayah kontrak karya kepada pemerintah disertai alasan yang didukung oleh hasil atau data kegiatannya, serta berhak untuk memohon untuk diakhirinya perjanjian dengan alasan bahwa setelah dilakukan penyelidikan menunjukkan bahwa

75 Nanik Trihastuti, Op.cit., hal. 40

tidak ada cadangan mineral yang secara ekonomis dapar dilanjutkan ke tahap operasi produksi.

4. Setelah membayar uiran tetap dan royalty, mana bahan galian dan hasil produksi dalam wilayah kontrak karya menjadi milik kontraktor.

5. Kontraktor dapat mengimpor barang-barang modal dan bahan-bahan tertentu untuk melaksanakan usaha pertambangan dan mendapatkan keringanan pajak bea cukai.

6. Jika sudah tidak diperlukan lagi, kontraktor dapat mengekspor kembali peralatan yang diimpor tanpa membayar pajak ekspor.

7. Kontraktor berhak untuk mentransfer ke luar negeri dana-dana dalam mata uang yang dapat dikonversikan yang dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

8. Kontraktor juga berhak untuk mendapatkan kemudahan yaitu untuk membangun fasilitas-fasilitas yang diperlukan.76

Setelah berlangsung sekian lama, akhirnya kontrak karya yang selama ini diberlakukan semakin mendapat kritikan dari para akademisi Indonesia. Kritik ini dilayangkan karena dianggap bahwa relevansi kontrak karya sudah tidak memadai lagi. Salim HS kemudian mengkritiki kepemilikan modal perusahaan asing yang menggunakan kontrak karya merupakan 100% modal asing tanpa ada modal dari dalam negeri.77

76Ibid, hal. 42

77 Adrian Sutedi, Op. cit., hal. 226

Menurut ahli dari Universitas Gajah Mada, Revrisond

Baswir dalam sidang judial reviewI Undang-Undagn nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal terhadap pasal 27 dan 33 UUD 1945 di Mahkamah Konstitusi menarik kesimpulan paradigma warisan kolonial masih membayang-bayangi para pengambil kebijakan hingga sekarang. Menurutnya, ketentuan mengenai “dikuasai oleh negara untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”

dalam ketentuan itu berarti negara wajib membuat regulasi yang memihak kepada kemakmuran rakyat dan melindungi kepentingan pemodal dalam negeri.78

Menyusul banyaknya kritik terhadap kontrak karya, maka istilah IUPK atau Izin Usaha Pertambangan Khusus menjadi ramai diperbincangkan menyusul dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2007 yang menyatakan bahwa bagi setiap perusahaan tambang yang ingin mengekspor konsetratnya, diharuskan terlebih dahulu harus mengubah izin tambang dari kontrak karya menjadi izin usaha pertambangan khusus. 79

• Kontrak karya

Dengan kata lain, jika para perusahaan tambang ingin hasil konsentratnya diekspor, maka perusahaan tambang tersebut harus rela melepaskan izin kontrak karyanya dan mengubahnya menjadi izin usaha pertambangan khusus.

Adapun perbedaan yang mencolok antara IUPK dan kontrak karya antara lain:

78Ibid, hal. 228

79 Izin Usaha Pertambangan Khusus, www.hukumpertambangan.com>izin-usaha-pertambangan-khusus , diakses pada tanggal 8 juli 2017.

a. Posisi negara dan korporasi setara

b. Pemerintah memberi izin usaha bagi perusahaan tambang selama 50 tahun

c. Luas area yang diberikan pemerintah bagi perusahaan seluas 90.000 Ha

d. Skema pajak dan royalti nail down e. Divestasi saham hanya sebesar 30%

• Izin Usaha Pertambangan Khusus

• Posisi negara lebih tinggi

• Pemerintah hanya memberi izin operasi perusahaan selama 10 tahun

• Luas area perusahaan dibatasi hingga 25.000 Ha

• Skema pajak dan royalti prevailing

• Divestasi saham mencapai 50%80

Dari perbedaan antara kontrak karya dan IUPK tersebut dapat dilihat bahwa ada tujuan tersendiri mengapa perusahaan yang akan mengekspor hasil konsentratnya harus mengubah izin usaha nya menjadi IUPK. Hal ini dikarenakan IUPK lebih banyak menguntungkan dibandingkan dengan sistem kontrak karya.