• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I. PENDAHULUAN

A. Ruang Lingkup Pembelajaran Kooperatif

Cooperative learning adalah suatu metode belajar dengan cara

individu yang berusia sebaya dengan berbagai tingkat kemampuan bekerjasama secara berpasangan untuk mencapai tujuan tertentu, di mana setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas pencapaian tujuan dan penguasaan materi tiap anggotanya (Ratri, 2005:49). Mardiana (http://mbeproject.net/mbe1314.html) menyatakan bahwa pada model cooperative learning siswa diarahkan untuk belajar bekerja sama dalam satu team (sebagai team work), belajar bertanggung jawab, belajar memimpin dan dipimpin, serta belajar menghargai pendapat orang lain (berdemokrasi). Hal yang sama juga diungkap oleh Kagan (1994:8) yang menyatakan cooperative learning merupakan suatu model pembelajaran yang berisikan serangkaian aktivitas pembelajaran yang diorganisasikan sedemikian rupa sehingga pembelajaran tersebut difokuskan pada pertukaran informasi terstruktur antar pelajar dalam grup yang bersifat sosial dan masing- masing pelajar bertanggung jawab penuh atas pembelajaran yang mereka jalani.

Dengan demikian dengan dilaksanakannya cooperative learning siswa dapat bekerjasama dengan siswa yang lain untuk mengerjakan tugas

yang telah diberikan dan masing- masing siswa mempunyai tanggung jawab untuk memperoleh hasil yang telah ditargetkan dalam kelompok serta kerja siswa menjadi lebih terarah karena tiap siswa sudah mempunyai peran masing- masing berkaitan dengan tugas yang telah diberikan.

2. Unsur-unsur Cooperative Learning

Kerja kelompok belum tentu identik dengan cooperative learning. Hal demikian tergantung bagaimana proses belajar yang terjadi dalam kelompok. Roger dan David Johson (Lie, 2002:30-34) mengatakan untuk mencapai hasil yang maksimal, ada lima unsur cooperative learning yang diterapkan antara lain.

a. Saling ketergantungan positif.

Keberhasilan kelompok dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif , pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa, sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka. Penilaian juga dilakukan dengan cara yang unik. Setiap siswa mendapat nilainya sendiri dan nilai kelompok. Nilai kelompok dibentuk dari sumbangan tiap anggota. Dengan demikian siswa yang mempunyai kemampuan yang kurang begitu baik terpacu untuk memberikan sumbangan nilai yang baik.

b. Tanggung jawab perseorangan.

Tanggung jawab perseorangan merupakan akibat langsung dari saling ketergantungan positif. Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model cooperative learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik.

c. Tatap muka.

Setiap kelompok diberi kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Melalui proses ini siswa dapat membagikan pengalaman yang telah dialaminya. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan dan mengisi kekurangan masing-masing. Sinergi tidak didapatkan begitu saja terjadi dalam sekejab, tetapi melalui proses yang cukup panjang. Para anggota kelompok perlu diberi kesempatan untuk saling mengenal dan menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap muka dan interaksi pribadi.

d. Komunikasi antar anggota.

Keberhasilan suatu kelompok dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka mengutarakan pendapat mereka.

e. Evaluasi proses kelompok.

Perlu disediakannya waktu khusus untuk melaksanakan evaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka agar selanjutnya dapat bekerja sama dengan lebih efektif.

3. Aturan-aturan yang Diterapkan Dalam Cooperative Learning

Menurut Johnson (1984:26) dalam cooperative learning aturan-aturan yang diberikan oleh guru mencakup lima bagian :

a. guru memberikan penjelasan tentang materi yang akan diberikan; b. guru membagi siswa dalam beberapa kelompok sebelum kegiatan

dimulai;

c. guru menjelaskan mengenai tugas, tujuan, dan kegiatan yang akan dilaksanakan;

d. guru mengawasi siswa dalam kegiatan yang dilakukan;

e. guru mengevaluasi kerja siswa dan membantu siswa bagaimana caranya bekerjasama yang baik dengan siswa lain;

4. Tipe Cooperative Learning

Slavin (1995: 71-144) memperkenalkan empat tipe pembelajaran kooperatif sebagai berikut.

a. Student Team Learning (STL).

Student Team Learning (STL) adalah metode yang dikembangkan dan dipelajari di Universitas John Hopkins. Semua metode pembelajaran kooperatif memberikan ide bahwa siswa belajar bekerja bersama dan bertanggung jawab atas keberhasilan tim mereka. Tiga konsep inti dari metode STL adalah “hadiah tim” (team reward), “akuntabilitas individu” (indivudual accountability), dan “peluang bersama untuk berhasil” (equal opportunity for success). Pada prinsip ada empat metode STL yang secara luas dikembangkan dan diteliti.

1) Student Teams Achievement Division (STAD).

Guru yang menggunakan STAD, mengacu kepada belajar kelompok siswa, menyajikan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu menggunakan presentasi verbal atau teks. Siswa dalam suatu kelas tertentu dipecah menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang, setiap kelompok haruslah heterogen, terdiri dari laki- laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui tutorial, kuis, satu sama lain dan atau melakukan diskusi. Secara individual setiap minggu atau setiap dua minggu siswa diberi kuis. Kuis itu diskor, dan tiap individu diberi skor perkembangan. Skor perkembangan ini tidak berdasarkan pada skor mutlak siswa, tetapi berdasarkan pada seberapa jauh skor itu melampaui rata-rata skor yang lalu. Setiap minggu pada suatu lembar penilaian singkat atau dengan cara lain, diumumkan tim-tim dengan skor tertinggi, siswa yang mencapai skor perkembangan tinggi, atau siswa yang mencapai skor sempurna pada kuis-kuis yang telah dilakukan. Kadang-kadang seluruh tim yang mencapai kriteria tertentu dicantumkan dalam lembar penilaian singkat yang telah dibagikan.

2) Teams Games Tournament (TGT).

Hampir sama dengan STAD, ada presentasi meteri pelajaran oleh guru yang membedakan dengan STAD adalah tidak dilaksanakaannya kuis untuk individu tetapi hasil belajar dievaluasi dengan permainan akademik seperti cerdas cermat. Skor tim secara keseluruhan ditentukan oleh prestasi kelompok.

3) Team Assisted Individualization.

Dalam TAI ada kombinasi antara pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran individual. Siswa bekerja dalam tim tetapi anggota tiap tim bekerja pada unit yang berbeda. Anggota tim bisa mengecek pekerjaan teman dan membantu teman yang mengalami kesulitan atau masalah. Saat ujian masing- masing anggota tim bekerja tanpa dibantu oleh anggota tim lainnya. Hasil kerja tim, hasil tes akhir, poin ekstra dan tugas-tugas rumah kemudian dikumpulkan dan tim yang memperoleh skor tertinggi diberikan hadiah. TAI didesain khusus untuk pengajaran metematika bagi siswa kelas tiga sampai kelas enam.

4) Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC).

Pada metode ini siswa dibentuk kelompok untuk memberikan tanggapan terhadap wacana/kliping. Langkah- langkah yang dilakukan membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang yang secara heterogen kemudian guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran, setelah masing- masing

kelompok mendapatkan wacana siswa bekerjasama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana/kliping dan ditulis pada lembar kertas, jika siswa sudah selesai membahas masing- masing kelompok diminta untuk mempresentasikan/membacakan hasil kelompok. Setelah semua kelompok mempresentasikan hasil pekerjaannya guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan berbersama-sama.

b. Tipe Jigsaw II.

Dalam kelompok 5 – 6 orang, tiap-tiap peserta didik mempelajari satu bagian materi pelajaran dan kemudian menjelaskan bagian itu kepada semua anggota kelompok, kemudian guru mengadakan ulangan/kuis.

c. Learning Together.

Peserta didik melakukan presentasi materi pelajaran. Setelah itu mereka dalam kelompok heterogen terdiri dari 4 sampai 5 orang mengerjakan satu lembar kerja. Guru menilai hasil kerja kelompok. Peserta didik kemudian secara individual mengerjakan kuis yang dinilai oleh guru sebagai hasil kerja individual.

d. Group Investigation.

Tiap-tiap kelompok mempelajari satu bagian materi pelajaran dan kemudian menjelaskan materi itu kepada semua siswa di kelas. Siswa diharapkan menerima tanggung jawab yang besar untuk menentukan apa yang akan dipelajari, mengorganisasi kelompok mereka sendiri,

bagaimana cara menguasai materi dan memutuskan bagaimana mengkomunikasikan hasil belajar mereka kepada seluruh kelas.

Dokumen terkait