BAB IV. PELAKSANAAN PENELITIAN
B. Pelaksanaan Tindakan
Jika perencanaan telah selesai dilakukan, maka skenario tindakan dapat dilaksanakan dalam situasi pembelajaran yang aktual menggunakan metode Investigasi Kelompok (Group Investigation) sesuai dengan rencana yang telah disusun. Untuk menjamin mutu kegiatan pembelajaran, guru atau tim peneliti dapat memodifikasi tindakan walaupun implementasi sedang dalam proses, tetapi jika tidak terlalu mendesak perubahan dapat dilakukan setelah satu siklus selesai.,
c. Observasi
Pada saat pelaksanaan tindakan, kegiatan observasi dilakukan secara bersamaan. Secara umum, kegiatan observasi dilakukan untuk merekam proses yang terjadi selama pembelajaran berlangsung. Mengingat observasi menyatu dalam pelaksanaan tindakan, maka perlu dikembangkan sistem dan prosedur observasi yang mudah dilakukan. d. Refleksi
Pada dasarnya refleksi merupakan kegiatan analisis-sintesis, interpretasi, dan eksplanasi (penjelasan) terhadap semua informasi yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan. Refleksi merupakan bagian yang amat penting untuk memahami dan memberikan makna terhadap
proses dan hasil (perubahan) yang terjadi sebagai akibat adanya tindakan (intervensi) yang dilakukan. Komponen-komponen refleksi dapat digambarkan pada Gambar II.2.
Perencanaan tindak lanjut
Bila hasil perbaikan yang diharapkan belum tercapai pada Siklus pertama, maka tindakan perlu dilanjutkan pada siklus kedua. Pada siklus kedua ini perlu dilakukannya perencanaan kembali. Siklus ini merupakan kesatuan dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan interpretasi, analisis dan evaluasi, serta refleksi.
Gambar II.1
Spiral Kemmis dan Taggart 1988 (Wiriaatmadja 2006:66) REFLECT PLAN ACT OBSERVE REFLECT PLAN ACT OBSERVE
F. Struktur Dasar Akuntansi 1. Sumber Pencatatan
Sumber pencatatan akuntansi merupakan data transaksi yang relevan dan sering terjadi dalam perusahaan atau suatu lembaga. Data ini merupakan bukti kejadian atau transaksi dalam suatu perusahaan di bidang keuangan yang diperlukan dalam rangka penyusunan laporan keuangan menurut prinsip yang telah ditetapkan dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Setiap transaksi yang terjadi dalam suatu perusahaan atau lembaga memerlukan adanya otorisasi dari pejabat yang berwenang untuk dipertanggungjawabkan dalam bentuk tertulis dengan menggunakan sumber pencatatan yang juga berfungsi sebagai dokumen sumber. Sumber
Penyimpulan Pemaknaan Penjelasan Tindak Lanjut Analisis Siklus Berikutnya Pemanfaatan Pemantapan Gambar II.2
Komponen Refleksi Dalam Penelitian Tindakan Kelas
pencatatan merupakan surat bukti pembukuan yang perlu disimpan atau diarsip selama 15 tahun untuk dapat dibuktikan kebenarannya pada saat diperlukan.
Menurut sumbernya atau pihak yang melakukan, sumber pencatatan dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu sebagai berikut.
a. Bukti Intern adalah bukti kejadian yang mempengaruhi perubahan keuangan yang terjadi dalam perusahaan itu sendiri. Bukti tersebut dibuat/dikeluarkan oleh perusahaan itu sendiri. Contohnya, bukti memo yaitu dokumen sumber sebagai dasar pencatatan ke dalam jurnal umum.
b. Bukti Ekstern adalah bukti kejadian yang mempengaruhi perubahan keuangan yang terjadi dengan perusahaan lain/pihak luar perusahaan. Bukti tersebut dibuat/dikeluarkan oleh pihak luar perusahaan. Contohnya, faktur yaitu perhitungan penjualan barang dagang yang dibuat oleh penjual dan disampaikan kepada pihak pembeli. Faktur asli diberikan kepada pembeli, sedangkan tembusannya oleh penjual sebagai bukti pembukuan.
Dalam melakukan pencatatan dapat digunakan dua metode yaitu sebagai berikut.
1) Pembukuan Berpasangan (Double Entry Bookkeeping), adalah pembukuan pada sisi debit dan kredit yang menggunakan jurnal, baik jurnal umum maupun jurnal khusus serta buku pembantu sebagai
kontrolnya. Selanjutnya, dari jurnal diposting ke buku besar, kemudian ke neraca sisa dan sampai pada pembuatan laporan keuangan.
2) Pembukuan Tunggal (Single Entry Bookkeeping), dalam pembukuan ini tanpa menggunakan jurnal, tetapi sebuah buku harian (tidak dalam sisi debit dan kredit) selanjutnya dibuat ikhtisar dari neraca awal sampai neraca akhir untuk penyusunan laporan keuangan. Metode ini hanya digunakan perusahaan kecil yang transaksinya masih sederhana. 2. Persamaan Dasar Akuntansi
Pencatatan transaksi secara sistematis dan teratur dalam akuntansi selalu membentuk suatu persamaan atau keseimbangan, artinya di satu sisi mencatat kekayaan sedangkan di sisi lain mencatat sumber kekayaan dalam jumlah yang sama.
a. Prinsip keseimbangan antara aktiva dan ekuitas
Aktiva dalam suatu perusahaan menunjukkan kekayaan yang dimiliki perusahaan itu sendiri sedangkan ekuitas merupakan sumber dari kekayaan sehingga jumlah aktiva sama dengan ekuitas. Jika dinyatakan dalam persamaan akuntansinya adalah sebagai berikut.
Harta = Modal atau Aktiva = Ekuitas b. Rumus aktiva sama dengan utang ditambah ekuitas
Aktiva perusahaan merupakan sumber ekonomi yang diharapkan akan mendatangkan manfaat dalam kegiatan usaha melalui sumber kekayaan yang diperolehnya. Apabila sumber itu diperoleh dari pihak ketiga maka akan menimbulkan kewajiban perusahaan yang harus
dibayar di kemudian hari yang disebut utang. Dengan demikian, jika aktiva yang diperoleh itu berasal dari pemiliknya dan sebagian dari pihak luar, maka rumus persamaan akuntansinya adalah sebagai berikut.
c. Pengaruh transaksi keuangan terhadap persamaan akuntansi
Setiap kejadian dalam perusahaan akan mempengaruhi posisi keuangan. Transaksi yang berbeda akan menimbulkan pengaruh yang berbeda pula, namun selalu terjadi keseimbangan antara aktiva dengan ekuitas dan kewajiban. Transaksi keuangan berpengaruh terhadap persamaan akuntansi sebagai berikut.
1) Bertambahnya aktiva diimbangi dengan bertambahnya ekuitas. Contoh: pemilik menginvestasikan uangnya ke dalam perusahaan. 2) Bertambahnya aktiva diimbangi dengan bertambahnya kewajiban.
Contoh: perusahaan membeli peralatan kantor secara kredit. 3) Berkurangnya aktiva diimbangi dengan berkurangnya ekuitas.
Contoh: perusahaan membayar gaji karyawan.
4) Berkurangnya aktiva diimbangi dengan berkurangnya kewajiban. Contoh: perusahaan melunasi pinjaman kepada Bank.
5) Bertambahnya aktiva diimbangi dengan berkurangnya aktiva lain. Contoh: perusahaan membeli perlengkapan secara tunai.
6) Bertambahnya kewajiban diimbangi dengan berkurangnya kewajiban yang lain.
Contoh: perusahaan meminjam uang dari Bank dan langsung untuk membayar utang pada kreditor.
7) Bertambahnya aktiva diimbangi dengan berkurangnya aktiva lain dan bertambahnya kewajiban.
Contoh: perusahaan membeli sebuah gedung dibayar tunai sebagian dan sisanya secara kredit.
d. Pencatatan transaksi keuangan ke dalam persamaan akuntansi.
Terjadi transaksi keuangan dalam suatu perusahaan akan mengakibatkan adanya perubahan susunan dalam persamaan akuntansi, akan tetapi perubahan itu akan selalu membentuk suatu keseimbangan antara aktiva dengan pasivanya.
3. Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah laporan hasil akhir dari proses akuntansi yang memuat ikhtisar transaksi-transaksi keuangan selama satu periode. Laporan keuangan ini berfungsi untuk memberikan informasi keuangan perusahaan kepada pemakai informasi tersebut dalam rangka pengambilan keputusan ekonomis. Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) terdapat empat karakteristik kualitatif laporan keuangan.
a. Dapat dipahami.
Kualitas penting informasi ya ng ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahan segera dipahami oleh para pemakai.
b. Relevan.
Laporan keuangan harus memberikan informasi yang sesuai dengan maksud penggunanya.
c. Dapat diandalkan.
Maksudnya informasi memiliki kualitas andal, bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material dan dapat diandalkan pemakainya.
d. Dapat dibandingkan.
Maksudnya pemakai harus dapat membandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderunga n posisi dan kinerja keuangan.
Laporan keuangan terdiri dari laporan rugi/laba, laporan perubahan ekuitas/modal dan neraca.
1) Laporan Rugi/Laba
Laporan rugi/laba adalah laporan keuangan yang menyajikan pendapatan dan beban perusahaan dalam periode tertent u. Unsur-unsur laporan rugi/laba antara lain pendapatan dan beban-beban. Bentuk-bentuk laporan rugi/laba :
a) Single step (metode satu tahap/tunggal), adalah bentuk laporan
rugi/laba yang tidak diadakan pengelompokkan beban maupun pendapatan. Contoh:
“Perusahaan Y” Laporan Rugi/laba
Untuk periode yang berakhir 31 Januari 2006 Pendapatan: − Pendapatan jasa xxx − Pendapatan bunga xxx + Jumlah pendapatan xxx Beban-beban: − Beban gaji xxx − Beban telepon xxx − Beban listrik xxx − Beban perlengkapan xxx
− Beban penyusutan kendaraan xxx
− Beban bunga xxx +
Jumlah beban xxx -
Rugi/laba bersih xxx
b) Multiple step (bertahap/majemuk), adalah bentuk laporan rugi/laba
dimana diadakan pengelompokkan beban maupun pendapatan dan disusun dalam urutan tertentu. Contoh:
“Perusahaan Y” Laporan Rugi/laba
Untuk periode yang berakhir 31 Januari 2006 Pendapatan operasional: − Pendapatan jasa xxx Beban-beban: − Beban gaji xxx − Beban telepon xxx − Beban listrik xxx − Beban perlengkapan xxx
− Beban penyusutan kendaraan xxx +
Jumlah beban xxx -
Pendapatan non operasional:
− Pendapatan bunga xxx
Beban non operasional:
− Beban bunga xxx -
xxx +
Rugi/laba bersih xxx
2) Laporan Perubahan Ekuitas/Modal
Laporan perubahan modal/ekuitas adalah laporan ya ng menyajikan informasi perubahan modal pada periode tertentu. Unsur- unsurnya antara lain modal awal, tambahan investasi, rugi/laba dan prive. Contoh:
“Perusahaan Y” Laporan Perubahan Modal
Untuk periode yang berakhir 31 Januari 2006
Modal Y per 1 Janua ri 2006 xxx
Rugi/laba xxx
Pengambilan prive xxx -
Penambahan modal xxx +
Rugi/laba bersih xxx
3) Laporan Neraca
Neraca adalah daftar yang memuat ringkasan aktiva, kewajiban dan ekuitas/modal perusahaan pada saat tertentu. Bentuk-bentuk neraca :
a) Bentuk skontro; bentuk neraca disusun kiri dan kanan, sebelah kiri memuat aktiva dan kanan memuat kewajiban dan modal. Contoh:
“Perusahaan Y” Neraca Per 31 Januari 2006 AKTIVA LANCAR Kas xxx Piutang xxx Wesel Tagih xxx Perlengkapan xxx + Jumlah aktiva lancar xxx
AKTIVA TETAP
Peralatan xxx Akum. Peny. Peralt. xxx -
xxx
Tanah xxx +
Jumlah aktiva tetap xxx + xxx
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
Utang usaha xxx
Utang wesel xxx
Sewa diterima dimuka xxx + Jumlah Kewajiban Jangka Pendek xxx
KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
Utang obligasi xxx
Modal Y xxx +
xxx
b) bentuk staffel; bentuk neraca disusun ke bawah dengan urutan paling atas aktiva dan utang serta modal. Contoh:
“Perusahaan Y” Neraca Per 31 Januari 2006 AKTIVA LANCAR Kas xxx Piutang xxx Wesel Tagih xxx Perlengkapan xxx +
Jumlah aktiva lancar xxx
AKTIVA TETAP
Peralatan xxx
Akum. Peny. Peralt. xxx -
xxx
Tanah xxx +
Jumlah aktiva tetap xxx +
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
Utang usaha xxx
Utang wesel xxx
Sewa diterima dimuka xxx +
Jumlah kewajiban jangka pendek xxx
KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
Utang obligasi xxx
Modal Y xxx +
xxx
G. Kerangka Berpikir
Konsep-konsep dalam akuntansi itu tersusun secara hirarki mulai dari yang mendasar atau mudah sampai pada yang paling sukar. Oleh karena itu, penguasaan materi dasar dengan baik merupakan pondasi awal untuk melanjutkan materi selanjutnya.
Salah satu faktor yang perlu diperhatikan guru adalah mendengar apa yang dinyatakan oleh siswa dan mengapa hal itu dilakukan. Jadi guru tidak cukup hanya mementingkan penampilan pengajaran dan mengontrol kelas saja. Diharapkan guru bersedia untuk mencoba menggunakan pendekatan ini karena manfaatnya antara lain dapat digunakan untuk memperbaiki cara pengajaran atau cara membelajarkan siswa. Jika hal ini telah terbiasa maka pendekatan investigatif bukan merupakan sesuatu yang sukar dilaksanakan. Investigasi atau penyelidikan merupakan kegiatan pembelajaran yang memberikan kemungkinan siswa untuk mengembangkan pemahaman siswa melalui berbagai kegiatan dan hasil benar sesuai pengembangan yang dilalui siswa. Kegiatan belajarnya diawali dengan pemecahan soal-soal atau
masalah-masalah yang diberikan oleh guru, sedangkan kegiatan belajar selanjutnya cenderung terbuka, artinya tidak terstruktur secara ketat oleh guru, yang dalam pelaksananya mengacu pada berbagai teori investigasi. Apabila dikaji lebih lanjut berdasarkan teori yang telah ada maka salah satu alternatif peningkatan kualitas pembelajaran pada siswa SMA adalah pene rapan teori kognitif. Pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok adalah salah satu penerapan teori kognitif. Dalam pembelajaran kooperatif siswa atau peserta didik lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka saling me ndiskusikan masalah- masalah tersebut dengan temannya. Melalui diskusi dalam pembelajaran kooperatif akan terjalin komunikasi di mana siswa saling berbagi ide atau pendapat. Melalui diskusi akan terjadi elaborasi kognitif yang baik, sehingga dapat meningkatkan daya nalar, keterlibatan siswa dalam pembelajaran dan memberi kesempatan pada siswa untuk mengungkapkan pendapatnya. Beberapa penelitian, seperti penelitian yang dilakukan oleh Salirawati dan Aisyah menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok memiliki dampak yang positif terhadap kegiatan belajar mengajar, yakni dapat meningkatkan aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran, meningkatkan ketercapaian TPK (Tujuan Pembelajaran Khusus), dan dapat meningkatkan minat siswa dalam mengikuti pembelajaran berikutnya.
Dengan pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok guru menciptakan suatu wahana, dimana siswa bebas untuk mempunyai ide sehingga diharapkan siswa merasa nyaman, tidak tegang dalam menerima
pelajaran. Penggunaan masalah- masalah realistik dengan tingkat kesulitan yang semakin meningkat dapat memberikan informasi sejauh mana siswa maju dalam berproses. Selain itu, pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok merupakan lingkungan belajar di mana siswa belajar bersama dalam kelompok kecil yang heterogen, untuk menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran. Siswa melakukan interaksi sosial untuk mempelajari materi yang diberikan kepadanya, dan bertanggung jawab untuk menjelaskan kepada anggota kelompoknya. Jadi, siswa dilatih untuk berani berinteraksi dengan teman-temannya.
Hasil penelitian sebelumnya tentang penerapan pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok yang dilakukan Salirawati, dkk (http://www.uny.ac.id/home/data.php?m=951da6b7179a4f697cc89d36acf74e5 2&i=1&k=230) dan hasil penelitian Aisyah terhadap Siswa Kelas X di SMA Negeri 6 Bandung yang berjudul ”Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Investigasi Kelompok terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika” (http://digilib.upi.edu/ETD-db/ETD-browse/browse/), dapat dikatakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Dengan demikian, diharapkan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok dapat meningkatkan kualitas proses dan kualitas hasil bela jar Akuntansi pada siswa kelas XI SMA Negri 5 Yogyakarta.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan merupakan sebuah inkuiri yang bersifat refleksi mandiri yang dilakukan oleh partisipasi dalam situasi sosial termasuk kependidikan dengan maksud untuk meningkatkan kemantapan rasionalitas dari : (a) praktik-praktik sosial maupun kependidikan; (b) pemahaman terhadap praktik-praktik tersebut; dan (c) situasi pelaksanaan praktik-praktik pembelajaran (Kemmis dalam Tatra, 2006:6).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Dalam hal ini penulis memilih lokasi di Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Yogyakarta karena selama ini kegiatan belajar mengajar di sekolah
tersebut belum pernah menggunakan proses pembelajaran akuntansi secara berkelompok.
2. Waktu Penelitian
C. Subyek dan Obyek Penelitian
1. Subyek penelitian adalah siswa-siswi kelas XI IS 2 SMA Negeri 5 Yogyakarta.
2. Obyek penelitian adalah pelaksanaan pembelajaran akuntansi dengan menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Investigasi Kelompok (Group Investigation).
D. Prosedur Penelitian
Secara operasional penelitian tindakan kelas yang diterapkan dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut.
a. Perencanaan.
Pada tahap perencanaan, dilakukan penyusunan rencana tindakan berupa penyiapan pembelajaran tipe investigasi kelompok (group investigation), yaitu meliputi langkah- langkah sebagai berikut.
1) Peneliti dan guru menggali data awal karakteristik siswa untuk memetakan para siswa yang tergolong berkemampuan rendah, sedang atau tinggi, dan kemudian membagi siswa secara heterogen berdasarkan tingkat prestasi dan jenis kelamin, menjadi kelompok kecil yang masing- masing kelompok beranggotakan 4 sampai 5 orang siswa. Beberapa perangkat yang disiapkan dalam tahap ini adalah: rencana pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok (group investigation), lembar kerja siswa, kuis dan lembar observasi.
2) Peneliti menyusun instrumen pengumpulan data, meliputi:
a) kriteria keberhasilan proses dan hasil belajar siswa berdasarkan pelaksanaan tindakan;
b) instrumen observasi partisipasi siswa dalam diskusi kelas;
c) instrumen observasi interaksi antar siswa dalam kegiatan kelompok kooperatif;
d) lembar penilaian kemampuan siswa merangkum presentasi guru dalam catatan;
e) lembar penilaian kemampuan kelompok mengerjakan lembar kerja; f) lembar penilaian kemampuan siswa mengerjakan kuis.
b. Tindakan.
Pada tahap ini, mengimplementasi pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok (group investigation) sesuai dengan rencana tindakan. Langkah-langkahnya sebagai berikut:
1) guru memberikan penjelasan tentang tujuan pembelajaran dan garis besar materi yang akan dipelajari dengan melibatkan siswa dalam diskusi kelas;
2) guru memberi kebebasan kepada siswa untuk memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah umum yang telah dijelaskan pada langkah 1). Kemudian guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok heterogen beranggotakan lima orang, dan membagikan lembar kerja untuk masing- masing kelompok;
3) guru dan siswa merencanakan berbagai prosedur pembelajaran yang konsisten dengan subtopik yang telah dipilih;
4) siswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang telah diperoleh. Dalam hal ini guru bertindak sebagai fasilitator, sementara peneliti berkeliling memantau kegiatan tersebut;
5) setiap kelompok menyajikan semua hasil investigasi kelompoknya dalam suatu presentasi yang menarik dan dikumpulkan dalam bentuk rangkuman, kemudian guru beserta siswa melakukan evaluasi pembelajaran;
6) guru memberi soal kuis (secara lisan atau tertulis) dan siswa mengerjakannya secara individual;
c. Observasi.
Tahap ini dilasanakan bersamaan waktunya dengan tahap tindakan. Pada tahap ini, peneliti melakukan pengamatan atas hasil atau dampak pelaksanaan tindakan, yaitu meliputi: partisipasi siswa dalam diskusi kelas dan interaksi siswa dalam kegiatan kelompok kooperatif. Pengamatan dilakukan dengan bantuan instrumen observasi dan dilengkapi perekaman dengan video camcorder.
d. Refleksi.
Pada tahap ini, dilaksanakan analisis, pemaknaan, dan penyimpulan hasil observasi terhadap kualitas proses dan hasil pembelajaran. Ada dua macam refleksi yang dilakukan.
1) Refleksi segera setelah suatu pertemuan berakhir digunakan untuk mengidentifikasi kekurangan-kekurangan dalam pembelajaran dan pemecahannya untuk perbaikan dalam pertemuan berikutnya.
2) Refleksi pada akhir siklus pertama, digunakan untuk mengetahui apakah target yang ditetapkan sesuai indikator keberhasilan tindakan telah tercapai. Secara teknis peneliti melakukan self-reflection dahulu terkait dengan keterampilan kooperatif siswa dalam kegiatan pada masing- masing fase, hasil kegiatan kelompok, hasil kuis dan kaitannya dengan kegiatan kelompok dan kemudian dilakukan refleksi dan diskusi bersama guru untuk penyempurnaan tindakan dalam siklus kedua.
Indikator keberhasilan proses dan hasil belajar pada siklus pertama ditampilkan pada tabel III.1
Tabel III.1
Indikator Keberhasilan Tindakan Dalam Siklus Pertama Indikator Keberhasilan Tindakan Komponen Kondisi Awal Target Siklus 1
Diskriptor Instrumen Keterangan
Partisipasi siswa dalam mengajukan pertanyaan/ide , memberikan tanggapan jawaban dan kesimpulan serta menemukan konsep dalam diskusi kelas maupun diskusi kelompok 50% 65% Jumlah siswa yang mengajukan pertanyaan/ide , memberikan tanggapan jawaban dan kesimpulan serta menemukan konsep dibagi jumlah seluruh siswa Lembar pengamatan dan hasil wawancara
Indikator Keberhasilan Tindakan Komponen Kondisi Awal Target Siklus 1
Diskriptor Instrumen Keterangan
Interaksi belajar siswa dalam kelompok kooperatif - 60% Jawaban “YA” tiap pengamatan dibagi dengan frekuensi total pengamatan dengan jawaban “YA” Lembar pengamatan Kemampuan kelompok dalam mengerjakan lembar kerja - 75% Jumlah kelompok yang mengerjakan lembar kerja dengan benar dibagi jumlah kelompok Lembar kerja Kemampuan siswa dalam merangkum hasil investigasi untuk dipresentasikan - 70% Jumlah rangkuman siswa yang benar dibagi seluruh rangkuman siswa Dokumentasi berupa rangkuman siswa Daya serap siswa 66% 80% Lihat lampiran 2 Kuis disetiap akhir siklus E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang diperlukan dalam penelitian ini mengacu pada Bergerman, (Tantra, 2006:15). Ada 3 (tiga) kelompok instrumen penelitian, yaitu : instrumen untuk mengobservasi guru (observing teacher), instrumen untuk mengobservasi kelas (observing classroom), dan instrumen untuk mengobservasi perilaku siswa (observing student)
1. Instrumen untuk mengobservasi guru (observing teacher)
Observasi merupakan alat yang efektif untuk mempelajari tentang metode dan strategi yang diimplementasikan di dalam kelas. Salah satu bentuk observasi kelas adalah observasi anekdotal (anecdotal record). Observasi anekdotal memfokuskan pada hal- hal spesifik yang terjadi di dalam kelas atau catatan tentang aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran. Observasi anekdotal mencatat kejadian di dalam kelas secara informal dalam bentuk naratif (instrumen terlampir). Suatu observasi anekdotal yang baik mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
a. Pengamatan harus mengamati keseluruhan sekuensi peristiwa yang terjadi di dalam kelas.
b. Tujuan, batas waktu dan rambu-rambu pengamatan jelas. c. Hasil pengamatan dicatat dengan lengkap dan hati- hati. d. Pengamatan harus dilakukan secara obyektif.
2. Pengamatan terhadap kelas (Observing Classroom)
Pengamatan anekdotal dapat dilengkapi sambil melakukan pengamatan terhadap segala kejadian yang terjadi di kelas. Observasi anekdotal kelas meliputi diskripsi tentang lingkungan fisik kelas, tata letaknya dan manajemen kelas (instrumen terlampir).
3. Pengamatan observasi siswa (Observing Student)
Observasi anekdotal terhadap perilaku siswa dapat mengungkapkan berbagai hal yang menarik. Masing- masing individu siswa dapat diamati secara individual atau berkelompok sebelum, saat berlangs ung, dan seusai
pembelajaran. Perubahan pada setiap individu juga dapat diamati, dalam kurun waktu tertentu, mulai dari sebelum dilakukan tindakan, saat diimplementasikan, dan seusai tindakan (instrumen terlampir).
F. Prosedur Pengumpulan dan Analisis Data Penelitian 1. Pengumpulan data
Prinsip pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelas tidak jauh berbeda dengan prinsip pengumpulan data pada jenis penelitian yang lain. Dengan kata lain, prinsip pengumpulan data pada penelitian formal dapat diterapkan pada penelitian tindakan kelas. Pada umumnya dalam penelitian tindakan kelas, baik data kualitatif maupun kuantitatif dimanfaatkan untuk menggambarkan perubahan yang terjadi yakni perubaha n pada kinerja guru, hasil prestasi siswa, perubahan kinerja siswa, dan perubahan suasana kelas.
Pengumpulan data untuk penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan berbagai cara dan terus berkembang, namun menurut Creswell (1998:142) pada dasarnya ada empat cara yang mendasar untuk mengumpulkan informasi, yaitu observasi, wawancara, dokumen dan materi audio-visual. Observasi adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk memotret seberapa jauh efek tindakan yang telah mencapai sasaran. Teknik observasi digunakan untuk merekam kualitas proses dan hasil belajar siswa berdasarkan instrumen observasi dan penggunaan alat perekam video camcorder. Teknik wawancara digunakan untuk
mengetahui situasi tertentu di dalam kelas dilihat dari sudut pandang yang lain (Hopkins, 1993:125). Teknik dokumentasi digunakan untuk menilai kemampuan siswa merangkum hasil investigasi yang akan dipresentasikan di depan kelas. Sedangkan audio-visual digunakan untuk mendukung tiga