• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I. PENDAHULUAN

B. Investigasi Kelompok

1. Pengertian Investigasi Kelompok (Group Investigation)

Slavin (1995:5) mengungkapkan bahwa terdapat empat tipe model pembelajar kooperatif, salah satunya Group Investigation. Model ini dikembangkan oleh Shlomo dan Sharan pada universitas di Tel Aviv (Slavin, 1995:11). Model Investigasi Kelompok dapat digunakan dalam berbagai mata pelajaran dimulai dari matematika, seni, bahasa sampai dengan ilmu- ilmu sosial.

Berbeda dengan STAD dan jigsaw, pada model investigasi kelompok ini siswa dilibatkan dalam perencanaan baik topik yang dipelajari maupun bagaimana jalannya penyelidikan mereka. Investigasi kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling kompleks dan paling sulit untuk diterapkan. Model pembelajaran ini memerlukan cara yang mengajarkan siswa keterampilan komunikasi dan proses kelompok yang baik, serta norma dan struktur kelas yang lebih rumit.

Siswa dikelompokkan dengan anggota 4 atau 5 siswa yang cenderung memiliki minat yang sama, kemudian memilih topik yang ingin diselidiki, selanjutnya menyiapkan dan mempresentasikannya. Dalam beberapa kasus, kelompok dapat dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban persahabatan atau minat yang sama dalam topik tertentu. Selanjutnya

siswa memilih topik untuk diselidiki, melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang dipilih itu. Selanjutnya menyiapkan dan mempresentasikan laporannya kepada seluruh kelas.

Jadi investigasi kelompok adalah proses penyelidikan yang dilakukan oleh kelompok yang terdiri dari beberapa orang, dan selanjutnya kelompok tersebut mengkomunikasikan hasil perolehan anggotanya, dapat membandingkannya dengan perolehan orang atau kelompok lain, karena dalam suatu investigasi dapat diperoleh satu atau lebih hasil. Dalam kegiatan di kelas yang mengembangkan diskusi kelas berbagai kemungkinan jawaban itu berimplikasi pada berbagai alternatif jawaban dan argumentasi berdasar pengalaman siswa. Akibatnya di antaranya ialah jawaban siswa tidak selalu tepat benar atau bahkan salah karena prakonsepsi yang mendasari pemikiran siswa tidak benar. Namun dari kesalahan jawaban siswa tersebut, dengan adanya komunikasi yang dikembangkan dapat memberikan arah kesadaran siswa akan kesalahan mereka, khususnya dimana terjadi sumber kesalahan tersebut. Mereka akan belajar dari kesalahan sendiri dengan bertanya, mengapa orang lain memperoleh jawaban yang berbeda dengan jawabannya. Dengan sikap keterbukaan yang memang harus dikembangkan dalam sikap investigatif tersebut, siswa belajar bukan hanya mencari kebenaran atas jawaban permasalahan itu, tetapi juga mencari jalan kebenaran menggunakan akal sehat dan aktivitas mental mereka sendiri. Dengan demikian akan dapat dibiasakan untuk mengembangkan rasa ingin tahu. Hal ini akan dapat

membuat siswa lebih aktif berpikir dan mencetuskan ide- ide atau gagasan-gagasan positif dalam mencari jalan keluar dari permasalahan. Selanjutnya guru bukan hakim yang memutuskan kebenaran yang tertanam di benak siswa, tetapi guru lebih berperan sebagai dokter yang membantu proses kelahiran ide tersebut.

Diterapkannya model investigasi kelompok dalam cooperative learning diharapkan dapat memotivasi siswa agar lebih percaya diri dan agar siswa mampu menolong satu sama lain untuk mengerjakan yang telah diberikan oleh guru. Jika siswa menginginkan kelompoknya mendapatkan penghargaan atau hadiah dari guru, mereka harus dapat bekerjasama dalam kelompok untuk menginvestigasi suatu permasalahan yang telah mereka pilih untuk diselidiki.

2. Strategi dan Pendekatan dalam Model Investigasi

Flenor (1974) membagi kegiatan guru menjadi 5 (lima) tahap: 1) apersepsi;

2) investigasi; 3) diskusi;

4) penerapan; dan 5) pengayaan.

Pada investigasi, siswa bekerja secara bebas, individual atau berkelompok. Guru hanya bertindak sebagai motivator dan fasilitator yang memberikan dorongan siswa untuk dapat mengungkapkan pendapat atau menuangkan pemikiran mereka serta menggunakan pengetahuan awal mereka dalam

memahami situasi baru. Guru juga berperan dalam mendorong siswa untuk dapat memperbaiki hasil mereka sendiri maupun hasil kerja kelompoknya. Kadang mereka memang memerlukan orang lain, termasuk guru untuk dapat menggali pengetahuan yang diperlukan, misalnya melalui pengembangan pertanyaan-pertanyaan yang lebih terarah, detail atau rinci. Dengan demikian guru harus selalu menjaga suasana agar investigasi tidak berhenti di tengah jalan. Dalam hal investigasi yang dilaksanakan secara berkelompok, Lazarowitz, dkk (1988) dan juga Sharan dan para koleganya (Sharan, dkk, 1989; Sharan & Sharan, 1990) mendisain model kelompok investigasi yang memberikan kemungkinan siswa untuk melakukan berbagai pengalaman belajar. Para siswa terlibat dalam setiap tahap kegiatan, antara lain:

(1) mengidentifikasi topik dan mengorganisasi kelompoknya dalam “kelompok peneliti”;

(2) merencanakan tugas pembelajaran; (3) melaksanakan penyelidikan; (4) menyiapkan laporan;

(5) menya mpaikan laporan akhir; (6) mengevaluasi program.

Diskusi kelompok maupun diskusi kelas merupakan hal yang sangat penting guna memberikan pengalaman mengemukakan dan menjelaskan segala hal yang mereka pikirkan dan membuka diri terhadap yang dipikirkan oleh teman mereka. Pengalaman yang baik seperti ini akan

memotivasi siswa untuk belajar dan mau menyelidiki (menginvestigasi) lebih lanjut. Pengalaman bekerjasama dalam banyak hal sangat sesuai dengan semangat gotong royong yang telah berkembang sejak lama di bumi tercinta Indonesia ini. Hal ini perlu selalu dikembangkan dengan melatihkannya kepada para siswa. Dalam kerja kelompok sis wa, Malone dan Krismanto (1993) menemukan bahwa sebagian besar siswa menginginkan mereka sendirilah yang menentukan anggota kelompok kegiatan, dengan banyak anggota 5-6 orang siswa campuran putra dan putri dan dengan berbagai tingkat kemampuan siswa. Hal ini sesuai dengan Sharan (1980) bahwa kelompok semacam itu memberikan efektifitas dalam peningkatan hasil belajar siswa. Sikap dan kemauan siswa dalam menggunakan pendekatan investigasi tidak terlepas dari (1) kegemaran siswa akan akuntansi, (3) pemahaman siswa tentang kegunaan akuntansi dan (3) keberanian siswa untuk membentuk sendiri pengetahuan akuntansi mereka. Ini sesuai dengan paham yang dikembangkan oleh para pakar dan peneliti serta penganut konstruktivisme. Oleh karena itu seberapa jauh keberhasilan penggunaan pendekatan investigasi juga antara lain tergantung ketiga faktor tersebut. Oleh karena itu guru juga perlu mengetahui seberapa jauh hal di atas dimiliki siswa di samping berusaha untuk lebih memberikan pemaha man kepada para siswa.

3. Langkah- langkah dalam Investigasi Kelompok (Group Investigation). a. Seleksi topik.

Para siswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya digambarkan lebih dahulu oleh guru. Para siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik maupun kemampuan akademik.

b. Merencanakan kerjasama.

Para siswa beserta guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih dari langkah a) di atas.

c. Implementasi.

Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah b). Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan ketrampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus- menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.

d. Analisis dan sintesis.

Para siswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah c) dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas.

e. Penyajian hasil akhir.

Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir oleh guru.

f. Evaluasi.

Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok, atau keduanya.

Dokumen terkait